Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAM

Farmasi Sosial

Dosen : Dra. Lili Musnelina, M. Si., Apt.

Disusun Oleh :

SINTA NOVITASARI 14330140

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MIPA
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2015 M / 1434 H

Jl. Moh. Kahfi II Jagakarsa, Jakarta selatan 12640 Telp. (021) 7220090, Fax (021) 7866955
1. Citra Farmasi

Farmasis adalah suatu profesi dibidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di


bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan dan distribusi obat.
Farmasis adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan dibidang kefarmasian melalui
keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi kefarmasian. Bidang ilmu farmasi dapat
dikelompokkan menjadi 4, yaitu: farmasi komunitas, farmasi klinik, farmasi industri dan
farmasi regulatori.

Citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di dalam
pikiran seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila kemudian ternyata
tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya. Bentuk citra berhubungan
dengan cara dimana farmasi didefinisikan dalam pikiran masyarakat terdiri dari sisi fungsi dan
sisi aura sifat psikologis. Farmasis harus berusaha keras untuk membangun citra yang akan
menarik para pelanggan.

Komponen citra farmasi :

CORPORATE MARKET

IMAGE /
CITRA

PROFESIONAL

Hubungan corporate, market, dan profesional sehingga membentuk citra adalah corporate
sebagai pendistribusi obat, sedangkan market sebagai masyarakat dan peran profesional
(farmasis) ini untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, jika seorang
farmasis tidak memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, maka obat yang
diproduksi oleh perusahaan tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, sehingga
masyarakat tidak mau membeli obat tersebut.
Sikap profesionalisme yang dicirikan oleh seorang farmasis akan tercermin pada :

Selalu berniat melaksanakan kebajikan dengan tidak mementingkan


keuntungan materi semata, sehingga terpancar dalam bentuk sikap objektif, menjaga
diri dan independen.
Bekerja berdasarkan keahlian dan kompeten sehingga mampu menjalankan
profesi secara bebas dan otonom.
Mempunyai klasifikasi teknis dan moral yang tinggi dengan ketaatan dan
pengamalan sumpah profesi, kode etik dan standar profesi.

Pengembangan dan profesionalisme seorang farmasis haruslah memiliki sikap meliputi


pemberi pelayanan (care giver), pembuat keputusan (decision-maker), communicator,
manager, pembelajaran jangka panjang (life-long learner), guru (teacher) dan pimpinan
(leader).

Dalam mengingkatkan citra farmasis maka dapat dilakukan beberapa stategi seperti
pendidikan pasien, pelayanan masyarakat, dan jaringan pelayanan terpadu. Pendidikan pasien
ini dapat melalui penyuluhan, seminar untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penggunaan obat yang benar. Pelayanan masyarakat biasanya dapat dilakukan seperti program
kesehatan di suatu daerah dengan pengobatan gratis seperti operasi katarak, bibir sumbing, dan
sebagainya.

1. Hubungan antar profesional

Hubungan antar professional adalah suatu kegiatan antar pekerjaan dan profesi dalam
memenuhi kebutuhan untuk mampu beraktifitas dan menghasilkan sesuatu. Hubungan antar
professional dapat dilakukan dalam kalangan profesi apapun sesuai keahlian dalam bidangnya
masing-masing. Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya.
Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional, usaha
terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesional, dan lain sebagainya. Ada 4
ciriciri profesionalisme:

Memiliki keterampilan yang tinggi


Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan
Memiliki sikap berorientasi
Memiliki sikap mandiri
Sikap dan perilaku seorang profesional dapat memberikan pelayana yang baik kepada
orang yang memerlukan. Fungsi pelayanan ini untuk pengakuan status professional dalam
kalangan masyarakat. Sikap moral profesi ini sangat dikontrol oleh konsep diri seseorang.

Hubungan antara profesi dan profesionalisme seseorang yang menjalankan profesinya


secara benar dan melakukannya menurut etika dan garis-garis profesionalisme yang berlaku
pada profesinya tersebut. Untuk menjadi seorang profesional, seseorang yang melakukan
pekerjaan dituntut untuk memiliki beberapa sifat sebagai berikut :

Memiliki komitmen tinggi


Tanggung jawab
Berpikir sistematis
Penguasaan materi
Menjadi bagian masyarakat profesional

Antara farmasis, dokter, perawat, dan apoteker dalam melakukan pekerjaannya harus
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Dalam hubungan ini diperlukan kerjasama
yang baik antar teganaga kesehatan sebagai mitra kerja yang satu sama lain saling
membutuhkan. Tanpa adanya keharmonisan maka akan menghambat dalam melaksanakan
tugasnya. Adapun Hubungan profesional di luar rumah sakit yaitu :

Apotek umum :

Saling berkomunikasi dalam memberikan obat kepada pasien


Saling berkomunikasi dalam hal obat-obat baru
Saling berkomunikasi dalam monitoring resep
Saling berkomunikasi dalam tanggung jawab terhadap apotek

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan :

Saling berkomunikasi dalam hal efek samping obat yang diberikan


Saling berkomunikasi dalam dosis yang diberikan
Saling berkomunikasi dalam pemberian efek terapi yang cocok
2. Perilaku Pemakaian Obat
WHO mendefinisikan penggunaan obat rasional yaitu, pasien menerima pengobatan yang
sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual,
untuk jangka waktu yang tepat dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun
komunitas mereka.
Prinsip penggunaan obat yang dilakukan secara rasional memiliki kriteria yaitu :
Tepat diagnosis yaitu penggunaan obat disebut rasional jika diberikan
untuk diagnosis yang tepat.
Tepat indikasi yaitu setiap obat memiliki spectrum terapi yang spesifik.
Tepat pemilihan obat yaitu keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil
setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih
haruslah yang memiliki efek terapi sesuai dengan spectrum penyakit.
Tepat dosis yaitu dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh
terhadap efek terapi obat.
Tepat cara pemberian yaitu obat antacid seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.
Tepat interval yaitu cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana
mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien.
Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing, seperti untuk tuberculosis lama pemberian paling singkat
6 bulan.
Tepat penilaian kondisi pasien maksudnya respon individu terhadap efek obat
sangat beragam.
Tepat informasi yaitu informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat
sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi.
Tepat tindak lanjut maksudnya pada saat memutuskan pemberian terapi harus
sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan
Tepat penyerahan obat maksudnya penggunaan obat rasional melibatkan juga
dispenser sebagai penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen.
Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan maksudnya
pemberian obat dalam jangka waktu lama tanpa informasi/ supervisi tentu saja akan
menurunkan ketaatan penderita.
Dalam penggunaan obat dapat terjadi beberapa kendala seperti ketidakrasionalan
penggunaan obat, keterbatasan pilihan obat yang ada karena dipengaruhi oleh faktor geografis,
ekonomi, sosial, serta penyebaran penduduk, obat juga masih diutamakan sebagai komunitas
perdagangan sehingga menghambat pelayanan kefarmasian yang baik, terjadinya manifestasi
penggunaan obat secara tidak rasional yang dilakukan oleh dokter seperti dosis terlalu
tinggi/rendah, obat toksik yang tidak diperlukan, efek samping yang membahayakan, dan juga
masih rendahnya informasi dan edukasi bagi masyarakat.

Masyarakat biasanya sering melakukan swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada
diri sendiri dengan obat - obatan yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri
tanpa nasehat dokter. Swamedikasi ini memiliki resiko seperti tidak mengenali keseriusan
gangguan sehingga gangguan - gangguan tersebut dapat semakin parah, dan juga dapat
beresiko penggunaan obat yang kurang tepat.

Penggunaan obat berdasarkan usia dapat dibagi menjadi dua, yaitu penggunaan obat pada
anak dan juga penggunaan obat pada orang tua. Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam
penggunaan obat pada anak yaitu :

Tidak setiap obat cocok untuk digiling menjadi bubuk : obat yang digiling
menjadi bubuk lebih mudah terinfeksi, memiliki kestabilan yang kurang, masa
penyimpanan lebih pendek, dan mungkin menghasilkan efek interaksi.
Dapat meminta dokter untuk membuka obat khusus untuk anak, seperti : cairan,
sirup, larutan, suspensi.
Obat yang digilingmenjadi bubuk seharusnya habis dimakan sekaligus, agar
dapat menjamin kualitas obat.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat bagi orang tua, yaitu :

Ketika orang tua berobat, seharusnya , memberitahukan obat apa asaja yang
digunakan sekarang kepada dokter atau apoteker.
Agar dokter atau apoteker menngerti semua obat anda, untuk menghindari
mengulangi penggunaan obat yang sama dan terjadi efek interaksi obat.
Ketika penggunaan obat harus memastikan cara penggunaan, dosis, waktu dan
jumlah, jika ada keraguan harus segera ditanyakan ke apoteker.
Perhatikan efek samping yang dihasilkan setelah penggunaan obat serta gejala
baru yang muncul.

3. Perilaku penulisan resep

Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan
dokter hewan. Pelayanan resep obat sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker tulis dalam
resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pengelola apotek.

Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh apoteker atau
apotek.Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep asli.obat yang dipilih
sebagai obat alternatif. Adapun unsur-unsur resep lengkap yaitu :

1. Identitas.Dokter.:.Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan


rumah dokter penulis resep serta dapat dilengkapi dengan nomor telepon dan hari
serta jam praktek. Biasanya sudah tercetak dalam blanko resep.
2. Inscriptio : Tanggal dan tempat dituliskan nya resep.
3. Signatura: Berisi informasi tentang aturan pakai dari obat yang tertulis.
4. Subcriptio: Paraf atau tanda tangan dokter yang menulis resep
5. Invecatio/Invocatio :Tanda buka penulisan resep dengan ( R/ )
6. Praescriptio/Ordinatio : Nama obat, jumlah obat dan cara pembuatan obat
7. Identitas.pasien.:.Umumnya sudah tercantum dalam.blanko resep (tulisan pro
dan umur). Nama pasien dicantumkan dalan pro. Sebaiknya juga mencantumkan
berat badan pasien supaya kontrol dosis oleh apotek dapat akurat.
8. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep

Tata cara penulisan resep yang benar yaitu :

Tidak ada standar baku didunia tentang penulisan resep. Untuk Indonesia, resep yang
lengkap menurut SK Menkes RI No. 26/2981 (BAB III, pasal 10) memuat :

1) Nama, alamat, Nomor Surat Ijin Praktek Dokter (NSIP)


2) Tanggal penulisan resep
3) Nama setiap obat/komponen obat
4) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
5) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
6) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan jumlah
melebihi dosis maksimum

Aturan pengulangan resep yaitu :

1. Copy resep yang mengandung obat bebas atau bebas terbatas dapat diulang
dengan ketentuan penderita memperoleh informasi yang jelas, baik tertulis (dalam
kemasan asli yang dilengkapi brosur) maupun secara lisan dari apoteker.
2. Copy resep yang telah diberikan seluruh obatnya dapat berlaku lagi bila kopi
tersebut telah diketahui dan disetujui kembali oleh dokter yang berangkutan.Akan
tetapi, hal ini sekarang jarang terjadi.
3. Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak boleh ada tanda iter.Obat jenis
ini selalu memerlukan resep baru, kecuali bila baru diambil sebagian.

Perilaku Dokter dalam penulisan resep haru memiliki keputusan untuk mengobati
seorang pasien dengan asumsi bahwa pasien telah dievaluasi dan didiagnosis.Kemudian dokter
dapat memilih dari berbagai pendekatan. Seperti halnya dengan proses lain dalam kedokteran,
penulisan resep harus didasarkan pada suatu seri tahapan rasional :

Membuat diagnosis spesifik.


Pertimbangan patofisiologi dari diagnosis yang terpilih.
Memilih sasaran terapi spesifik.
Menentukan obat pilihan
Penentuan regimen dosis yang sesuai.

Faktor-faktor dokter dalam menulis resep :

1. Intristik
Persepsi
Pengalaman dokter
2. Ekstrinstik
Diagnosa
Konsistensi
Kerjasama
3. Organisasi
Sosialisasi
Fee
4. Industri farmasi
Imbalan
Promosi
5. Implementasi
Kebijakan

Penulisan resep bertujuan untuk memudahkan dokter dalam pelayanan bidang kefarmasian,
pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing ( obat diberikan sendiri oleh dokter ),
penulisan resep juga dapat membentuk pelayanan berorientasi kepada pasien. Alur resep obat
kepada pasien :

Pasien
Simposium
Diagnosa
Intristik dan ekstrinstik
Industri farmasi dan implementasi
Dapat resep

Langkah Preskripsi

Pemilihan obat yang tepat dalam melakukan prakteknya, dokter pertama kali harus
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik pada pasiennya untuk
menegakkan diagnosis. Hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam
memilih obat:

Bagaimana rasio manfaat dengan risiko obat yang dipilih


Bagaimana keamanan (efek samping, kontra indikasi) obat yang dipilih
Jenis bahan obat apa (bahan baku, formula standar, bahan generik, atau bahan
paten) yang dipilih
Pertimbangan biaya/harga obat
Pedoman cara penulisan dokter yaitu :

1. Ukuran blanko resep : (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat (Bagian Inscriptio):

Dimulai dengan huruf besar


Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope
Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: ac. Salic; acetosal
Tidak ditulis dengan nama kimia (missal: kali chloride dengan KCl) atau
singkatan lain dengan huruf capital (missal clorpromazin dengan CPZ)

Penulisan jumlah obat yaitu, satuan berat: mg (mil igram), g, G (gram), sataun volume: ml
(mililiter), l (liter), satuan unit: IU/IU (Internasional Unit), penulisan jumlah
obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi. Contoh :

Tab Novalgin no. XII

Tab Stesolid 5 mg no. X (decem)

m.fl.a.pulv. dt.d.no. X

Penulisan alat penakar: Dalam singkatan bahasa latin dikenal: sendok makan = C (volume
15 ml), sendok teh = Cth (volume 5 ml), guttae = Gtt (1 tetes = 0,05 ml).

Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang beredar di pasaran
dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta harus ditulis, misalkan Tab.
Primperan 5 mg atau Tab. Primperan 10 mg

Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube, dari sediaan jadi/paten
yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:

Al erin exp. Yang volume 60 ml atau 120 ml


Garamycin cream yang 5 mg/tube atau 15mg/tube

Penulisan tanda Cito atau PIM apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat
sangat diperlukan bagi penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito atau PIM dan harus ditulis
di sebelah kanan atas resep. Adapun pelayanan resep, apabila apoteker menganggap bahwa
dalam resep ada kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus
memberitahukan kepada dokter penulis resep.

4. Konseling dan Informasi Obat

Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan
(klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan sedemikian rupa
sehingga klien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam pemecahan masalah.
Konsep dasar konseling adalah konsultasi dan edukasi :

Konsultasi merupakan kegiatan pemberian motivasi dan mendorong


perubahan peerilaku.
Edukassi merupakan kegiatan yang bertujun untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman.

Konseling ini memiliki beberapa manfaat bagi pasien yaitu menjamin keamanan dan
efektifitas pengobatan, mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya, membantu
dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri, menurunkan kesalahan penggunaan obat,
meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi, menghindari reaksi obat yang tidak
diinginkan dan juga dapat memberikan manfaat bagi farmasis seperti menjaga citra profesi
sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, mewujudkan bentuk pelayanan asuhan
kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi farmasis, menghindari Farmasis dari tuntutan
karena kesalahan penggunaan obat (Medication Erorr).

Pemberian konseling ditujukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Kegiatan
konseling ini dapat meliputi beberapa hal yaitu :

Persiapan dalam melakukan konseling


Tahap konseling
Aspek konseling yang harus disampaikan :
a) Deskripsi dan kekuatan obat
b) Jadwal dan cara penggunaan obat
c) Dampak gaya hidup
d) Mekanisme kerja obat
e) Efek potensial yang tidak diinginkan
f) Penyimpanan, memberitahu cara penyimpanan obat terutama obat-obat
yang harus disimpan pada suhu kamar.

Adapun kendala dalam pemberian obat dan konseling seperti pasien yang merasa malu,
sedih, takut, ragu, dan juga perasaan mudah marah, latar belakang pendidikan, bahasa, fisik
dan mental, cara berbicara tenaga farmasis yang tidak sesuai atau terlalu keras, menggunakan
istilah yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien.

Tahapan proses konseling yaitu meliputi pengenalan/pembuka, penilaian awal/identifikasi,


pemberian informasi, verifikasi, tindak lanjut (feedback).

Menurut keputusan Menkes RI no 1197/MENKES/SK/X/2004 pelayanan informasi obat


merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi obat
secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien dengan tujuan untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan
tenaaga kesehatan dilingkungan rumah sakit, menunjang terapi obat yang rasional, serta
meningkatkan keberhasilan pengobatan. Adapun sasaran pelayanan informasi obat yaitu
dokter, perawat, pasien, apoteker, kelompok, kepanitiaan, dan peneliti.

Langkah-langkah sistematis dalam pemberian informasi obat yaitu :

Penerimaan permintaan Informasi Obat, mencatat data permintaan informasi


dan mengkategorikan permasalahan , aspek farmasetik (identifikasi obat, perhitungan
farmasi, stabilitas dan toksisitas obat), ketersediaan obat, harga obat, efek samping obat,
dosis obat, interaksi obat, farmakokinetik, farmakodinamik, aspek farmakoterapi,
keracunan, perundang-undangan.
Mengumpulkan latar belakang masalah latar belakang masalah yang
ditanyakan, menanyakan lebih dalam tentang karakteristik pasien dan menayakan
apakah sudah diusahakan mencari informasi sebelumnya
Penelusuran sumber data : rujukan umum, rujukan skunder dan bila perlu
primer.
Formulasikan jawaban sesuai dengan permintaan : jawaban jelas, lengkap dan
benar, jawaban dapat dicari kembali pada rujukan asal dan tidak boleh memasukkan
pendapat pribadi.
Pemantauan dan tindak lanjut untuk menanyakan kembali kepada penanya
manfaat informasi yang telah diberikan baik lisan maupun tertulis.
5. Hasil / Outcome Pelayanan Kesehatan

Peran farmasi klinik sendiri memberikan dampak yang baik terhadap


berbagai outcome terapi pada pasien, baik dari sisi humanistik (kualitas hidup, kepuasan), sisi
klinik (kontrol yang lebih baik pada penyakit kronis), dan sisi ekonomis (pengurangan biaya
kesehatan).

Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan


Tersedia dan berkesinambungan
Dapat diterima dan wajar
Mudah dicapai
Mudah dijangkau
Bermutu
Lembaga Pelayanan Kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan
pada masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat pelayanan kesehatan
sangat bervariasi berdasarkan tujuan pelayanan kesehatan dapat berupa rawat jalan, institusi
kesehatan, comunity based agency dan hospice.
Rawat Jalan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat
pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan
kronis yang memungkinkan tidak terjadi rawat inap.
Institusi
Lembaga ini merupakan pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam
memberikan berbagai tingkat kesehatan seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan lain
lain.
Community Based Agency
Bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien sebagaimana
pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek rawat keluarga dan lain lain.
Hospice
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang di fokuskan pada
klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan biasanya digunakan dalam home care.
Komponen Mutu Pelayanan Kesehatan ini memiliki peran penting dalam menetukan
keberhasilan manajemen kesehatan, yaitu: masukan (input), proses (process), keluaran
(output), sasaran (target) serta dampak (impact).
Hasil Pelayanan Kesehatan ( Health Outcomes)
kerangka konsep untuk menilai dan memastikan kualitas pelayanan kesehatan terdiri dari tiga
komponen, yaitu struktur, proses dan luaran/hasil. Penelitian terhadap hasil/luaran pelayanan
kesehatan dibuat untuk membantu pasien, pembayar dan pemelihara membuat pilihan
pelayanan medis yang rasional berdasarkan pengetahuan yang lebih baik tentang akibat dari
pilihan tersebut bagi kehidupan pasien.

1. Tipe Luaran/Hasil pelayanan kesehatan


- Tradisional
Dikenal dengan 5 D : Death, disease, disability, discomfort dan dissatification
- Komprehensif

ECHO model mengkategorikan luaran/hasil pelayanan kesehatan dari 3 kategori :

Luaran ekonomi adalah biaya langsung, tidak langsung, dan intangible yang
dibandingkan dengan konsekuensi dari intervensi medis.
Luaran klinis adalah peristiwa medis yang terjadi sebagai hasil dari kondisi atau
pengobatan.
Luaran humanistic fungsi penilaian diri dan kebahagiaan, atau health-related
quality of life (HRQOL).
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan
dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan. Tujuan farmakoekonomi adalah
membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama, selain itu
juga membandingkan pengobatan yang berbeda pada kondisi yang berbeda. Hasilnya dapat
digunakan sebagai informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam
menentukan pilihan atas alternative-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan
kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.

Metode Farmakoekonomi antara lain:

Cost-Minimization Analysis adalah tipe analisis yang menentukan biaya


program terendah dengan asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama.
Cost-Benefit Analysis adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat
suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil
perawatan kesehatan.
Cost-Effectiveness Analysis adalah tipe analisis yang membandingkan biaya
suatu intervensi dengan beberapa ukuran non-moneter, dimana pengaruhnya terhadap hasil
perawatan kesehatan.
Cost-Utility Analysis adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utility-
beban lama hidup; menghitung biaya per utility; mengukur ratio untuk membandingkan
diantara beberapa program.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan farmakoekonomi antara lain:

Memberikan pelayanan maksimal dengan biaya yang terjangkau.


Angka Kesembuhan Meningkat, Angka Kesehatan Meningkat dan Angka
Kematian Menurun.

Tipe-tipe biaya :

Direct medical costs


Biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait dengan pelayanan jasa medis, yang
digunakan untuk mencegah atau mendeteksi suatu penyakit seperti kunjungan pasien,
obat-obat yang diresepkan, lama perawatan, perawatan kesehatan dirumah
Direct nonmedical costs
Biaya yang dikeluarkan oleh pasien tidak terkait langsung dengan pelayanan medis,
seperti transportasi pasien ke rumah sakit, makanan, jasa pelayanan lainnya yang
diberikan pihak rumah sakit.
Indirect medical costs
Biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien, biaya yang hilang akibat waktu
produktif yang hilang.
Intangible costs
Merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan medis, tidak dapat diukur
dalam mata uang
Opportunity costs

Menunjukkan besarnya manfaat ekonomis ketika membatalkan suatu alternatif terapi sebagai
pengganti terapi alternatif terbaik berikutnya, dimana manfaat itu telah terbukti.

Output / Luaran
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen kesehatan, output
dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil
pelaksanaan kegiatan. Standar luaran atau outcome adalah hasil akhir atau akibat dari
pelayanan kesehatan,dan dapat diketahui yang menyusun Standar Pelayanan Kesehatan,
sebagai berikut :

Perorangan yaitu, profesi kesehatan, petugas kesehatan, pasien dan keluarganya


Kelompok yaitu, kelompok profesi kesehatan, organisasi profesi kesehatan,
Lembaga Konsumen, LSM, Masyarakat, politisi, Asuransi Kesehatan, Komite
Akreditasi
Otoritas Kesehatan yaitu, Tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional dan
Internasional (WHO)

Pentingnya Luaran Pelayanan Kesehatan

Menyediakan bukti tentang manfaat, resiko dan hasil dari pengobatan


Mengidentifikasi strategi yang efektif dan potensial untuk memperbaiki kualitas
dan nilai pelayanan
Memastikan jaminan kualitas untuk pengobatan yang tersedia saat ini
Mempertimbangkan seluruh hasil atau luaran bersama-sama untuk
mengevaluasi nilai sebenarnya.
Kegunaan Pengukuran Luaran Pelayanan Kesehatan
Luaran pelayanan kesehatan digunakan dalam rencana pengembangan kesehatan, pharmacy
benefit managers, kelompok medis, pihak pemerintah, pusat pendidikan dan industri farmasi.
Hasil luaran pelayanan kesehatan digunakan untuk mendukung keputusan formula, kebijakan
penggunaan obat, peraturan pengobatan klinik dan evaluasi program.
Pihak pihak yang Menggunakan Luaran Pelayanan Kesehatan.

Pharmacists
Physicians
Perawat
Ahli ekonomi
Kelompok medis dan rencana pelayanan kesehatan
Pemerintah
Perusahaan farmasi
Institusi akademik
Profesional kesehatan lainnya

6. Pelayanan kesehatan primer


Pelayanan Kesehatan Primer (pelayanan tingkat satu) adalah strategi yang dapat dipakai
untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. Pelayanan
kesehatan primer menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, dan terjangkau.

Pelayanan Kesehatan Primer juga adalah Pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metoda dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik
oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya,
serta deengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat.

Tujuan umum pelayanan kesehatan primer mencoba menemukan kebutuhan masyarakat


terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada
masyarakat yang menerima pelayanan. Adapun tujuan khusus pelayanan kesehatan primer :

Pelayanan harus mencapai keseluruhan pendudukan yang dilayani


Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber sumber
daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Fungsi pelayanan kesehatan primer yaitu : Pemeliharaan kesehatan, Pencegahan penyakit,


Diagnosis dan pengobatan, Pelayanan tindaj lanjut, dan Pemberian sertifikat. Pelayanan
kesehatan juga memiliki ciri-ciri yaitu :

Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat


Pelayanan yang menyeluruh
Pelayanan yang terorganisasi
Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
Pelayanan yang berkesinambungan
Pelayanan yang progresif
Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah wsatu aspek saja

Farmasis dalam pelayanan primer dapat dilakukan oleh sarana kefarmasian dalam rangka
menunjang Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama digolongkan kedalam kategori pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai. Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang diberikan kepada Peserta berpedoman pada daftar obat, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri yang dituangkan dalam Formularium
Nasional dan Kompendium Alat Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai