TINJAUAN PUSTAKA
seluas 1.883,33 km2. Secara administratif wilayah Kabupaten Gowa berbatasan sebelah
utara dengan kota Makassar dan Kabupaten Maros, sebelah timur dengan Kabupaten
Kabupaten Jeneponto dan Takalar, dan sebelah barat dengan Kabupaten Takalar dan
Kota Makassar. Ketinggian wilayah ini berkisar antara 5 m sampai 2.830 m dari muka
laut. Kisaran suhu rata-rata maksimum bulanannya antara 280C sampai 320C. Secara
2.1.1 Geomorfologi
dan relief topografi tinggi, bentuk bukit dan lembah berlereng terjal, perbedaan relief
topografi antara 100 sampai 1000 meter lebih di atas muka laut. Pola aliran sungai
berbentuk radier dan denritik berarus deras, litologinya disusun oleh batuan breksi,
lava, tufa, intrusi diorit porfiri, diorit piroksen, dan retas andesit basal.
2. Satuan Geomorfologi Bergelombang
Satuan geomorfologi ini ditandai oleh kenampakan tekstur dan relief topografi
sedang, bentuk bukit, dan lembah berlereng landai, perbedaan relief topografi antara
25 sampai 100 meter di atas permukaan laut. Aliran sungainya berbentuk meandering,
disusun oleh batuan batupasir tufaan, napal, breksi, lava, gamping, dan alluvial.
25 m diatas permukaan laut, daerah datar sampai sangat landai, aliran sungai umum
nya berbentuk meandering. Litologinya disusun oleh tufa, gamping terumbu, dan
alluvial.
genangan air yang dipengaruhi oleh pasang surut laut, perbedaan relief topografi
antara 0 sampai 5 meter diatas muka laut, litologinya disusun oleh endapan rawa
2.1.2 Stratigrafi
tersingkap setebal 300 m dari dasar sungai sampai ke puncak bukit. Batuan ini
umumnya berwarna abu-abu putih kekuningan, berbutir halus, dan agak lunak. Batuan
yang disekitar intrusi mengalami ubahan sangat kuat dan tersilisifikasi, yang tersingkap
komponen bersusun andesitik/basal dengan semen tufa kasar sampai lapili. Umumnya
batuan lava dan breksi telah mengalami ubahan terkloritkan, epidot, dan terpropilitkan
pada tempat-tempat tertentu dimana pensesaran intensif. Satuan ini terbreksikan atau
oleh retas diorit, andesit/basal, serta urat kuarsa yang membawa mineralisasi. Satuan
Satuan batuan terobosan yang dijumpai di daerah uji petik mempunyai susunan
bersifat basa sampai asam, seperti basal-andesit, diorit-piroksen, diorit porfirik, dan
sienit. Umumnya batuan telah mengalami ubahan dengan intensitas lemah sampai
sedang.
4. Batuan Basal/Andesit
basal /andesit ini di daerah uji petik menorobos batuan tufa halus (Batuan Gunungapi
Formasi Camba). Batuan Gunungapi Baturappe yang berlangsung pada kala Miosen
berukuran butir menengah sampai halus, pada beberapa tempat terdapat piroksen
dominan sebagai asesoris, sementara pada tempat lain hornblende dan biotit dengan
mineral utama plagioklas baik sebagai massa dasar maupun fenokris. Sebagian mineral
plagioklas terubah men jadi epidot, klorit, mengandung mineral mefik dan bersifat
6. Diorit Porfiri
halus sampai kasar, sedikit ortoklas/feldspar, kuarsa dengan fenokris piroksen dan
sedikit biotit, umumnya batuan ini terubah dengan intensitas bervariasi dari lemah
disekitar kontak dengan batuan Gunungapi Baturappe Cindako. Intrusi diorit porfiri
7. Batuan Sienit
Batuan sienit berwarna abu-abu terang, berbutir sedang hingga kasar dengan
sedikit plagioklas dan biotit, batuan mempunyai sifat ke magnitan lemah sampai
sedang. Batuan ini disusun oleh mineral orthoklas/K-Felsdpar, plagioklas, biotit, epidot
kalsedon, dan mineral opak, lempung. Batuan sienit terdapat sebagai blok-blok insitu
di lereng Moncong Talalo di sekitar Kocara, intrusi ini diduga berlangsung pada kala
Miosen Awal.
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda dimana
tidak mempunyai komposisi kimia tetap. Batuan terdiri dari bagian yang padat baik
berupa kristal maupun yang tidak mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong
seperti pori-pori, fissure, crack, joint dan lain-lain. Batuan mempunyai sifat-sifat
tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu sifat fisik batuan (seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi,
dan void ratio) dan sifat mekanik batuan (seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus
diambil di lapangan. Satu sampel dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat
batuan. Pertama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian tanpa
merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat mekanik
batuan yang merupakan pengujian merusak (destructive test) sehingga sampel batuan
hancur.
Sifat fisik batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan setelah
dilakukan pengujian tanpa melakukan pengrusakan. Adapun sifat fisik pada batuan
1. Bobot Isi
Bobot isi adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume batuan.
a. Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara berat batuan asli dengan volume
batuan.
b. Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan
volume batuan.
c. Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara berat batuan kering dengan
volume batuan.
2. Spesific Gravity
Spesific gravity adalah perbandingan antara bobot isi dengan bobot isi air.
a. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi kering batuan
b. True spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi basah batuan
3. Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang ada di dalam batuan
dengan berat butiran batuan itu sendiri yang terbagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut.
a. Kadar air asli, yaitu perbandingan antara berat air asli yang ada dalam
b. Kadar air jenuh, yaitu perbandingan antara berat air jenuh yang ada dalam
4. Porositas
5. Angka Pori
Angka pori adalah perbandingan antara volume pori-pori dalam batuan dengan
volume batuan.
6. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air
Batuan memiliki sifat mekanik yang dilakukan dengan merusak, dimana dalam
sebagai berikut.
menekan sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial).
pada sampel tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan
kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d <
0,222
0,788 + ....(2.2)
l/d
8 C
.(2.8)
2
7
l/d
l
Dengan C kuat tekan batuan. Makin besar , maka kuat tekannya akan
d
bertambah kecil.
F
....(2.5)
A
Keterangan :
D = Diameter (m)
l = Panjang (m)
= Tegangan (N/m2)
b. Batas Elastis
(failure). Perilaku batuan dikatakan elastis (linier maupun non linier) jika
tidak terjadi deformasi permanen jika suatu tegangan dibuat nol. Pada
tahap awal batuan dikenakan gaya. Kurva berbentuk landai dan tidak linier
yang berarti bahwa gaya yang diterima oleh batuan dipergunakan untuk
menutup rekahan awal (pre exiting cracks) yang terdapat di dalam batuan.
Sesudah itu kurva menjadi linier sampai batas tegangan tertentu, yang kita
kenal dengan batas elastis lalu terbentuk rekahan baru dengan batas elastis
perambatan stabil sehingga kurva tetap linier. Sesudah batas elastis dilewati
maka perambatan rekahan menjadi tidak stabil, kurva tidak linier lagi dan
tidak berapa lama kemudian batuan akan hancur. Titik hancur ini
pada saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu
titik tertentu, Titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis
pada saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu
titik tertentu, titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis
c. Modulus Young
dihitung pada rata-rata kemiringan kurva dalam kondisi linier, atau bagian
linier yang terbesar di kurva sehingga didapat nilai Modulus Young rata-rata
d. Possions Ratio
tegangan volumetrik dengan garis sejajar sumbu tegangan aksial pada saat
aksial didapat nilai i. Melalui titik i buat garis tegak lurus ke sumbu
lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga didapatkan nilai ai dan
li
v , pada tegangan i .(2.6)
ai
Gambar 2.4 Pengambilan Nilai ai dan li
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari
percontoh batu berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan adalah
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sampel batuan secara tak
langsung di lapangan. Sampel batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan.
4. Uji Triaksial
Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting dalam
b. Kuat geser (shear strength), yaitu gaya tahanan internal yang bekerja per
c. Sudut geser dalam (), yaitu sudut yang dibentuk dari hubungan antara
tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan.
Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material
d. Kohesi (C), yaitu gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan,
dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan
Uji ini untuk mengetahui kuat geser dari sampel batuan secara langsung.
Sampel berbentuk silinder tipis yang ukurannya sesuai dengan alat uji punch dengan
tebal t dan diameter d. Sesudah sampel dimasukkan ke dalam alat uji punch shear
rambat gelombang ultrasonik yang merambat melalui contoh batuan. Pada uji ini,
waktu tempuh gelombang primer yang merambat melalui contoh batuan diukur
=
..(2.7)
dipengaruhi oleh beberapafaktor, yaitu ukuran butir dan bobot isi, porositas dan
karakteristik dari bidang diskontinuitas itu sendiri. Dalam tabel diskontinuity log
menggunakan GPS.
3. Trend (arah penunjaman), ialah garis horizontal atau jurus dari bidang vertikal
4. Plunge (penunjaman), ialah besaran sudut pada bidang vertikal antara garis
6. Azimuth, ialah sudut yang diukur dari arah utara dari strike.
panjang kekar.
diskontinu.
10. Moisture, ialah keterdapatan air dalam strukur pada massa batuan yang sedang
11. Wall hardness, ialah kekasaran batuan yang terdapat pada dinding lereng.
14. Tickness, merupakan material pengisi yang ada pada setiap kekar yang diukur.
15. Healling, ialah perbandingan ketebalan antara massa batuan terhadap isian dari
suatu kekar.
Rock Mass Rating (RMR) atau juga dikenal dengan geomechanichs classification
pada klasifikasi ini. Besaran rating tersebut didasarkan pada pengalaman Bieniawski
dalam mengerjakan proyek-proyek terowongan dangkal. Metode ini dikenal luas dan
banyak diaplikasikan pada keadaan dan lokasi yang berbeda-beda seperti tambang
Batubara, kestabilan lereng, dan kestabilan pondasi. Metode ini dikembangkan selama
diperoleh baik dari data lubang bor maupun dari pemetaan struktur bawah tanah.
Metode ini dapat diaplikasikan dan disesuaikan untuk situasi yang berbeda-beda
seperti tambang Batubara, tambang pada batuan kuat, kestabilan lereng, kestabilan
pondasi, dan untuk kasus terowongan. Dalam menerapkan sistem ini, massa batuan
seperti patahan atau perubahan jenis batuan. Perubahan signifikan yang ada di spasi
atau karakteristik bidang diskontinu mungkin menyebabkan jenis massa batuan yang
Tujuan dari sistem RMR adalah untuk mengklasifikasikan kualitas massa batuan
yang tergantung pada kondisi massa batuan di daerah penelitian, dimana penelitian ini
juga mencoba untuk mencari tahu resiko rekayasa potensi yang mungkin terjadi
Klasifikasi massa batuan metode RMR (Rock Mass Rating) didasarkan oleh
beberapa parameter yang dijumlahkan untuk memperoleh nilai total RMR. Parameter
Uniaxial Compressive Strength (UCS) adalah kekuatan dari batuan utuh (intact
rock) yang diperoleh dari hasil uji UCS. Uji UCS menggunakan mesin tekan untuk
menekan sampel batuan dari satu arah (uniaxial). Nilai UCS merupakan besar tekanan
yang harus diberikan sehingga membuat batuan pecah. Sedangkan point load index
merupakan kekuatan batuan-batuan lainnya yang didapatkan dari uji point load. Jika
UCS memberikan tekanan pada permukaan sampel, pada uji point load, sampel
ditekan pada satu titik. Untuk sampel dengan ukuran 50 mm, Bieniawski mengusulkan
hubungan antara nilai point load strength index (Is) dengan UCS adalah UCS= 23 Is.
Pada umumnya satuan yang dipakai untuk UCS dan Is adalah Mpa. Pada perhitungan
nilai RMR, parameter kekuatan batuan utuh diberi bobot berdasarkan nilai UCS atau
nilai PLI-nya seperti tertera pada tabel dibawah ini (Bienawski, 1989).
Lemah 5-25 2
Penggunaan UCS
Sangat lemah 1-5 1
lebih dilanjutkan
Sangat lemah sekali <1 0
RQD didefinisikan sebagai presentasi panjang core utuh yang lebih dari 10 cm
terhadap panjang total core run. Diameter core yang dipakai dalam pengukuran
minimal 54,7 mm dan harus dibor dengan double-tube core barrel. Perhitungan RQD
mengabaikan mechanical fracture yaitu fracture yang dibuat secara sengaja atau tidak
25-50 Jelek 8
50-75 Sedang 13
75-90 Baik 17
Perhitungan nilai RMR, parameter jarak antar kekar diberi bobot berdasarkan
nilai spasi kekarnya seperti tertera pada tabel di bawah ini (Bienawski, 1989).
Sedang 0,2-0,6 10
Rapat 0,006-0,2 8
Jarak antar (spasi) kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua
kekar berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat sembarang, sementara Sen
dan Eissa pada tahun 1991 mendefinisikan spasi kekar sebagai suatu panjang utuh
pada suatu selang pengamatan. Menurut ISRM, jarak antar kekar ialah jarak tegak
lurus antara bidang kekar yang berdekatan dalam satu set kekar.
Terdapat lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar,
yang meliputi kemenerusan (persistence), jarak antar permukaan kekar atau celah
Jarak ini biasanya diisi oleh material lainnya (filling material) atau bisa juga
Kekasaran
Deskripsi Pembobotan
permukaan
Klasifikasi Keterangan
Material pengisi yang lebih tebal dan memiliki sifat mengembang bila
terkena air dan berbutir sangat halus akan menyebabkan bidang diskontinu
menjadi lemah. Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter diatas diberi
Parameter Rating
10-20
Panjang kekar <1 m 1-3 m 3-10 m >20 m
m
Persistence/continuity 6 4 2 1 0
Jarak antar Tidak <0,1 0,1-1,0
1-5 mm >5 mm
permukaan kekar ada mm mm
Separation/aperture 6 5 4 1 0
Sangat Sedikit
Kekasaran kekar kasar halus Slickensided
kasar kasar
Roughness 6 5 3 1 0
Tidak Keras Keras Lunak Lunak > 5
Material pengisi
ada <5 mm >5 mm <5 mm mm
Infilling/gouge 6 4 2 2 0
Tidak Sedikit Sangat
Kelapukan lapuk Hancur
lapuk lapuk lapuk
weathering 6 5 3 1 0
Debit aliran air tanah atau tekanan air tanah akan mempengaruhi kekuatan
massa batuan. Pengamatan terhadap kondisi air tanah ini dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu inflow per 10 m tunnel length menunjukkan banyak
aliran air mengalir maka nilai yang dihasilkan untuk RMR akan semakin
kecil. Joint water pressure, semakin besar nilai tekanan air yang terjebak
dalam kekar (bidang diskontinu) maka nilai yang dihasilkan untuk RMR akan
Terdapat
Terdapat
Kondisi umum Kering Lembab Basah tetesan
aliran air
air
Debit air tiap 10
m panjang
Tidak ada <10 10-25 25-125 >125
terowongan
(liter/menit)
Tekanan air pada
kekar/tegangan 0 <0,1 0,1-0,2 0,1-0,2 >0,5
prinsipal mayor
rating 15 10 7 4 0
Nilai bobot dari masing-masing parameter diatas dihitung dan setelah diperoleh
maka jumlah keseluruhan bobot tersebut akan menjadi nilai total RMR. Nilai RMR ini
kohesi dan sudut geser dalam untuk tiap kelas massa batuan seperti pada tabel
berikut.
Tabel 2.8 Kelas Massa Batuan, Kohesi, dan Sudut Geser Berdasarkan Nilai RMR
Profil massa
Deskripsi
batuan
Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Kelas massa Sangat
Baik Sedang Jelek Sangat jelek
batuan baik
300-400 200-300 100-200
Kohesi >400 Kpa <100 Kpa
Kpa Kpa Kpa
Sudut geser
>45o 35o - 45o 25o - 35o 15o - 25o <15o
dalam
Metode Rock Mass Rating (RMR) ialah salah satu metode yang banyak
digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng. Namun, metode ini memiliki kelebihan
jarak antar kekar untuk menjelaskan frekuensi kekar ataupun ukuran blok.
f. Kuat tekan uniaksial digunakan untuk batuan intak dimana nilainya didapat
RMR.
2. Kelemahan
tapal kuda.
b. Faktor koreksi terhadap orientasi kekar merupakan kategori kasar dan sulit
c. Metode RMR memperhitungkan frekuensi kekar dua kali, yaitu melalui RQD
akurat.
tersingkap ke permukaan.
pada saat proses deformasi batuan yang terjadi di semua skala. Analisa kinematika
hanya memperhatikan perubahan bentuk, ukuran, dan pergerakan (strain) yang terjadi
menyebabkan deformasi tersebut. Apabila suatu benda diberi gaya misalnya dalam
proses deformasi struktur, gaya tersebut dapat memindahkan benda ke tempat lain
yang disebut sebagai translasi. Jika gaya merubah orientasinya, yang dikenal sebagai
rotasi. Apabila gaya tersebut merubah ukuran benda dinamakan proses dilation.
Sedangkan apabila gaya tersebut merubah bentuk benda disebut sebagai distorsi
pergerakan dari batuan yang dapat dideskripsi dan dianalisa kinematiknya dari data
lapangan, namun bagaimana dan berapa besar gaya atau stress yang menyebabkan
penting dalam menginterpretasi geologi struktur melalui analisis detail ialah waktu dan
skala, baik itu dalam konteks skala waktu geologi maupun secara relatif. Konsep waktu
sangatlah penting untuk membuat sejarah deformasi, paling tidak waktu relatif yang
dapat dihasilkan dari bukti potong memotong struktur di lapangan. Contohnya
perlipatan sesar A dipotong oleh sesar B kemudian terpatahkan oleh sesar C, sehingga
urutan-urutan kejadian deformasi dapat diketahui. Konsep waktu relatif ini sangat
berguna, apalagi bagi daerah-daerah yang sangat sulit untuk menentukan umur
bahan rombakan, tanah ataupun material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor disebabkan karena air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah sehingga kedap air yang berperan sebagai
bidang gelincir akan menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng. Lereng merupakan permukaan bumi yang
terbentuk secara alami maupun buatan manusia. Lereng yang terbentuk secara alami
misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sementara lereng buatan manusia misalnya
galian dan timbunan untuk membuat bendungan, tanggul dan kanal sungai serta
Adapun jenis-jenis longsor yang dikenal dalam tambang terbuka adalah sebagai
berikut.
1. Longsor Bidang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa kekar, rekahan
ialah terdapat bidang lincir bebas (daylight) yang berarti kemiringan bidang lurus lebih
kecil daripada kemiringan lerenng, arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau
mendekati dengan arah lereng, kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada
sudut geser dalam batuannya, terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan)
2. Longsoran Baji
Longsoran baji ialah longsoran yang dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih
dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara
bidang lemah tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini
dapat berupa bidang sesar, rekahan, maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji
dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun melalui garis perpotongan
kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri yaitu
permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata tetapi kemiringan bidang lemah B
lebih besar daripada bidang lemah A, arah penunjaman garis potong harus lebih kecil
daripada sudut kemiringan lereng, bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian
3. Longsoran Busur
terutama pada batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur
hanya terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan memiliki bidang-
bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya.
Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh struktur bidang
perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan ke dalam massa diskontinuitas.
Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari
posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel
individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat.
Oleh karena itu, batuan yang telah lapuk cenderung bersifat seperti tanah. Tanda
pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas
gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya dapat
4. Longsoran Guling
Longsoran guling ialah longsoran yang terjadi pada batuan yang keras dan
memiliki lereng terjal dengan bidang-bidang lemah yang tegak atau hampir tegak dan
arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa berbentuk blok
atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut geser
dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok dan lebar balok terletak pada
bidang miring.
program ini adalah suatu alat bantu yang mampu diterapkan pada banyak aplikasi dan
dirancang untuk dapat digunakan baik bagi pemula, maupun bagi pengguna yang
pemakai untuk meneliti dan memvisualisasikan data struktural geologi baik kekar,
sesar perlapisan serta struktur-struktur lainnya dengan mengikuti teknik yang sama
yang tersedia, seperti statistik sekeliling orientasi yang sama (statistical contouring of
DIPS telah dirancang untuk analisis data yang berhubungan dengan analisa
rancangan struktur batuan, sehingga format yang dipakai DIPS data file
DIPS disini terbatas pada penggunaan DIPS untuk penentuan arah umum
diskontinuitas pada struktur-struktur geologi, dan penentuan jenis longsoran yang
terbentuk dengan data sudut geser dalamnya. Secara garis besar aplikasi DIPS terdiri
1. Lembar kerja (spreadsheet) yang berfungsi sebagai input data yang akan