Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

KERAGAMAN DAN KESETARAAN GENDER

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
ADE LAYYIANAH INDRIYANI (4161141003)
DUTY JULAN SARI PANJAITAN (4161141014)
EMI KATANA ARUAN (4161141018)
KELAS: BIOLOGI DIK-A 2016

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Terima
kasih pula penulis ucapkan kepada dosen pengampu dalam mata kuliah Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar semester 3 Prodi Pendidikan Biologi UNIMED yang sudah memberikan
penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi
proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian tugas ini tidak terlepas dari
peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas ini masih
terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 27 september 2017

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar. ................................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................2
2.1 Pengertian keragaman dan kesetaraan ...........................................................................2
2.2 Konsep dan Isu Gender ..................................................................................................3
2.3 Kesetaraan dan Keadilan Gender ...................................................................................5
BAB II PENUTUP ............................................................................................................8
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................8
3.1 Saran ..............................................................................................................................8
Daftar Pustaka ...................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keragaman merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan
dimasyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan
kebudayaan dimasa silam, kini dan diwaktu-waktu mendatang. Sebagai fakta,keragaman
sering disikapi secara berbeda. Disatu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya
kehidupan bersama, tetapi disisi lain dianggap sebagai faktor penyulit.Keragaman bisa
mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat
merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.Setiap manusia dilahirkan
setara, meskipun dengan keragaman identitas yangdisandang. Kesetaraan merupakan
hal yang inherent yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar
yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi
manusia.
Negara yang beragam tetapi tidak memiliki kesetaraan dan diskriminatif akan
menghadirkan kehancuran.Semangat multikulturalisme dengan dasar kebersamaan, toleransi,
dan saling pengertian merupakan proses terus menerus, bukan proses sekali jadi dan sudah itu
berhenti.Disinilah setiap komunitas masyarakat dan kebudayaan dituntut untuk belajar terus
menerusatau belajar berkelanjutan. Proses pembelajaran semangat multikulturalisme terus
menerusdan berkesinambungan perlu dilakukan. Untuk itu, penting bagi kita memiliki dan
mengembangkan kemampuan hidup bersama dalam multikulturalisme masyarakat dan
kebudayaan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan keragaman dan kesetaraan ?
Apa yang dimaksud dengan konsep dan isu gender ?
Apa yang dimaksud dengan kesetaraan dan keadilan gender ?

1.3 Tujuan
Untuk memahami makna keragaman dan kesetaraan.
Untuk memahami konsep dan isu gender.
Untuk memahami makna kesetaraan dan keadilan gender.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keragaman dan Kesetaraan


Keragaman berasal dari kata ragam. Keragaman menunjukkan adanya banyak macam,
banyak jenis. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki
ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya
sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat. Selain makhluk individu, manusia juga
makhluk sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan
hidup juga beragam. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena
ada perbedaan, misalnya dalam ras,suku,agama,budaya,ekonomi,status sosial, jenis
kelamin,jenis tempat tinggal. Hal-hal demikian dikatakan sebagai unsur-unsur yang
membentuk keragaman dalam masyarakat. Keragaman individual maupun sosial adalah
implikasi dari kedudukan manusia,baik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial..
Keragaman manusia sudah menjadi fakta sosial dan fakta sejarah kehidupan. Sehingga
pernah muncul penindasan, perendahan, penghancuran dan penghapusan rasa atau etnis
tertentu. Dalam sejarah kehidupan manusia pernah tumbuh ideology atau pemahaman bahwa
orang berkulit hitam adalah berbeda, mereka lebih rendah dan dari yang berkulit putih.
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau
tidak lebih rendah antara satu sama lain. Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia
sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Semua manusia
diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya
dibanding makhluk lain. Di hadapan Tuhan, semua manusia sama derajatnya,kedudukan atau
tingkatannya. Yang membedakan adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan kedudukan
manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan
hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.

2.2 Konsep dan Isu Gender


Gender adalah perbedaan peran, sifat, tugas dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang dibentuk, dibuat dan dikonstruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai
dengan perkembangan zaman. Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk
2
memikirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada
perempuan dan laki-laki. Dengan mengenali perbedaan gender sebagai sesuatu yang tidak
tetap, tidak permanen, memudahkan kita untuk membangun gambaran tentang realita relasi
perempuan dan laki-laki yang dinamis yang lebih tepat, dan cocok dengan kenyataan yang
ada dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan peran, tanggung jawab,
fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktifitas.
Isu mengenai gender akhir-akhir ini semakin menarik berbagai kalangan tidak
terkecuali bagi masyarakat luas. Bahkan, perhatian terhadap persoalan gender ini seolah-olah
menjadi tolok ukur tingkat kemajuan atau kemodernan sebuah komunitas. Artinya, sebuah
komunitas dikatakan maju atau modern jika memiliki perhatian atau kepedulian terhadap
gender, dan sebaliknya. Hanya saja, mungkin yang masih perlu dipertimbangakan ialah
bahwa persoalan gender atau persoalan hubungan laki-laki dan perempuan, semestinya selain
dikaji dari sisi empirik baik dari perspektif sosiologis, antropologis, psikologis, sejarah atau
lainnya, yang tidak kurang pentingnya adalah mengkaji dari sisi doktrin.
Isu gender sesungguhnya sudah menjadi bahan perbincangaan. yang digunakan
sebagai dasar pijakan perbincangan, dari dulu hingga saat ini masih sama, yaitu menuntut
agar dibangun kesetaraan dan keadilan. Berbagai pihak memandang atau paling tidak
merasakan bahwa selama ini masih terdapat ketidaksetaraan dan ketidakadilan di berbagai
lapisan. Bahkan di antara orang yang paling dekatpun, yaitu antara laki-laki dan perempuan
masih terjadi. Perempuan dalam banyak kasus masih diposisikan pada wilayah yang kurang
teruntungkan. Mereka (perempuan) banyak yang ditinggalkan, kurang diberi hak dan
wewenang yang cukup dan bahkan kadangkala dilecehkan. Kondisi seperti itulah, kiranya
yang ingin diperjuangkan selama ini.
Isu gender diartikan sebagai masalah yang menyangkut ketidakadilan yang
berdampak negative bagi perempuan dan laki-laki, terutama terhadap perempuan sendiri.
Dalam pembangunan, isu gender mencuat karena sering kali bukan manfaat yang adil didapat
oleh laki-laki dan perempuan, tetapi kesenjangan sebagai pelaku pembangunan maupun
pemanfaat hasil pembangunan. Sebagai akibatnya perempuan mendapat dampak negative
yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh diabaikan nya oernyataan perbedaan peran dan
hubungan yang tidak setara antara perempuan dan laki-laki.

Permasalahan Ketidakadilan Gender


Ketertinggalan perempuan mencerminkan masih adanya ketidakadilan dan ketidak
setaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia, hal ini dapat terlihat dari gambaran
3
kondisi perempuan di Indonesia. Sesungguhnya perbedaan gender dengan pemilahan sifat,
peran, dan posisi tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan. Namun
pada kenyataannya perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan, bukan saja
bagi kaum perempuan, tetapi juga bagi kaum laki-laki. Berbagai pembedaan peran, fungsi,
tugas dan tanggung jawab serta kedudukan antara laki-laki dan perempuan baik secara
langsung maupun tidak langsung, dan dampak suatu peraturan perundang-undangan maupun
kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidakadilan karena telah berakar dalam adat, norma
ataupun struktur masyarakat.
Gender masih diartikan oleh masyarakat sebagai perbedaan jenis kelamin. Masyarakat
belum memahami bahwa gender adalah suatu konstruksi budaya tentang peran fungsi dan
tanggung jawab sosial antara laki-laki dan perempuan. Kondisi demikian mengakibatkan
kesenjangan peran sosial dan tanggung jawab sehingga terjadi diskriminasi, terhadap laki-laki
dan perempuan. Hanya saja bila dibandingkan, diskriminasi terhadap perempuan kurang
menguntungkan dibandingkan laki-laki. Ketidakadilan gender merupakan bentuk perbedaan
perlakuan berdasarkan alasan gender, seperti pembatasan peran, penyingkiran atau pilih kasih
yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas pengakuan hak asasinya, persamaan antara
laki-laki dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan lain-
lain. Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan sistem dan struktur dimana baik
perempuan maupun laki-laki menjadi korban dalam sistem tersebut.
Berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik secara
langsung yang berupa perlakuan maupun sikap, dan yang tidak langsung berupa dampak
suatu peraturan perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai
ketidakadilan. Ketidakadilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang
ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya
menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki. Ketidakadilan gender ini dapat
bersifat :
- Langsung, yaitu pembedaan perlakuan secara terbuka dan berlangsung, baik disebabkan
perilaku/sikap, norma/nilai, maupun aturan yang berlaku.
- Tidak langsung, seperti peraturan sama, tapi pelaksanaannya menguntungkan jenis kelamin
tertentu.
- Sistemik, yaitu ketidakadilan yang berakar dalam sejarah, norma atau struktur masyarakat
yang mewariskan keadaan yang bersifat membedabedakan.

4
2.3 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan
ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.
Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-
laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaran
dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-
laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol
atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.
Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan
sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan
dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh
manfaat yang sama dari pembangunan.

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Akibat Diskriminasi Gender


Bentuk-bentuk ketidakadilan akibat diskriminasi gender meliputi:
a. Marginalisasi (pemiskinan) perempuan
Pemiskinan atas perempuan maupun atas laki-laki yang disebabkan oleh jenis
kelaminnya adalah merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang disebabkan gender.
Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Peminggiran dapat terjadi di rumah,
tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara yang bersumber keyakinan,
tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan
(teknologi). Contoh-contoh marginalisasi:
Pemotongan padi dengan peralatan sabit, mesin yang diasumsikan hanya
membutuhkan tenaga dan keterampilan laki-laki, menggantikan tangan perempuan
dengan alat panen ani-ani.
Peluang menjadi pembantu rumah tangga lebih banyak perempuan.

5
Banyak pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan perempuan seperti guru taman
kanak-kanak atau sekretaris dan perawat.
b. Subordinasi (penomorduaan)
Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin
dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Sudah sejak
dahulu ada pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih
rendah dari pada laki-laki. Kenyataan memperlihatkan pula bahwa masih ada nilai-
nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama perempuan di berbagai
kehidupan. Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin, cengeng
dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki.
Sebagai contoh apabila seorang isteri yang hendak mengikuti tugas belajar, atau
hendak berpergian ke luar negeri harus mendapat izin suami, tatapi kalau suami yang
akan pergi tidak perlu izin dari isteri.
c. Stereotip (citra buruk)
Pelabelan atau penandaan yang sering kali bersifat negatif secara umum selalu
melahirkan ketidakadilan. Salah satu jenis stereotip yang melahirkan ketidakadilan
dan diskriminasi bersumber dari pandangan gender karena menyangkut pelabelan atau
penandaan terhadap salah satu jenis kelamin tertentu. Misalnya, pandangan terhadap
perempuan bahwa tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan
dengan kerumahtanggaan atau tugas domestik dan sebagi akibatnya ketika ia berada
di ruang publik maka jenis pekerjaan, profesi atau kegiatannya di masyarakat bahkan
di tingkat pemerintahan dan negara hanyalah merupakan perpanjangan peran
domestiknya.
d. Violence (kekerasan)
Berbagai kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan peran
muncul dalam berbagai bentuk. Kata kekerasan tersebut berarti suatu serangan
terhadap 17 fisik maupun integritas mental psikologi seseorang. Oleh karena itu
kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan, pemukulan,
dan penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik seperti pelecehan seksual, ancaman
dan paksaan sehingga secara emosional perempuan atau laki-laki yang mengalaminya
akan merasa terusik batinnya. Pelaku kekerasan yang bersumber karena gender ini
bermacam-macam. Ada yang bersifat individual seperti di dalam rumah tangga
sendiri maupun di tempat umum dan juga di dalam masyarakat. Perempuan, pihak

6
paling rentan mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi,
subordinasi maupun stereotip di atas.
e. Beban kerja berlebihan
Sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban
kerja yang harus dijalankan oleh salah satu jenis kelamin tertentu. Dalam suatu rumah
tangga pada umumnya, beberapa jenis kegiatan dilakukan oleh laki-laki, dan beberapa
yang lain dilakukan oleh perempuan. Berbagai observasi menunjukkan perempuan
mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga, sehingga bagi mereka
yang bekerja di luar rumah, selain bekerja di wilayah publik mereka juga masih harus
mengerjakan pekerjaan domestik.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki
ciri-ciri khas tersendiri. Sedangkan kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama,
kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain. Untuk
menghadapi dinamika sosial dan budaya dalam masyarakat yang majemuk diperlukan sikap
saling menghormati dan menghargai , toleransi dan introspeksi diri.
Isu gender diartikan sebagai masalah yang menyangkut ketidakadilan yang
berdampak negatif bagi perempuan dan laki-laki, terutama tehadap perempuan sendiri.
Bentuk-bentuk ketidakadilan akibat deskriminasi gender diantaranya marginalisasi,
subordianasi, stereotip, violence dan beban kerja berlebihan.

3.2 Saran
Kepada pembaca, keragaman dan kesetaraan manusia bukan suatu penghalang atau
penghambat untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan makmur.
Kepada pemerintah, agar memberikan pelayanan tanpa membeda-bedakan atau
diskriminasi pada suatu kelompok atau etnis.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://perpustakaan.uhn.ac.id/adminarea/dataskripsi/Karya%20Ilmiah%20-%201.pdf
https://ridwandansiswo.wordpress.com/2011/11/25/manusia-keragaman-dan-kesetaraan/
https://noviwilyaini.wordpress.com/2014/12/30/isbd-manusiakeragaman-dan-kesetaraan/
Tim Dosen. 2015. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Medan : Unimed Press

Anda mungkin juga menyukai