Referat Biologi
Referat Biologi
PENDAHULUAN
Fungsi seksual dan fungsi mental adalah bagian dari fungsi yang mempengaruhi
kualitas hidup manusia. Fungsi seksual dalam hubungan seksual suami istri, pada
tersebut. Tidak bisa dipungkiri suasana dan hasil yang menyenangkan dari hubungan
seksual suami istri, akan menambah kasih sayang diantara keduanya, dan secara
Gangguan seksual tidak hanya berdampak pada laki-laki, tetapi juga pada
pasangannya. Salah satu satu gangguan fungsi seksual yang banyak ditemui di
seksual yang memuaskan. Individu dengan disfungsi ereksi merasa tidak puas,
kecewa, malu dan rendah diri karena tidak mampu memberikan kepuasan seksual,
hal ini dapat memperberat gangguan mental yang sudah ada atau sebagai faktor
1
mekanisme yang memperantarainya adanya ketidakseimbangan dari beberapa
seperti di USA sebesar 24%, di Jerman 20,3%, dan di Italia 20% (Porst, et all.,
2006). Di Malaysia ditemukan disfungsi ereksi sekitar 22,3% dan 25% berhubungan
dengan anxietas serta 14,6% berhubungan dengan depresi (Quek, et all., 2008). Di
Indonesia belum ada data pasti tentang jumlah laki-laki yang mengalami disfungsi
ereksi. Diduga kurang dari 10% laki-laki yang menikah di Indonesia mangalami
disfungsi ereksi.
gangguan mental, penting untuk mengetahui hubungan ini agar dapat dilakukan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BATASAN
mencapai hubungan seksual yang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa proses
fungsi seksual laki-laki mempunyai dua komponen yaitu mencapai keadaan ereksi
2.2 ETIOLOGI
Secara garis besar disfungsi ereksi dapat dibagi menjadi 2 bagian besar sebagai
berikut:
Disfungsi ereksi tipe ini disebabkan oleh gangguan testikular baik primer
maupun sekunder. Selain itu juga dapat disebabkan oleh penyakit yang
3
2) Disfungsi ereksi neurogenik dapat disebabkan oleh gangguan jalur impuls
terjadinya ereksi. Lesi dilobus temporalis sebagai akibat trauma atau multiple
sclerosis, stroke, gangguan atau rusaknya jalur asupan sensorik misalnya pada
3) Disfungsi ereksi vaskuler merupakan disfungsi ereksi yang paling sering pada
aterosklerosis yang tinggi pada lansia. Gangguan aliran darah arteri ke korpus
disfungsi ereksi bisa terjadi pada penyakit Leriche, yaitu obstruksi di pangkal
2006).
B. Disfungsi ereksi psikogenik, adalah disfungsi ereksi yang disebabkan faktor psikis
yang berperan penting terhadap ereksi, bahkan jika malfungsi organik terkecil pun
4
psikogenik dibagi atas 3 kelompok, yaitu faktor predisposisi (pendidikan, kultur,
namun menurut penelitian hal ini tidak benar. Justru penyebab utama disfungsi
episodik, terjadi secara mendadak yang didahului oleh periode stres berat, cemas,
mencermati tanda klinisnya yaitu: usia muda dengan awitan mendadak, awitan
sementara dalam keadaan lain normal, ereksi malam hari tetap ada, riwayat
terdahulu adanya disfungsi ereksi yang dapat membaik secara spontan, terdapat
stres dalam kehidupannya, status mental terkait kelainan depresi atau cemas
5
2.3 FISIOLOGI EREKSI
Mekanisme fisiologis ereksi pada penis diawali dengan adanya stimulasi seksual
yang akan melibatkan pelepasan senyawa oksida nitrat (nitric oxide= NO), dari
bagian penis yang disebut corpus cavernosum. Nitric oxide akan mengaktifkan
penis (ereksi) (Heninger, G.R. 2005, Hull, E.M., Lorrain, D.S., Du, J.,
(relaksasi penis) (Sweetman, 2009). Ereksi penis normal membutuhkan fungsi penuh
beberapa sistem fisiologis seperti vaskular, nervous (saraf), dan hormonal serta
secara psikologis menerima rangsangan seksual. Saat ereksi, aliran darah arteri dan
vena berjalan seimbang dari corpora, dalam keadaan ereksi aliran arteri meningkat
vasodilatasi. Pada umumnya asetilkolin bekerja dengan dua jalur yang berbeda untuk
menimbulkan ereksi (Hull, E.M., Lorrain, D.S., Du, J., Matuszewich,L., et all, 2004).
jalur utama meningkatkan produksi NO oleh sel endotel dan non adrenergik non
6
cholinergik neuron. Nitric oxide meningkatkan aktivitas guanylate cyclase, yang
intraseluler dalam sel otot halus arteri penis dan sinus cavernosum. Akibatnya terjadi
relaksasi otot halus yang meningkatkan aliran darah arteri corpora. Sedangkan pada
jalur alternatif, asetilkolin menstimulasi otot halus pada reseptor membran sel untuk
halus dalam sel pembuluh darah dan sinus carvernosum. Dalam keadaan sadar,
pasien mengalami ereksi setelah terjadi stimulasi sensorik seksual melalui sistem
saraf pusat. Otak akan memproses informasi dan dorongan saraf dilakukan ke
sumsum tulang belakang untuk saraf kolinergik perifer yang mengatur suplai
pembuluh darah ke corpora sehingga terjadi ereksi. Dapat dikatakan bahwa ereksi
dimulai oleh aksi saraf, dikelola oleh darah arteri untuk pengisian corpora, dan
ditopang oleh oklusi aliran vena dari corpora (Heninger, G.R. 2005).
Dalam kondisi fisiologis normal, pasien dengan tingkat testosteron serum yang
normal tidak mungkin memiliki disfungsi ereksi. Sedangkan dalam keadaan libido
menurun karena stres atau karena kurangnya produksi hormon testosteron dapat
menyebabkan ereksi tidak dapat terjadi. Dorongan seksual dikatakan normal apabila
7
dalam kondisi fisiologis yang normal serum testosteron berada dalam rentang
Ereksi merupakan hasil dari suatu interaksi yang komplek dari faktor
8
Anton, Erectile dysfunction, 2012, dari www. Klinikandrologi.co
2.4 PATOFISIOLOGI
Disfungsi ereksi dapat disebabkan dari tiga mekanisme dasar yaitu: (Kim, S.W., dan
Paick,J.S. 2004)
A. Vaskulogenik
Penyebab organik paling sering untuk disfungsi ereksi adalah gangguan aliran
9
waktu untuk ereksi penuh. Aliran yang berlebihan pada vena, walaupun adekuat
2004).
B. Neurogenik
Gangguan yang mengenai medulla spinalis bagian sakral atau jaras saraf otonom
menuju penis dapat mencegah terjadinya aktivitas sistem relaksasi saraf pada otot
halus penis, sehingga hal ini mengakibatkan disfungsi seksual. Pada pasien
dengan cedera medulla spinalis, derajat dari disfungsi seksual bergantung pada
tingkat kerusakan dan lokasi lesi. Pasien dengan lesi parsial atau cedera pada
bagian atas dari medulla spinalis cenderung masih memiliki kemampuan ereksi
dibandingkan seseorang yang memiliki lesi sempurna atau terdapat pada bagian
bawah medulla spinalis. Walaupun sekitar 75% pasien dengan cedera medulla
spinalis memiliki kemampuan untuk ereksi, hanya 25% dari jumlah tersebut yang
memiliki ereksi yang cukup untuk penetrasi. Gangguan neurologis lainnya yang
10
C. Endokrinologik
pada proses terjadinya ereksi. Seseorang dengan kadar testosteron yang rendah dapat
mencapai ereksi dari stimulus visual atau seksual. Namun, kadar testosteron normal
sepertinya penting untuk fungsi ereksi, terutama pada pria tua. Terapi alih androgen
namun terapi ini tidak bermanfaat pada disfungsi ereksi jika kadar testosteron masih
yang dapat mengembalikan libido dan testosteron (Laumann, E.O., Paik, A., dan
Rosen, R.C.2006).
D. Diabetes
lamanya diabetes dan derajat pengendalian glikemia. Seseorang dengan diabetes juga
memiliki penurunan pembentukan nitric oxide pada jaringan endotel dan neural
11
E. Akibat Pengobatan
Disfungsi ereksi yang disebabkan oleh obat diperkirakan terjadi pada 25% pria yang
ditemukan pada klinik rawat jalan. Diantara agen antihipertensi, diuretik thiazid dan
beta blocker yang paling sering menjadi penyebab. Calcium channel blocker dan
ACE inhibitor lebih jarang dilaporkan. Obat-obat ini dapat bekerja secara langsung
pada tingkat corporal (mis: Ca channel blocker) atau secara tidak langsung dengan
dan SSRI berhubungan dengan kesulitan dalam ereksi, ejakulasi, orgasme, atau
Classification Drugs
12
Tranquilizers Butyrophenones, Phenothiazines
Dikutip dari Original articleErectile Dysfunction from Harrisons Principle of Internal Medicine 17thed.
F. Psikogenik
Dua mekanisme yang berkontribusi terhadap inhibisi ereksi pada disfungsi ereksi
psikogenik.
Pertama, stimulus psikogenik pada sacral medulla spinalis dapat menghambat respon
Kedua, stimulasi simpatis berlebihan pada pria cemas dapat meningkatkan tonus otot
halus penis.
Penyebab paling umum dari disfungsi ereksi psikogenik adalah kecemasan, depresi,
konflik suatu hubungan, kehilangan rasa memikat, hambatan seksual, konflik dengan
partner sex, pelecehan sexual pada masa kecil, dan ketakutan akan penyakit menular
13
Hal diatas juga terjadi karena:
Dopamin
b. Jaras mesolimbik terlibat dalam fase antisipatorik dari aktivitas seksual yang
c. Jaras nigrostriatal penting pada perilaku motorik yang dibutuhkan untuk aktivitas
seksual.
Serotonin
Bekerja pada reseptor sentral dan perifer dalam memperantai fungsi seksual
c. Serotonin bekerja pada saraf tepi yang mempengaruhi aliran informasi sensoris ke
genital
14
d. Serotonin bekerja pada otot polos dari genital yang menghambat kontraksi otot
dengan timbulnya orgasme dan serotonin dapat menunda orgasme melalui inhibisi
Norepinefrin
rangsangan dan ereksi selama aktivitas seksual, meningkat hingga 12 kali saat
orgasme dan menurun ke kadar dasar dalam 2 menit setelah mencapai orgasme :
mekanismenya tidak dipahami dengan baik, telah diajukan hipotesis bahwa sedasi
yang memperantarainya (Sweetman, 2009, Anil, 2009, Balon R, Clayton AH, 2014).
(rangsang erotis) tidak dapat diterima dengan sempurna oleh otak, kemudian
15
otak yang merupakan pusat reseptor rangsang dari hypothalamus dialirkan
melalui medulla spinalis pada onuts nucleus yang merupakan pusat rangsangan
erotis dan rangsangan tersebut dialirkan ke penis, terjadi vasodilatasi yang kurang
16
2.5 Diagnosa
1 Pemeriksaan Fisik
mengetahui ada tidaknya kelainan bawaaan atau induratio penis. Bila perlu
dilakukan palpasi transrektal dan USG transrektal. Tidak jarang disfungsi ereksi
disebabkan oleh penyakit prostat jinak ataupun prostat ganas atau prostatitis
keutuhan dari sacral neural outflow. Nadi perifer dipalpasi untuk melihat adanya
(termasuk tekanan darah, ankle bracial index, dan nadi perifer) (Balon R,
2 Pemeriksaan Penunjang
antara lain: kadar serum testosteron pagi hari (perlu diketahui, kadar ini sangat
lipid, hitung darah lengkap (complete blood count), dan tes fungsi ginjal.
17
Sedangkan pengukuran vaskuler berdasarkan injeksi prostaglandin E1
misalnya, untuk menentukan tindakan bedah yang tepat (Moore TM, Strauss JL,
2.6 Penanganan
Prinsip penatalaksanaan dari disfungsi ereksi pada pria adalah sebagai berikut:
pengobatan bedah dan pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex
Terapi lini pertama yaitu memberi obat oral pada pasien. Untuk tahap ini, Badan
Pengawasan Obat-obatan dan Makanan telah mengizinkan tiga jenis obat yang
18
a. Sildenafil (Viagra),
b. Tadalafil (Cialis)
c. Vardenafil (Levitra).
Ketiga jenis obat ini merupakan obat untuk menghambat enzim Phosphodiesterase-5
(PDE-5), suatu enzim yang terdapat di organ penis dan berfungsi untuk
menyelesaikan ereksi penis. Ketiga jenis obat ini memiliki kelebihan dan kekurangan
a. Sildenafil bukan merupakan zat perangsang dan juga tidak meningkatkan nafsu
seksual, tetapi hanya bekerja bila ada stimulus seksual atau rangsangan erotik.
sehingga terjadi relaksasi otot polos penis dalam korpora kavernosa yang cukup lama
untuk suatu ereksi yang memuaskan. Sildenafil bekerja selektif terhadap PDE5
dibandingkan terhadap PDE yang lain, maka efek utamanya adalah terhadap korpus
kavernosus di penis, karena PDE5 juga terdapat pada pembuluh darah maka
pengaruh sildenafil terhadap pembuluh darah tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu
dengan menghambat PDE5, obat ini berpotensi untuk mendorong terjadinya ereksi.
Mula kerja Sildenafil antara jam 1 jam. Sedangkan masa kerjanya berkisar 5-10
jam. Efek samping Sildenafil umumnya bersifat singkat dan tidak begitu serius, yang
tersering berupa sakit kepala, muka merah, gangguan penglihatan (buram sampai
melihat segala sesuatu kebiru-biruan), dan mual, yang kesemuanya berkaitan dengan
19
blokade PDE5 inhibitor yang terdapat di seluruh tubuh. Obat ini juga tidak bisa
terganggu jika lambung dalam kondisi penuh (Balon R, Clayton AH, 2014, Winton
MA, 2001).
tergolong kecil yaitu antara 10mg-20mg. Mula kerjanya lebih cepat, 10 menit
20
hubungan intim dengan istri setelah candle light dinner, boleh-boleh saja.
akan menyebabkan pening (Balon R, Clayton AH, 2014, Winton MA, 2001).
c. Tadalafil, masa kerjanya jauh lebih panjang yaitu 36 jam. Mula kerjanya
sekitar 1 jam dan tidak dipengaruhi oleh makanan sehingga absorsinya tidak
mengalami rasa sakit di pinggang (Balon R, Clayton AH, 2014, Winton MA,
2001).
Pada terapi lini kedua yang terdiri dari suntikan intravernosa dan pemberian
dapat menyebabkan relakasasi otot polos pembuluh darah dan karvenosa yang
Pasien dapat melakukan sendiri cara ini setelah dilatih oleh dokter (Balon R,
21
3 Terapi lini ketiga
Terapi lini ketiga yaitu implantasi prosthesis pada penis. Tindakan ini
dipertimbangkan pada kasus gagal terapi medikamentosa atau pada pasien yang
22
BAB III
SIMPULAN
mencapai hubungan seksual yang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa proses
fungsi seksual laki-laki mempunyai dua komponen yaitu mencapai keadaan ereksi
dan mempertahankannya. Terdapat dua katagori disfungsi ereksi yang terjadi pada
seksual yang akan melibatkan pelepasan suatu senyawa oksida nitrit (NO) dari
bagian penis yang disebut corpus cavernosum. Nitric oxide akan mengatifkan enzim
23
Pada diagnose harus diperhatikan riwayat pengobatan, pemeriksaan fisik,
selanjutnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anil Kumar Mysore Nagaraj. 2009. Biology of Sexual Dysfunction. Journal of Health
and Allied Sciences.
Hull, E.M., Lorrain, D.S., Du, J., Matuszewich,L., Lumley, LA., Putnam, S.K.,
Moses, J. 2004. Hormone-Neutransmitter Interactions in the Control of
Sexual Behavior.Behav Brain Res; 105: 105-116.
Kim, S.W., dan Paick,J.S. 2004. Peripheral Effect of Serotonin on the Contractile
Responses of Rat Seminal Vesicles and Vasa Deferentia. Journal of
Andrology; 25:
Kim, Y.C .2001. Diagnosis and Treatment of Erectile Dysfunction & Treatment of
Premature Ejaculation. Journal of Asian Sexology; 2 : 89- 92.
25
Moore TM, Strauss JL, Herman S, et al: Erectile dysfunction in early, middle, and
late adulthood: symptom patterns and psychosocial correlates. J Sex Marital
Ther 29:381-399, 2003.
Papaharitou ,S., Athanasiadis, L., Nakopoulou, E., Kirana, P., Portseli, A., Iraklidou,
M., Hatzimouratidis, K., danHatzichristou, D. 2006. Erectile Dysfunction and
Premature Ejaculation Are he Most Frequently Self-Reported Sexual
Concern: Propilles 0f 9,536 Men Calling a Helpline. European Urology;
49(3): 557 563.
Winton MA: Gender, sexual dysfunctions, and the Journal of Sex and Marital
Therapy. J Sex Marital Ther 27:333-337, 2001.
26