Anda di halaman 1dari 5

PENGENDALIAN SEDIMEN DAN EROSI

1. PENTINGNYA TRANSPOR SEDIMEN


Transpor sedimen penting untuk:
1) Hidraulika fluvial atau sebagai dasar perencanaan bangunan pengendali sungai,
perbaikan navigasi, pengendalian banjir, dan lain-lain
2) Irigasi atau perencanaan saluran stabil, pintu pengambilan, bangunan pengendap, dan
lain-lain.
3) Teknik pantai atau ramalan litteral drift, perencanaan bangunan pelindung pantai,
pelabuhan, dan lain-lain
4) Pengerukan dalam bentuk penyedotan, transportasi, dan pembuangan material hasil
kerukan.
2. HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN TRANSPOR SEDIMEN
Berikut adalah hal-hal yang berkaitan dengan transport sedimen:
1) Kondisi alamiah
2) Gangguan keadaan alam oleh bangunan artifisial
3) Transportasi Air
4) Transportasi benda padat
5) Transpor sedimen untuk mengetahui keadaan seimbang (equilibrium), erosi
(erosion), dan pengendapan (deposision/silting)

3. KLASIFIKASI SEDIMEN
Sedimen diklasifikasikan berdasarkan sumber asalnya dan mekanimenya

3.1. Suspended Load (Ts)


Ts merupakan butir/partikel bergerak diatas dasar secara melayang. Berat partikel
dikompensasi oleh gerak turbulensi air.
3.2. Bed Load (Tb)
Tb merupakan butiran bergerak secara menggelinding (rolling), menggeser (sliding),
meloncat (jumping).
3.3. Wash Load (Tw)
Tw adalah butiran yang sangat halus dan berlindung diantara butir dasar (bed
particle)
4. Angkutan Sedimen (Suspensi)
Angkutan sedimen > aliran: akan mengendap (agradasi)
Angkutan sedimen = aliran: seimbang (equilibrium)
Angkutan sedimen < aliran: terkikis (degradasi)
5. Sifat-Sifat Zat Cair
Zat-zat cair memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Berat Volume
Berat volume air (w, kg/m3), besarnya bervariasi sesuai dengan temperaturnya.
2) Viskositas
Kekentalan dinamis (dynamic viscosity), , (Nd/m2 atau Pa detik) (poise)
3) Tipe Aliran
Invisid dan viskos Seragam dan tak seragam
Kompresibel dan tak Satu, dua dan tiga dimensi
kompresibel Rotasional dan tak rotasional
Laminer dan turbulen Subkritik, kritik, superkritik
Mantap dan tak mantap
4) Rumus Kecepatan
5) Persamaan Tegangan Gesek
6) Nilai kekasaran
6. Sifat-sifat Butiran Sedimen
6.1. Umum
Pemahaman tentang sifat-sifat/karakteristik material sedimen, baik material
sedimen sebagai satu kesatuan (bulk) maupun material sedimen yang berdiri
sendiri-sendiri (butiran lepas; individual).
6.2. Ukuran Butiran
Ukuran butiran sangat mempengaruhi mudah tidaknya serta banyak sedikitnya
sedimen ditranspor. Jika semua partikel sedimen berbentuk bola, maka ukuran
butiran secara mudah dapat ditentukan, yaitu dengan menggunakan parameter
diameter butiran. Bentuk butiran penyusun material dasar sungai adalah sangat
tidak teratur, dari yang berbentuk mendekati bulat sampai dengan bentuk yang
sangat pipih, sehingga sangat sulit untuk mendefenisikan ukuran dari butiran yang
mempunyai bentuk sangat tidak teratur tersebut. Penggunaan diameter butiran,
sering tidak dapat menggambarkan ukuran/bentuk butiran yang sesungguhnya.
Beberapa definisi yang biasa digunakan untuk menyatakan suatu ukuran butiran
adalah diameter nominal (dn), diameter jatuh (fall velocity), diameter sedimentasi
(sedimentation diameter), dan diameter saringan,
6.3. Klasifikasi Ukuran Butiran
Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran kasar) dan
ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus).
6.4. Bentuk Butiran
Bentuk butiran adalah merupakan salah satu sifat sedimen yang sering dianggap ikut
berpengaruh terhadap proses sedimentasi. Bentuk butiran sedimen dapat
mempengaruhi kecepatan aliran pada lokasi dimana butiran sedimen dasar
bergerak; disamping itu dianggap pula bahwa bentuk butiran mempengaruhi
kecepatan endap, proses angkutan sedimen dasar, dll.
6.5. Koefisien Berdasarkan Proyeksi Luasan Butiran
Butiran/partikel sedimen berada dalam kondisi paling stabil apabila sumbu
pendek berada pada posisi vertikal. Dengan dasar ini, proyeksi luasan yang tegak
lurus dengan sumbu pendek tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan koefisien; dalam hal ini dikenal suatu koefisien yang disebut sebagai
koefisien roundness.
Koefisien roundness digunakan untuk menunjukkan keruncingan dari ujung-ujung
butiran sedimen. Dengan demikian, nilai roundness dapat memberikan gambaran
apakah ujung-ujung butiran berbentuk bulat/lengkung atau runcing. Roundness
didefinisikan sebagai perbandingan antara jari-jari lengkung rerata dari ujung-
ujung butiran sedimen dengan jari-jari lengkung maksimum yang membentuk
suatu bola (atau dengan jari-jari nominal butiran).
CONTOH PENGAMATAN TRANSPORTASI SEDIMEN
1. LANDASAN TEORI
1.1. Pengertian Sedimen dan Sedimentasi
Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau
jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit,
di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Hasil sedimen
(sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di
daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil
sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam sungai
(suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam waduk, dengan
kata lain bahwa sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material organik yang
ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es,
atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapkan dari material
yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia (Asdak, 2007). Sedangkan
sedimentasi sendiri merupakan suatu proses pengendapan material yang ditranspor
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun
dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh
angin. Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti batuan hasil pelapukan secara
berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di
permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau
digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa
mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat
hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Pengendapan material batuan yang
telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi membuat terjadinya sedimentasi
(Soemarto, 1995).

1.2. Sumber dan Bahan Penggolongan Sedimen


Menurut Soewarno (1991), angkutan sedimen dapat bergerak, bergeser disepanjang
dasar sungai atau bergerak melayang pada aliran sungai, tergantung pada :
Komposisi (ukuran, berat jenis, dan lain-lain);
Kondisi aliran meliputi kecepatan aliran, kedalaman aliran, dan sebagainya.
Menurut sumber asalnya, angkutan sedimen dibedakan menjadi muatan material
dasar (bed material load) dan muatan bilas (wash load). Sedangkan menurut
mekanisme pengangkutannya dibedakan menjadi muatan sedimen melayang
(suspended load) dan muatan sedimen dasar (bed load).
1.3. Proses Sedimentasi
Proses sedimentasi meliputi proses erosi, angkutan (transportasi), pengendapan
(deposition), dan pemadatan (compaction) dari sedimen itu sendiri. Dimana proses
ini berjalan sangat kompleks, dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi
kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel
halus lalu menggelinding bersama aliran, sebagian tertinggal di atas tanah
sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan
sedimen (Soewarno, 1991).
Sedimen yang sering dijumpai di dalam sungai, baik terlarut atau tidak terlarut,
adalah merupakan produk dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, terutama perubahan iklim. Hasil pelapukan batuan induk tersebut
kita kenal sebagai partikel-partikel tanah.
Pengaruh tenaga kinetis air hujan dan aliran air permukaan (untuk
kasus di daerah tropis), partikel-partikel tanah tersebut dapat terkelupas dan
terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke dalam sungai dan
dikenal sebagai sedimen. Oleh adanya transpor sedimen dari tempat yang lebih
tinggi ke daerah hilir dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai, saluran
irigasi, dan terbentuknya tanah-tanah baru di pinggir-pinggir sungai (Asdak, 2007).
Kapasitas angkutan sedimen pada penampang memanjang sungai adalah besaran
sedimen yang lewat penampang tersebut dalam satuan waktu tertentu. Terjadinya
penggerusan, pengendapan atau mengalami angkutan seimbang perlu diketahui
kuantitas sedimen yang terangkut dalam proses tersebut. Sungai disebut dalam
keadaan seimbang jika kapasitas sedimen yang masuk pada suatu penampang
memanjang sungai sama dengan kapasitas sedimen yang keluar dalam satuan waktu
tertentu. Pengendapan terjadi dimana kapasitas sedimen yang masuk lebih besar
dari kapasitas sedimen seimbang dalam satuan waktu. Sedangkan penggerusan
adalah suatu keadaan dimana kapasitas sedimen yang masuk lebih kecil dari
kapasitas sedimen seimbang dalam satuan waktu (Saud, 2008).
2. LOKASI PENGAMATAN
Sungai Sekanak
Sungai sekanak merupakan anak sungai Musi yang sangat penting dalam sejarah
Palembang. Dari tiga anak sungai yang mengelilingi Benteng Kuto Besak, hanya
tinggal sungai sekanak yang masih ada. Dua anak sungai lainnya, yakni sungai
Tengkuruk dan sungai Kapuran sendiri sudah ditimbun pemerintah kolonial Hindia
Belanda yang kini menjadi Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Merdeka.Sungai
sekanak ini juga memiliki dimensi sebagai berikut :

Lokasi pengamatan berada di jembatan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera


Selatan, Jalan Aerobik No. 4 Kampus POM IX Palembang 30137
3. HASIL PENGAMATAN
Dari lokasi tersebut didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut :
Panjang sungai : 25.000 cm
Lebar sungai : 1.265 cm
Kedalaman air pada saat
Pasang : 140 cm
Surut : 84 cm
Tinggi saluran sungai : 255 cm
Tebal/Tinggi Sedimen pada Panjang Sungai per 50 meter
Panjang sungai pada ;
0 50 m, tinggi sedimen : 104 cm
50 100 m, tinggi sedimen : 85 cm
100 150 m, tinggi sedimen : 87 cm
150 200 m, tinggi sedimen : 43 cm
200 250 m, tinggi sedimen : 53 cm
Jumlah total tinggi sedimen : 372 cm
Jadi, tinggi rata-rata sedimen : 74,4 cm

4. PENANGGULANGAN SEDIMENTASI
5. Bangunan Pengendali Sedimen (Check Dam)
Kegiatan pembuatan bangunan pengendali sedimen selain dimaksudkan untuk
mengendalikan berkembangnya jurang/alur kecil yang ada, juga berfungsi untuk
menangkap sedimen dari hasil erosi yang masih terjadi, yang disebabkan karena kurang
efektifnya pengendalian erosi secara vegetatif (Kironoto, 2000).
Mencegah terjadinya proses sedimentasi adalah hasil suatu proses gejala alam
yang sangat kompleks akan tetapi intensitas proses sedimentasi tersebut secara teknis
dapat diperlambat mencapai tingkat yang tidak membahayakan. Oleh karena itu, usaha
untuk memperlambat sedimen yaitu dengan menggerakkan sedimen ke bagian hilir
secara teknik dengan membangun bendungan penahan (Check Dam), bendungan
pengatur, pengendali erosi di lereng pengunungan, dan lain-lain (Sosrodarsono, 1994).
Ada beberapa lokasi yang dimungkinkan dapat dibangun Check Dam, yaitu pada
alur-alur sungai (anak sungai) di daerah dimana tingkat erosi di daerah sekitarnya adalah
berat dan sangat berat, dan dimana pengendalian secara vegetatif sulit untuk
dilaksanakan.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
6.2. Tinggi rata-rata sedimen yang didapatkan pada panjang 250 m
adalah 74,4 cm dimana sedimen ini berupa kerikil, tanah, lumpur, dan lain-lain.
6.3. Saran
6.4. Karena kurangnya perhatian warga sekitar mengenai sedimen
yang ada, maka lama-kelamaan kapasitas anak sungai sekanak ini dalam
menampung air apapun akan berkurang jika sedimen tersebut tebal/tingginya
semakin besar. Oleh karena itu, warga sekitar harus melakukan gotong royong
untuk membersihkan sedimen yang ada.
6.5.
7.

Anda mungkin juga menyukai