Makalah Intranatal Care
Makalah Intranatal Care
INTRA NATAL
OLEH :
CIMAHI 2014
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
INTRA NATAL
A. Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari bebagai pihak,untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
dosen pembimbing dan CI Maternitas dan juga teman-teman semua yang telah
ikut berperan serta dalam pembuatan makalah ini.
Disini penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi
orang-orang yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Konsep Dasar Penyakit
1.2 Tujuan Penulisan
Bab VI Penutup
4.1 kesimpulan
4.2 saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses persalinan merupakan saat yang paling menegangkan dan
mencemaskan bagi wanita, apalagi jika persalinan tersebut merupakan
persalinan pertamanya. Saat mengetahui dirinya hamil ibu harus beradaptasi
dengan berbagai perubahan, mulai dari perubahan fisik sampai perubahan
psikologis yang dapat mempengaruhi emosinya.
Persalinan pada primigravida adalah persalinan yang terjadi pada wanita yang
baru pertama kali hamil (Endjun, 2004).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah Agar perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pagi pasien intranatal
berdasrkan data dan keluhan-keluhan yang didapat dari pasien
2. Tujuan khusus
Dan tujuan khususnya adalah agar para pembaca mengetagui tentang
pengertian persalinan, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi
keperawatan pada primigravida. Metode yang diambil adalah wawancara dan
observasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan
membran dari Dalam rahim melalui jalan lahir.
Persalinan adalah pengeluaran bayi disusul dengan plasenta dan
selaput janin dari tubuhibu.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari)
yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
dengan bantuan ataupun tanpa bantuan.
KALA PERSALINAN
Kala I ; kala pembukaan serviks.
Proses pembukaan adalah sejak persalinan sampai pada pembukaan
serviks lengkap pada primigravida 7-8 jam, terdiri dari 2 fase, yaitu :
a. Fase laten ; berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm. His
masih lemah, dengan frekuensi his jarang.
b. Fase aktif ;
- Fase akselerasi, lamanya 2 jam dengan pembukaan 2-3 cm.
- Fase dilatasi maksimal, lamanya 2 jam dengan pembukaan lebih
dari 9 cm sampai pembukaan lengkap. His tipa 3-4 menit selama 45
detik. Pada multigravida proses ini akan berlangsung lebih cepat.
1. Engagement
Merupakan mekanisme yang biasanya dimulai dari pintu atas panggul dimana
ubub-ubun kecil terletak di sebelah kiri depan/di sebelah kanan depan, kiri
dan kanan berdasarkan ukuran seseorang dari PAP. bila digambarkan
sebagai berikut :
a. Ukuran pintu atas panggul 10-11 cm
b. Ukuran melintang pintu atas panggul 12-18 cm
c. Ukuran seorang pintu atas panggul 11- 12
5. Ekstensi / defleksi
a. Defleksi kepala SBR mengarah kedepan dan atas
b. Dua kekuatan pada kepala :
- Mendesak ke bawah
- Tahanan dasar panggul menolak ke atas
c. Setelah sub oksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis sebagai
hipomoclion lahir lewat perineum = oksiput, muka, dan dagu
7. Ekspulsi
Bahu depan di bawah simpisis sebagai hipomoclion lahir bahu belakang
bahu depan badan.
3. Patofisiologi
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin ke bawah pada letak kepala, bila his sudah cukup kuat,
kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.
Kontraksi dimulai pada salah satu cornue (tanduk) uterus kiri atau kelenjar ke
seluruh miometrium sehingga menghasilkan kontraksi yang simetris. Fundus
uteri berkontraksi lebih kuat dan lebih lama dari bagian-bagian lain dari uterus.
Bagian tengah uterus berkontraksi pada fundus uteri. Bagian bawah uterus-
uterus serviks tetap pasif atau kontraksi lemah. Setelah kontraksi terjadi
relaksasi tonus otot diluar his tidak seberapa jauh meningkat.
Pada waktu his kemudian keluar pada keadaan semula. Tahap persalinan:
Kala I yaitu pembukaan antara 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2
kali dalam 10 menit selama 40 detik
Kala II yaitu untuk memastikan apakah pembukaan sudah lengkap atau
kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6cm.
Kala III yaitu pengeluaran aktif plasenta
Kala IV yaitu sejak lamanya plasenta 1 sampai dengan 2-4 jam setelah
persalianan dan keadaan itu menjadi stabil kembali.
4. Etiologi
Penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara lain oleh
factor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus , sirkulasi uterus,
pengaruh saraf dan nutrisi, perubahan biokimia antara lain penurunan kadar
hormone estrogen dan progesterone.
5. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan urin : protein, glukosa, dan aseton
Pemeriksaan Hb, golongan darah, hemtoktrid, VDRL
Monitoring DJJ dan FHT (detak jantung janin) terutama berhubungan dengan
uterus.
6. Penatalaksanaan
a. Kala I
Mengukur TTV dan PF
Auskultasi DJJ
Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi
terendah dan kemajuan persalinan, serta perineum.
b. Kala II
a.1.1. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
Langkah 1
Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda Kala Dua
Langkah 2
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia:
tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot
60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi
Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
Langkah 3
Kenakan atau pakai celemek plastik.
Langkah 4
Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
Langkah 5
Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.
Langkah 6
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak terkontaminasi pada alat suntik).
Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
Langkah 9
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangah setelah sarung tangan dilepaskan.
Langkah 10
Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 160 x/ menit)
Langkah 11
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu
ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan sesuai temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
Langkah 12
Pinta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
Langkah 13
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada dorongan kuat
untuk meneran:
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Berika cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
Langkah 14
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Langkah 15
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
Langkah 16
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
Langkah 17
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
Langkah 18
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Lahirnya kepala
Langkah 19
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan
dangkal.
Langkah 20
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong diantara klem tersebut.
Langkah 21
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
Langkah 22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
Langkah 23
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
Langkah 25
Lakukan penilaian (selintas):
Langkah 26
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
Ganti handuk basah dengan handuk kering
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
Langkah 27
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil
tunggal).
Langkah 28
Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi baik).
Langkah 29
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin).
Langkah 30
Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir pada
sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem
pertama.
Langkah 31
Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan
pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi kemudian lingkarkan
kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan
benang dengan simpul kunci
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
Langkah 32
Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
Langkah 33
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
Mengajari ibu untuk mengejan
b. Kala III
1.1.Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga
Langkah 34
Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 10 cm dari vulva.
Langkah 35
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Langkah 36
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
Langkah 37
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
c. Kala IV
1.1. Menilai Perdarahan
Langkah 40
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
Langkah 41
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Evaluasi
Langkah 46
Lanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam
Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Langkah 50
Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5 37,5).
Dokumentasi
Langkah 58
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.
e. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien intranatal adalah ketuban pecah
dini, persalinan preterm, kehamilan postmatur, prolaps tali pusat, rupture
uterus, kelahiran sesaria, inverse uterus, dan pendarahan post partum dini.
B. Konsep keperawatan
1. Kala I
Pengkajian
1. Kaji benarnya inpartu
2. Kaji berapa jauh kemajuannya
3. Kaji keadaan ketuban
4. Kaji komplikasi atau resti
5. Kaji respon psikologis
6. Kaji kemajuan persalinan partogram
a. Pembukaan
b. Penurunan persentasi
c. Moulage
7. Kaji kontraksi
8. Kaji posisi ibu :
a. Awal kala I ; jalan-jalan
b. Pembukaan 6-7 cm ; tidur miring ke kiri setengah duduk
9. Kaji makan dan minum
a. Akhir kala I dibatasi
b. Dianjurkan Bak 2-3 jam sekali
10. Kaji lingkungan tenang dan nyaman
11. Kaji penjelasan sikap empati dan hangat
Diagnosa keperawatan
1. Kesulitan penyesuaian diri sehubungan dengan hospitalisasi, belum
mengenal lingkungan rumah sakit.
2. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan pembatasan intake cairan.
3. Cemas sehubungan dengan masih asing dengan proses persalinan.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan hiperpentilasi.
5. Perubahan dalam nutrisi sehubungan dengan persalinan yang berlangsung
lama.
6. Mekanisme koping kurang efektif sehubungan dengan kelelahan, kurang tidur,
dan sesuatu yang tidak diharapkan.
7. Perubahan eliminasi sehubungan dengan bedrest.
Intervensi
1. Fetal distress
a. Merubah posisi ibu
b. Meningkatkan kaki mengurangi hipotensi
c. Menghentikan rangsangan O2
d. Memberikan O2
2. Meningkatkan kenyaman
a. Membantu partisipasi ibu
b. Temukan tujuan ibu
c. Membantu management energy
d. Mengatasi ketidaknyamanan ibu ; ambulasi, posisi, massage, pernapasan,
dan relaksasi
3. Suasana dan lingkungan kamar
4. Support, empati
5. Penerangan hal-hal yang mungkin terjadi kepada keluarga
6. Monitor :
a. Letak jantung janin
b. Pengeluaran cairan
c. Pembukaan kala II
Implementasi
1. Mengajarkan pasien/ibu posisi-posisi untuk mengurangi rasa nyeri
2. Memberi selang O2 bila perlu
3. Memberi informasi yang cukup tentang kondisi yang akan dialami ibu
4. Mengajarkan teknik mengejan yang benar dan tepat waktu
5. Memberikan massage untuk kenyamanan dan mengurangi rasa sakit
6. Mengajarkan teknik pernafasan untuk mengurangi kontraksi
7. Lakukan pemeriksaan djj, pengeluaran cairan, dan pembukaan
Evaluasi
1. Ibu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit
2. Kebutuhan cairan pasien tercukupi
3. Cemas ringan/berkurang
4. Kebutuhan oksigen pasien tercukupi
5. Pasien dapat mengejan dengan benar dan tepat waktu
6. Koping individu efektif berhubungan dengan pengarahan persalinan
7. Rasa nyeri berkurang
Kala II
Pengkajian
1. Melanjutkan monitor
a. Detak jantung janin
b. His (respon janin)
c. Pendarahan
d. Air ketuban
2. Tanda dan gejala fisik serta perilaku
3. Meneran dengan benar atau tidak
4. Mekanisme penyesuaian
5. Support person
Diagnosa keperawatan
1. Tidak mampu mengikuti pimpinan persalinan sampai dengan kelelahan ,
panic, dan amnesia
2. Perubahan konsep diri sehubungan dengan merasa tidak mampu meneran
dengan kuat
3. Resiko perlukaan sehubungan dengan posisi ibu yang tidak tepat
4. Perubahan konsep diri pada suami sehubungan dengan tidak mampu
mensupport istri
Intervensi
1.Cara mengejan dan posisi
2.Dorongan psikososial
3. Persiapan pertolongan persalinan
4. Asepsis dan anti asepsis
5. Faktor psikososial
6. Pertolongan persalinan
Implementasi
1. Ajarkan teknik mengejan yang benar
2. Meminta pasien mempraktekkan teknik mengejan yang telah diajarkan
3. Memberikan support dan dukungan agar ibu mampu mengejan dengan baik
4. Memberikan pengarahan dan support pada suami untuk selalu mendampingi
pasien
5. Mempersiapkan kebutuhan persalinan
Evaluasi
1. Pasien mengatakan mau mengikuti saran dan arahan perawat
2. Klien dapat mengejan dengan baik dan benar
3. Pasien sudah mengerti posisi-posisi yang tepat untuk menghilangkan rasa
sakit dan resiko perlukaan
4. Suami dapat selalu mendampingi dan memberikan support pada ibu
Kala III
Pengkajian
1. Timbul kontraksi uterus
2. Uterus tampak membundar
3. Terlihat massa introitus
4. Tali pusat lebih menjulur
5. Pendarahan tiba-tiba dengan warna gelap
a. Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
b. Pengkajian jalan lahir
c. Mengkaji factor yang berkaitan dengan atonia
d. Pemberian utero tonika (k/p)
Diagnosa
1. Kurang efektifitas mengatasi masalah sehubungan dengan kurang informasi
tentang kejadian kala III
2. Perdarahan pervaginaan sehubungan dengan kontraksi uterus yang kurang
adekuat
3. Resiko relaksasi uterus sehubungan dengan kandungh kemih panuh
4. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan luka episiotomy
Intervensi
1. Observasi perdarahan, shock, dan tanda vital
2. Observasi bayi dan identifikasi
3. Kaji TFU
4. Identifikasi pengeluaran plasenta
5. Upayakan kontak ibu dan bayi
Implementasi
1. Lakukan pencegahan terhadap pendarahan, shock dan lakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital
2. Lakukan pengkajian TFU untuk mengetahui persentasi dan posisi janin
3. Catat waktu lahir plasenta
4. Tempelkan bayi pada daerah dada ibu setelah bayi sudah keluar
Evaluasi
1. Pasien sudah mengerti informasi yang diberikan tentang kala III
2. Perdarahan bisa diatasi dengan baik
3. Rasa nyeri dan sakit berkurang
4. Kontak ibu dan bayi dapat terjalin
Kalla IV
Pengkajian
1. Kaji status fisiologis ibu
2. Kaji posisi dan tonus uteri
3. Kaji adanya perdarahan pervaginam
4. Kaji kondisi perineum
Diagnosa
1. Resiko tinggi injuri sehubungan dengan tonus uteri yang buruk dan
perdarahan
2. Gangguan eliminasi urin sehubungan dengan haluaran/ anestesi regional
3. Deficit volume cairan dan eliminasi sehubungan denagn kurangnya intake
oral, atonia, uteri, laserasi
4. Nyeri sehubungan dengan trauma perineal
5. Fatigue sehubungan dengan proses persalinan
Intervensi
1. Cegah perdarahan
2. Identifikasi perdarahan karena perlukaan
3. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
4. Mencegah penekanan kandung kemih
5. Membantu ibu mengenal pengalamannya
6. Mencatat/melaporkan adanya kelainan
7. Memberikan rasa nyaman dan istirahat cukup
8. Pastikan tidak ada sisa plasenta
9. Luka epis tidak ada hemotom
Implementasi
1. Kaji kelainan pada saat proses persalinan atau pada perlukaan
2. Beri cairan infuse untuk mencegah dehidrasi
3. Memberikan dukungan dan support pada ibu
4. Pastikan pasien mendapatkan istirahat yang cukup
Evaluasi
1. Perdarahan dapat dicegah dan luka dapat teratasi
2. Pasien dapar BAK dan BAB dengan baik
3. Kebutuhan cairan ibu terpenuhi
4. Kondisi ibu dan bayi baik
BAB IV
RESUME KASUS PERSALINAN NORMAL DI RUANG NIFAS
RSUD CIANJUR
Penaggung Jawab
Nama :Tn H
Umur :33 th
Alamat :sda
Pendidikan :SD
Hubungan dengan Klien :Suami
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama.
2. Riwayat masuk RS
Klien pada tanggal 13-11-2014 diperiksa bidan dengan keluhan mules-mules,
keluar cairan dari vagina. Menurut pemeriksaan bidan klien mau melahirkan akan
tetapi harus di rujuk ke RS dikarenakan menurut perkiraan bidan bayi klien besar
+ CPD lalu dirujuk ke RS pada tanggal 14-11-2014 untuk di tindak lanjuti.
3. Riwayat Penyakit dahulu
Klen tidak mempunyai penyakit hipertensi, DM, TBC dan infeksi lain.
4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak mempunyai penyakit hipertensi, DM, TBC dan infeksi lain.
E. KALA PERSALINAN
2. Kala I
a. Pengkajian
a.1. Pase laten
1. Pemeriksaan fisik:
a. TTV : BB sekarang 60 kg, BB sebelum Hamil 45 kg
TB 155 cm, TD 110/70 .mmHg, Nadi 88x/mnt
Respirasi 20x/mnt, Suhu 36,5
b. Muka
Mata : konjungtiva : merah muda tak anemis
Seklera tidak tampak ikterik
2. Keadaan fsikososial:
- Emosi klien tak stabil, klien menangis, meringis kesakitan menanhan
sakitnya ketika rahimnya berkontraksi
- Klien di temani suaminya dan kakaknya selalu memberikan suport atah
berlangsungnya kelahiran janin.
b. Pemeriksaan penunjang.
- Pepetiksaan laboratorium diperiksakan tapi belum ada hasil
- Pemeriksaan USG tidak di lakukan.
- Pemeriksaan NST/CTG tidak di lakukan.
F. Analisa
G1P0A0 hamil 39 minggu kala 1 fase laten janin tunggal hidup intra uterin,
presentasi kepala.
4. Menyarankan kepada klien agar selalu mendekatkan diri dengan alloh dengan
cara berdoa agar proses kelahirannya berjalan dengan baik.
6. Menganjurkan kepada klien untuk relaksasi yang baik dan benas dengan cara
tarik nafas dalam ketika ada mules (kontraksi) tariknafas dari hidung dan
mengeluarkan nafasnya dari mulit
7. Menyiapkan dan mendekatkannya alalat partuset, hekting set serta obat obat
yang akan di gunakan.
a. Hasil pemeriksaan:
a.1. Tanda dan gejala persalinan kala II
Pada jam 13.40 wib klien merasakan his semakin kuat, perinium mulai
kelihatan menonjol, vulva membuka, dari pulva mengeluarkan darah dan lendir,
kepala bayi tampak di dasar panggul, selaput keruban sudah tidak ada, warna
ketuban jernih, baunya khas, presentasi kepala di hodge 3, posisi UUK di
depan dan molage tidak ada
a.2. Data Umum ibu:
TD: 120/80 mmhg, N : 100 x/mnt, R 28 x/mnt, Suhu 36,5 derajat celsius
a.3. Data Obstretri :
Kontraksi 1.5-2 mnt, kontraksi kuat, lamanya 50-70 detik, pembukaan cerviks 10
cm datar 100 %, pembeukaan disertai pengeluaran daran dan lendir serta
pengeluaran cairan amnion, perinium menonjol dan jam 14.00 wib bayi lahir laki-
laki dengan BB 3.700 gram
a. Hasil peperiksaan:
1) Kala III mulai pukul 14.10.WIB , Setelah janin lahir pada pukul 14.00 wib, 10 menit
kemudian ibu merasa perutnya mules
2) Perdarahan selama melahirkan
Perdarahan sekitar 250 cc
3) Keadaan psikososial
Klien tampak hagia dan tampak segar, TD 110/70 mmHg, N 84 x / mnt, R 20x/mnt,
suhu 36 derajat selsius, kontraksi uterus baik, TFU 1 jari di bawah pusat, kandung
kemih kosong.
4) Kebutuhan khusus klien
- Masage uterus
- Perawatan jalan lahir
4. Kala IV
a. Hasil pemeriksaan:
1) Dimulai pada pukul : 14.20 WIB
2) TTV
TD 110/70 mmHg, N 80 x/ mnt, R 20x/mnt dan suhu 36 derajat selsius
3) Keadaan Uterus
Kontraksi baik dan keras, TFU 2 jari di bawah pusat
4) Keadaan Kandung kemih
Kosong
5) Perdarahan : Sekitar 80 cc
6) Uriin ; Sekitar 150 cc
Pada bab ini akan di bahas persamaan dan perbedaan asuhan keperawatan yang
dilakukan pada Ny N dengan Intranatal persalinan normal yang dilaksanaknan di
paviliun monika.
A. Pengkajian
Berdasarkan teori yang ada di dapat nyeri pada saat kontraksi ringan 5-30 menit
dsan berakhir 10-30 detik. Adanya leghtening, perubahan serviks, rupture
membrane, kecemasan akan persalinan yang dihadapi. Sedangkan data yang
diperoleh pada pasien NyN diperoleh nyeri pada saat kontraksi dan kecemasan
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi , memfokuskan, dan mengatasi
kesulitan spesifik pasien serta respon pasien terhadap masalah actual dan resiko
tinggi.
Berdasarkan landasan teori yang bisa didapat pada persalinan (Doengos 2000)
yaitu:
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan , respon fisiologi setelah melahirkan, pola
kontraksi semakin intensif
2. Kurang pengetahuan berkenaan dengan kurang informasi kesalahan interpretasi
informasi
3. Resti infeksi maternal b.d prosedur invasive
C. Perencanaan keperawatan
Rencana yang penulis susun sesuai diagniosa keperawatan yang telah dirumuskan,
pengurangan dan penambahan rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan
kondisi pasien dan teori yang ada.
D. Pelaksanaan keperawatan
Tahap pelaksanaan ini tindakan yang penulis lakukan sesuai dengan rencana yang
telah di susun.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan yang telah
diberikan atau dilaksanakan dalam usaha memenuhi kebutuhan pasien , nyeri dan
cemas teratasi sebagian.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Karya Tulis Ilmiah ini adalah pada saat dilakukan evaluasi asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada klien masalah klien dapat teratasi.
Dengan semua contoh asuhan keperawatan yang dapat di berikan pada
intranatal.
B. Saran
Tindakan keperawatan intranatal haruslah sesuai dengan standard asuhan
keperawatan. Dan dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA