Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya Mahasiswa ingin selalu menambah pengetahuan dan
wawasan di masa perkembangan era globalisasi yang pesat ini.
Menambah pengetahuan dan wawasan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya dengan cara melalui Kunjungan Industri. Universitas
Dengan jurusan farmasi perlu diadakanya kunjungan Industri. Maka prodi
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU mengadakan kunjungan
industri, pada kesempatan ini kami mengunjungi PT Victoria Care
Indonesia dan PT Phapros.
Latar belakang diadakanya kunjungan industri ini agar mahasiswa
mengenal dunia kerja. Selain itu mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh
tentang cara kerja, kedisiplinan, tata tertib kerja , mesin mesin industri
yang lebih memadai, dll. Mahasiswa juga diharapkan tidak menganggap
kunjungan industri sebagi rekreasi, tapi menganggap kunjungan industri
sebagai sarana belajar dengan cara mendatangi industri secara langsung, dan
melihat urutan urutan proses kerja di industri tersebut.

1.2 Tujuan Kunjungan Industri


1. Agar mahasiswa mengetahui seperti apa industri yang
sesungguhnya.
2. Memberikan motivasi baru kepada mahasiswa terutama dalam
belajar.
3. Mengetahui dan melihat alat alat canggih pada industri tersebut.
4. Melihat secara langsung proses produksi dari awal hingga akhir.
5. Mahasiswa dapat mengaplikasikan pelajaran ataupun materi yang
telah di dapatkan di kampus yang selanjutnya dipakai di industri

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah PT Victoria Care Indonesia dan PT Phapros

PT Victoria Care Indonesia saat ini telah menjadi mitra kerja


terpercaya bagi banyak perusahaan ritel besar di Tanah Air. Kepercayaan
yang telah diraih ini tak lain karena PT Victoria Care Indonesia senantiasa
inovatif dan selalu menjaga mutu produknya. Perusahaan lokal bertaraf
internasional ini berhasil menempatkan diri pada posisi terbaik sebagai
produsen kosmetik, perlengkapan toilet, dan perawatan kesehatan. Selain
itu, produknya juga aman dipakai serta cocok untuk kebutuhan dan kulit
wanita Asia khususnya Indonesia. Pesatnya perkembangan perusahaan yang
berbasis di Kota Semarang, Jawa Tengah, ini lantaran memiliki konsep dan
visi-misi yang fokus. Faktor lainnya adalah karena manajemen yang selalu
memegang teguh komitmen untuk menyediakan produk terbaik dan aman
digunakan. Begitu pula dengan meratanya jaringan distribusi. Anak
perusahaan SSS Group ini memiliki target untuk memproduksi kosmetik
lainnya agar masuk pasar dunia. Selain tentunya mempertahankan reputasi
sebagai salah satu pelopor industri manufaktur yang mumpuni dan berdaya
saing tinggi.(YNI/Tim Usaha Anda)

PT Victoria Care Indonesia ( Wisma SSK )

Alamat : Jl. Daan Mogot KM 11 Lt.5 Jakarta 1170

Telepon : (021) 54368111 Fax : (021) 543 75220

Email : smd@3s.co.id

Pabrik : Kawasan Industri Candi Blok 5A Gatot Subroto, Krapyak


Ngaliyan, Semarang

Telepon/Fax : (024) 7620966 / 7621624

2
Perusahaan ini memproduksi kosmetik, perlengkapan mandi, dan
perawatan kesehatan.Dengan total investasi sekitar USD 10 juta dan 500
pekerja di 10.000 meter persegi.

1989 : Mr Billy Hartono Salim pendiri perusahaan, mulai mengatur


sendiri kecil perusahaan jasa distribusi dan jaringan untuk produk
kosmetik dan wewangian bernama PT. Karya Asri Perdana Mandiri.

1989 : Mr Billy Hartono Salim pendiri perusahaan, mulai mengatur


sendiri kecil perusahaan jasa distribusi dan jaringan untuk produk
kosmetik dan wewangian bernama PT. Karya Asri Perdana Mandiri.

2001:
- Sebagai bisnis diperluas, ia kemudian membangun pabrik sendiri
bernama PT. Kosmetika Alam Pesona Mandiri (KAPM) dan
mulai diproduksi produk mandi seperti Lulur mandi (body
scrub), cologne, juga menjadi pelopor untuk Sabun Sirih produk
Feminine Wash sukses.
- Dengan jaringan yang luas dan pengalaman di bidang distribusi,
PT. Vitalis Indonesia juga ditetapkan sebagai distributor
eksklusif.

2005 : Dengan visi untuk memasuki pasar global maka PT. Vitalis
Indonesia bergabung dengan Unza Kelompok perusahaan dan
membentuk PT. Unza Vitalis Indonesia.

2007: Mendirikan perusahaan baru milik PT. Victoria Care Indonesia


(VCI) dan PT. Suka Sukses Sejati (3S) sebagai distributor eksklusif di
Indonesia.

3
Nilai-Nilai Kami :

o Kecepatan Kerja

o Prosedur Sederhana

o Cerdas Berpikir

o Kuat Team Work

o Kepuasan Stakeholder

o Layanan Nasabah yang Unggul

o Proses dikelola Standar

o Integritas Kuat dan Tinggi

Pabrik Sorot
o Pada tanggal 26 April 2007 PT. Victoria Care Indonesia secara resmi
mengumumkan 1.000 meter persegi pabrik baru di kota Semarang -
Jawa Tengah, sampai dengan USD 10 juta total investasi.

o Pabrik juga telah menerima GMP (Good Manufacturing Process)


sertifikasi dari BPOM untuk memastikan bahwa setiap produk kami
diproduksi dan diproses sesuai dengan standar internasional.

o Dengan sekitar 500 pekerja terdiri dari Produksi, R & D dan QC


didukung oleh mesin manufaktur terbaru dengan kapasitas produksi
tinggi, pabrik ini bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar dan juga
sebagai batu loncatan untuk mencapai visi masa depan kita.

PT. Phapros, Tbk. didirikan oleh NV. Kian Gwan Handels Maatschappy
(Prof. Liem Wie Hock) pada tanggal 21 Juni 1954. PT. Phapros, Tbk. merupakan

4
bagian dari pengembangan usaha Oei Tiong Ham Concern (OTHC), konglomerat
pertama Indonesia yang menguasai bisnis gula dan agro industri. Cikal bakal salah
satu perusahaan farmasi tertua di Indonesia ini adalah NV Pharmaceutical
Processing Industries, yang disingkat menjadi Phapros.
Pada awal pendiriannya, OTHC menguasai 96% saham Phapros tetapi
dalam perkembangan kepemilikan sahamnya mengalami perubahan. Hingga saat
ini saham PT. Phapros, Tbk. dimiliki oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia
(BUMN di bawah Departemen Keuangan) sebesar 54% dan sisanya 46% dimiliki
oleh masyarakat umum, terutama dari kalangan dokter, apoteker dan profesional
lainnya di bidang kesehatan yang berjumlah 300 orang. Pada tahun 2000 status
PT. Phapros, Tbk. berubah dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka
karena modal setornya sudah di atas ketentuan 3 miliar rupiah.
Pada ulang tahun PT. Phapros, Tbk. ke 50, yaitu 21 Juni 2004 logo lama PT.
Phapros Tbk. diganti dengan logo baru. Dengan bergantinya logo, diharapkan PT.
Phapros Tbk. siap untuk menyongsong masa depan dengan optimis.

Makna dari logo baru PT Phapros adalah sebagai berikut :


1. Tiga lingkaran yang berurutan keatas mewakili tiga stake holder yaitu
konsumen, pemegang saham dan karyawan yang saling mendukung dan untuk
menaikkan nilai kepentingan ketiga stake holder melaju bersama menyongsong
masa depan.
2. Lingkaran melayang melambangkan benih ide baru selain itu juga
menggambarkan landasan yang kokoh.
3. Kedekatan lingkaran melambangkan nilai kekeluargaan dan menunjukkan
karakter yang kuat.
4. Warna biru melambangkan inovasi, perkembangan, kesungguhan dan
kebijaksanaan.
5. Gradasi warna merah kuning melambangkan keberanian dan keharmonisan
organisasi.
6. Typografi melambangkan kesederhanaan tanpa meninggalkan kesan stabil dan
kokoh.

5
Dalam perkembangannya PT Phapros Tbk. selalu berusaha mengembangkan
produknya. Perkembangan produksi yang telah dilakukan PT. Phapros, Tbk.
adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1957: tablet dan tablet salut gula (Livron B Plex)
2. Tahun 1960 : injeksi (Pehacain Injeksi)
3. Tahun 1963 : kapsul (Pehacycline)
4. Tahun 1964: sirop (Livron Tonic)
5. Tahun 1972 : salep dan cream (Fluocort N Cream dan NB Tab Oint)
6. Tahun 1978 : tablet salut selaput (Metaneuron)
7. Tahun 1990: memperoleh sertifikat CPOB
8. Tahun 1999: memperoleh sertifikat ISO 9001 mengenai sistem mutu
9. Tahun 2000: memperoleh sertifikat ISO 14001 mengenai lingkungan
10. Tahun 2002: memproduksi 137 item obat, 124 diantaranya adalah obat hasil
pengembangan sendiri.
11. Tahun 2004: PT. Phapros, Tbk. memperkenalkan produk alam dalam
kelompok Agro-Medicine (Agromed)
12. Tahun 2009: sertifikasi OHSAS 18001: 2007 (Occupational Health and Safety
Assessment Series)

Guna memperkuat jaringan dan distribusi, PT. Phapros, Tbk. mempererat


kerja sama dengan PT. Rajawali Nusindo yang merupakan distributor tunggal
dalam memasarkan produk PT. Phapros, Tbk. Sejak tahun 1997 pemasaran untuk
obat-obat ethical ditangani sendiri oleh PT. Phapros, Tbk., sedangkan untuk obat-
obat generik dan Inpres dilaksanakan oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia.
Sampai saat ini PT. Phapros, Tbk. telah memproduksi kurang lebih 250
macam produk. Produk-produk yang dihasilkan PT. Phapros, Tbk. dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Produk PT. Phapros, Tbk. meliputi:
a. Produk rutin yaitu produk dengan nama dagang, seperti: Antimo, Bio ATP,
Becefort, Supralivron, Livron B-Plex, dll.
b. Produk obat generik berlogo (OGB), seperti: Amoxicillin kaplet, Ampicillin
kaplet, Ampicillin sirup, dll.

6
c. Produk Pesanan Pemerintah seperti produk untuk PKD (Peningkatan Kesehatan
Daerah), seperti obat antituberkulosis.
d. Produk Agromed, seperti: Tensigard, Ocugard, Hepagard, Fitogen, X-gra,
dsb.
2. Produk-produk lisensi dari Boehringer Mannheim GmBHm Jerman, American
Product USA, Lederle Laboratories Division, Lekk Ljubljana Slovenia, F. Trenka
Austria, dan Schwabe Jerman, seperti: Artane tablet, Xiclav tablet, Diamox tablet,
dan lain-lai

2.2 VISI dan MISI

Visi PT Victoria Care Idonesia adalah Untuk men$adi perusahaan terkemuka di


k smetik, perlengkapan mandi, dan perawatan kesehatan di pasar Ind nesia
Misi PT Victoria Care Idonesia adalah Untuk memperluas dan meningkatkan kehidupan
manusia dengan memberikan kualitas k smetik, perlengkapan mandi dan pr duk perawatan
kesehatan tertinggi.
Visi PT. Phapros, Tbk. adalah menjadi perusahaan farmasi terkemuka yang
menghasilkan produk inovatif dan jasa kesehatan yang didukung oleh manajemen
profesional serta kemitraan strategis guna meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Misi yang dikembangkan PT. Phapros, Tbk. untuk mendukung
visinya adalah :
1. Menyediakan produk kesehatan terbaik guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Memberikan imbal hasil kepada pemegang saham sebagai refleksi kinerja
perusahaan dan memberikan penghargaan terhadap karyawan yang memberikan
kontribusi serta melakukan innovasi.
3. Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial dan ramah
lingkungan.
Kebijakan Perusahaan PT. Phapros, Tbk.:
1. Menyediakan produk obat dan produk kesehatan lainnya yang aman, manjur
dan bermutu.

7
2. Memberikan layanan dan informasi tentang penggunaan dan penanganan
produk yang dihasilkan.
3. Menetapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
pencemaran lingkungan dan dampaknya dalam setiap aktifitas operasi perusahaan.
4. Menetapkan sistem pengelolaan risiko dalam setiap aktifitas operasi
perusahaan.
5. Menetapkan sistem kerja yang berorientasi pada peningkatan produktivitas,
efisiensi dan inovasi dengan mempertimbangkan perbaikan mutu, dampak
lingkungan dan kualitas kesehatan kerja.
6. Perbaikan terus menerus atas proses, infrastruktur, teknologi dan kompetensi
SDM sesuai tuntutan persyaratan mutu, lingkungan dan kesehatan kerja.
7. Meningkatkan kepedulian lingkungan dalam rangka tanggung jawab sosial
perusahaan.
Pelaksanaan kebijakan perusahaan ini diterjemahkan dalam Prosedur
Operasional dan Instruksi Kerja yang mengakomodasi tindakan perbaikan dan
pencegahan yang berkesinambungan.
sedangkan konsumen internal berperan besar dalam menentukan kualitas
manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

2.3 Lokasi dan Sarana Produksi


PT. VICTORIA CARE INDONESIA

Kunjungan dimulai dengan mengunjungi PT. Victoria Care Indonesia


yang beralamatkan di Kawasan Industri Candi Blok 5A Gatot Subroto,
Krapyak Ngaliyan, Semarang, kunjungan ini berlangsung pada hari Senin, 2
Oktober 2017. PT. Victoria Care Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT.
Suka Sukses Sejati yang berlokasi di Jakarta. Perusahaan ini merupakan badan
usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas dan bergerak di bidang produksi
kosmetik, perlengkapan mandi dan perawatan kesehatan.Sejak berdiri pada tahun
2007 PT. Victoria Care Indonesia telah mengantongi sertifikat Good

8
Macufacturing Practis (GMP). Pada laboraturium pengendalian mutu
Laboratorium ini dibagi menjadi beberapa bagian, ada yang bersekat/ruangan
khusus dan ada yang hanya dibatasi menggunakan garis berwarna kuning. Bagian
yang pertama adalah ruang fisika, disinilah proses pembuatan produk pertama
kali dimulai yaitu proses penimbangan. Proses penimbangan sendiri ada dua yaitu
penimbangan kecil menggunakan timbangan analitik, biasanya dilakukan untuk
sampling atau percobaan pembuatan sediaan, yang kedua adalah penimbangan
besar yaitu proses penimbangan berskala produksi, di ruang fisika hanya
mengkonversikan jumlah dari bahan yang harus ditimbang, sedangkan untuk
penimbangan bahan skala produksi terdapat tempat yang terpisah.

Selain itu diruang fisika juga dilakukan pengukuran pH menggunakan pH


meter, pengukuran kekentalan/viscositas dengan viscometer khususnya untuk
sediaan lulur dan handbody elanjutnya yaitu ruang kimia, disinilah semua sediaan
yang diproduksi diolah dan di uji secara kimiawi diantara uji tersebut yaitu
penggunaan string hot plate yang digunakan untuk melelehkan padatan skala
kecil, alat untuk menguji kelembaban produk pada kulit, alat untuk uji
saponifikasi untuk herborist sampo zaitun. Ruang ketiga yaitu rak standar bahan
baku, sampel bahan baku yang digunakan untuk produksi di letakkan pada temapt
kusus dan disimpan dalam rak/lemari standar bahan baku, begitu juga dengan
sampel seluruh produk jad ungsi dari ruangan ini adalah untuk mengontrol mutu
produk apabila sewaktu-waktu diperlukan pengujian ulang, standar bahan baku
diantaranya ekstrak sabun sere, bibit parfum, dan lain lain. Terdapat beberapa
ruang lain seperti ruang uji mikrobiologi, R&D dan ruang standar bahan kemas
kemudian pada bagian produksi, sebelum memasuki ruang produksi setiap orang
harus mengenakan kelengkapan seperti topi, masker, covershoes dan jaslab.
Terdapat 2 lantai area industri, lantai pertama untuk proses filling, pelabelan
produk dan juga area packing serta gudang, dan lantai 2 adalah tempat produksi
skala besar. Hampir 90% proses produksi sudah otomatis menggunakan mesin,
tetapi tetap membutuhkan SDM sebagai operatornya. Dilantai 2 terdapat 3
ruangan utama yaitu

1. Ruang Mixing Produk Padat dan Cream

9
Produk yang din proses disini adalah sabun, handbody dan sampo. Untuk
sabun dapat menampung sampai dengan 500 kg bahan baku untuk sekali
produksi, waktu yang dibutuhkan untuk sekali produksi kurang lebih 4-6
jam kerja, sedangkan untuk cream kapasitasnya sampai 2 ton. Dari proses
mixing ini kemudian bahan setengah jadi akan di cetak di lantai 1.
2. Ruang Produksi Produk Halal
Perusahaan ini sudah memiiki produk yang tersertifikasi halal MUI
yaitu produk daun sirih dan minyak zaitun.
3. Ruang Produksi Cair
Kapasitas produksi mesin ini hingga 2 ton dan dapat menghasilkan
sampai 20.000 botol/ 10 ml .

Dilantai 1 terdapat gudang penyimpanan bahan baku dan bahan


kemas, sistem yang digunakan adalah menggunakan rak susun dengan
tinggi 12 meter, untuk peyimpanan bahan sendiri disusun berdasarkan
abjad.

Dari bagian produksi kemudian dilanjutkan ke bagian


pengolahan limbah, ada dua limbah yaitu cair dan padat, limbah cair
diolah sendiri oleh perusahaan dengan IPAL, sedangkan untuk limbah
padat pihak perusahaan bekerjasama dengan pihak ketiga dari Badan
Lingkungan Hidup.

Produk yang dihasilkan oleh PT. Victoria Care Indonesia antara lain :

1. Lulur Tradisional Bali


2. Nuface Masker Wajah
3. Nuface BB Cream
4. Herboris :
a. Sabun
b. Lulur
c. Parfum
d. Minyak Angin Aroma Therapy
e. Minyak Zaitun
f. Message Oil

10
g. Body Butter
h. Sun Block
i. After Sun Gel
j. Daun Sirih
5. Sabun Sereh
6. Victoria Parfum
7. Victoria Handcream
8. Miranda Untuk Perawatan Rambut dan Semir Rambut
9. Jahwa Cream Malam dan Cream Pagi
10. Sixsence Parfum dan Handbody
11. Forhim Parfum
12. Iria Goat's Milk
13. Bali Boat

PT. PHAPROS

PT. Phapros, Tbk. terletak di Jl. Simongan No. 131 Semarang, Jawa
Tengah. Pada awal masa pendiriannya, PT. Phapros, Tbk. cukup strategis sebagai
lokasi industri karena jauh dari pemukiman penduduk, tetapi pada saat ini di
daerah sekitar industri sudah dipadati oleh penduduk. Denah PT. Phapros, Tbk.
dapat dilihat pada Gambar 2. PT. Phapros, Tbk. Mempunyai luas area kurang
lebih 3,5 hektar terdiri atas 3 hektar untuk bangunan dan selebihnya adalah taman,
lapangan olahraga, pengelolaan limbah, dan lain - lain.

Sarana produksi yang dimiliki oleh PT. Phapros, Tbk. terdiri dari bangunan
dan peralatan produksi. Bangunan PT. Phapros, Tbk. terdiri dari :

1. Bangunan kantor, meliputi kantor direksi, kesekretariatan, bagian umum, SPI,


Akuntansi, Keuangan, Pembelian, SDM, ERM dan PPPP/ LPP.

2. Bangunan produksi, terdiri dari gedung produksi -Laktam dan non -Laktam.
Gedung -Laktam terpisah dengan gedung produksi non -Laktam, mengingat
sifat khas dari bahan aktifnya yang dapat menyebabkan hipersensitifitas. Gedung
-Laktam terdiri dari satu lantai yang meliputi ruang produksi, ruang pengemasan,

11
gudang transit bahan baku dan produk jadi. Produk -Laktam yang dihasilkan
antara lain: tablet, kapsul, sirup kering, dan injeksi. Untuk gedung produksi non -
Laktam terdiri dari 3 lantai, yaitu: lantai satu untuk aktivitas pengemasan produk
ruahan (pengemasan primer dan sekunder), dan sebagai tempat untuk mencuci
botol kemasan tablet dan sirup. Lantai dua merupakan tempat produksi sediaan
tablet, tablet salut dan kapsul. Lantai tiga digunakan untuk produksi sediaan
injeksi, salep dan sirup. Lantai empat gedung produksi non -Laktam terdapat
sistem pengaturan udara yang disirkulasikan dalam ruang produksi non
Betalaktam.

3. Gudang bahan baku, yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan baku
sebelum didistribusikan ke bagian produksi. Terdapat dua gudang bahan baku,
yaitu gudang bahan baku -Laktam dan non -Laktam.

4. Gudang produk jadi, digunakan untuk menyimpan produk yang sudah jadi dan
siap untuk diedarkan.

5. Gudang bahan kemas, digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang dipakai


untuk mengemas produk, seperti silika gel, foam, brosur, etiket, dus, box,
polycelonium, PTP Foil, dll.

6. Gudang varia, digunakan untuk menyimpan kebutuhan non produksi seperti


alat tulis kantor, kebutuhan administrasi dan lain - lain.

7. Gudang teknik, digunakan untuk menyimpan alat-alat produksi terutama spare


part mesin.

8. Gedung Pengendalian dan Pemastian Mutu (PPM) dan gedung Perencanaan


dan Pengembangan Produk (PPP) yang dilengkapi dengan perpustakaan.

9. Bangunan pendukung, seperti poliklinik, kantin, garasi, bengkel, mushola dan


masjid, Unit Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPL), Air Handling Unit (AHU),
lapangan olah raga, laundry, dll. Sarana pendukung lain yaitu unit listrik dan air,
bangunan dan pertukangan, serta pool kendaraan. Selain itu terdapat Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang terdiri dari dua bagian yaitu IPAL I untuk

12
pengelolaan limbah produksi -Laktam dan IPAL II untuk pengelolaan limbah
non produksi dan produksi non -Laktam

PT. Phapros, Tbk. telah menerapkan strategi perusahaan (corporate


strategy) dalam menghadapi persaingan global industri farmasi. Strategi
perusahaan yang diterapkan meliputi :

1. Produk

Sampai sekarang PT. Phapros, Tbk. telah memproduksi 342 macam produk,
313 diantaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri (non-lisensi). PT.
Rajawali Nusindo merupakan distributor tunggal untuk memasarkan produk PT.
Phapros, Tbk. Meski begitu, sejak tahun 1997 pemasaran obat-obat ethical
ditangani sendiri oleh PT. Phapros, Tbk. Sedangkan untuk obat-obat generik dan
Inpres dilaksanakan oleh PT. Rajawali Nusindo. Produk PT. Phapros, Tbk.
meliputi over the counter (OTC), generic, ethical, dan agro medicine (Agromed).
Masing-masing produk memiliki titik berat sendiri-sendiri. Produk-produk yang
dihasilkan PT. Phapros, Tbk. dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Produk yang rutin diproduksi yang terdiri atas produk obat bebas/ OTC, produk
obat generik, produk PKD/ Peningkatan Kesehatan Daerah dan produk Agromed.

b. Produk-produk lisensi, misalnya dari Boehringer Mannheim GmBHm Jerman


(1960), American Product USA (1975), Lederle Laboratories Division, Lekk
Ljubljana Slovenia (1987), F. Trenka Austria (1990), dan Schwabe Jerman (1995)
seperti Artane tablet, Xiclav tablet, Diamox tablet, dan sebagainya.

Berikut ini adalah penjelasan dari berbagai macam produk-produk tersebut:

a. Over the counter (OTC), yang menitikberatkan pada customer intimacy. Dalam
mengembangkan produk OTC, PT. Phapros, Tbk. menekankan pengenalan
pelanggan secara baik sehingga dapat dengan cepat memberikan respons terhadap
kebutuhan pelanggan yang spesifik dan khusus. Untuk mendukung strategi ini,
PT. Phapros, Tbk., mengembangkan produk-produk baru yang memiliki
keunggulan bersaing sehingga mampu menjadi leading product di pasar. Sebagai

13
contoh obat yang termasuk OTC yaitu Antimo, Antimo Anak, Livron B Plex,
Supra Livron, Noza.

b. Generic, dengan titik berat pada operational excellence. PT. Phapros, Tbk.
selalu berupaya menyediakan produk yang dapat diandalkan dan memberikan
service kepada pelanggan pada harga yang kompetitif, serta kemudahan untuk
mendapatkan produk tersebut. Untuk menciptakan diferensiasi dan positioning
product, PT. Phapros, Tbk., mengembangkan produk-produk baru yang memiliki
leadership tinggi. Sebagai contoh obat generik yaitu Albendazole, Aminofilin,
Amoxicillin, Ampicillin, Antalgin, Antiparkinson DOEN, Asam Askorbat, Asam
Folat, Asam Mefenamat, Asetosal, Acyclovir, Benzatin Benzin Penisilin, Garam
Oralit, Gentamisin (injeksi & salep), Glibenclamide, Griseofulvin, Ibuprofen,
Isoniazide, Kalsium laktat, Kaptopril, Klorpromazin, Kotrimoksazol tablet
pediatrik, Lidocain injeksi 2%, Lyncomycin 500 mg, Methylprednisolon injeksi
500 mg, Methylprednisolon tablet 4 mg, Metronidazole tablet 250 mg, Natrium
diklofenak tablet 25 mg, Natrium diklofenak tablet 50 mg, Natrium tiosulfat
injeksi 25%-10 ml, Nifedipine tablet 10 mg, Nistatin Dragee, OAT Anti
Tuberkulosis Kategori 1 dan 2 Adult, Obat Anti Tuberkulosis Kategori Sisipan
(Adult), Obat Anti Tuberkulosis Kategori Anak, Omeprazole Tablet 12,5 mg,
Parasetamol Sirop 120 mg, Parasetamol Tablet 500 mg, Pirantel Tablet 125 mg,
Prazikuantel Tablet 600 mg, Prednison Tablet 5 mg, Primakuin Tablet 15 mg,
Prokain Benzil Penisilin G Injeksi 3 juta IU/Vial, Prometazin Tablet 12,5 mg,
Prometazin Tablet 25 mg, Ranitidine Tablet 150 mg, Rifampisin Kaplet 300 mg,
Rifampisin Kaplet 450 mg, Simetidine Tablet 200 mg, Siprofloksasin Tablet 500
mg, Streptomisin Injeksi 1,5 g/ml, Tablet Tambah Darah/30, Tetrasiklin Kapsul
250 mg, Tetrasiklin Kapsul 500 mg, Tiamin HCl Mononitrat (Vitamin B1)
Injeksi, Tiamfenicol 500 mg, Ferro Sulphate Syrup Bottle 150 ml, Natrium
Fenitoin 30 mg Kapsul, Natrium Phenitoin 50 mg Kapsul.

c. Ethical, titik berat pada product leadership. PT. Phapros, Tbk. menawarkan
produk yang inovatif untuk memenangkan persaingan, baik melalui modifikasi
content maupun context, serta memberikan service sebagai nilai tambah kepada
pelanggan. Contoh obat ethical yaitu Amaropo Plus, Becefort Sirup, Betafort, Bio
ATP, Bioneuron Tablet, Bioneuron Injeksi, Cardismo, Corsona Tablet, Corsona

14
Injeksi, Dextamine, Dextamine Sirup, Dextrofen Kapsul, Diafac, Dolsic Injeksi,
Droxefa 500 Kapsul, Febrinex Sirup, Fluocort N Cream, Geriavita, Grivin, Grivin
Forte, Hemafort, Hustab Tablet, Hustab P Tablet, Hustab P Sirup, Hypobhac 25
Injeksi, Hypobhac 100 Injeksi, Hypobhac 200 Injeksi, Ilusemin 100, Kolkatriol,
Kolkatriol Forte, Metaneuron, Nacoflar 25, Nacoflar 50, NB Topical Ointment,
Osteotin, Palentin 375, Palentin 625, Palentin Sirup Kering, Palentin F Sirup
Kering, Pehacain Injeksi, Pehadoxin, Pehadoxin Forte, Pehamoxil Forte,
Pehamoxil 125 Sachet, Pehastan 500, Pehatrim Suspensi, Pehatrim Dewasa,
Pehatrim Forte, Pehavral, Pehazon, Pehazon Forte, Phadilon 500 Injeksi, Phadilon
4 Tablet, Phalol 10, Phaproxin 500, Pro Infark, Sefure 750 Serbuk Injeksi,
Spirolacton 25, Spirolacton 100, Taxef 1000 Serbuk Injeksi, Tebokan, Tebokan
Spesial, Trixon 1000 Serbuk Injeksi, Vapril 12.5, dan Vapril 25.

d. Agromed, titik berat pada innovation and standardization. PT. Phapros, Tbk.,
juga melakukan inovasi yang memberikan diferensiasi dengan menawarkan
produk obat berbasis bahan alam yang telah teruji khasiatnya secara klinis. Pada
tahun 1969, PT. Phapros, Tbk. meluncurkan Pehastone, peluruh batu ginjal yang
dibuat dari tanaman obat dan diikuti dengan produk alam dalam kelompok
Agromed. Agromed menawarkan kearifan tradisional dengan kepastian ilmiah
modern. Pada tahun 2005, PT. Phapros, Tbk. meluncurkan fitofarmaka pertama di
Indonesia, yaitu X-gra dan Tensigard. Uji klinik untuk produk Agromed
Tensigard merupakan hasil kerja sama dengan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Jtg
(Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta), sedangkan pada X-gra bekerja
sama dengan pakar ahli Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And. (Rumah Sakit
Sanglah, Bali). Produk Agromed lainnya adalah Ocugard, Hepagard, Fitogen,
Hemorogard dan Glucogard.

2. Komunikasi (360 communication)

Dalam berinteraksi dengan stakeholder, khususnya pelanggan, PT. Phapros,


Tbk. menerapkan strategi komunikasi dan promosi 360 yang mengkombinasikan
pembentukan citra dalam jangka panjang dan penciptaan penjualan dalam jangka
pendek.

3. Penetapan Harga (Value, benefit, price)

15
Harga disusun secara spesifik dan unik sesuai dengan karakteristik pasar.
Untuk kelompok produk OTC, PT. Phapros, Tbk., menekankan penciptaan value
yang tinggi kepada pelanggan. Untuk kelompok produk ethical, PT. Phapros,
Tbk., menggunakan strategi penciptaan keuntungan produk yang tinggi.
Sedangkan untuk produk generic, merupakan strategi berorientasi harga untuk
memperkuat portofolio produk.

4. Sumber Daya Manusia: Competency Based Organization (CBO)

Strategi pengembangan SDM sebagai penjabaran visi-misi PT. Phapros,


Tbk., didasarkan pada pengembangan kompetensi karyawan. Penerapan CBO
diarahkan pada terciptanya faktor-faktor kompetensi skill, knowledge, attitude
yang efektif dalam meningkatkan daya saing bisnis PT. Phapros, Tbk.

PT. Phapros, Tbk., menguasai semua kunci utama sukses sebagai sebuah
perusahaan farmasi terkemuka, yaitu sumber daya manusia berkualitas dan
berdedikasi, portofolio produk yang kuat, kondisi keuangan yang solid,
kemampuan untuk mengembangkan dan memasarkan obat baru, serta budaya
perusahaan yang dinamis.

Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk. dapat dilihat pada Gambar 3. Internal
audit (Satuan Pengawasan Intern) merupakan bagian yang bertugas mengawasi
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan produksi, kegiatan
pemasaran, dan keuangan. Internal Audit (Quality Management Representative)
dibentuk setiap 6 bulan sekali. Internal audit dipegang oleh Manager dari
departemen yang terpilih. Anggotanya terdiri dari tenaga farmasis dan non
farmasis yang selalu berganti secara periodik dan bersifat independent. Sistem
yang dilakukan dalam internal audit adalah audit silang, tujuannya untuk
mendapatkan obyektifitas hasil audit. Internal audit juga mempunyai tujuan
untuk mempersiapkan PT. Phapros, Tbk. dalam menghadapi audit dari pihak
luar seperti BPOM atau industri lain yang ingin melakukan toll in.
Pengembangan bisnis mempunyai tugas antara lain menilai kelayakan suatu
usulan produk untuk dapat dijadikan produk baru atau tidak, dan kemungkinan
untuk membeli pabrik farmasi lainnya (akuisisi). Corporate secretary

16
merupakan suatu sekretaris perusahaan yang salah satu tugasnya adalah public
relations (PR). Struktur Organisasi PT. Phapros.

2.4 Kegiatan di PT. Phapros Tbk


Departemen SDM terdiri dari 4 bagian yaitu bagian Administrasi SDM dan
Hubungan Ketenagakerjaan, bagian Perencanaan dan Pengembangan SDM,
bagian Pelayanan Umum dan Rumah Tangga serta EHS Officer. Bagian
Administrasi SDM dan Hubungan Ketenagakerjaan bertugas mengatur sistem
penggajian, status karyawan dan golongan, jaminan atau santunan sosial, fasilitas
kesehatan, perjalanan dinas, insentif dan penghargaan, cuti dan fasilitas-fasilitas
lain.
Bagian Perencanaan dan Pengembangan SDM bertugas melakukan
perencanaan tenaga kerja, rekruitmen dan seleksi, kompetensi, pelatihan dan
pengembangan, program induksi, dan sistem manajemen kinerja. Bagian
Pelayanan Umum dan Rumah Tangga tugasnya menyediakan barang-barang non
produksi seperti kendaraan, kertas, pengelolaan kantin, pelayanan kesehatan, dan
lain-lain. Fasilitas penanganan limbah juga dikelola oleh Unit Pengelolaan
Limbah. Bagian EHS Officer bertanggung jawab atas :
Membuat, mengendalikan serta mengevaluasi sasaran dan anggaran unit
dengan biaya yang efektif (Cost Effectiveness).
Melakukan analisis risiko terhadap aktifitas operasional yang ada dan
direncanakan untuk melihat potensi bahaya yang ada baik terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja maupun terhadap lingkungan.
Menentukan tindak pencegahan dan pengendalian yang sesuai terhadap risiko
yang telah diidentifikasi dan memastikan efektifitasnya.
Menyusun program dan pelaksanaan pengukuran dan pemantauan lingkungan
dan K3 serta melakukan evaluasi.
Mengkoordinasi dan berperan aktif dalam penyelidikan kecelakaan kerja
(termasuk near miss) dan pencemaran lingkungan.dan segera
merekomendasikan/melakukan tindak perbaikan dan pencegahannya.
Memastikan pelatihan dan simulai penanganan keadaan darurat dilakukan
secara berkala dan memastikan bahwa selalu dalam kondisi siaga.

17
Membantu penerapan Job safety analysis dan melakukan pemeriksaan
pekerjaan yang dilakukan pada kondisi sulit atau pada situasi bahaya.
Memberikan rekomendasi/melakukan perbaikan atas temuan audit sistem
K3LL (internal/eksternal) dan memantau pelaksanaan rencana tindak lanjut.
Bertanggungjawab untuk pembuatan laporan tertulis secara berkala ke
Manjemen mengenai kinerja k3LL dan laporan ke instansi terkait.
Menjamin dan memastikan bahwa semua kegiatan di unit kerjanya mengacu
pada CPOB, system manajemen mutu ISO 9001, system manajemen
lingkungan ISO 14001 dan system manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) OHSAS 18001 dan berupaya untuk meningkatkan
pemenuhannya secara efisien /perbaikan terus menerus.
2.5 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan
(PPPP)
Departemen PPPP berfungsi sebagai pengelola pesanan, pengendalian
material, perencanaan, dan evaluasi produksi. Departemen ini membawahi divisi
logistik dan pengendalian persediaan, gudang bahan baku (raw material
warehouse), dan gudang produk jadi (finish good warehouse). Kegiatan dari PPPP
adalah menyusun perencanaan produksi dan pengendalian persediaan dengan
menyusun kebutuhan bahan awal, rencana produksi sesuai dengan permintaan
departemen marketing; mengendalikan dan mengelola stok bahan awal dan
produk jadi; menerima, mengirim dan memantau distribusi poduk ke distributor
utama serta menerima pengembalian produk dari distributor jika ada. Departemen
PPPP menjadi koordinator untuk penerimaan Toll In Manufacturing dan
penempatan produksi Toll Out Manufacturing. Alur kerja departemen PPPP dapat
dilihat pada Gambar 4.
Untuk merealisasikan produksi, maka bagian ini mengeluarkan Work Order
(WO) yang didistribusikan pada bagian produksi yang bersangkutan, gudang,
manager produksi dan bagian keuangan. Perencanaan dan pengendalian
persediaan bertujuan agar pemakaian bahan dapat dilakukan dengan tepat jumlah,
mutu, dan waktu serta ekonomis sehingga dapat mencegah terjadinya kelebihan
atau kekurangan persediaan. Pengendalian persediaan didasarkan pada rencana
produksi, persediaan di gudang dan formulasi produksi.

18
Sistem kontrol di setiap bagian PT. Phapros, Tbk. menggunakan
Information Technology (IT) yaitu MFG-Pro / QAD. Salah satu programnya
adalah MRP (Material Resources Planning). Sistem MRP melakukan
perencanaan dengan mempertimbangkan berbagai sumber daya yang berhubungan
dengan proses ketersediaan bahan baku dan kapasitas produksi. Sistem MRP ini
membantu Departemen PPPP dalam mengkontrol dan memperkirakan
pelaksanaan order akan terpenuhi berdasarkan ketersediaan bahan baku dan
kapasitas produksi.
2.5.1 Pengadaan (Procurement)
Secara umum, tugas dari pengadaan adalah untuk memenuhi kebutuhan dari
Produksi (bahan baku, spare parts mesin, dll.), Umum (alat kantor, dll.), dan
Marketing Support (sarana promosi, dll.). Secara spesifik bagian pengadaan
bertugas mengurusi semua hal yang berhubungan dengan permintaan pembelian/
purchase requisition (seperti bahan baku, bahan kemas, bahan-bahan pendukung
produksi, dan barang investasi serta peralatan), penawaran, evaluasi pembelian,
mengurus surat pesanan, proses inspeksi, pembayaran, seleksi dan evaluasi
vendor, dan monitoring pengadaan bahan. Bagian Pengadaan terhubung langsung
dengan sistem MRP II, sehingga dapat mengetahui permintaan dari Departemen
PPPP.
Tugas dari bagian pengadaan adalah:
a. Mendapatkan barang dengan kualitas dan spesifikasi yang sesuai.
b. Mendapatkan barang dengan harga yang kompetitif dan termin pembayaran
yang panjang.
c. Mendapatkan barang yang sesuai jumlahnya dan sesuai waktu kebutuhannya.
d. Melakukan pembelian barang sesuai peraturan yang berlaku.
e. Maintenance supplier dalam hal kualitas dan ketersediaan barang.
Faktor penting dalam bagian pengadaan adalah : Quality; Price; Lead
time/ delivery time; Quantity; Term of payment; Availability. Untuk
menjamin kualitas bahan baku yang dipilih, Bagian Pengadaan memiliki
data mengenai supplier yang telah memenuhi kualifikasi. Kriteria supplier
diantaranya berdasarkan pertimbangan harga, kualitas dari bahan,
ketepatan waktu pengiriman (delivery time) dan waktu pembayaran (time

19
of payment). Data untuk supplier baru meliputi: Company Profile,
Customer List, Product List, dan bila diperlukan Sertifikat GMP (Good
Manufacturing Practices), ISO, dan lain-lain. Dalam memutuskan
pemilihan bahan baku tersebut dilakukan pengujian sejumlah sampel oleh
bagian Perencanaan dan Pengembangan Produk (PPP).
Alur kerja Departemen Pengadaan
Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah barang tersisa harus dicatat.
Catatan berisi keterangan mengenai pasokan, nomor batch atau lot, tanggal
penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluarsa bila ada.
Didalam pengadaan bahan perlu dilakukan seleksi terhadap pemasok yang akan
dipilih, diantaranya untuk mengetahui konsistensi pengadaan dari vendor,
penyesuaian kondisi finansial perusahaan dan untuk mendapatkan bahan dengan
spesifikasi yang sesuai dengan ketentuan perusahaaan.
Departemen Produksi
Departemen Produksi PT. Phapros Tbk membawahi 4 bagian yaitu:
1. Bagian Tablet, Tablet Salut, dan Kapsul (TTSK) dan Agromed
Produksi tablet, tablet salut, dan kapsul dilakukan di gedung produksi non
-Laktam lantai dua. Proses produksi dan pengemasan dibagi menjadi 2
lantai. Ruang proses produksi terletak di lantai 2 yang meliputi proses
pengolahan tablet atau kapsul sejak berupa bahan baku sampai menjadi
tablet atau kapsul. Bagian Pengemasan gabung TTSK
2. Proses pengemasan dilakukan di gedung produksi non -Laktam lantai
satu. Proses pengemasan ini terbagi menjadi dua, yaitu pengemasan primer
dan pengemasan sekunder. Pengemasan primer dilakukan di grey area
sedangkan pengemasan sekunder dilakukan di black area.-Laktam
3. Proses produksi antibiotika golongan -Laktam dilakukan dalam gedung
yang terpisah dari unit produksi lainnya. Sesuai ketentuan CPOB,
produksi obat -Laktam harus dilakukan pada lokasi tersendiri karena
golongan obat ini dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas pada
sebagian orang. Ketentuan ini juga bertujuan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang terhadap produk obat yang lain. Gudang penyimpanan
bahan baku -Laktam dibuat terpisah dari tempat penyimpanan bahan

20
baku yang lain. Bagian -Laktam juga memiliki sistem pengolahan limbah
tersendiri untuk pemecahan cincin -Laktam.
Karyawan yang akan bekerja di Bagian -Laktam terlebih dahulu diperiksa
sensitivitasnya terhadap antibiotik golongan penisilin dengan dilakukan tes alergi.
Hal ini untuk menghindari terganggunya kesehatan karyawan karena reaksi alergi
terhadap obat golongan penisilin. Adapun proses produksi sediaan steril yaitu
filling injeksi kering yang berupa powder dilakukan di white area yaitu di ruang
kelas 100 (di bawah LAF dengan area penunjang kelas 10.000).
4. Injeksi, Salep, dan Sirup (ISS)
Bagian ISS bertugas memproduksi sediaan steril injeksi, salep, dan sirup
non -Laktam, serta pembuatan aqua pro injeksi sesuai dengan rencana produksi
yang ditetapkan Departemen PPPP. Produksi injeksi, salep, dan sirup dilakukan di
gedung produksi non -Laktam lantai III yang telah memenuhi ketentuan CPOB.
Di tempat ini dilakukan proses produksi dan pengemasan primer pada produk
injeksi, salep, dan sirup. Ruang produksi terbagi menjadi tiga area, yaitu black
area, grey area, dan white area. Proses pengemasan sekunder, printing, dan
viewing serta sirup dilakukan di grey area. White area terbagi dalam dua kelas,
yaitu kelas 100 (dengan LAF, digunakan untuk produksi secara aseptis yaitu
filling sediaan injeksi) dan kelas 10.000 (dengan HEPA-filter, digunakan sebagai
area penunjang bagi area kelas 100).
Preventive Maintenance
Bagian pemeliharaan bertanggung jawab untuk melaksanakan pemasangan
alat (instalasi), perawatan rutin (mesin produksi, mesin pendukung dan peralatan
laboratorium), dan pelaksanaan proses kualifikasi (kualifikasi instalasi,
operasional dan kinerja).
Investment and technology development
Tugas utama dari bagian ini adalah bertindak sebagai koordinator
pelaksanaan investasi peralatan. Bagian ini juga bertanggung jawab untuk
menjamin ketersediaan spare part mesin.
Utility
Bagian utility bertanggung jawab menyediakan suplai air, listrik, jaringan
komputer, jaringan komunikasi dan alarm kebakaran di seluruh bagian. Bagian

21
utility juga bertanggung jawab untuk menyediakan sistem AHU untuk ruang
produksi, ruang mikrobiologi dan ruang penimbangan di gudang bahan baku.
Departemen Quality Operation (QO)
Departemen QO merupakan bagian yang memastikan dan mengendalikan
mutu dan kualitas produk. Kegiatan QO bertujuan untuk menjamin obat yang
sampai ke tangan konsumen memiliki mutu yang baik. Mutu produk harus
dibentuk mulai dari bahan baku, proses produksi, produk jadi hingga saat
distribusi sampai Expired Date. Secara garis besar tugas QO adalah melakukan
pemeriksaan terhadap setiap tahapan kritis untuk mengetahui secara dini
kesalahan yang terjadi dalam proses produksi obat. Pemeriksaan tersebut
dilakukan berdasarkan spesifikasi dan persyaratan dalam farmakope (kompendial)
dan standard lain. Departemen QO terdiri atas 3 bagian yaitu:
a. Bagian Pengendalian Mutu (QC)
Quality control (pengendalian mutu) adalah bagian dari CPOB yang
berkaitan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian laboratorium
mengikuti prosedur standar dan resmi sesuai dengan farmakope (kompendial) dan
standard lain. Tanggung jawab QC adalah:
1. Pemeriksaan bahan awal. Pemeriksaan bahan awal dilakukan melalui
pemeriksaan tahap I (visual dan kebenaran berdasarkan dokumen) dan tahap
II (laboratorium berdasarkan spesifikasi referensi). Bahan yang diperiksa
meliputi bahan baku untuk produksi,bahan pengemas, beberapa bahan varia
seperti alcohol, dan HCl teknis, dll.
2. Pemeriksaan dalam proses (In Process Control/IPC), misalnya pemeriksaan
pada trial cetak, produk antara(berupa granul atau sediaan sirup setelah mixing).
Proses IPC secara fisik dilakukan oleh departemen produksi (seperti pH,
kekerasan, berat, waktu hancur, kerapuhan, kadar air).
3. Pemeriksaan ruahan secara lengkap sesuai spesifikasi masing-masing produk.
4. Pemeriksaan produk jadi meliputi inspeksi akhir untuk kelengkapan kemasan /
penandaan produk jadi.
5. Melakukan sampling dan pemeriksaan lingkungan produksi seperti air,
pemeriksaan ruangan (jumlah partikel, mikroba, dll), limbah (COD, BOD).
6. Melaksanakan validasi metode analisa dan verifikasi metode kompendial.

22
7. Mengelola sampel pertinggal bahan baku.
8. Melakukan pemeriksaan sample stabilitas, dll
Bagian pengendalian mutu terdiri atas beberapa tim kerja, antara lain:
1. Administrasi dan dokumentasi
2. Laboratorium non instrumen (Kimia Fisika)
3. Laboratorium instrument
4. Laboratorium mikrobiologi
5. Bahan baku/bahan kemas
b. Bagian Pemastian Mutu
Quality Assurance (QA) adalah serangkaian aktivitas untuk memberikan
bukti bahwa fungsi kualitas dijalankan dengan memadai, sehingga dapat
dihasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan
sebelumnya. Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab atas :
1. Mengkoordinasi program validasi dan kualifikasi seperti kualifikasi alat (IQ,
OQ, PQ), kualifikasi ruangan, validasi proses produksi, validasi pengemasan
(primer), validasi pembersihan
2. Menjalankan program kalibrasi yang berkoordinasi dengan unit terkait untuk
memastikan bahwa instrumen yang digunakan memenuhi batas validitasnya
3. Mengkoordinasi audit intenal dan eksternal yang bertujuan untuk memastikan
sistem mutu yang baik, mengaudit vendor bahan baku dan bahan kemas, audit
toll out manufacturer, inspeksi rutin CPOB, audit distributor, audit
laboratorium, dll
4. Pe-release-an produk jadi,
5. Pengelolaan dokumen produksi Catatan Pengolahan Bets (CPB), misalnya
mengendalikan penyimpanan,peminjaman, pemusnahan Catatan Pengolahan
Bets (CPB),
6. Pengelolaan keluhan pelanggan
7. Pengelolaan produk kembalian, penarikan produk, pemusnahan produk
8. Pengelolaan stabilitas produk on going dan long term
9. Pengelolaan sample per tinggal (retained sampled) produk jadi

23
10. Mengkoordinasi monitoring lingkungan produksi seperti suhu, kelembaban,
tekanan udara, mikrobiologi, jumlah partikel, kebisingan, pengukuran cahaya,
dll
11. Koordinator pelaksanaan Quality Risk Management (Pengkajian Mutu
Kualitas)
12. Pelaksanaan kajian mutu produk (Product Quality Review)
c. Bagian Sistem Mutu
Bagian Sistem Mutu bertanggung jawab atas :
1. Bekerja sama dengan semua unit untuk melakukan pengendalian dokumen
sistem mutu termasuk review dokumen secara periodik.
2. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dalam peningkatan kinerja
sistem terintegrasi.
3. Melakukan pemutahiran peraturan dan pemenuhan terhadap peraturan yang
terkait dengan sistem dan operasional produksi.
4. Mengelola pelatihan CPOB, keselamatan dan kesehatan kerja dan lindungan
lingkungan untuk menjamin bahwa karyawan yang terkait dengan produk
mampu melaksanakan pekerjaannya dengan benar dan selamat.
5. Pengendalian perubahan dan penyimpangan bila terdapat perubahan dan yang
bersifat sementara atau tetap.
6. Mengendalikan dan memastikan semua kegiatan bagian sesuai dengan CPOB
terkini/cGMP, ISO 9001, serta manajemen lingkungan ISO 14001 terutama
dalam hal mengendalikan dampak lingkungan dari kegiatan
produksi/pemeriksaan mutu dan memastikan bahwa analis dan pelaksana lain
selalu mengikuti instruksi kerja ISO 14001 yang berlaku, termasuk Material
Safety Data Sheet (MSDS) dan OHSAS 18001.
7. Koordinator pelaksanaan audit sistem integrasi (sistem mutu ISO 9001, ISO
14001, OHSAS 18001).
8. Validasi dan Kalibrasi
Kalibrasi dan Validasi adalah merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari
merencanakan, mengkoordinasi, memantau pelaksanaan hingga melaporkan
kegiatan validasi, kualifikasi serta kalibrasi alat ukur, sehingga aktivitas
yang terkait dengan produksi selalu mematuhi dan memenuhi persyaratan

24
yang berlaku (CPOB terkini), untuk menjamin produk yang dihasilkan
bermutu, berkhasiat dan aman.
2.5.2 Departemen Perencanaan dan Pengembangan Produk (PPP)
Departemen PPP bertugas merencanakan dan mengembangkan produk baru
dengan mengadakan riset dalam bidang teknologi formulasi hingga rancangan
kemasan, menggali potensi produk lama dengan penyempurnaan formula,
penyempurnaan kemasan, standardisasi bahan awal, produk toll in/toll out, serta
dokumentasi dan registrasi. Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan
dimulai dari tahap penelusuran ide hingga produk baru yang siap dipasarkan.
Dalam perkembangan terakhir, pengembangan produk PT. Phapros, Tbk.
difokuskan pada pengembangan produk Agromed dan me too products.
Pengembangan produk Agromed dilakukan untuk memperkuat pangsa pasar
khususnya jenis produk herbal. Produk Agromed yaitu produk obat dari bahan
alam berkualitas yang berdasarkan penelitian telah terbukti berkhasiat. Produk ini
bertujuan untuk mendukung era obat asli Indonesia dan memenuhi kebutuhan
masyarakat yang memiliki konsep back to nature dalam menjaga kesehatannya.
Sedangkan pengembangan untuk me too products dilakukan secepat mungkin.
Tujuannya agar menjadi me too products yang pertama, dikarenakan masih
memiliki pangsa pasar yang masih luas. Untuk mengembangkan produk baru, PT.
Phapros, Tbk. memerlukan waktu selama 2-3 tahun (sampai melakukan
pendaftaran).
Ide produk dapat berasal dari bagian PPP, pemasaran (trend pasar dan
survei pasar), bagian produksi, dan bagian lain. Seluruh ide tersebut akan dikelola
oleh bagian Bussines Development. Ide yang disetujui untuk suatu rancangan
produk, ditangani oleh tim dari PPP sebagai suatu rancangan proyek berupa
formula dan dilakukan percobaan skala laboratorium (trial lab), skala pilot (pilot
scale), dan skala produksi (scale up). Pada trial lab, tim PPP harus melakukan uji
stabilitas (real time dan accelerated stability) produk selama 3-6 bulan. Bila
memenuhi persyaratan, maka dilanjutkan skala pilot dan dilakukan uji stabilitas
minimal terhadap 2 batch, untuk real time (long term) study dilakukan selama 12
bulan dengan kondisi penyimpanan suhu 25C 2C dan kelembaban 60% RH
5% RH atau pada suhu 30C 2C dan kelembaban 75% RH 5% RH,

25
sedangkan untuk accelerated stability dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi
penyimpanan suhu 40C 2C dan kelembaban 75% RH 5% RH. Kemudian
yang dilakukan oleh PPP adalah uji disolusi terbanding. Uji disolusi dilakukan
untuk memprediksi bioavailabilitas, dan dalam beberapa kasus dapat sebagai
pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalensi. Dari hasil uji tersebut, dapat
diketahui apakah calon produk memerlukan uji bioavailabilitas dan bioekivalensi
(Uji BA/BE) atau tidak. Kriteria obat yang tidak memerlukan uji BA/BE yaitu
memiliki disolusi yang cepat dan mirip, memiliki kelarutan tinggi, permeabilitas
tinggi, jendela terapi lebar, dan eksipien yang digunakan telah diakui oleh FDA
sebagai eksipien untuk immediate release solid dosage forms. Jika tidak
memenuhi kriteria tersebut, PPP akan melakukan uji BA/BE bekerja sama
dengan pihak luar.
Bila skala pilot memenuhi persyaratan, maka dilakukan scale up untuk skala
produksi. Pengujian skala produksi seperti uji identitas, penetapan kadar (titrasi,
spektrofotometri, KCKT, TLC Scanner), uji disolusi, uji stabilitas (real time dan
accelerated stability) dilakukan oleh tim PPM untuk menjamin mutu produk dan
sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Untuk produk baru yang telah melalui
uji stabilitas real time dan accelerated stability, maka pada saat pendaftarannya
akan mendapatkan expired date dari BPOM. Perhitungan expired date didapatkan
dengan cara menambahkan masa 1 tahun terhadap uji stabilitas real time yang
dilakukan oleh PT. Phapros, Tbk. (expired date = 1 tahun + masa uji stabilitas real
time).
Produk Agromed PT. Phapros, Tbk. yang telah menjadi fitofarmaka antara
lain adalah X-gra dan Tensigard. Pengembangan produk agromed dilakukan
dengan mengacu pada penelitian ilmiah dan data efektivitas simplisia.
Departemen PPP membawahi 5 bagian yaitu:
1) Pengembangan Formulasi
Bagian ini bertugas mulai dari studi praformulasi, penyusunan formula
berdasarkan sifat fisika kimia, dan pengembangan standar. Bila tidak ada formula
standar, maka dibuat beberapa formula alternatif. Beberapa formula terpilih
dilakukan trial dalam skala kecil untuk menentukan formula terbaik. Kemudian
dilanjutkan laboratory scale (terdapat uji stabilitas) dan terakhir dilakukan pilot

26
scale (1/10 ukuran batch komersial) sebagai dasar untuk produksi full batch. Data-
data yang didapatkan pada pilot scale dapat digunakan untuk melakukan registrasi
dengan ketentuan minimal dibuat dalam 2 batch komersial dan melampirkan data
stabilitas selama 1 tahun.
2) Technical Support
Bagian ini bertugas membantu Departemen Produksi dalam hal
merencanakan, mengendalikan sasaran dan anggaran, serta mengelola sumber
daya yang ada di unit kerja meliputi kegiatan pemecahan masalah yang terjadi
selama produksi, transfer proses toll manufacturing untuk menjamin ketersediaan
produk, perbaikan formulasi, dan proses untuk memenuhi ketentuan-ketentuan
yang berlaku sesuai dengan prinsip cost effectiveness.
3) Pengembangan Kemasan
Bagian ini bertugas menentukan komposisi dan konsep desain kemasan
sesuai dengan spesifikasi produk. Dalam menentukan konsep kemasan, bagian ini
melakukan analisa segmentasi bekerja sama dengan bagian marketing untuk
produk OTC, sedangkan untuk produk generik dan ethical harus mengikuti aturan
dari BPOM. Konsep desain ini juga disertakan dalam formulir registrasi. Bila
registrasi telah selesai dan nomor registrasi telah keluar, bagian pengembangan
kemasan membuat desain standar kemasan.
Pengembangan Kemasan
Usulan Produk Baru disetujui
Usulan Perubahan Produk disetujui
Penyusunan RPP
Penyusunan RPPP
RPPP
RPP
Change Control
Network Planning
Pengembangan Formula
Pengembangan Analisa
Stabilitas
Tinjauan Desain Pengembangan Keseluruhan

27
Desain Pengembangan Terpilih
Master Batch Awal
Pelaksanaan Proses Produksi Batch Awal
Konsisten
Pelaksanaan Validasi Proses
Valid
Master Formula
4) Dokumentasi dan Registrasi
Bagian ini bertugas mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk
registrasi produk baru untuk mendapatkan Nomor Ijin Edar (NIE). Registrasi
ulang produk yang sudah exist dilakukan setiap lima tahun sekali dan menyusun
berkas registrasi produk, mengkompilasi data teknis (data selama pengembangan
produk), dan membuat dokumen produksi meliputi PPI Olah/kemas, CPB Olah
dan Kemas, spesifikasi dan metode analisa bahan baku, bahan kemas, produk dan
juga bertanggung jawab untuk entry BOM, spec IT, Routing, item number pada
sistem MFG-Pro/QAD untuk dapat memulai proses MRP.
5) Pengembangan Analisa
Bagian ini bertugas membuat spesifikasi bahan/produk, prosedur
pemeriksaan tervalidasi, dan studi stabilitas accelerated dan real time condition.
Bagian ini juga melakukan uji stabilitas laboratory scale untuk menentukan
spesifikasi standar produk dan bahan baku. Setelah dilakukan uji stabilitas
dipercepat, maka dilakukan evaluasi stabilitas formula. Hasil pengembangan
analisa inilah yang nantinya diberikan kepada Pengendalian Mutu untuk
digunakan dalam melakukan analisa.
2.7 Sistem Unit Pengendalian Udara (Air Handling Unit)
1. Ruang Produksi Non -Laktam
Sistem Air Handling Unit merupakan seperangkat alat yang dapat
mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan (jumlah
partikel/mikroba), pola aliran udara dan jumlah pergantian udara di ruang
produksi sesuai dengan persyaratan ruangan yang telah ditetapkan. PT. Phapros,
Tbk. memiliki sistem AHU 1-1, 2-1, 3-1 dan 3-2 untuk mendistribusikan udara
dengan persyaratan tertentu sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam CPOB

28
Terkini. AHU 1-1, 2-1, 3-1 dan 3-2 adalah AHU yang digunakan untuk mengatur
sirkulasi udara pada ruang-ruang produksi kelas grey area dan white area di
gedung produksi non -Laktam. AHU 1-1, 2-1 dan 3-1 mengatur sirkulasi udara
masing-masing di lantai 1, 2 dan 3 grey area sedangkan AHU 3-2 mengatur
sirkulasi udara di lantai 3 white area gedung produksi non -Laktam.
Sebelum didistribusikan, udara terlebih dahulu didinginkan dan
dimampatkan agar dapat menghasilkan output udara sesuai dengan spesifikasi
suhu, kelembaban dan tekanan yang dikehendaki. Pengendalian kondisi udara
ruangan oleh AHU menggunakan Chilled Water System (sistem air yang
didinginkan) melalui Chiller dan pompa yang berperan dalam proses pendinginan
dan penurunan kelembaban udara. Sistem pengaturan kelembaban (RH) belum
terintegrasi ke dalam sistem pengaturan udara meskipun proses pendinginan yang
dilakukan juga dapat menurunkan kelembaban udara tetapi penurunan
kelembaban udara tersebut sebenarnya hanya merupakan hasil sampingan dari
proses sehingga dibutuhkan dehumidifier untuk menghasilkan kondisi ruangan
dengan RH yang tinggi atau rendah.
Air (raw water) yang digunakan untuk proses pendinginan terlebih dahulu
dilunakkan untuk mengurangi kadar ion kalsium sehingga akan mencegah
timbulnya kerak. Raw water yang telah dilunakkan (soft water), dari storage tank
dengan suhu 8-15oC dipompa ke dalam chiller dan suhunya diatur menjadi 4-8oC
lalu melewati evaporator AHU sehingga suhu evaporator menjadi lebih rendah.
Proses pendinginan udara dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas yang
berasal dari campuran udara balik (return air) dan udara luar (fresh air) melewati
kisi-kisi evaporator AHU yang bersuhu lebih rendah. Proses tersebut
menyebabkan terjadinya kontak antara udara dan permukaan kisi evaporator
sehingga terjadi aliran panas dari udara ke kisi evaporator dan akan dihasilkan
udara dengan suhu yang lebih rendah. Proses ini juga menyebabkan air yang
terkandung dalam udara mengalami kondensasi sehingga kelembaban udara akan
berkurang. Evaporator dirancang agar kisi-kisinya memiliki permukaan kontak
yang luas sehingga proses penyerapan panas dari udara berlangsung efektif. Panas
yang mengalir ke dalam evaporator kemudian dibawa oleh air yang mengalir di
dalam kisi evaporator menuju chiller. Di dalam chiller tersebut kembali akan

29
terjadi proses pertukaran panas dari air menuju chiller sehingga suhu air yang
keluar dari chiller akan turun dan dapat kembali dialirkan menuju evaporator
untuk mendinginkan udara.
Udara yang telah dingin kemudian didorong oleh blower radial, yang dapat
menghasilkan gaya tekan, ke dalam saluran udara (ducting) yang membentuk
suatu rangkaian tertutup menuju ke ruang produksi. Suhu udara yang dialirkan
dijaga agar tetap rendah dengan cara melapisi permukaan luar ducting dengan
insulator yang dapat menahan penetrasi panas dari lingkungan luar saluran udara.
Udara akan dialirkan ke dalam ruangan melalui ujung-ujung saluran yang
berhubungan dengan ruangan dan akan ditarik lagi dari ruangan menuju saluran
udara melalui return grill. Debit udara yang didistribusikan ke dalam ruangan
diatur dengan mengatur ukuran saluran ducting yang menuju ke ruangan serta
dengan menempatkan dumper di setiap percabangan saluran ducting yang menuju
ruangan. Dumper digunakan untuk membagi debit udara dari ducting utama ke
ducting yang lebih kecil yang menuju ke ruangan. Di dalam saluran udara terdapat
filter-filter yang berfungsi untuk menjaga kandungan partikel dalam udara agar
memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan. Pada system AHU untuk grey area
menggunakan pre filter dengan efisiensi 25-35% pada fresh air, pre filter dan
medium filter yang dipasang pada return duct dan medium filter dengan efisiensi
95% yang dipasang pada supply duct yang menuju ke ruang produksi. Pada white
area, filter-filter yang dgunakan sama seperti grey area yang ditambah dengan
penggunaan HEPA filter dengan efisiensi 99,997% pada supply duct yang menuju
ruang produksi.
Suplai udara pada sistem AHU berasal dari dua sumber, yaitu udara balik
(return air) dan udara luar (fresh air). Pemasukan udara luar diperlukan sebagai
penyeimbang sistem. Hal ini penting untuk mengantisipasi hilangnya udara dari
sistem yang sangat dimungkinkan terutama pada saat udara berada dalam ruang
produksi karena tekanan yang dihasilkan di dalam ruangan yang besar sedangkan
konstruksi ruangan tidak dirancang kedap udara sehingga besar kemungkinan
terjadi kebocoran.

30
2. Ruang Produksi -Laktam
Pada ruang produksi -Laktam yang terdiri dari kelas grey area dan white
area, suplai udara berasal dari FCU (Fan Cooling Unit). FCU (Fan Cooling Unit)
adalah suatu rangkaian mesin yang berfungsi untuk mendapatkan temperatur,
kelembaban, pertukaran udara (air change), jumlah partikel dan tekanan udara
yang sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dalam
ruang produksi non steril kelas 100.000 (grey area) dan ruang produksi steril
kelas 100 (white area). Komponen utama dari suatu FCU adalah kompresor,
kondensor, blower dan evaporator. FCU dihubungkan dengan komponen lain
seperti ducting (supply dan return), dumper, filter dan diffuser. Pada sistem ini
terdapat indoor dan outdoor unit.
FCU akan memproses media gas (freon) dengan tekanan tertentu sehingga
bersuhu rendah untuk dilewatkan ke dalam evaporator. Freon terletak di
sepanjang indoor dan outdoor unit. Di dalam outdoor unit terdapat kondensor dan
udara panas dilepas keluar. Di dalam indoor unit terdapat evaporator, udara yang
dilewatkan evaporator akan mengalami proses pelepasan panas (kalor) sehingga
suhunya turun. Kandungan air (RH) juga akan mengalami penurunan akibat
adanya perbedaan suhu pada kisi-kisi evaporator sehingga uap air di udara akan
terkondensasi. Air hasil kondensasi selanjutnya dibuang lewat saluran drain.
Udara yang telah terkondisi didistribusikan/disalurkan ke ruang-ruang
produksi melalui ducting supply. Udara yang disirkulasikan ke ruang produksi
berasal dari udara luar (fresh air) dan udara balik (return air). Fresh air
diperlukan dalam sistem ini sebagai penyeimbang karena dalam prosesnya ada
sebagian udara yang hilang (losses).
2.8 Sistem Pengolahan Air (Water System)
Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP. Hal
tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar
terutama untuk produk sirup, injeksi, salep, cairan infus dan lain-lain. Bila
tercemar, akan beresiko sangat fatal bagi pemakai (pasien). Tujuan dari sistem
pengolahan air adalah menghilangkan cemaran sesuai dengan standar kualitas air
yang telah ditetapkan. Kualitas air yang digunakan untuk produksi tergantung dari
persyaratan air yang digunakan produk yang dibuat, misalnya air murni (purified

31
water) atau air untuk injeksi (water for injection). Standar air yang digunakan
untuk produksi sesuai dengan persyaratan CPOB Terkini 2006.
Secara umum, suplai air di PT. Phapros, Tbk. dibagi menjadi dua, yaitu
untuk bagian produksi dan non produksi. Air yang digunakan untuk bagian non
produksi adalah raw water yang tidak mengalami proses pretreatment terlebih
dahulu. Sedangkan air yang digunakan untuk produksi, terlebih dahulu dilakukan
pretreatment dan pengolahan lebih lanjut. Tahap pretreatment dan pengolahan air
untuk produksi bertujuan untuk mendapatkan air yang memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan sebagai air produksi.
persyaratan air yang digunakan untuk produksi
Purified water Highly purified Water for injection
water
Eur. Pharm. + Eur. Pharm Eur. USP
USP Pharm
Conductiviy at 1.3 S/cm 1.3 S/cm 1.3 S/cm
25oC
Heavy metals - 0.1 ppm 0.1 ppm -
Nitrate - 0.2 ppm 0.1 ppm -
Total Organic < 500 ppb < 500 ppb < 500 ppb
Carbon
Microbial limit < 100 cfu/mL < 10 cfu/mL < 10 cfu/mL
Endotoxins - < 0.25 Eu/mL < 0.25 Eu/mL

Sumber air yang digunakan oleh PT. Phapros, Tbk. berasal dari sumur
artesis yang ditampung dalam storage tank. Air yang berasal dari sumur artesis ini
(raw water), memiliki tingkat kesadahan (hardness) yang cukup tinggi. Air yang
digunakan untuk produksi harus memenuhi persyaratan tingkat kesadahan yang
rendah. Proses pretreatment bertujuan untuk menurunkan kesadahan air dari 20-
25 odH menjadi 0 odH.
Raw water dari deep well, diinjeksi dengan Chlorine sebelum memasuki
raw water tank bertujuan untuk membunuh bakteri. Setelah itu dialirkan menuju
multimedia filter, untuk menangkap partikel berukuran besar, kotoran lain

32
sehingga dihasilkan raw water yang jernih. Selanjutnya raw water dimasukkan
water softener ke kolom resin anionik, berfungsi mengikat kation Ca2+ dan Mg2+.
Dihasilkan softened water dengan hardness 0 dH.

Softened water diinjeksi dengan Antiscalant untuk mencegah timbulnya


endapan atau kerak; ditampung ke dalam filtered water tank. Menggunakan feed
water pump, softened water dinjeksi Sodium metabisulphite untuk menetralisir
kandungan Chlorine sebelum memasuki cartridge filter berukuran 5m. Chlorine
dapat menyebabkan kerusakan membran RO (Reverse Osmosis).
kema Proses Purified Water untuk Produksi
Feed water (softened water yang sudah dinetralisir kandungan Chlorine-
nya) dilewatkan membrane RO1 untuk menghasilkan permeate yang akan
ditampung ke dalam Break tank sebagai feed water Osmotron (RO2). Osmotron
menghasilkan purified water dengan proses softening, RO dan Electro-
Deionization (EDI). Purified water yang dihasilkan ditampung ke dalam purified
water tank dan selanjutnya disirkulasi kontinyu selama 24 jam dengan Loopo
(main loop system). RO1, Osmotron dan Loopo merupakan sistem yang
terintegrasi. Loopo mensuplai kebutuhan purified water untuk produksi dengan
parameter yang selalu termonitor. Purified water yang diperoleh digunakan untuk
feed water WFI dan produksi non steril (cuci akhir container, produksi sirup,
salep, tablet dan coating).
Purified water didestilasi menggunakan alat Finn Aqua 75 (kecepatan 75
L/jam) dan mengalami destilasi 4 tingkat. Air yang masuk, diuapkan, kemudian
dikondensasi dan dipanaskan lagi pada kolom berikutnya. Proses ini diulang
sampai 4 kali dan menghasilkan Water For Injection yang dapat digunakan untuk
produk parenteral karena bebas bakteri dan pirogen.
Penanganan Limbah
PT. Phapros Tbk. melakukan proses pengolahan terlebih dahulu terhadap
semua limbah yang dihasilkan. Penanganan limbah ini dilaksanakan oleh unit
pengolahan limbah yang berada pada bagian Pelayanan Umum dan Rumah
Tangga, di bawah departemen SDM. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi
tidak boleh menjadi cemaran bagi lingkungan sekitar pabrik apalagi bagi
penduduk sekitarnya. Secara umum pengolahan limbah di PT. Phapros Tbk. telah

33
memenuhi standar manajemen mutu lingkungan yang terbukti dengan
diperolehnya sertifikat ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan dan
adanya kebijakan mutu dan lingkungan di perusahaan ini.
Jenis limbah yang ada di PT. Phapros Tbk. digolongkan menjadi dua yaitu
limbah padat yang terdiri dari limbah padat B3 dan non B3 serta limbah cair yang
terdiri dari limbah cair produksi (non -Laktam, -Laktam, laboratorium) dan
limbah cair non produksi (kantin, laundry, limbah cair eks sanitasi).
1) Limbah Padat
a. Limbah padat B3
Menurut PP 18 Tahun 1999 tenteng pengelolaan limbah B3, limbah B3
bersifat reaktif, beracun, korosif, mudah meledak, mudah terbakar, dan
menyebabkan infeksi. Sumber limbah padat B3 di PT. Phapros Tbk. berasal dari
rejected product pada proses produksi, produk pengembalian, sisa sampel
pertinggal, kemasan primer bahan baku, lumpur IPAL, bahan baku rejected, dan
perlengkapan administrasi yang mengandung bahan B3. Limbah tersebut
dimusnahkan di PPLI-Cileungsi, Bogor.
b. Limbah padat non B3
Sumber limbah padat non B3 di PT. Phapros Tbk. adalah administrasi
perkantoran, kantin, kemasan sekunder bahan baku, dan kemasan primer yang
telah bersih. Limbah untuk barang yang mempunyai nilai jual dan bebas bahan
pencemar dijual ke pihak III sedangkan untuk barang-barang yang tidak
mempunyai nilai jual dibuang ke TPA.
2) Limbah Cair
Karekteristik limbah cair adalah bila nilai COD 700 mg/L dan nilai BOD
400 mg/L. Limbah tersebut akan mengalami pengolahan sebelum masuk ke
saluran pembuangan umum, dengan batas maksimum kadar COD dan BOD
sebesar: COD 150 mg/L dan BOD 75 mg/L, serta TSS sebesar 75 mg/L dan pH
6-9. Limbah cair terdiri dari :
a. Limbah cair produksi. Limbah ini berasal dari unit produksi -Laktam dan
non -Laktam, agromed, QC/QA dan R&D.
b. Limbah cair non produksi. Limbah ini berasal dari unit kantin, laundry,
perkantoran dan gudang produk jadi.

34
Limbah cair yang berasal dari unit produksi -Laktam diolah di IPAL I
dengan metode hidrolisa basa dan selanjutnya diolah di IPAL II. Limbah cair
yang berasal dari unit produksi non -Laktam diolah di IPAL II seperti juga untuk
limbah cair yang berasal dari limbah non produksi.
Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Phapros Tbk. diolah melalui dua jalur
pengolahan, yaitu:
1) Proses pengolahan limbah cair IPAL I
Inlet IPAL I berasal dari sanitasi peralatan produksi dan gedung -Laktam,
water scrubber dust collector, laundry pakaian dan sisa proses. Tahapan proses
IPAL I, seperti pada Gambar 11, adalah sebagai berikut :
a. Bak penampungan awal (ekualisasi). Pada bagian ini, limbah yang
berasal dari ruang produksi, sanitasi ruangan produksi, bekas cucian
mesin produksi, dari dust collector (water scrubber unit), dan limbah
padat yang berasal dari product out off spec dalam jumlah sedikit,
padatan dari dust collector, serta limbah yang berasal dari pemeriksaan
produk-produk -Laktam ditampung dalam satu tempat. Kapasitas bak
penampungan awal adalah 15 m3.
b. Bak hidrolisa. Limbah cair dari bak penampungan awal dialirkan ke
dalam bak hidrolisa. Kapasitas bak hidrolisa adalah 5 m3. Sebelum
proses dimulai, dilakukan pemeriksaan pH awal terlebih dahulu.
Setelah limbah yang dialirkan ke dalam bak hidrolisa sesuai dengan
kapasitasnya, ditambahkan NaOH hingga tercapai pH 11,5. Tujuannya
adalah untuk memecahkan cincin -Laktam yang terdapat dalam
limbah. Untuk meningkatkan proses homogenisasi NaOH, dilakukan
pengadukan selama 4 jam dengan kecepatan pengadukan 17 rpm.
c. Bak penetralan (bak netralisasi). Pada tahap ini dilakukan proses
netralisasi limbah yang telah mengalami hidrolisa basa tinggi dengan
menggunakan larutan HCl teknis sampai dicapai pH 6-8. Proses
netralisasi dibantu dengan pengadukan selama 1 jam dengan
kecepatan pengadukan 17 rpm. Tujuan netralisasi adalah untuk
menetralkan air sehingga tidak mematikan organisme yang dilaluinya
atau yang membantu pengolahan di IPAL II.

35
d. Bak sedimentasi. Limbah yang telah dinetralisasi dialirkan menuju bak
sedimentasi. Pada tahap ini, terjadi proses pengendapan secara
gravitasi terhadap hasil netralisasi. Proses pengendapan berlangsung
selama 12 jam. Lumpur hasil pengendapan yang terbentuk kemudian
dikeluarkan dan ditampung dalam bak drying bed untuk dikeringkan.
Setelah kering, limbah ini akan dikumpulkan bersama limbah padat
golongan B3 lainnya untuk dikirim ke tempat pembuangan limbah
industri di PPLI-Cileungsi, Bogor.
e. Bak sand filter. Limbah cair dari bak sedimentasi dialirkan menuju bak
ini. Pada bak ini terjadi proses filtrasi limbah cair bak sedimentasi
dengan beberapa janis saringan, yaitu coral batu kali, ijuk, dan arang.
Bak sand filter diganti setiap 1- 2 bulan. Umumnya yang diganti
adalah arang, pasir, dan ijuk, sedangkan pada koral dilakukan
pencucian. Setelah melalui tahap ini, limbah cair akan dialirkan
menuju bak produksi. Dari bak produksi, limbah akan dialirkan
menuju pengolahan IPAL II (Gambar 12).

2) Proses pengolahan limbah cair IPAL II


Tahapan limbah cair pada proses pengolahan limbah cair IPAL II adalah :
a. Bak penampungan awal. Pada tahap ini, limbah dari bagian produksi dan non
produksi ditampung. Selain itu dilakukan juga proses pengendapan partikel-
partikel yang berukuran besar. Pada bak ini terdapat sekat-sekat yang
menyebabkan partikel berukuran besar akan mengendap di ruang antara sekat.
b. Bak ekualisasi. Limbah yang telah diendapkan dari bak penampungan awal
kemudian mengalir ke bak ini. Pada bak ini terjadi proses homogenasi limbah
baik secara kualitatif maupun kuantitatif terhadap limbah yang berasal dari bak
produksi, bak non produksi, dan bak PM. Pada bak ekualisasi diberi aerasi untuk
mencegah timbulnya bau.
c. Bak rapid mix. Selanjutnya, limbah akan mengalir menuju bak rapid mix. Bak ini
terletak lebih tinggi dari bak ekualisasi, sehingga limbah harus dipompa ke atas.
Pada bak ini, terjadi proses koagulasi limbah. Koagulasi bahan pencemar yang
ada pada limbah cair dilakukan dengan menggunakan larutan PAC (Poly

36
Aluminium Chloride) dengan takaran 2 ml per liter limbah. Kecepatan
pengadukan pada bak ini adalah 312 rpm.
d. Bak slow mix. Dari bak rapid mix, limbah akan dialirkan ke bak slow mix. Pada
bagian ini, terjdai proses flokulasi limbah dengan menggunakan larutan super
flok (dosis 4 ml, larutan super flok per liter limbah). Kecepatan pengadukan pada
bak ini adalah sebesar 17 rpm.
e. Bak sedimentasi I. Limbah yang telah mengalami flokulasi kemudian dialirkan
menuju bak sedimentasi. Pada bak ini, akan terjadi pemisahan antara flokulat
limbah dan air limbah. Flokulat yang mengendap akan dialirkan menuju bak
drying bed untuk proses pengeringan. Sedangkan air limbah akan dialirkan
menuju bak selanjutnya.
f. Bak aerasi. Pada bagian ini, terjadi proses aerasi untuk menambah suplai
oksigen pada air limbah. Aerator yang digunakan adalah aerator tipe kontak
dengan kapasitas 8 pK. Rata-rata dissolved oxygen sebesar 2 mg/Liter.
g. Bak sedimentasi II. Pada tahap ini, terjadi proses sedimentasi terhadap hasil
degradasi bahan organik secara biologi yang berlangsung di bak aerasi.
h. Bak rapid filter. Selanjutnya, limbah dialirkan menuju bak rapid filter. Pada
tahap ini, terjadi proses filtrasi limbah dengan menggunakan batuan koral atau
kerikil, ijuk dan pasir. Bahan ini juga digunakan sebagai media pelekatan bakteri
fakultatif anaerob yang membantu proses pengolahan utama.
i. Bak sand filter. Setelah melalui bak rapid filter, kemudian limbah cair dialirkan
menuju bak sand filter. Pada tahap ini, terjadi proses filtrasi terhadap partikel-
partikel hasil degradasi bahan organik yang berukuran sangat kecil dan juga
mikroorganisme lain yang terbawa aliran dengan tujuan agar diperoleh kualitas
effluent yang lebih baik. Setelah melalui bak sand filter, air limbah ini kemudian
ditambah dengan zat anti busa. Setelah itu air limbah dapat dibuang ke
lingkungan.
Dalam pengolahan limbah, PT. Phapros Tbk. tidak menggunakan
bioindikator dikarenakan permasalahan efisiensi mengingat bioindikator yang
digunakan dalam pengolahan limbah harus memenuhi persyaratan seperti : umur
harus seragam, harus berasal dari satu induk, penggantian bioindikator dilakukan
tiap tiga bulan untuk menghindari adaptasi terhadap lingkungan. Pengujian-

37
pengujian yang ketat dilakukan untuk menjamin output pengolahan limbah tetap
memenuhi persyaratan. Pengujian ini berupa pemeriksaan terhadap limbah baik di
IPAL I dan IPAL II. Pada IPAL I pemeriksaan dilakukan pada tahap ekualisasi,
sesudah hidrolisa, sesudah netralisasi, dan sesudah filtrasi. Pada IPAL II
pemeriksaan hanya dilakukan pada titik terakhir pengolahan limbah, yaitu output
limbah.
Permasalahan dalam pengolahan limbah PT. Phapros Tbk. adalah bau
limbah yang masih sering dijumpai terutama pada hari Senin karena proses
pengolahan limbah pada hari Minggu tidak berjalan. Penutupan bak pengolahan
limbah untuk mengurangi bau dirasakan kurang efektif, karena dengan menutup
bak, maka proses penguraian limbah secara anaerob akan meningkat. Gas-gas
hasil penguraian limbah ini harus dikeluarkan melalui cerobong gas, sehingga
akan membutuhkan pengeluaran biaya yang lebih banyak. Untuk mengatasi
masalah ini PT. Phapros, Tbk. telah membuat rencana yaitu menanam tanaman
Lidah Mertua untuk menyerap bau dan radiasi. Selain itu sudah dilakukan
penelitian skala laboratorium mengenai pengolahan limbah dengan biodegradator.
Namun hal ini masih belum dapat diterapkan karena saluran limbah produksi dan
air hujan masih menjadi satu, sehingga volume limbah bertambah (overload), dan
kondisi ini akan mengganggu proses degradasi limbah. Program jangka panjang
untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan memisahkan saluran limbah
dengan air hujan.
Tinjauan Teori Proyek
Sterilisasi
Tujuan sterilisasi produk medis adalah untuk memastikan bahwa produk yang
akan diberikan kepada pasien benar-benar steril. steril didefinisikan sebagai
keadaan dimana tidak terdapat mikroorganisme didalam produk. Produk farmasi
yang steril adalah injeksi, infus, obat mata, dan beberapa obat yang digunakan
pada pasien immuno-compromised.

Metode sterilisasi

38
Terlepas dari agen atau proses sterilisasi yang akan digunakan, ada hal-hal
yang harus dipahami dalam memilih metode yang akan digunakan. Alasan utama
dalam pemilihan metode sterilisasi tergantung dari sifat produk. Jika produk tidak
tahan panas, maka sebaiknya produk disterilkan dengan cara difiltrasi atau dengan
menggunakan metode bioburden yang dapat menjamin sterilitas produk tanpa
mempengaruhi stabilitas, integritas dan keefektifan produk.
Terdapat beberapa pilihan metode sterilisasi yang dapat digunakan, yaitu
sterilisasi uap panas, gas, radiasi ionisasi, panas kering dan sterilisasi
menggunakan filtrasi.
a. Sterilisasi Uap Panas
Sterilisasi uap panas menggunakan uap jenuh yang bertekanan dalam autoclave.
Ini adalah metode yang paling umum digunakan dalam industri farmasi karena
dapat diprediksi efek kehancuran bakteri dan parameter sterilisasinya yaitu waktu
dan temperature mudah dikontrol dan dimonitor. Umumnya sterilisasi panas basah
menggunakan suhu 121C dengan tekanan 15 psig.
b. Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk sterilisasi bahan melalui
proses pembakaran mikroorganisme. Proses ini menggunakan oven dengan suhu
sterilisasi 170 C dan suhu depirogenasi 250 C, karena menggunakan suhu tinggi
maka metode ini tidak untuk sterilisasi bahan yang terbuat dari plastik. Panas
kering digunakan untuk sterilisasi / depirogenasi alat-alat gelas yang akan
digunakan untuk proses aseptis.
c. Sterilisasi Gas
Gas yang paling umum digunakan pada sterilisasi gas adalah gas ethylene oxide
baik dalam bentuk murni atau kombinasi dengan gas inert. Gas sangat fluktuatif
dan mudah terbakar, karena gas merupakan agen alkil yang terbukti dapat
mengahancurkan mikroorganisme termasuk spora dan sel vegetatif. Sterilisasi ini
dilakukan dalam chamber bertekanan dan digunakan untuk sterilisasi alat-alat
medis serta pipet sekali pakai dan cawan Petri yang digunakan dalam
laboratorium mikrobiologi. Residu ethylene oxide adalah bahan beracun yang
perlu dihilangkan dari bahan yang disterilkan dengan cara degassing. Personel
yang melakukan sterilisasi gas wajib menggunakan APD agar tidak terkena

39
dampak efek berbaya dari residu ethylene oxide. Faktor-faktor yang terlibat dalam
sterilisasi gas yaitu kelembaban, konsentrai gas, suhu dan distribusi gas dalam
chamber sterilisasi.
d. Sterilisasi radiasi ionisasi
Prinsip kerja sterilisasi radiasi ionasi dalam membunuh mikroorganisme adalah
dengan mempengaruhi asam nukleat mikroorganisme secara irreversible dengan
terbentuknya senyawa redikal bebas dan peroksida. Ada dua jenis radiasi ionisasi
yang dapat digunakan yaitu radiasi gama dan radiasi berkas electron. Metode ini
digunakan pada peralatan medis yang tidak tahan panas atau ketika sterilisasi gas
tidak dapat digunakan.
e. Sterilisasi filtrasi
Sterilisasi filtrasi berbeda dengan sterilisasi lainnya karenapada metode ini
mikroorganisme dihilangkan dengan cara penyaringan (filtrasi) dan tidak
menghancurkan mikroorganisme. Penghancuran secara fisik pada
mikroorganisme bergantung pada ukuran pori-pori filter yang digunakan dapat
dilalui mikroorganisme atau tidak. Metode ini digunakan untuk cairan yang dapat
disaring atau pada cairan yang bersifat thermolabil dan tidak dapat disterilkan
dengan metode lain. Parameter yang perlu dikendalikan pada metode ini adalah
tekanan, laju alir dan karakteristik filter.ukuran pori-pori filter untuk sterilisasi
filter yaitu 0,2 mm atau kurang dari 0,2 mm dan terbuat dari bahan seperti
selulosa asetat, selulosa nitrat, fluorokarbonat dan lain-lain (Agalloco, 2008).
Depirogenasi Panas Kering
Depirogenasi merupakan bagian yang penting pada proses pembuatan produk
farmasi dan berbeda dari sterilisasi. Sterilisasi mengacu pada penghancuran sel-sel
hidup, padahal pada proses steriliasi tidak semua jasad renik atau racun mikroba
dapat hancur. Endotoksin adalah salah satu racun yang tahan panas dan tidak
hancur oleh sterilisasi yang umum dilakukan (autoklaf).
Depirogenasi dilakukan pada alat kaca (vial atau ampul) yang digunakan
untuk produk parenteral. Depirogenasi menggunakan panas kering paling sering
digunakan pada industri farmasi untuk menghancurkan endotoksin, karena panas
kering dapat mensterilkan alat sekaligus mendepirogenasi alat. Panas kering
membutuhkan temperatur tinggi (biasanya antara 180 C sampai 250 C) dengan

40
waktu sterilisasi yang berbanding terbalik dengan suhu, yaitu semakin tinggi suhu
maka waktu sterilisasi semakin pendek. Suhu yang biasanya digunakan adalah
250 C dengan waktu sterilisasi selama 30 menit (Sandle, 2011).

2.9 CPOB
Menurut PERMENKES RI Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 BAB 1
pasal 1 tentang Industri Farmasi, Industri Farmasi merupakan badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat. Untuk dapat membuat obat atau bahan obat, perusahaan farmasi
terlebih dulu harus memiliki izin, izin ini diajukan kepada Direktur Jenderal, hal
ini sesuai dengan PERMENKES diatas Bab 1 pasal 5. Selain itu sesuai dengan isi
pasal ke 8 bawa industri farmasi juga wajib memenuhi persyaratan CPOB yang
dikeluarkan oleh BPOM.
Terdapat 9 aspek dalam CPOB 2012 yang diterapkan di perusahaan industri
farmasi, tidak semua aspek dapat saya amati selama melaksanakan kunjungan
karena terbatasnya waktu. Beberapa aspek yang dapat diamati adalah aspek
Personalia, Peralatan dan Bangunan, Sanitasi dan Higienes.
Untuk mendapatkan izin industri farmasi dalam salah satu persyaratannya
yaitu memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu. Dimasing-masing perusahaan yaitu PT Victoria Care dan
PT Galenium telah mempekerjakan 3 apoteker yang menduduki jabatan sebagai
penanggung jawab produksi, pemastian mutu dan managemen mutu. Hal tersebut
juga merupakan salah satu ketentuan yang tercantum dalam CPOB 2012 aspek ke
dua yaitu Personalia yang tertulis sebagai berikut:
1. Kepala bagian Produksi hendaklah seorang Apoteker yang
terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai,
memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang
pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.
2. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang
terkualifikasi dan lebih diutamakan seorang Apoteker,

41
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.
3. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah
seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi,
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.
Yang paling mudah diamati saat saya berada diruang produksi
adalah sebelum masuk setiap orang harus mengenakan masker, jaslab,
tutup kepala dan covershoes, hal ini berkaitan dengan sanitasi dan higiene
perorangan. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan bahan. Ketentuan mengenai sanitasi dan higiene
terdapat pada CPOB 2012 aspek ke 5 poin 5.1 5.3.
Kemudian yang dapat diamati adalah peralatan dan bangunan,
memasuki rungan untuk produksi terdapat suasana yang sangat berbeda
dengan ruangan sebelumnya, dari mulai lantai, dinding, desain ruangan,
cat dinding dan lain lain yang disesuaikan dengan CPOB 2012 aspek ke 4.
Untuk menghindari adanya kontaminasi dari lingkungan, industri farmasi
sangat menjaga kebersihan melalui pemilihan dan desain ruangan seperti
pembuatan lantai berlapis cat yang tidak menyerap debu sampai dengan
sistim pengolahan udara yang baik. Hal ini sesuai dengan CPOB aspek ke
4 mengenai peralatan nomer 4.12 ; 4.15 yang tertulis sebagai berikut:
- Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang
sama. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk
menghindari risiko kekeliruan atau pencemaran.
Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang
sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa hendaklah
diberi penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran

42
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kunjungan industri ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa karena
dengan adanya kunjungan ini saya dapat memahami proses dan alur
produksi yang ada di industri farmasi dimulai dari produksi skala lab
hingga produksi skala besar, dari proses penimbangan, mixing, pengisian
hingga pengemasan. Selain saya juga mendapat gambaran secara langsung
mengenai peran dan tugas apoteker di Industri Farmasi yang memegang
peran penting dalam produksi terutama pada kontrol kualitas produk dan
pemastian mutu produk yang sesuai dengan standar yang ada.
B. Saran
Semoga kedepannya Kunjungan Industri bisa ke tempat-tempat
yang belum dikunjungi dan waktunya kunjungan bisa lebih lama lagi agar
mahasiswa mendapat banyak pengetahuan baru.

43
DAFTAR PUSTAKA

Agalloco, J dan Frederick J. Carleton. 2008. Validation of Pharmaceutical Process Third


Edition. New York : Informa Healthcare.
Sandler, T., A Practical Approach to Depyrogenation Studies Using Bacterial Endotoxin.
Journal of GXP Compliance. 15 (4): 90-96, 2011.

44
LAMPIRAN
ARTIKEL
JIKA KAMI
MENJADI APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI

Apoteker?

Profesi yang 1 ini mungkin masih kurang populer dikalangan masyarakat


awam,tidak setenar dokter, pilot dll,bahkan sangat jarang dengar seorang anak
kecil yang ketika ditanya cita-cita mereka menjawab ingin menjadi seorang
apoteker.seharusnya apoteker itu sangat terkenal,coba kita perhatikan
dilingkungan kita berapa banyak apotek yang ada,tapi sayangnya apotekernya
tidak pernah dikenal orang-orang dikarenakan apoteker jarang memperkenalkan
diri dan mengekspose dirinya.

Sekilas kami ulas dulu ya siapa si apoteker itu?


Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian). Pendidikan apoteker dimulai
dari pendidikan sarjana (S-1), yang umumnya ditempuh selama empat tahun,
ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker.Nama gelar kesarjanaan
dan keprofesian seorang apoteker adalah S.Farm., Apt atau S.Si.,Apt.

Coba kita bayangkan sekolahnya 5 tahun (S1+apoteker).Sekolahnya susah


tidak ada waktu buat main-main maupun bersenang-senang,praktikumnya luar
biasa banyak,tapi jika kita menghadapi itu semua dengan tekun,ikhlas,insyaallah
jerih payah kita akan berbuah manis.
Setelah lulus sarjana farmasi dan apoteker, ngpain aja sih kak? Kerja nya
dimana? Nah ini adalah pertanyaan yang sering di lontarkan dari adik-adik yang
mulai penasaran dengan apoteker. Awal-awal kuliah, yang ada di pikiran saya,
pekerjaan Apoteker ya di apotek, sesuai namanya. Ternyata tidak hanya itu.
Pekerjaan Apoteker dibagi dalam dua area, yaitu pelayanan dan industri. Area
pelayanan biasanya meliputi apotek, rumah sakit dan instansi pemerintahan.
Sedangkan area industri biasanya meliputi Marketing, Quality Control / Quality
Assurance, Produksi, Research and Development, Regulatory, Distributor dan
sebagainya. Dan industri ini tidak terbatas pada industri obat, melainkan juga
kosmetik, alat kesehatan, retail pangan dan perbekalan rumah tangga.
Nahh sekarang kita masuk kedalam tema artikel kita yaitu jika saya
menjadi apoteker di industri farmasi apoteker di industri farmasi itu sangat

45
berperan penting terhadap mutu suatu produk yang di hasilkannya, yang meliputi
pengawasan dari Marketing, Quality Control / Quality Assurance, Produksi,
Research and Development, Regulatory, Distributor dan sebagainya. Dari
pengawasan-pengawasan apoteker tersebutlah menghasilkan suatu produk obat
yang terjamin, dan aman saat di gunakan oleh konsumen.
Tugas apoteker di industri itu bukan hanya membuat sediaan obat saja ,
tetapi bisa juga seperti menghasilkan kosmetik yang aman untuk di gunakan oleh
wanita-wanita cantik yang ada di Indonesia. Bagaimana ? unikkan apoteker itu?
Sangat berperan penting kan dalam kehidupan?
Jika kami menjadi apoteker di sebuah industri farmasi nanti, kami akan
bekerja dengan ilmu yang kami dapatkan selama menjalankan kuliah di bangku
sarjana farmasi dan apoteker untuk membuat dan menjamin mutu suatu sediaan
yang kami buat agar aman di konsumsi maupun dipakai oleh konsumen kami,
baik itu dari proses pembuatan hingga sampai akhir produk jadi dihasilkan harus
ada pengawasan yang baik terhadap suatu sediaan yang kami buat, sehingga
sediaan yang kami buat tidak menghasilkan efek yang buruk!
Kami sangat bangga menjadi seorang apoteker (pharmacist), dokter
memang mempelajari tentang penyakit tapi dokter tidak mempelajari
bagaimana cara obat dalam menyembuhkan suatu penyakit!
Sekian artikel yang dapat kami sampaikan, semoga apa yang kami
sampaikan lewat artikel ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Terimakasih

Naufal Abdinata dan Rafika Ramadhani

46

Anda mungkin juga menyukai