Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 05 No. 01 Maret z 2016 Halaman 23 - 32


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Artikel Penelitian

ANALISIS UNIT PENANGANAN KELUHAN TERHADAP KEBERHASILAN


PROGRAM JKN DI PUSKESMAS BANJARBARU TAHUN 2015

COMPLAINTS HANDLING UNIT ANALYSIS OF THE SUCCESS OF THE PROGRAM AT THE HEALTH
CENTER JKN BANJARBARU 2015

Lenie Marlinae1, Fauzie Rahman1, Maman Saputra1 , Vina Yulia Anhar1


1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT Banjarbaru, serta salah seorang pasien di Puskesmas


Background: Public health center (Puskesmas) aims to provide Banjarbaru.
health services for the society overall. Efforts are being made Hasil: Diketahui pasien masih kesulitan dalam menyampaikan
to achieve the health service overall is with the implementation pengaduan atau keluhan terkait pelayanan kesehatan yang
of the program JKN. Problems encountered in the diberikan oleh Puskesmas Banjarbaru. Pasien hanya bisa
implementation of JKN by BPJS health is not optimal socialization. menyampaikan keluhan secara satu arah melalui kotak saran.
This research aims to analyze and provide solutions in solving Kesimpulan: Penanganan keluhan seharusnya dilakukan
problems of public complaints against the implementation of dengan cepat dan akurat. Selain itu juga memerlukan komunikasi
JKN in Puskesmas of Banjarbaru. dua arah dalam penentuan solusi masalah pelayanan
Methods: The study design used qualitative approach with kesehatan. Oleh karena itu diperlukan unit penanganan keluhan
descriptive design. The research subject is the people who terhadap pelaksanaan program JKN di Puskesmas Banjarbaru.
have an important role in the supply unit handling complaints Unit penanganan keluhan ini diharapkan mampu menjadi
against the implementation of the program JKN Banjarbaru, its penghubung antara pemberi pelayanan kesehatan dengan
the Head of Puskesmas Banjarbaru, doctors, midwives, and pengguna jasa pelayanan kesehatan. Hal ini berperan dalam
health promotion staff at the health center Banjarbaru, and peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan
one patient at the health center. Puskesmas Banjarbaru.
Results: Patients still have difficulties in complaints related
health services provided by health centers Banjarbaru. Patients Kata-kata kunci: pelayanan kesehatan, puskesmas, unit
can only file a complaint in one direction through the suggestion penanganan keluhan, JKN
box.
Conclusion: Complaint handling should be done quickly and PENGANTAR
accurately. It also requires two-way communication in
determining the solution of health care problems. Therefore
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan
we need a unit for handling complaints against the kepada masyarakat dan menyelenggarakan Program
implementation of the program at the health center JKN Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikem-
Banjarbaru. Complaints handling unit is expected to be the link bangkan di Indonesia yang merupakan bagian dari
between health care providers with users of health care
services. It is instrumental in improving the quality of health
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan dise-
care provided Banjarbaru health center. lenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial
yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia ter-
Key words: health care, health centers, complaint handling lindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka da-
units, JKN
pat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Perlin-
ABSTRAK dungan ini diberikan kepada setiap orang yang telah
Latar belakang: Puskesmas bertujuan untuk memberikan membayar iuran atau iurannya dibayar oleh peme-
pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara menyeluruh. rintah1.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai pelayanan kesehatan Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan JKN
secara menyeluruh adalah dengan pelaksanaan program JKN.
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan JKN oleh BPJS
oleh BPJS adalah sosialisasi ketentuan jaminan so-
Kesehatan adalah sosialisasi yang belum optimal. Penelitian ini sial. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
bertujuan untuk menganalisis dan memberikan solusi yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan ma-
pemecahan permasalahan keluhan masyarakat terhadap syarakat belum maksimal karena sosialisasi yang
pelaksanaan JKN di Puskesmas Banjarbaru.
Metode: Rancangan penelitian menggunakan pendekatan
tidak optimal. Program BPJS masih membingungkan
kualitatif dengan desain deskriptif. Subjek penelitian adalah masyarakat, khususnya pengguna Jamkesmas dan
orang-orang yang memiliki peranan penting dalam penyediaan Jamkesda2. Selama proses sosialisasi ke masya-
unit penanganan keluhan terhadap pelaksanaan program JKN rakat, ditemukan hambatan pelaksanaan program
di Puskesmas Banjarbaru, yaitu Kepala Puskesmas Banjarbaru,
dokter, bidan, dan staff promosi kesehatan di Puskesmas
JKN yang ditemukan pihak pemangku kepentingan

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016 z 23


Lenie Marlinae, dkk.: Analisis Unit Penanganan Keluhan

yaitu keterbatasan waktu sehingga sosialisasi belum nyelenggarakan program JKN pada 1 januari 2014.
dilakukan secara maksimal, sosialisasi yang tidak Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
terarah dan belum terprogram secara kontinyu serta Banjarbaru sendiri menurut angka sensus penduduk
kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pro- maupun registrasi 25.300 jiwa penduduk pada Tahun
gram jaminan kesehatan yang baru. Sosialisasi yang 20127. Sedangkan jumlah peserta JKN di Puskes-
belum optimal merupakan kendala yang menyebab- mas Banjarbaru dari data Dinas Kesehatan sampai
kan masih banyaknya masyarakat belum menge- dengan bulan desember 2014 untuk Penerima Ban-
tahui banyak mengenai program jaminan kesehatan tuan Iuran (PBI) berjumlah 2.284 orang dan non PBI
ini3. berjumlah 10.716 orang, totalnya adalah 13.000 or-
Hambatan-hambatan seperti yang disebabkan ang8.
di atas maka akan menyebabkan timbulnya keluhan Berdasarkan wawancara yang dilakukan di Pus-
dari masyarakat sebagai pengguna sistem layanan kesmas Banjarbaru, diketahui belum tersedia unit
kesehatan ini4. oleh sebab itu maka diperlukan suatu penanganan keluhan JKN yang khusus untuk pasien
unit penanganan keluhan yang nantinya akan mem- JKN dalam pengimplementasian JKN. Penelitian ini
bantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah bertujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi
terkait pelaksanaan JKN. Akan tetapi permasalahan kebijakan JKN Tahun 2014 di pelayanan kesehatan
lain yang timbul adalah tidak semua fasilitas pela- primer (puskesmas).
yanan kesehatan menyediakan suatu unit penangan-
an keluhan. Padahal penanganan keluhan merupa- BAHAN DAN CARA PENELITIAN
kan salah satu ruang lingkup yang harus ada pada Rancangan penelitian menggunakan pendekat-
pelaksanaan JKN. Penanganan keluhan adalah upa- an kualitatif dengan metode kualitatif desain deskrip-
ya atau proses untuk mengetahui suatu permasalah- tif, Kegiatan ini dimulai dengan pengumpulan dan
an dengan jelas, menilai, dan menyelesaikan perma- analisis data kualitatif. Data kualitatif berfungsi untuk
salahan tersebut5. menjelaskan dan menafsirkan temuan dari metode
Hasil penelitian Kiantini menunjukkan bahwa kuantitatif. Subjek kegiatan adalah orang-orang yang
penanganan keluhan merupakan umpan balik untuk memiliki peranan penting dalam penyediaan unit pe-
meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan, jika hal nanganan keluhan terhadap pelaksanaan program
tersebut tidak ditangani maka dapat mengalami ke- JKN di Puskesmas Banjarbaru 2015 ditentukan
rugian berupa tersebarnya image yang buruk sehing- melalui purposive sampling. Istrumen penelitian ada-
ga akan mengurangi kunjungan dan kepercayaan lah panduan wawancara mendalam yang akan digu-
pasien. Artinya, pelayanan yang kurang ramah dapat nakan pada saat wawancara mendalam (indepth in-
berpengaruh kepada citra rumah sakit di mata ma- terview) dengan informan sebagai sumber data.
syarakat. Keluhan pelanggan adalah hal yang tidak Jumlah informan pada penelitian kualitatif adalah 5
dapat diabaikan karena dengan mengabaikan hal orang, yaitu: 1) Kepala Puskesmas Banjarbaru, 2)
tersebut akan membuat konsumen merasa tidak Dokter di Puskesmas Banjarbaru, 3) Bidan di Pus-
diperhatikan dan pada akhirnya fasilitas kesehatan kesmas Banjarbaru, 4) Staf Bagian Promosi Kese-
tersebut akan ditinggalkan oleh pasien6. hatan di Puskesmas Banjarbaru, dan 5) Seorang
Berbagai macam keluhan dan ketidakpuasan pasien yang berobat di Puskesmas Banjarbaru.
masyarakat pun muncul setelah beberapa bulan ter- Variabel yang diteliti dalam kegiatan ini adalah
selenggaranya program JKN diantaranya adalah di ketersediaan unit penanganan keluhan dalam pelak-
provinsi DKI Jakarta, BPJS Kesehatan tidak meng- sanaan program JKN di Puskesmas Banjarbaru Ta-
ganti seluruh klaim kesehatan seperti fasilitas sebe- hun 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
lumnya, baik Jamkesmas, Jamkesda maupun Kartu Banjarbaru pada bulan Maret-Juni 2015.
Jakarta Sehat (KJS), kemudian JKN hanya menang-
gung biaya pengobatan sedangkan untuk obat- HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
obatan tetap bayar. Padahal untuk penyakit-penyakit Jumlah Kepesertaan JKN Yang Terdaftar
tertentu biaya obat-obatan mahal dan peserta JKN Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tahun 2014,
yang memang dari kalangan miskin ini tidak sanggup jumlah peserta JKN yang terdaftar di Puskesmas
membelinya4. Banjarbaru adalah sebanyak 13.000 orang. Apabila
Puskesmas Banjarbaru adalah salah satu pus- dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayah
kesmas yang menyelenggarakan program Jaminan kerja Puskesmas Banjarbaru yang berjumlah 25.300
Kesehatan Nasional (JKN) di Kota Banjarbaru pro- jiwa, dapat disimpulkan bahwa masih ada penduduk
vinsi Kalimantan Selatan. Puskesmas ini mulai me- yang belum berpartisipasi dalam program JKN.

24 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Kunjungan Pasien/Pengguna Pelayanan Tabel 2. Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas


Kesehatan Banjarbaru
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter Umum 5
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Peserta JKN 2 Dokter Gigi 2
di Puskesmas Banjarbaru 2014 3 Sarjana Kebidanan 1
Peserta Peserta Peserta 4 AKPER 7
No Bulan Gratis
Askes BPJS Jamkesmas 5 AKBID 3
1 Januari 593 - 178 2123 6 Ners 4
2 Februari 619 - 74 2030 7 AAK 1
3 Maret 574 41 91 1645 8 SPPH 1
4 April 615 45 99 1765 9 SPAG 3
5 Mei 588 40 93 1688 10 SPK 2
6 Juni 619 80 76 1718 11 Sarjana Kesehatan Masyarakat 5
7 Juli 441 79 76 1489 12 Apoteker 1
8 Agustus 526 92 84 1445 Jumlah 35
9 September 557 134 84 1885 Sumber: Data Sekunder di Puskesmas Banjarbaru 2013
10 Oktober 517 149 80 1652
11 November 586 154 97 1762
12 Desember 287 108 48 1016 Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa
Jumlah 6.522 922 1.080 20.218 jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskes-
Sumber: Data sekunder Puksesmas Banjarbaru 2014 mas Banjarbaru sebanyak 35 orang. Puskemas
Banjarbaru merupakan puskesmas non perawatan
Kunjungan pasien peserta program JKN di Pus- dengan jumlah penduduk sebanyak 25.300 jiwa yang
kesmas Banjarbaru pada Tahun 2014 adalah seba- termasuk dalam kategori puskesmas perkotaan
nyak 8.524 orang dan jumlah kunjungan pasien man- dengan penduduk padat yang maksimal memiliki 40
diri atau bukan peserta program JKN adalah sebesar orang tenaga kesehatan. Sedangkan dalam realisasi-
20.218 orang. Kepesertaan JKN dimulai terhitung nya, jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di
sejak tanggal 1 Januari 2014. Pengalihan kepeser- Puskesmas Banjarbaru hanya sebanyak 35 orang.
taan JKN dilakukan selama periode Tahun 2012 sam- Berikut kutipan wawancara mendalam yang
pai dengan 2014, pengalihan kepesertaan dimulai dilakukan kepada Kepala Puskesmas yaitu Kepala
dari peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Puskesmas Banjarbaru mengenai ketersediaan
(JPK), Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), SDM kesehatan di puskesmas.
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Disini kebanyakan yaitu ada 70an orang,
TNI/POLRI ke BPJS Kesehatan. Selama beberapa dokter disini ada 5. Standara saja 1 aja boleh.
bulan awal Tahun 2014, masih terjadi sinkronisasi Asal sesuai dengan standar jumlah
penduduknya nya, dokter umum dengan
data kepesertaan JKN di setiap fasilitas kesehatan.
dokter gigi beda jumlahnya. Kami punya
Rendahnya angka kunjungan pasien peserta pro- dokter umum 5, dokter gigi 2 orang. Ya lebih
gram JKN dibandingkan dengan pasien mandiri lah. (Kepala Puskesmas)
dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan dari pasien
dalam memanfaatkan pelayanan di puskesmas. Hal ini disimpulkan bahwa Puskemas
Banjarbaru telah memenuhi standar yang ditentukan
Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan Dan dalam penyelenggaraan JKN. Puskesmas non
Jumlah Fasilitas Penyedia Pelayanan perawatan yang dalam standar ketenagaan minimal
Kesehatan (PPK) upaya wajib puskesmas minimal memiliki 21 orang
Sumberdaya manusia pemberi pelayanan kese- tenaga kesehatan.
hatan di Puskesmas Banjarbaru termasuk dokter Berikut kutipan wawancara mendalam yang
umum, dokter spesialis dan tenaga pemberi pela- dilakukan kepada Kepala Puskesmas mengenai
yanan lainnya adalah sebagai berikut: proporsi pelayanan kesehatan JKN terhadap jumlah
tenaga kesehatan yang tersedia.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016 z 25


Lenie Marlinae, dkk.: Analisis Unit Penanganan Keluhan

Disini ini tentang pelayanan masyarakat Belum ada mengenai perubahan tata kelola
tentang penyakit tidak menular, seperti dalam implementasi JKN (Dokter)
jantung, diabetes, struk. kalo sepuluh besar
penyakit diatas tetap ISPA. Namun sekarang Tata Kelola (governance) adalah rangkaian pro-
mulai terjadi peningkatan PTM. (Kepala
Puskesmas) ses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi
yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan,
Dari sisi pelayanan kesehatan, telah serta pengontrolan suatu perusahaan atau
diidentifikasikan tingkat ketersediaan dan sejumlah korporasi. Tata kelola juga mencakup hubungan
masalah yang masih menghambat pelaksanaan antara para pemangku kepentingan (stake-
jaminan kesehatan nasional. holder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan
perusahaan.
Pelayanan Kesehatan Berdasarkan BPJS
Fasilitas kesehatan yang digunakan untuk pela- 3. Hubungan antar Institusi
yanan pasien peserta JKN di Puskesmas Banjarbaru Berikut kutipan wawancara mendalam menge-
antara lain untuk pelayanan rawat jalan tingkat perta- nai sosialisasi program JKN kepada pihak
ma (RJTP). Jenis pemeriksaan, pengobatan, konsul- puskesmas.
tasi medis, tindakan medis non spesialistik, baik Untuk sosialisas JKN ini kan ada macam-
macam, bisa melalui di dalam puskesmas
operatif maupun non operatif, pelayanan obat dan bisa dilakukan promosi waktu wawancara
bahan medis habis pakai serta pemeriksaan penun- dengan pasien ada, mengenai masalah
jang dianistik laboratoium tingkat pertama yang pendanaan mungkin bisa disarankan
dilakukan di faskes tingkat pertama sesuai dengan mungkin bisa masuk BPJS supaya bisa
ditanggulangi dalam keadaan darurat kan bisa
panduan praktik klinik (PPK) dari Standar Kompe- tertolong artinya ada jaminan, kemudian bisa
tensi Dokter Indonnesia yang berlaku, serta melalui leflet dan spanduk mari kita menjadi
pelayanan gigi. anggota bpjs, iya kan, artinya bisa menjamin
kesehatan masyarakat. (Bagian Promosi
Kesehatan)
Menganalisis Pengaruh Undang-Undang SJSN
Dan Undang-Undang BPJS Terhadap Sistem Dalam penelitian ini fokus permasalahan
Kesehatan (Struktur, Tata Kelola, Dan Hubungan terdapat pada pesan yang disampaikan melalui
Antar Institusi) sosialisasi yang dilakukan oleh BPJS Kese-
1. Struktur hatan kepada masyarakat. Sosialisasi disini
Pengaruh undang-undang SJSN dan undang- berperan sangat penting untuk memberikan infor-
undang BPJS terhadap sistem kesehatan masi kepada masyarakat tentang keberadaan
adalah mempermudah dalam proses pelaporan program BPJS Kesehatan serta manfaat dan
dan pengawasan dari Dinas Kesehatan karena tata cara keikutsertaannya sehingga masyara-
dilakukan secara berkala. Berikut kutipan kat mengetahui apa itu program BPJS Kese-
wawancara mendalam mengenai model hatan dan mau bergabung menjadi peserta BPJS
pelaporan yang harus dilakukan puskesmas Kesehatan. Berikut kutipan wawancara menda-
terhadap BPJS. lam yang dilakukan kepada Kepala Puskesmas
Ada laporan rekap pelayanan pasien ke BPJS, mengenai dampak UU SJSN dan UU BPJS
ke rumah sakit Banjarbaru, dinas kesehatan terhadap sistem dan struktur pembiayaan
setiap bulan. (Bidan) kesehatan di puskesmas.

Bentuk dan isi laporan pengelolaan program Induk nya adalah JKN, dan penyelenggara
menurut ayat (3) diusulkan oleh BPJS setelah adalah BPJS, jadi JKN turunnya ke BPJS dan
dijamin oleh UU kesehatan. (Kepala
berkonsultasi dengan DJSN. Sedangkan laporan Puskesmas)
keuangan BPJS, disusun dan disajikan sesuai
dengan standar akuntasi keuangan yang Hal tersebut dijelaskan kembali dari Ben-
berlaku. dahara. Berikut kutipan wawancara mendalam
dari informan tersebut.
2. Tata Kelola Lebih mudah terhadap sistem dan struktur
Berikut kutipan wawancara mendalam menge- pambiayaan kesehatan di puskesmas.
nai perubahan tata kelola dalam implementasi (Bendahara)
JKN.

26 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Berdasarkan kutipan wawancara mendalam langsung ke pasien bahwa obat habis di


tersebut, kedua informan menyatakan bahwa dam- Puskesmas.
pak UU SJSN dan UU BPJS terhadap sistem dan 2. Rendahnya kemampuan SDM dalam
struktur pembiayaan kesehatan di puskesmas men- pengoperasian teknologi.
jadi lebih mudah. Hal tersebut sesuai dengan konsep Rendahnya kemampuan SDM dikarenakan
sistem pelayanan BPJS yaitu mampu mendorong adanya Undang-undang SJSN dan Undang-
terciptanya pelayanan yang berkualitas, aman, efi- undang BPJS yang mengubah PT Askes
sien, efektif, equity, timely (kemudahan akses setiap menjadi BPJS Kesehatan memberi dampak
saat), patient centered (orientasi kebutuhan pasien), pada perubahan bisnis proses dan aliran
meminimalisasi disparitas dan meningkatkan akses informasi. Hal ini menyebabkan beberapa fitur
bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pada platform Asterix menjadi tidak relevan
kesehatan9. dengan kondisi saat ini. Selain itu, diperlukan
SDM dengan keahlian yang beragam pula untuk
PEMBAHASAN mengelola platform tersebut. Hal ini didukung
Identifikasi masalah dari hasil kegiatan skill dengan kutipan wawancara mendalam dari
lapangan adalah: informan bagian promosi kesehatan yang
1. Keterlambatan pemanfaatan dana JKN untuk menyebutkan10.
pembelian obat.
Saat ini, jumlah pabrik obat di Indonesia Kita sekarang menggunakan teknologi
jumlahnya jauh melebihi kebutuhan. Sementara informasi internet, kadang-kadang itu
itu, produksi bahan medis habis pakai juga masalahnya, link nya itu kada bisa diakses,
cuman masih didata kalau misalnya kada mau
mudah untuk ditingkatkan produksinya. Penen- kita kan sistem manual, misalnya kita mencari
tuan besaran pembayaran iuran BPJS menjadi apa misalnya, kan internet kadang-kadang,
faktor kunci agar dokter dan fasilitas kesehatan, ini kita sudah berapa kali ganti internet,
termasuk obat dan bahan medis habis pakai banyak penggunanya, kadang-kadang kita
macet, misalnya handak mengirim data atau
dibayar dengan harga keekonomian yang layak, apa mencari informasi dan lain sebagainya
dan terjadi keseimbangan yang memadai antara kan susah.
pemintaan dan penyediaan obat dan bahan
medis habis pakai. Berdasarkan kutipan Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui
wawancara dengan Kepala Puskesmas setelah pergantian teknologi informasi yang
Banjarabaru mengenai ketersediaan obat dan sebelumnya dari PT Askes yang sekarang
bahan medis habis pakai di Puskesmas, menjadi BPJS kesehatan yang berdasarkan
disebutkan bahwa: Undang-undang SJSN. Sehingga dalam
Kalo BPJS terkendala dengan apoteker perubahan tersebut, terjadi perubahan
harus berizin dengan puskesmas. Jadi
apoteker khusus puskesmas, bila ada itu
penggunaan teknologi informasi kesehatan.
bisa dihasilkan, karena kita belum BOD jadi Informasi kesehatan sekarang menggunakan
kita tidak bisa, tapi sekarang masih tidak ada informasi internet yang merupakan hambatan
masalah tentang obat. Karena obat pelayanan dalam pekerjaan di Puskesmas Banjarbaru
dasar tidak seribet dengan pelayanan
spesialis. Kalo disini tidak memberikan dia,
berupa kendala gangguan koneksi dan para
itukan yang dirumah sakit mungkin, tapi kita tenaga kerja lebih biasa manual dari pada
tidak tahu. Tetapi itu sesuai dengan menggunakan informasi internet.
ketersediaan di BPJS 3. Tidak adanya unit penanganan keluhan JKN
Penanganan keluhan merupakan salah satu
Berdasarkan wawancara tersebut dapat komponen untuk menyelesaikan masalah
diketahui kalau kendala terhadap penyediaan pelayanan kesehatan, baik yang bersifat
obat oleh apoteker di Puskesmas Banjarbaru, administratif maupun bersifat medis.
karena untuk memesan obat dan peralatan Permasalahan bisa terjadi antara Peserta dan
medis lain perlu apoteker yang memiliki izin dari Fasilitas Kesehatan antara Peserta dan BPJS
Dinas Kesehatan Banjarbaru. Sehingga Kesehatan antara BPJS Kesehatan dan
penyediaan obat tidak bisa dilakukan maksimal Fasilitas Kesehatan atau antara BPJS
sehingga pernah kehabisan obat untuk beberapa Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan.
hari, pananganan yang dilakukan adalah Ada beberapa mekanisme yang dapat ditempuh
penggantian obat atau memberitahukan untuk menyelesaikan ketidakpuasan para pihak

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016 z 27


Lenie Marlinae, dkk.: Analisis Unit Penanganan Keluhan

dapat melaporkan kepada fasilitas kesehatan nantinya dapat diambil suatu tindakan yang tepat.
yang berkerja sama dengan BPJS Kesehatan. Masalah-masalah yang dialami yaitu keterlambatan
Hal ini diperparah dengan hasil wawancara pemanfaatan dana JKN untuk pembelian obat,
mendalam dengan Dokter mengenai rendahnya kemampuan SDM dalam pengoperasian
ketersediaan unit penanganan keluhan JKN teknologi dan Tidak adanya unit penanganan keluhan
yaitu: JKN11. Teknik yang digunakan dalam menentukan
Belum ada disini, cuma ada kotak saran prioritas masalah yang ada yaitu dengan teknik
umumnya disitu aja yang didepan, khusus Multiple Criteria Utility Assesment (MCUA).
JKN ga ada.
Berdasarkan hasil perhitungan pembobotan
Berhadasarkan hasil tersebut dapat diketahui dengan kriteria yang telah disepakati kelompok
bahwa tidak adanya unit penanganan keluhan JKN dengan teknik Multiple Criteria Utility Assesment
yang ada di Puskesmas Banjarbaru. Sehingga (MCUA) terhadap prioritas-prioritas masalah maka
peserta BPJS kesehatan tidak dapat melakukan diperoleh prioritas masalah yang telah diprioritaskan
pengaduan keluhan kepada tenaga kesehatan yang adalah tidak adanya unit penanganan keluhan
ada di Puskesmas Banjarbaru5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Setelah mendapatkan data dari puskesmas, Faktor penyebab masalah tersebut dapat meng-
wawancara, dan observasi langsung dilapangan, gunakan diagram sebab akibat atau disebut pula dia-
kemudian dianalisis kembali agar mendapatkan gram Ishkawa atau sering disebut tulang ikan (fish
masalah yang benar-benar dirasakan, sehingga bone diagrame), sebagai berikut:

Tabel 3. Penetapan Prioritas Masalah dengan Metode MCUA.


Kriteria

Perhatian R
Dirasa penting oleh Didukung oleh Mudah J
masyarakat a
Masalah banyak orang potensi penanganannya u
n
m
k
l
i
a
n
5 5 5 5 h
g

S SB S SB S SB S SB
Keterlambatan 4 20 3 15 2 10 3 15 60 3
pemanfaatan dana
JKN untuk pembelian
obat
Rendahnya 3 10 4 20 5 25 3 15 70 2
kemampuan SDM
dalam pengoperasian
teknologi
Tidak adanya unit 5 25 3 15 5 25 4 20 85 1
penanganan keluhan
JKN

28 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Gambar 1. Diagram Fish Bone Masalah Tidak Adanya Unit Penanganan Keluhan JKN

Rekomendasi Pemecahan Masalah Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah adalah hal yang dilakukan Penentuan prioritas pemecahan masalah juga
setelah mendapatkan masalah yang telah menjadi menggunakan metode MCUA dan telah diperoleh be-
prioritas. Masalah yang ditemukan saat skill lapangan berapa pemecahan yang nantinya akan dipriori-
IKMT Manajemen Puskesmas di UPT Pukesmas taskan adalah sebagai berikut: 1) Melakukan promosi
Banjarbaru Kota Banjarbaru yaitu tidak adanya unit untuk menyediakan unit penanganan, 2) Penyediaan
penanganan keluhan JKN diketahui penjabaran faktor unit penanganan keluhan, 3) Melakukan advokasi
risiko dan pemecahannya pada Tabel 4 sebagai kepada pihak pemerintah untuk memfasilitasi pena-
berikut: nganan keluhan pasien melalui pemerintah, dan 4)

Tabel 4. Pemecahan Masalah yang Ditawarkan Berdasarkan Faktor Risiko


No Faktor Risiko Pemecahan Masalah
1 Sumber Daya Manusia:
a. Kuranggnya kesadaran tenaga kesehatan a. Melakukan promosi untuk menyediakan unit
puskesmas untuk menyediakan unit penanganan penanganan
keluhan b. Penyediaan unit penanganan keluhan
b. Tidak ada petugas yang menangani unit
penanganan keluhan
2 Kebijakan:
a. Tidak maksimalnya program pemerintah dalam a. Melakukan advokasi kepada pihak pemerintah untuk
penangan keluhan pasien memfasilitasi penanganan keluhan pasien melalui
pemerintah
3 Dana:
a. Tidak adanya dana yang dianggarkan untuk a. Pengajuan proposal untuk pendanaan pada kegiatan
penyediaan unit penanganan keluhan penyediaan penanganan keluhan

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016 z 29


Lenie Marlinae, dkk.: Analisis Unit Penanganan Keluhan

Pengajuan proposal untuk pendanaan pada kegiatan hanaan, kejelasan, kepastian dan ketepatan waktu,
penyediaan penanganan keluhan. akurasi, tidak diskriminatif, bertanggung-jawab, ke-
Berikut tabel untuk penentuan prioritas peme- lengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses,
cahan masalah dengan menggunakan MCUA pada kejujuran, kecermatan, kedisiplinan, kesopanan,
Tabel 5 sebagai berikut: keramahan, dan keamanan kenyamanan12.

Tabel 5. Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode MCUA.


Kriteria R
Dukungan Kemudahan J
Waktu Biaya yang Keberhasilan a
semua dalam u
penerapan diperlukan program n
pihak penerapannya m
k
Masalah l
i
a
5 5 5 5 5 n
h
S SB S SB S SB S SB S SB g
Melakukan promosi 4 20 2 10 3 15 5 25 3 15 85 2
untuk menyediakan unit
penanganan
Penyediaan unit 4 20 3 15 4 20 4 20 4 20 95 1
penanganan keluhan
Melakukan advokasi 2 10 4 20 3 15 2 10 2 10 65 3
kepada pihak pemerintah
Pengajuan proposal 1 5 4 20 3 15 2 10 2 10 60 4

Berdasarkan hasil perankingan untuk menen- Dalam terminologi, ombudsman biasa disebut
tukan prioritas masalah yang ada di UPT Pukesmas ombudsperson, ombudservice, yang berarti seorang
Banjarbaru Kota Banjarbaru diperoleh prioritas peme- pegawai yang bertindak untuk kepentingan
cahanan masalah yang memiliki skor tertinggi adalah masyarakat. Ombudsman pada dasarnya
penyediaan unit penanganan keluhan. Dalam pelak- merupakan lembaga independen yang bertugas
sanaan pemecahan ini perlu diketahui bahwa upaya menerima pengaduan masyarakat. Masyarakat
untuk menghubungkan tata-pemerintahan yang baik dapat mengadukan keluhannya berkiatan dengan
dengan pelayanan publik mungkin bukan merupakan pelayanan publik kepada ombudsman melalui
hal yang baru. Namun keterkaitan antara konsep berbagai sarana yang ada, seperti: telpon, surat,
good-governance (tata-pemerintahan yang baik) email, maupun datang langsung dan
dengan konsep public service (pelayanan publik) ten- menyampaikannya secara lisan. Pengaduan yang
tu sudah cukup jelas logikanya. Terdapat fakta bahwa dikelola dengan baik akan mendatangkan manfaat
betapa pentingnya pelayanan publik adalah keter- atau keuntungan bagi organisasi yang dikomplain,
kaitannya dengan tingkat kesejahteraan rakyat12. antara lain12: 1) Organisasi semakin tahu akan
Meskipun telah banyak dicapai dalam upaya kelemahan atau kekurangannya dlm memberikan
meningkatkan kualitas pelayanan publik, juga disa- pelayanan kpd pelanggan, 2) Sebagai alat
dari bahwa pemerintah belum dapat menyediakan introspeksi diri organisasi utk senantiasa responsif
kualitas pelayanan publik sesuai dengan tantangan dan mau memperhatikan suara dan pilihan
yang dihadapi. Orientasi pada pemenuhan pelanggan pelanggan, 3) Mempermudah organisasi mencari
menjadi fokus utama yang dapat mengukur sejauh- jalan keluar meningkat-kan mutu pelayanannya, 4)
mana mutu suatu barang dan/atau jasa diberikan. Bila segera ditangani , pelanggan merasa
Walaupun dalam pengertian ini maka mutu harus kepentingan dan hara-pannya diperhatikan, 5) Dapat
dipahami dalam konteks bukan sekedar atau hanya mempertebal rasa-percaya dan kesetiaan pelanggan
memenuhi kecenderungan-kecenderungan pilihan kpd organisasi pelayanan, dan 6) Penanganan
dari pelanggan, karena secara umum akan sulit me- komplain yang benar bisa mening-katkan kepuasan
menuhi kecenderungan-kecenderungan pilihan pelanggan.
setiap orang (yang menjadi pelanggan)12. Model dan strategi pelayanan yang lebih
Kriteria penyelenggaraan pelayanan publik yang operasional dan implementatif sebagai suatu solusi
baik, sesuai Kepmenpan No. 25 Tahun 2004 tentang perbaikan kualitas pelayanan publik. Berpijak dari
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan konsepsi yang telah uraikan sebelumnya, maka
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, dalam kegiatan ini dikembangkan kerangka
menurut Risfan Munir, antara lain meliputi: keseder- pemikiran pada Gambar 2 sebagai berikut12:

30 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

UU Pelayanan
Publik

Model
Best Practice Manajemen Best Practice
Luar Negeri Pengaduan Dalam negeri

Blue print Manajemen pengaduan


masyarakat

Penyelenggaraan Pelayanan Publik


berkualitas dan akuntable

Manajemen Pengaduan

Mekanisme Sarana Pejabat yang Menangani


Pengaduan Kualifikasi SDM

Penyelenggaraan pelayanan publik yang berkinerja tinggi: efektif


akuntabilitas, effisiens, representatif, ekonomis, demokratis,
responsibilitas

Kepuasan Pelanggan Tindak lanjut

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Kajian

KESIMPULAN DAN SARAN mah dapat berpengaruh kepada citra fasilitas kese-
Penanganan keluhan merupakan umpan balik hatan di mata masyarakat. Pemerintah sebaiknya
untuk meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan, memikirkan untuk mengadakan program penyediaan
jika hal tersebut tidak ditangani maka dapat meng- unit penanganan keluhan di tiap-tiap Puskesmas di
alami kerugian berupa tersebarnya image yang buruk seluruh Indonesia agar masyarakat dapat memberi-
sehingga akan mengurangi kunjungan dan keper- kan keluhan dan komentar mengenai program Jamin-
cayaan pasien. Artinya, pelayanan yang kurang ra- an Kesehatan Nasional sendiri, karena keluhan dan

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016 z 31


Lenie Marlinae, dkk.: Analisis Unit Penanganan Keluhan

komentar dari konsumen merupakan alat belajar bagi 6. Wulandari R. Gambaran pengelolaan
pemerintah sebagai evaluasi dalam program JKN. penanganan keluhan di RSUD Pasar Rebo
Selain itu, pemerintah dapat berperan dalam pem- Tahun 2014. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah
buatan regulasi mengenai penyedian unit pena- Jakarta, 2014.
nganan keluhan pasien di Puskesmas. 7. Profil Puskesmas Banjarbaru Tahun 2013.
Banjarbaru: Puskesmas Banjarbaru, 2013.
REFERENSI 8. Data Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2015.
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indone- 9. Supriyantoro. Kebijakan upaya pelayanan
sia No. 28/2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan kesehatan dalam implementasi UU SJSN/
Program Jaminan Kesehatan Nasional. BPJS. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
2. Mulyadi M. Sosialisasi ketentuan jaminan Kementerian Kesehatan RI 2014.
sosial 2014. Info singkat kesejahteraan sosial, 10. Dewan Jaminan Sosial Nasional. Peta jalan
2014; 6(2). menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-
3. Geswar RK, Nurhayani, Balqis. Kesiapan stake- 2019. Jakarta: 2011.
holder dalam pelaksanaan program Jaminan 11. Rahman, Fauzie, dkk. Perencanaan Evaluasi
Kesehatan Nasional di Kabupaten Gowa. Jurnal Program Keseahatan. Buku Ajar. Universitas
universitas hasanuddin. 2014. Lambung Mangkurat. 2014.
4. Lola Amelia. Mengurai polemik penyelenggara- 12. Kementerian Perencanaan Pembangunan
an JKN. Update Indonesia, 2014 ; 8(7) : 32-34. Nasional. Laporan Kajian: Manajemen
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pengaduan Masyarakat dalam Pelayanan
Buku pegangan sosialisasi Jaminan Kesehatan Publik. Bappenas. 2010
Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional.

32 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 1 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai