Anda di halaman 1dari 23

DISTILASI FRAKSIONASI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami prinsip distilasi fraksionasi.
2. Mengetahui komposisi dari sampel (feed, destilat, &bottom product)
3. Mengetahui jumlah plate yang beroperasi.

II. PERINCIAN KERJA


1. Membuat kurva kalibrasi
2. Menghitung berat jenis umpan yang belum didistilasi
3. Pengaturan refluks
4. Melakukan distilasi dengan alat distilasi fraksionasi
5. Melakukan pengukuran volume destilat dan residu

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang digunakan:
Seperangkat alat distilasi fraksionasi
Piknometer 25 ml
Pipet ukur 25 ml
Erlenmeyer 100 ml
Gelas Kimia 500 ml, 100 ml
Bulb
Gelas ukur 500 ml, 250 ml
Naeraca analitik
Labu semprot
Baskom
Corong plastik
B. Bahan yang digunakan:
Etanol
Aquadest
Tissue

IV. DASAR TEORI


A. Pengertian Distilasi
Distilasi adalah unit operasi yang sudah ratusan tahun diaplikasikan
secara luas. Di seperempat abad pertama dari abad ke-20 ini, aplikasi unit
distilasi berkembang pesat dari yang hanya terbatas pada upaya pemekatan
alcohol kepada berbagai aplikasi di hampir seluruh industri kimia. Distilasi
pada dasarnya adalah proses pemisahan suatu campuran menjadi dua atau
lebih produk lewat eksploitasi perbedaan kemampuan menguap komponen-
komponen dalam campuran. Operasi ini biasanya dilaksanakan dalam suatu
klom baki (tray column) atau kolom dengan isian (packing column) untuk
mendapatkan kontak antar fasa seintim mungkin sehingga diperoleh unjuk
kerja pemisahan yang lebih baik.

B. Distilasi Fraksionasi
Distilasi fraksionasi merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan
yang mempuntai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar
30 C atau lebih. Dalam distilasi fraksionasi pemisahan parsial diulang
berkali-kali dimana setiap kali terjadi pemisahan lebih lanjut. Karakteristik
bahan pada distilasi fraksionasi adalah cairan yaitu mempunyai titik didih
yang tidak terlalu jauh. Aplikasi dari distilasi jenis ini adalah pada industri
minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak
mentah.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya
kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan
suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-
beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di
bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya. Kolom
fraksionasidigunakan untukmemberikan luas permukaan yang besar agar
uap yang berjalan naik dan cairan yang turun dapat bersentuhan.dalam
praktek, kolom tutup gelembung kurang efektif untuk pekerjaan di
laboratorium. Hasilnya relatif terlalu sedikit bila dibandingkan dengan
besar bahan yang tergantung di dalam kolom. Dengan kata lain kolom
tutup gelembung memiliki keluaran yang kecil dengan sejumlah besar
bahan yang masih tertahan di dalam kolom. Keefektifan kolom ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara pengaturan materi di dalam
kolom, pengaturan temperatur, panjang kolom dan kecepatan
penghilangan hasil distilasi. Satuan dasar efisiensi adalah tinggi setara
dengan sebuah lempeng teoritis (HETP atau H). Besarnya H sama dengan
panjang kolom dibagi dengan jumlah plat teoritis. Banyaknya plat teoritis
H bergantung pada sifat campuran yang dipisahkan.

C. Refluks
Reflux adalah teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan
pengembalian sebagai kondensat ke system. Hal ini digunakan di
industri dan laboratorium. Istilah refluks secara luas digunakan di
industry untuk mendukung distilasi kolom dan fraksionasi skala besar
pada industri, chemical plants, dan alat proses natural gas (Eric Krell,
1982).

D. Prinsip Operasi
Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala
bahwa bila campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan
uapnya, komposisi uap dan cairan berbeda. Uap akan mengandung
lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan cairan
akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila
uap dipisahkan dari cairan dan uap tersebut dikondensasikan, akan
didapatkan cairan yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan lebih
banyak komponen yang mudah menguap dibandingkan dengan cairan
yang tidak teruapkan. Bila kemudian cairan dari kondensasi uap
tersebut diuapkan lagi sebagian, akan didapatkan uap dengan kadar
komponen yang lebih mudah menguap lebih tinggi.
Untuk menunjukkan lebih jelas uraian di atas, berikut
digambarkan secara skematis:
a. Keadaan awal
Campuran A dan B (fasa cair). A adalah komponen yang lebih mudah
menguap.
xA,0 = fraksi berat A di fasa cair
xB,0 = fraksi berat B di fasa cair
xA +xB =1
b. Campuran diuapkan sebagian, uap dan cairannya dibiarkan dalam
keadaan setimbang. xA,1 = fraksi berat A di fasa cair (setimbang)

xB,1 = fraksi berat B di fasa cair (setimbang)


xA +xB =1
yA,1 = fraksi berat A di fasa uap (setimbang)
yB,1 = fraksi berat B di fasa uap (setimbang)
yA +yB =1
Pada keadaan ini maka: yA,1> xA,1 dan yB,1< xB,1
Bila dibandingkan dengan keadaan mula:
yA,1 > xA,1> xA,2 dan yB,1< xB,1 < xB,2.
c. Uap dipisahkan dari cairannya dan dikondensasi; maka didapat dua
cairan, cairan I dan cairan II. Cairan I mengandung lebih sedikit
komponen A (lebih mudah menguap) dibandingkan cairan II.
Gambar 1. Skema proses perpindahan massa pada peristiwa distilasi
E. Kesetimbangan Uap-Cair
Keberhasilan suatu operasi distilasi tergantung pda keadaan setimbang
yang terjadi antar fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran. Dalam hal
ini akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari kompoenen A (yang lebih
mudah menguap) dan komponen B (yang kurang mudah menguap)
Karena pada umumnya proses distilasi dilaksanakan dalam keadaan
bubletemperature dan dew temperature, dengan komposisi uap ditunjukkan
pada Gambar 2.
Gambar 2. Kurva temperatur vs komponen XA, YA

Dalam banyak campuran biner, titik didih campuran terletak di antara


titik didih komponen yang lebih mudah menguap (Ta) dan titik didih
komponen yang kurang mudah menguap (Tb). Untuk setiap suhu, harga yA
selalu lebih besar daripada harga xA.
Ada beberapa campuran biner yang titik didihnya di atas atau di
bawah titik didih kedua komponennya. campuran kedua disebut azeotrop
minimum seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Kurva azeotrop minimum dalam kesetimbangan

Dalam kedua hal, yA tidak selalu lebih besar daripada harga xA, ada
kesetimbangan uap cairan dengan yA selalu lebih kecil daripada xA. Pada
titik azeotrop, yAsama dengan xA dan campuran cairan dengan komposisi
sama dengan titik azeotrop tidak dapat dipisahkan dengan cara distilasi.
Kurva operasi distilasi dalam keadaan kesetimbangan

Komposisi produk rata-rata dapat dihitung dengan persamaan :


F . X D B. X B
X rata
D
Dimana :
F = Jumlah mol umpan mula-mula
D = Jumlah mol destilat total setelah distilasi dihentikan
XF = Fraksi mol umpan mula-mula
XD = Fraksi mol residu pada saat distilasi dihentikan

F. Karakteristik Rancang dan Operasi Kolom Piring


Faktor-faktor yang penting dalam merancang dan mengoprasikan
kolom piring ialah jumlah piring yang diperlukan untuk mendapatkan
pemisahan yang dikehendaki, diameter kolom, kalor yang dikonsumsi
dalam pendidih, kalor yang dibuang pada kondensor, jarak antar piring
yang dipilih, dan rinci konstruksi piring.Sesuai dengan asas-asas umum,
analisis untuk kerja kolom piring didasarkan atas neraca bahan, neraca
energi, dan keseimbangan fase.

Neraca massa total : F=D+W

Neraca komponen A : F xF = D xD+ W xW

V. PROSEDUR KERJA
A. Membuat Kurva Kalibrasi
1) Menyiapkan aquadest kemudian diukur suhunya.
2) Menimbang piknometer kosong yang telah bersih dan kering.
3) Memasukkan aquadest ke dalam piknometer hingga penuh,
kemudian ditimbang.
4) Menyiapkan 6 buah Erlenmeyer.
5) Membuat campuran etanol-air dengan konsentrasi yang berbeda
seperti pada data pengamatan.
6) Mengukur densitas masing-masing sampel dengan menggunakan
piknometer yang telah dikalibrasi.

B. Distilasi Fraksionasi
1) Menyiapkan feed yang terdiri dari 2 liter etanol, 3 liter air yang
dicampur dan di homogenkan
2) Mengambil 50 ml feed untuk diukur densitasnya.
3) Membuka corong dengan memutar kran V1, memasukan campuran
etanol-air sebanyak 4,95 L dan tutup kembali kran V1.
4) Menyalakan alat distilasi fraksionasi.

a) Menyalankan alat pendingin sebelum alat destilasi dioprasikan.


b) Memyalakan alat dengan menarik saklar (1) hinggah lampu putih
menyala.
c) Memutar tombol merah (0) kekanan lalu menekan tombol start
warna hijau (2).
d) Memutar tombol pengatur pemanas J1 (3) ke angka 1, hingga
tombol dan lampu TI1 sampai TI6 menyala.
e) Memutr tombol J2 sebanyak 4 kali untuk mengatur suhu heater
dalam labu C1
f) Memutar tombol EV1 ke angka 1 (6) untuk mengatur refluks
g) Mengatur tombol start dan stop (5) untuk waktu refluks.
5) Menunggu hingga etanol terdestilasi.
6) Mencatat T1 di ambil pertama kali ketika telah ada tetesan destilat
yang jatuh.
7) Mengambil sampel setiap tingkatan volume pada labu destilasi dan di
ukur berat jenisnya serta mencatat suhu pada volume tersebut.
8) Sebelum mematikan alat destilasi tunggu hingga tidak ada lagi destilat
yang tersisa, matikan alat tetapi alat pendingin tetap menyala untuk
mendinginkan alat
9) Setelah dipastikan alat destilat dingin matikan alat pendingin.
10) Mengukur volume produk destilat dan bottom product yang dihasilkan
11) Mengambil 50 ml produk destilat dan bottom product untuk diukur
densitasnya.
VI. DATA PENGAMATAN
- Pikno kosong = 23,0022 g
- Pikno+air = 47,8905 g
- Suhu air = 23OC
- Volume umpan = 4590 ml
- Berat pikno+umpan = 46,4653 g
- Volume destilat = 1184 ml
- Berat pikno+destilat = 43,4986 g
- Volume residu = 3340 ml
- Berat pikno+residu = 47,3224 g

No. Vol etanol (ml) Vol air (ml) B. Pikno+Sampel


1 0 30 47,9197
2 3 27 47,5486
3 6 24 47,2892
4 9 21 46,8728
5 12 18 46,4922
6 15 15 46,0595
7 18 12 45,5255
8 21 9 45,0100
9 24 6 44,3493
10 27 3 43,6698
11 30 0 43,2734
1 2 3 4 5 6
TI1 81,2 82,3 83,9 81,2 81,1 81,3
TI2 75,4 76,1 79,0 75,4 91,8 92,8
TI3 70,0 70,1 71,6 70,0 89,9 90,0
TI4 66,7 66,7 67,4 66,7 74,8 80,0
TI5 36,5 39,9 43,6 36,5 48,6 49,2
TI6 39,4 42,7 46,3 39,4 51,3 51,8

VII. PERHITUNGAN
1. Perhitungan % volume etanol

Contoh perhitungan data pengamatan no. 2


%volume = vol etanol+vol air

3
= 3+27x100%

= 10%

Perhitungan data selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama, hasilnya
terlihat pada table berikut:

No. Vol etanol (ml) Vol air (ml) %vol etanol


1 0 30 0
2 3 27 10
3 6 24 20
4 9 21 30
5 12 18 40
6 15 15 50
7 18 12 60
8 21 9 70
9 24 6 80
10 27 3 90
11 30 0 100

2. Perhitungan berat jenis larutan

Penentuan berat jenis sampel untuk kurva kalibrasi

Contoh perhitungan data pengamatan no. 2

(+)( )
Volume air = bj air pada 22C

47,890523,0022
= 0,998

= 24,9382 ml

Volume piknometer = Volume air

= 24,9382 ml

(+)( )
Berat jenis sampel = volume pikno

47,548623,0022
= 25,073

= 0,9843 g/ml

Perhitungan data selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama, hasilnya
terlihat pada table berikut:

No. Vol etanol Vol air %vol etanol Pikno+Sampel BJ etanol


(ml) (ml) (gr) (gr/ml)
1 0 30 0 47,9197 0.9992
2 3 27 10 47,5486 0.9843
3 6 24 20 47,2892 0.9739
4 9 21 30 46,8728 0.9572
5 12 18 40 46,4922 0.9419
6 15 15 50 46,0595 0.9246
7 18 12 60 45,5255 0.9032
8 21 9 70 45,0100 0.8825
9 24 6 80 44,3493 0.8560
10 27 3 90 43,6698 0.8288
11 30 0 100 43,2734 0.8085

Penentuan berat jenis sampel

(+)( )
Volume air = bj air pada 22C

47,890523,0022
= 0,998

= 24,9382 ml

Volume piknometer = Volume air

= 24,9382 ml

(+)( )
Berat jenis umpan = volume pikno

46,465323,0022
= 24,9382

= 0,9404 g/ml

(+)( )
Berat jenis destilat = volume pikno

42,888623,0022
= 24,9382

= 0,8219 g/ml

(+)( )
Berat jenis residu = volume pikno

47,322423,0022
= 24,9382

= 0,9752 g/ml
3. Membuat kurva kalibrasi

Grafik antara %volume etanol vs p dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik antara %vol vs p


1.0500

1.0000

0.9500

0.9000
P

0.8500

0.8000

0.7500

0.7000
0 20 40 60 80 100
%VOL

Untuk menentukan %volume umpan, destilat, dan residu maka diplotkan nilai
berat jenisnya ke dalam grafik seperti gambar berikut:

Grafik antara %vol vs p


1.0500
1.0000
0.9500
0.9000
P

0.8500
0.8000
0.7500
0.7000
0 20 40 60 80 100
%VOL
umpan destilat residu

Dilihat dari grafik maka dapat ditentukan:


XF = 40%

XD = 94%

XR = 19%

4. Perhitungan teori destilasi

Penentuan mol umpan

VF = 4950 ml

BJF = 0,9409 g/ml

XF = 40%



Volume etanol = 100

40
= 100 4950

= 1980 ml


Mol etanol =

1980 ml0,8129 g/ml


= 46,07 gr/mol

= 34,9369 mol

Volume air =

= (4950 - 1980) ml

= 2970 ml


Mol air =
2970 ml 0,9992 g/ml
= 18 gr/mol

= 164,868 mol

Mol total umpan = Mol etanol + mol air

= (34,9369+164,868) mol

= 199,8049 mol


Fraksi mol etanol =

34,9369 mol
=
199,8049 mol

= 0,1748

Penentuan mol destilat

VD = 1184 ml

BJD = 0,8219 g/ml

XD = 94%


Volume etanol = 100

94
= 100 1184

= 1112,96ml


Mol etanol =

1112,96ml 0,8129 g/ml


= 46,07 gr/mol

= 19,6380mol
Volumeair =

= (1184 1112,96) ml

= 71,04ml


Mol air =

71,04ml 0,9992 g/ml


=
18 gr/mol

= 3,9435mol

Mol total destilat = Mol etanol + mol air

= (19,6380+3,9435) mol

= 23,5815mol


Fraksi mol etanol =

19,6380 mol
= 23,5815 mol

= 0,8435

Penentuan mol residu

VR = 3340 ml

BJR = 0,9752g/ml

XR = 19%



Volume etanol = 100

19
= 100 3340
= 634,6 ml


Mol etanol =

634,6 ml 0,8129 g/ml


= 46,07 gr/mol

= 11,1974 mol

Volumeair =

= (3340 - 634,6) ml

= 2705,4 ml


Mol air =

2705,4 ml 0,9992 g/ml


= 18 gr/mol

= 150,1798 mol

Mol total residu = Mol etanol + mol air

= (11,1974+150,1798) mol

= 161,3772 mol


Fraksi mol etanol =

11,1974 mol
= 161,3772 mol

= 0,0694

5. Penentuan garis operasi

Penentuan jumlah stage/plat yang tepat agar campuran dapat terpisah secara
maksimal

L = 10, D = 4 sehingga RD = 10/4 = 2,5


DX
YD = RD+1

0,8435
= 2,5+1

= 0,241

Grafik Kesetimbangan Etanol-Air


1

0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Dari grafik diatas dapat ditentukan jumlah stage/plat yang digunakan dalam
praktikum yaitu 8 stage.
VIII. PEMBAHASAN

Ira Rahmatia (331 15 018)


Pada percobaan kali ini, pemisahan zat dilakukan dengan metode
destilasi fraksionasi. Destilasi fraksionasi merupakan suatu metode pemisahan
zat berdasarkan perbedan titik didih yang bedekatan. Adapun prinsip kerja dari
pemisahan dengan destilasi fraksionasi yaitu pemisahan suatu campuran
dimana komponen-komponennya diuapkan dan diembunkan secara bertingkat.
Zat yang dapat dipisahkan melalui alat destilasi faksionasi adalah zat yang
mudah menguap dan memiliki perbedaan titik didih yan saling berdekatan.
Pada praktikum ini digunakan senyawa campuran etanol dengan air
sebanyak 5 Liter (3 L air dan 2 L etanol), campuran ini dipanaskan dalam
labu destilasi pada rangkaian alat destilasi fraksionasi. Pada alat control, suhu
pemanasan dijaga agar tidak melewati 80oC untuk dilkukan pengamatan pada
suhu TI1-TI6 tiap 200 mL hasil destilat.Hal ini bertujuan agar mengotrol suhu
etanol jika sudah mencapai 80oC. Etanol menguap secara maksimal, setelah
mencapai titik didihnya yaitu 78oC, etanol akan mulai menguap dan masuk
menuju kolom fraksionasi pada alat. Setelah melewati kolom tersebut
selanjutnya menuju ke proses refluks. Proses refluks ini dilakukan agar
pemisahan antara campuran etanol dan air dapat terjadi dengan baik. Senyawa
yang titik didihnya rendah (etanol) akan naik terus menuju ke kondensor dan
terjadi kondensasi hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat,
sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi (air), jika belum mencapai
harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam
labu destilasi, dan jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik
didihnya senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun dan menetes
sebagai destilat.
Perlakuan awal pada praktikum ini yaitu mengambil 50 mL campuran
etanol-air dari 5 Liter campuran yang akan dijadikan sebagai umpan (feed)
untuk diukur densitasnya. Diakhir percobaan, didapatkan hasil destilasi
sebanyak 1148 mL dan Bottom produk (residu) sebanyak 3340 mL yang
kemudian diukur densitasnya. Dari hasil diatas diketahui bahwa terdapat
sampel etanol-air yang yang tidak terakumulasi sebanyak 512 mL. Larutan
etanol-air yang hilang pada proses ini dikarenakan kran pada alat destilasi
yang mulai rusak ataupun kesalahan praktikan saat memindahkan larutan
etanol-air kedalam labu destilasi.
Melalui plot data densitas pada grafik Densitas Vs Fraksi mol Etanol
(kurva standar) didapatkan 0.4 fraksi mol pada Feed, 0.19 fraksi mol pada
Bottom Product dan 0.94 fraksi mol pada Destilat. Kemudian dari hasil plot
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan fraksi mol etanol. Fraksi mol
etanol yang didapatkan sebesar 0.1748 pada Feed, 0.8435 pada Destilat, dan
0.0694 pada Bottom Produk.
Hasil fraksi mol etanol secara perhitungan dibuat grafik
Kesetimbangan Etanol-Air. Tujuannya agar diketahui jumlah stage/plat agar
campuran Etanol-Air dapat terpisah secara maksimal. Berdasarkan grafik
jumlah plate yang digunakan sebanyak 8 plate agar campuran Etanol-Air
dapat terpisah secara maksimal.
Dari segi perbandingan keuntungan destilasi fraksionasi memiliki
kelebihan dibandingkan dengan destilasi sederhana. Destilasi fraksionasi
sudah dilengkapi dengan alat pengendali yang digital dalam pembacaan suhu
dan juga menggunakan energi yang jauh lebih besar dan juga destilat yang
diperoleh lebih murni dibandingkan dengan destilasi sederhana karena
prosesnya yang secara continue. Tetapi juga mempunyai kekurangan yaitu
untuk mendapatkan senyawa yang mendekati kemurnian membutuhkan waktu
yang tidak singkat atau lama.
Khusnul Khotimah (331 15 013)

Praktikum kali ini, pemisahan zat dilakukan dengan metode destilasi


fraksionasi. Destilasi fraksionasi merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan
yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30 oC
atau lebih. Dalam destilasi fraksionasi atau destilasi bertingkat proses pemisahan
parsial diulang berkali kali dimana setiap kali terjadi pemisahan lebih lanjut.hal
ini berarti proses pengayaan dari uap yang lebih volatile juga terjadi berkali-kali
sepanjang proses destilasi fraksional itu berlangsung.

Destilasi fraksionasi terjadi suatu proses refluks, yang dilakukan agar


pemisahan campuran dapat terjadi dengan baik. Kolom fraksionasi berfungsi agar
kontak antara cairan dengan uap terjadi lebih lama. Sehingga komponen yang
lebih ringan dengan titik didih yang lebih rendah akan terus menguap dan masuk
kondensor. Sedangkan komponen yang lebih besar akan kembali ke dalam labu
destilasi. Di dalam kolom fraksionasi terjadi pemanasan bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat dibawahnya. Semakin
ke atas semakin volatil cairannya.

Pada praktikum ini digunakan senyawa campuran etanol dengan air


sebanyak 5 Liter (3 L air dan 2 L etanol), campuran ini dipanaskan dalam labu
destilasi pada rangkaian alat destilasi fraksionasi. Pada alat control, suhu
pemanasan dijaga agar tidak melewati 80oC untuk dilkukan pengamatan pada
suhu TI1-TI6 tiap 200 mL hasil destilat.Hal ini bertujuan agar mengotrol suhu
etanol jika sudah mencapai 80oC. Etanol menguap secara maksimal, setelah
mencapai titik didihnya yaitu 78oC, etanol akan mulai menguap dan masuk
menuju kolom fraksionasi pada alat. Setelah melewati kolom tersebut
selanjutnya menuju ke proses refluks. Proses refluks ini dilakukan agar
pemisahan antara campuran etanol dan air dapat terjadi dengan baik. Senyawa
yang titik didihnya rendah (etanol) akan naik terus menuju ke kondensor dan
terjadi kondensasi hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat,
sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi (air), jika belum mencapai
harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu
destilasi, dan jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik
didihnya senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun dan menetes
sebagai destilat.

Melalui plot data densitas pada grafik Densitas Vs Fraksi mol Etanol
(kurva standar) didapatkan 0.4 fraksi mol pada Feed, 0.19 fraksi mol pada Bottom
Product dan 0.94 fraksi mol pada Destilat. Kemudian dari hasil plot dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan fraksi mol etanol. Fraksi mol etanol yang
didapatkan sebesar 0.1748 pada Feed, 0.8435 pada Destilat, dan 0.0694 pada
Bottom Produk.

Hasil fraksi mol etanol secara perhitungan dibuat grafik Kesetimbangan


Etanol-Air. Tujuannya agar diketahui jumlah stage/plat agar campuran Etanol-Air
dapat terpisah secara maksimal. Berdasarkan grafik jumlah plate yang digunakan
sebanyak 8 plate agar campuran Etanol-Air dapat terpisah secara maksimal.

IX. KESIMPULAN
1. Prinsip destilasi yaitu terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa
bila campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, komposisi
uap dan cairan berbeda.
2. Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan :
XF = 40%
XD = 94%
XR = 19%
3. Jumlah stage/plat yang tepat agar campuran dapat terpisah secara maksimal
yaitu 8.

X. DAFTAR PUSTAKA
Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan Operasi II Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
https://www.scribd.com/doc/312664935/Laporan-Resmi-Distilasi-Fraksinasi

https://www.scribd.com/doc/91719772/PERCOBAAN-DESTILASI-
FRAKSINASI

http://wahyusisilia.blogspot.co.id/2015/10/laporan-distilasi-fraksionasi.html

https://karyatulisilmiah.com/destilasi-fraksionasi-laporan-pratikum/

Anda mungkin juga menyukai