I. Pengertian
Bermain merupakan kegiatn yang dilakukan secara suka rela untuk
memperoleh kesenangan dan bermain merupakan cerminan kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial.
II. Tujuan bermain di rumah sakit
- meningkatkan hubungan P K di rumah sakit
- Dapat mengespresikan perasaan tidak enak
- Memulihkan rasa mandiri pada anak
- Meningkatkan penguasaan pengalaman
- Membina tingkah laku yang positif
- Alat komunikasi P K
III. Kegitan yang kreatif untuk anak di rumah sakit
- Role play
- Bercerita
- Pantomin
- Melukis dan menggambar
- Pengalaman sensori
- Menulis cerita tentang rumah sakit
IV. Alat bermain untuk di rumah sakit ( umur toddler )
- Mainan yang dapat didorong
- Alat-alat masak
- Malam/lilin
- Boneka / Bola
- Crayon dan kertas
- Balok dengan bermacam bentuk
- Gambar-gambar dalam buku
- Telepon
V. Prinsip bermain di rumah sakit
- Tidak membutuhkan energi
- Permainan simple
- Kegiatan yang singkat waktunya
- Mempertimbangkan keamanan ( luka, infeksi silang )
- Kelompok umur yang sama
- Melibatkan orang tua
- Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
- Semua alat bermain harus dapat dicuci dan didesinfeksi.
VI. Perencanaan terapi bermain :
A. Fisik
Klien mempunyai bentuk fisik atau postur tubuh yang tidak sesuai
dengan umur klien, dapat terlihat dari berat badan klien dimana klien
termasuk penderita marasmus (berat badan dibawah normal). Dalam hal
karakteristik seks klien dapat dibedakan dengan jelas sehingga bentuk
pemainan yang diminati oleh klien yaitu permainan telephon mainan (HP
Mainan) yang sifatnya menghibur dengan bunyi-bunyian. Klien mampu
mendengar dengan jelas dan menyukai bunyi dari tiap-tiap tombol.
B. Motorik kasar
Kemampuan klien dalam melompat dan berdiri pada prinsipnya mampu
dilakukan oleh klien tetapi karena adanya hambatan dari perawatan klien yang
mengharuskan klien diopname dan dipasang infus sehingga permainan yang
diberikan hanya bersifat bunyi-bunyian yang tidak melibatkan gerakan yang
terlalu banyak.
C. Motorik halus
Dalam hal kemampuan untuk kognitif atau sifatnya motorik halus dimana
untuk umur 2 tahun 7 bulan seharusnya mampu koordinasi jari baik,
memegang barang dengan jari bukan menggenggamnya, menggerakkan jari
secara mandiri, membuat dua/lebih tekanan untuk menyilang. Dan dalam
permainan ini klien mampu memegang HP mainan yang diberikan dan mampu
menekan tombol tetapi belum sesuai dengan anjuran yang diberikan baik oleh
perawat maupun arang tuanya.
Dalam permainan yang kami lakukan klien sangat kooperatif dengan
melibatkan orang tuanya, klien belum mampu membedakan bunyi-bunyian yang
ada dalam setiap tombol pada mainan tersebut. Klien mampu menerima siapa
saja sebagai teman bermainnya, hal ini dapat terlihat dengan keterlibatan
orang-orang disekitarnya dengan tanpa ragu mengerjakan permainan yang
disukainya.
D. Vokalisasi
Untuk kemampuan dalam berbicara, suara sudah jelas dan dapat mengerti apa
yang dibicarakan akan tetapi belum mampu membedakan warna sehingga pada
tombol HP Mainan yang diberikan belum bisa membedakan baik nomor maupun
urutan tombol sehingga ketika diminta untuk menekan tombol dengan suara
burung dan suara binatang belum diketahui oleh klien.
E. Sosialisasi
Klein mampu bersosialisi dengan siapa saja kecuali orang dengan pakaian atau
baju putih hal ini mungkin disebabkan karena atau pemahaman dari klien
bahwa orang dengan pakaian putih hanya bisa menggangu ketenangannya
bukan untuk membantunya. Akan tetapi dalam permainan ini klien mampu
bermain dengan siapa saja termasuk orang yang ada disekitarnya dengan
syarat ditemani oleh keluarganya atau orang tuanya.
Dengan pelaksanaan program bermain ini mengantar kami untuk melihat bahwa
program bermain pada rumah sakit sangat penting dan berguna untuk klien.
Olehnya itu sangat perlu dikembangkan dan disediakan ruangan khusus dengan
fasilitas yang disesuaikan dengan umur klien, perlu peningkatan SDM dalam
bentuk pelatihan yang berkompoten dengan perawatan anak sehingga dapat
memberikan mutu pelayanan keperawatan anak yang lebih baik lagi pada masa
sekarang dan yang akan datang agar tahapan pertumbuhan dan perkembangan
anak yang sementara menjalani perawatan dan pengobatan tetap berjalan tanpa
hambatan.
Sebagai kesimpulan, bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka
rela untuk memperoleh kesenangan dan bermain merupakan cermin kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial. Oleh karena itu bermain merupakan media
belajar bagi anak.