KELOMPOK 11
Ketua
Hamdiyah Rofiati [01121113----]
Anggota
Mita Erna Wati [011211132019]
Monica Wirgianita [01121113----]
Nafi [01121113----]
Rusydiana [011211131087]
Sriwiwara Rawilase [011211131090]
Burhana Mawarasti [01121113----]
Tri Suhartono [01121113----]
Irma Thalita [01121113----]
Nindy [011211131093]
Universitas Airlangga
Fakultas Kedokteran
November 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda termasuk anak-anak. Pengaruh globalisasi terhadap anak-anak juga begitu kuat.
Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak-anak kehilangan kepribadian
diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul
dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Teknologi informasi merupakan salah satu hal yang tidak akan lepas dari kehidupan
manusia. Karena teknologi informasi ini sudah ada sejak berabad-abad lalu dan hingga
kini masih terus berkembang. Tanpa adanya teknologi informasi, manusia akan kesulitan
untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi.
Teknologi membantu memperpanjang tangannya memperkuat ototnya atau
menyambung indera dan otaknya. Teknologi membuatlingkungannya nyaman, aman
dan efisien untuk didiami dan diolah. Pencarian informasi, bertukar informasi, dan
melakukan komunikasi jarak jauh dengan mudah. Segala bentuk perkembangan
teknologipun sangat mudah dijumpai, bahkan dapat dengan mudah dibeli karena harganya
begitu terjangkau.
Namun, sekali lagi. Perkembangan teknologi itupun, tidak akan terlepas dari
berbagai dampak negatif yang sekarang amat kita rasakan. Rasa sosial terhadap
masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
gadget. Sementara sekarang yang kita saksikan benar-benar serba seragam gadget dengan
mudahnya dijumpai anak dan remaja dimana-mana. Bagi mereka yang tidak melek
dengan urusan gadget sudah pasti dianggap ketinggalan jaman. Maka tidak heran jika
hampir semua anak dengan penuh nafsu sebegitunya mengakrabi
teknologi. Dari sekedar PS, tamagotchi, komputer sampai smartphone, iPad, android,
internet, blackberry lalu tak ketinggalan jejaring-jejaring sosial yang semakin menjauhkan
mereka dari pengajaran untuk saling mengenal, saling bersosialisi. Pada akhirnya mereka
terjebak dengan dunianya sendiri. Dan secara parktis menjadikan mereka pribadi yang
sudah jelas gagah dalam berteknologi tapi gagap dalam berinteraksi.
Oleh karena itu, solusi yang tepat untuk menghadapi masalah-masalah yang
dijelaskan dalam masalah ini adalah peran orang tua. Karena di sini peranan dari kesua
orang tua sangatlah penting. Kedua orang tua diharapkan dapat membimbing dan
mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi,
terutama gadget. Sehingga anak-anak dapat mengerti hal apa saja yang termasuk hal yang
baik dan hal yang kurang baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian gadget?
2. Bagaimana perkembangan teknologi gadget dan persebaran konsumennya?
3. Apakah dampak gadget baik kepada anak-anak?
4. Apakah dampak negatif penggunaan gadget bagi anak-anak?
5. Bagaimana pemecahan terhadap permasalahan perubahan perilaku yang
disebabkan oleh penggunaan gadget?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gadget
Gadget merupakan sebuah inovasi dari teknologi
terbaru dengan kemampuan yang lebih baik dan fitur
terbaru yang memiliki tujuan maupun fungsi lebih praktis
dan juga lebih berguna. Seiring perkembangan Pengertian
Gadget pun menjadi berkembang yang sering kali
menganggap smartphone adalah sebuah gadget dan juga
teknologi komputer ataupunlaptop bila telah diluncurkan
produk baru juga dianggap sebagai gadget.
Gadget (Bahasa Indonesia: acang) adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Inggris
untuk merujuk pada suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis
spesifik yang berguna yang umumnya diberikan terhadap sesuatu yang baru. Gadget Gratis
dianggap dirancang secara berbeda dan lebih canggih dibandingkan teknologi normal yang
ada pada saat penciptaannya. (Wikipedia,2012)
Sebanyak 40% anak usia 0-8 tahun sudah mengenal gadget seperti smartphone,
iPod, atau iPad. Alasannya sederhana, agar si anak punya keasyikan sendiri saat orang
tua mereka sibuk. Apakah gadget-gadget tersebut dapat mengganti peran orang tua atau
pengasuh? Tentu tidak. Namun, sebanyak 77% orang tua berpikir bahwa komputer tablet
seperti iPad sangat berguna bagi anak-anak mereka. Angka serupa menyatakan bahwa
tablet dapat membuat anak-anak kreatif. Untuk membuat anak-anak tertarik bermain
tablet, sebanyak 25% orang tua sengaja mengunduh aplikasi yang menarik buat mereka.
Aplikasi tersebut 46% adalah games atau teka-teki yang menyenangkan, 42% yang
mengandung unsur edukasi, dan 28% yang dianggap dapat memancing kreativitas anak.
9Internet Sehat, 2012)
Survei tersebut dibuat oleh BlogHer dan diikuti oleh 1.000 wanita. Dari ribuan
responden itu terungkap, 1 dari 4 ibu mengaku anak-anak mereka mulai bermain-main
dengan handphone di usia dua tahun. Seperti dikutip dari NY Daily News, begitu
menginjak empat tahun, 32% anak sudah mengenal dan memakai smartphone. 25% anak
usia empat tahun dan lebih muda juga sudah memakai iPod.
Masih menurut survei tersebut, 60% anak saat berusia empat tahun sudah tahu
bagaimana memakai komputer. Sementara 14% anak berusia empat tahun suka
menghabiskan waktunya bermain-main dengan tablet (iPad dan sejenisnya). Ketertarikan
anak pada handphpne itu sepertinya dipengaruhi oleh orangtua mereka. Dari survei itu
terungkap, 71% ibu tidak bisa menghabiskan hari mereka tanpa menggunakan internet.
Sementara 40% ibu mengaku hanya bisa bertahan beberapa jam tanpa melihat handphone
mereka.
Malah 23% ibu yang disurvei mengaku mereka menggunakan handphone sebagai
mainan untuk mengalihkan perhatian anak-anak mereka. Meski begitu, sikap para ibu
tersebut tetap tidak mengubah pendirian mereka soal kapan waktu yang tepat membelikan
anak handphone. Dari polling itu diketahui, ibu-ibu akan mengizinkan anak mereka
memiliki handphone di usia 13 tahun.
Satu dari empat anak-anak mengatakan mereka sangat menginginkan hadiah natal
berupa iPhone 4, iPad, atau pemutar media iPod. Permintaan anak-anak terhadap kehadiran
gadget semakin besar, 66% anak berusia 13-16 tahun menaruh produk elektronik canggih
pada list hadiah natalnya, sementara 50% anak 9-12 tahun dan 17% anak 5-8 tahun
melakukan hal yang sama.
Anak bukanlah orang dewasa yang bertubuh kecil, jadi seharusnya memang tidak
menggunakan handphone sebelum usia 12 tahun. Hal ini karena sistem kekebalan
tubuh anak masih berkembang dan ia lebih sensitif terhadap hal-hal seperti ultraviolet
atau radiasi dari telepon genggam.
Studi yang dilakukan peneliti Imperial College London mendapatkan anak berusia di
bawah 12 tahun yang dibekali telepon genggam oleh orangtuanya paling rentan
terhadap semua dampak negatif dari penggunaan handphone tersebut.
3. Rawan terhadap tindak kejahatan
Ingat, pelajar merupakan salah satu target utama dari pada penjahat.
4. Perubahan Perilaku
Salah satu kebutuhan anak dalam memenuhi proses perkembangan dan
pertumbuhannya adalah bermain dan sosialisasi dengan anak lain. Tapi anak yang
sudah kecanduan telepon genggam cenderung lebih senang bermain dengan gadgetnya
dibanding dengan anak-anak lain
Bermain gadget dalam durasi yang panjang dan dilakukan setiap hari secara kontinyu,
bisa membuat anak berkembang ke arah pribadi yang antisosial. Ini terjadi karena
anak-anak ini tidak diperkenalkan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Ambil
contoh dua orang anak usia 5 tahun yang sama-sama tengah menunggu penerbangan
bersama orangtua mereka. Salah seorang anak memegang tablet terbaru, sementara
yang satunya menghabiskan waktu menunggu jadwal terbang dengan berkeliling di
ruang tunggu, berkomunikasi dengan orang baru di sebelahnya, dan mengamati
sekitarnya. Dari sini bisa kita lihat, anak yang tidak memegang tablet akan mendapat
lebih banyak pembelajaran secara konkret.
5. Pemborosan
Kondisi ini dialami oleh remaja belia berusia 12 tahun, Oscar Rushen yang sedang
tergila-gila menelepon pacarnya hingga membuat tagihan telepon ayahnya
membengkak sampai Rp 25 juta. Hal ini tentu saja membuat sang ayah kewalahan
membayar tagihan telepon sendiri, dan sang anak pun dilarang menggunakan
handphone.
Jika memang orangtua ingin memberikan handphone untuk anaknya agar mudah
dipantau atau dihubungi, sebaiknya berikan limit tertentu untuk pulsanya seperti
prabayar sehingga bisa diatur penggunaan pulsanya.
DAFTAR PUSTAKA
Berita Satu, 2012. Wah, 38 Persen Pengguna Facebook Anak Dibawah 13 Tahun [Online]
(Updated 27 April 2012) Diakses dari : http://www.beritasatu.com/berita-utama/42503-wah-
38-persen-pengguna-facebook-anak-dibawah-13-tahun.html [15 November 2012]
ElegantRush, 2011. 23% Ibu Gunakan HP Sebagai Mainan untuk Anak Dunia Wanita [Online]
(Updated 10 Agustus 2011) Diakses dari : http://blog.venicka.com/724-23-ibu-gunakan-hp-sebagai-
mainan-untuk-anak-dunia-wanita/ [15 November 2012]
Gadgetan, 2012. Telunjuk merilis data survey pengguna smartphone di Indonesia [Online]
(Updated 29 Juni 2012) Diakses dari : http://gadgetan.com/telunjuk-merilis-data-survey-
pengguna-smartphone-di-indonesia/26954 [15 November 2012]
Inilah.com, 2012. Inilah Jumlah Pengguna Internet Dunia Tiap 1 Menit [Online] (Updated 29
Juni 2012) Diakses dari : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1877465/inilah-jumlah-
pengguna-internet-dunia-tiap-1-menit [15 November 2012]
Internet Sehat, 2012. 7 dari 10 Anak Ikut Pakai Gadget Orangtuanya [Online] (Updated 21
Mei 2012) Diakses dari : http://ictwatch.com/internetsehat/2012/05/21/7-dari-10-anak-ikut-
memakai-gadget-orangtuanya/ [15 November 2012]