Farmasi Sosial
Disusun Oleh :
Jl. Moh. Kahfi II Jagakarsa, Jakarta selatan 12640 Telp. (021) 7220090, Fax (021) 7866955
1. Citra Farmasi
Citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di dalam
pikiran seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila kemudian ternyata
tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya. Bentuk citra berhubungan
dengan cara dimana farmasi didefinisikan dalam pikiran masyarakat terdiri dari sisi fungsi dan
sisi aura sifat psikologis. Farmasis harus berusaha keras untuk membangun citra yang akan
menarik para pelanggan.
CORPORATE MARKET
IMAGE /
CITRA
PROFESIONAL
Hubungan corporate, market, dan profesional sehingga membentuk citra adalah corporate
sebagai pendistribusi obat, sedangkan market sebagai masyarakat dan peran profesional
(farmasis) ini untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, jika seorang
farmasis tidak memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, maka obat yang
diproduksi oleh perusahaan tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, sehingga
masyarakat tidak mau membeli obat tersebut.
Sikap profesionalisme yang dicirikan oleh seorang farmasis akan tercermin pada :
Dalam mengingkatkan citra farmasis maka dapat dilakukan beberapa stategi seperti
pendidikan pasien, pelayanan masyarakat, dan jaringan pelayanan terpadu. Pendidikan pasien
ini dapat melalui penyuluhan, seminar untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penggunaan obat yang benar. Pelayanan masyarakat biasanya dapat dilakukan seperti program
kesehatan di suatu daerah dengan pengobatan gratis seperti operasi katarak, bibir sumbing, dan
sebagainya.
Hubungan antar professional adalah suatu kegiatan antar pekerjaan dan profesi dalam
memenuhi kebutuhan untuk mampu beraktifitas dan menghasilkan sesuatu. Hubungan antar
professional dapat dilakukan dalam kalangan profesi apapun sesuai keahlian dalam bidangnya
masing-masing. Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya.
Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional, usaha
terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesional, dan lain sebagainya. Ada 4
ciriciri profesionalisme:
Antara farmasis, dokter, perawat, dan apoteker dalam melakukan pekerjaannya harus
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Dalam hubungan ini diperlukan kerjasama
yang baik antar teganaga kesehatan sebagai mitra kerja yang satu sama lain saling
membutuhkan. Tanpa adanya keharmonisan maka akan menghambat dalam melaksanakan
tugasnya. Adapun Hubungan profesional di luar rumah sakit yaitu :
Apotek umum :
Masyarakat biasanya sering melakukan swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada
diri sendiri dengan obat - obatan yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri
tanpa nasehat dokter. Swamedikasi ini memiliki resiko seperti tidak mengenali keseriusan
gangguan sehingga gangguan - gangguan tersebut dapat semakin parah, dan juga dapat
beresiko penggunaan obat yang kurang tepat.
Penggunaan obat berdasarkan usia dapat dibagi menjadi dua, yaitu penggunaan obat pada
anak dan juga penggunaan obat pada orang tua. Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam
penggunaan obat pada anak yaitu :
Tidak setiap obat cocok untuk digiling menjadi bubuk : obat yang digiling
menjadi bubuk lebih mudah terinfeksi, memiliki kestabilan yang kurang, masa
penyimpanan lebih pendek, dan mungkin menghasilkan efek interaksi.
Dapat meminta dokter untuk membuka obat khusus untuk anak, seperti : cairan,
sirup, larutan, suspensi.
Obat yang digilingmenjadi bubuk seharusnya habis dimakan sekaligus, agar
dapat menjamin kualitas obat.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat bagi orang tua, yaitu :
Ketika orang tua berobat, seharusnya , memberitahukan obat apa asaja yang
digunakan sekarang kepada dokter atau apoteker.
Agar dokter atau apoteker menngerti semua obat anda, untuk menghindari
mengulangi penggunaan obat yang sama dan terjadi efek interaksi obat.
Ketika penggunaan obat harus memastikan cara penggunaan, dosis, waktu dan
jumlah, jika ada keraguan harus segera ditanyakan ke apoteker.
Perhatikan efek samping yang dihasilkan setelah penggunaan obat serta gejala
baru yang muncul.
Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan
dokter hewan. Pelayanan resep obat sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker tulis dalam
resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pengelola apotek.
Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh apoteker atau
apotek.Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep asli.obat yang dipilih
sebagai obat alternatif. Adapun unsur-unsur resep lengkap yaitu :
Tidak ada standar baku didunia tentang penulisan resep. Untuk Indonesia, resep yang
lengkap menurut SK Menkes RI No. 26/2981 (BAB III, pasal 10) memuat :
1. Copy resep yang mengandung obat bebas atau bebas terbatas dapat diulang
dengan ketentuan penderita memperoleh informasi yang jelas, baik tertulis (dalam
kemasan asli yang dilengkapi brosur) maupun secara lisan dari apoteker.
2. Copy resep yang telah diberikan seluruh obatnya dapat berlaku lagi bila kopi
tersebut telah diketahui dan disetujui kembali oleh dokter yang berangkutan.Akan
tetapi, hal ini sekarang jarang terjadi.
3. Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak boleh ada tanda iter.Obat jenis
ini selalu memerlukan resep baru, kecuali bila baru diambil sebagian.
Perilaku Dokter dalam penulisan resep haru memiliki keputusan untuk mengobati
seorang pasien dengan asumsi bahwa pasien telah dievaluasi dan didiagnosis.Kemudian dokter
dapat memilih dari berbagai pendekatan. Seperti halnya dengan proses lain dalam kedokteran,
penulisan resep harus didasarkan pada suatu seri tahapan rasional :
1. Intristik
Persepsi
Pengalaman dokter
2. Ekstrinstik
Diagnosa
Konsistensi
Kerjasama
3. Organisasi
Sosialisasi
Fee
4. Industri farmasi
Imbalan
Promosi
5. Implementasi
Kebijakan
Penulisan resep bertujuan untuk memudahkan dokter dalam pelayanan bidang kefarmasian,
pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing ( obat diberikan sendiri oleh dokter ),
penulisan resep juga dapat membentuk pelayanan berorientasi kepada pasien. Alur resep obat
kepada pasien :
Pasien
Simposium
Diagnosa
Intristik dan ekstrinstik
Industri farmasi dan implementasi
Dapat resep
Langkah Preskripsi
Pemilihan obat yang tepat dalam melakukan prakteknya, dokter pertama kali harus
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik pada pasiennya untuk
menegakkan diagnosis. Hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam
memilih obat:
1. Ukuran blanko resep : (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat (Bagian Inscriptio):
Penulisan jumlah obat yaitu, satuan berat: mg (mil igram), g, G (gram), sataun volume: ml
(mililiter), l (liter), satuan unit: IU/IU (Internasional Unit), penulisan jumlah
obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi. Contoh :
m.fl.a.pulv. dt.d.no. X
Penulisan alat penakar: Dalam singkatan bahasa latin dikenal: sendok makan = C (volume
15 ml), sendok teh = Cth (volume 5 ml), guttae = Gtt (1 tetes = 0,05 ml).
Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang beredar di pasaran
dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta harus ditulis, misalkan Tab.
Primperan 5 mg atau Tab. Primperan 10 mg
Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube, dari sediaan jadi/paten
yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:
Penulisan tanda Cito atau PIM apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat
sangat diperlukan bagi penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito atau PIM dan harus ditulis
di sebelah kanan atas resep. Adapun pelayanan resep, apabila apoteker menganggap bahwa
dalam resep ada kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus
memberitahukan kepada dokter penulis resep.
Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan
(klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan sedemikian rupa
sehingga klien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam pemecahan masalah.
Konsep dasar konseling adalah konsultasi dan edukasi :
Konseling ini memiliki beberapa manfaat bagi pasien yaitu menjamin keamanan dan
efektifitas pengobatan, mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya, membantu
dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri, menurunkan kesalahan penggunaan obat,
meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi, menghindari reaksi obat yang tidak
diinginkan dan juga dapat memberikan manfaat bagi farmasis seperti menjaga citra profesi
sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, mewujudkan bentuk pelayanan asuhan
kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi farmasis, menghindari Farmasis dari tuntutan
karena kesalahan penggunaan obat (Medication Erorr).
Pemberian konseling ditujukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Kegiatan
konseling ini dapat meliputi beberapa hal yaitu :
Adapun kendala dalam pemberian obat dan konseling seperti pasien yang merasa malu,
sedih, takut, ragu, dan juga perasaan mudah marah, latar belakang pendidikan, bahasa, fisik
dan mental, cara berbicara tenaga farmasis yang tidak sesuai atau terlalu keras, menggunakan
istilah yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien.
Luaran ekonomi adalah biaya langsung, tidak langsung, dan intangible yang
dibandingkan dengan konsekuensi dari intervensi medis.
Luaran klinis adalah peristiwa medis yang terjadi sebagai hasil dari kondisi atau
pengobatan.
Luaran humanistic fungsi penilaian diri dan kebahagiaan, atau health-related
quality of life (HRQOL).
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan
dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan. Tujuan farmakoekonomi adalah
membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama, selain itu
juga membandingkan pengobatan yang berbeda pada kondisi yang berbeda. Hasilnya dapat
digunakan sebagai informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam
menentukan pilihan atas alternative-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan
kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
Tipe-tipe biaya :
Menunjukkan besarnya manfaat ekonomis ketika membatalkan suatu alternatif terapi sebagai
pengganti terapi alternatif terbaik berikutnya, dimana manfaat itu telah terbukti.
Output / Luaran
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen kesehatan, output
dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil
pelaksanaan kegiatan. Standar luaran atau outcome adalah hasil akhir atau akibat dari
pelayanan kesehatan,dan dapat diketahui yang menyusun Standar Pelayanan Kesehatan,
sebagai berikut :
Pharmacists
Physicians
Perawat
Ahli ekonomi
Kelompok medis dan rencana pelayanan kesehatan
Pemerintah
Perusahaan farmasi
Institusi akademik
Profesional kesehatan lainnya
Pelayanan Kesehatan Primer juga adalah Pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metoda dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik
oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya,
serta deengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat.
Farmasis dalam pelayanan primer dapat dilakukan oleh sarana kefarmasian dalam rangka
menunjang Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama digolongkan kedalam kategori pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai. Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang diberikan kepada Peserta berpedoman pada daftar obat, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri yang dituangkan dalam Formularium
Nasional dan Kompendium Alat Kesehatan.