KROMATOGRAFI KOLOM
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui arti dari kromatografi
2. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi
4. Untuk mengetahui sifat-sifat adsorben dan pelarut dalam kromatografi kolom
5. Untuk mengetahui penggunaan kromatografi kolom
6. Untuk mengetahui manfaat dari kromatografi kolom
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kromatografi kolom
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran,
suatu bahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.
2.2.9 Kromatografi Elektroforesis Kontinyu
Kromatografi jenis ini merupakan bagian dari kromatografi kertas dimana
selama pengerjaannya diterapkan medan listrik tegak lurus pada aliran pelarut. Arah
aliran spesies ionik akan menyimpang dari arah aliran semula tergantung atas
muatan molekul dan gerakitasnya.
2.3. Kromatografi Kolom
2.3.1. Pengertian Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang
pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi minyak
bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi
serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair
padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan
pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk pada cara pemisahan
cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak
larut dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa
komponen campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom
adsorpsi ialah bahwa komponen komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa
mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita
mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh yang
telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama tama dihanyutkan elutor
ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen komponen
lainnya akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga
terjadi pemisahan daripada komponen komponen tersebut.
Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang
antarmuka di antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif
komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut
terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan
proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan
adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen
dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang ditambahkan secara kontinyu.
Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben
akan secara selektif tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil akan bergerak
lebih cepat mengikuti aliran pelarut.
Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan kromatografi
kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan.
Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori seperti
kieselguhr, selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air).
Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair
sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga
padat yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat
padat yang penyokong harus penyerap dan menahan fase diam serta harus membuat
permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada
umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam
kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir
membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari
zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak digunakan
untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik.
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau
negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar.
Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu
resin penukar kation adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion
adalah ion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion
ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air)
diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri
melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang diserap. Selama operasi berlangsung
setiap ion akan dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh resin
Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada jumlah
gugus ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin
tersebut. Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai
kapasitas resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan
berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan
metode kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat jumlah ion yang sama
Dalam keadaan demikian resin dapat dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan
menuangkan larutan asam yang agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi reaksi
kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar anion dapat berupa ko-polimer
stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan amin yang bersifat
basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya ekuivalen.
di kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian sistem tertentu. Salah satu diantaranya
adalah perhitungan pelat pelat teoritis untuk suatu kolom dan terdapat dua parameter
3.3.8 Pemisahan kromatografi planar (kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis)
Pemisahan kromatografi planar ini pada umunya di hentikan sebelum semua fasa gerak
melewati seluruh permukaan fase diam. Solut pada kedua kromatografi ini di
karakteristikan dengan jarak ujung fase geraknya. Faktor retardasi solut (Rf) di
definisikan sebagai:
Rf= 1 / 1+k
Nilai R di hitung dengan menggunakan perbandingan sebagaimana dalam persamaan di
atas.
Rf== jarak yang di tempuh solut / jarak yang di tempuh fasa gerak
Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini di capai ketika solut mempunyai perbandingan
distribusi (D) dan faktor retensi (k) sama dengan 0 yang berarti solut bermigrasi
dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimun Rf adalah 0 dan ini
teramati jika solut bertahan pada posisi titik awal di permukaan fase diam.
(prof. Dr Ibnu Gholib dan Abdul rohman 2007)
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa ditinjau
dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi
yang digolongkan kedalam kromatografi cair padat (KCP) kolom terbuka.
4.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan informasi. Oleh
karena itu, meskipun sedikit yang di jelaskan tentang kromatografi kolom, di harapkan
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa yang sedang
mencari informasi mengenai kromatografi kolom, semoga dapat memahami uraian
tersebut.
DAFTAR PUSATAKA
http://destirumapea24.blogspot.co.id/2015/03/kromatografi-kolom.html