Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
M1O-08
Abstrak
Dampak pencemaran merkuri pada tambang emas tradisional di Banyumas, Jawa Tengah,
dipelajari khususnya pada tanah, air permukaan dan airtanah. Penelitian bertujuan meneliti sejauh
mana tingkat dan penyebaran merkuri pada media geologi seperti tanah, airtanah dan air
permukaan di daerah penelitian. Sampel diambil dari beberapa lokasi secara sistematis di daerah
penelitian dan kemudian dianalisis di laboratorium. Keberadaan merkuri secara alamiah terdeteksi
pada batuan termineralisasi di daerah penelitian, namun memberikan kontribusi yang tidak
signifikan. Merkuri yang berasal dari kegiatn pertambangan memberikan kontribusi yang lebih
nyata terhadap pencemaran merkuri yang terjadi di daerah penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan penyebaran merkuri dalam media geologi telah terjadi dan dituangkan dalam peta
penyebaran merkuri. Faktor geologi terutama permeabilitas tanah dan aliran permukaan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyebaran merkuri pada media geologi di daerah
penelitian.
Kata Kunci: pencemaran, merkuri, media geologi, tambang emas tradisional, penyebaran merkuri,
Pendahuluan
Penambangan skala kecil atau penambangan tradisional banyak dijumpai di negara-negara
berkembang yang memiliki potensi sumber daya emas. Perkembangan jumlah
penambangan emas seiring dengan peningkatan eksplorasi dan penemuan lokasi
penambangan baru, yang umumnya dijumpai di negara berkembang. Negara-negara di
Asia dan Afrika menjadi produsen utama emas dunia berdasarkan data produksi emas
dunia pada tahun 2011, seperti China (13,1%), Australia (10,0%), Amerika Serikat
(8,85%), Rusia (7,4%), Afrika Selatan (7,0%), Peru (5,6%), Indonesia (4,4%), Kanada
(4,1%), Ghana (3,7%), Uzbekistan (3,3%), dan negara lainnya (32,5 %)
(www.goldsheetlink.com). Modal dan teknologi yang minim tidak mengurangi keinginan
untuk melakukan penambangan. Praktik ini banyak dikenal dengan penambangan emas
skala kecil atau penambangan emas rakyat atau tradisional (artisanal small scale gold
mining - ASGM). Penambang emas skala kecil banyak menggunakan merkuri atau air raksa
(Hg) dalam proses penambangan emas. Penggunaan merkuri untuk kegiatan tersebut
banyak yang tidak diawasi dan dilakukan secara bebas. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
kajian terhadap merkuri dalam pertambangan emas tradisional dan dampaknya terhadap
lingkungan serta penaganannya. Pemakaian merkuri untuk mengekstraksi emas dalam
pertambangan emas skala kecil, khususnya di Indonesia, sudah menunjukkan indikasi
membahayakan dan bisa dikatakan sebagai bencana lingkungan [1].
Di Indonesia, jumlah kegiatan tambang skala kecil ada 713 lokasi yang tersebar di
Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi dengan 60.000 penambang skala kecil [1].
Setiap tahunnya, sekitar lebih dari 1.000 ton merkuri (Hg) mencemari lingkungan [2][3].
163
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia yang sudah mengalami polusi Hg
setelah Cina dan Pillipina [4].
Sejumlah kasus pencemaran merkuri yang dihasilkan dari proses pertambangan emas
di Indonesia telah terindikasi menyebabkan pencemaran lingkungan seperti di di Desa
Kalirejo, Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo [7], perairan laut Teluk Buyat,
Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow [6], Dimembe, Kabupaten
Minahasa Utara, Sulawesi Utara [11], Sungai Nae, Desa Pesa, Kecamatan Wawo,
Kabupaten Bima, NTB [10], Poboya, Palu, Sulawesi Tengah [5].
Salah satu prioritas riset Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah penyelamatan
lingkungan kritis serta pengelolaan bencana dan lingkungan. Permasalahan mengenai
pencemaran merkuri di pertambangan tradisional tentunya menjadi topik yang relevan
dengan prioritas riset UGM. Ditambah pula, salah satu langkah strategis yang ditetapkan
United Nations Environment Programme (UNEP) untuk mengurangi dampak lingkungan
adalah dengan memantau tingkat pencemaran merkuri pada lokasi dan di sekitar lokasi
penambangan emas sebagai salah satu tahapan dalam rencana strategis nasional dalam
pengurangan merkuri pada penambangan emas skala kecil (ASGM).
Alasan lainnya yang juga menjadi pertimbangan perlunya penelitian di pertambangan
emas tradisional di daerah Banyumas dan penanganannya adalah karena:
1. Daerah lokasi penambangan merupakan penambangan emas primer yang relatif
baru yaitu sekitar lima tahun terakhir, jika dibandingkan dengan penambangan
emas tradisional lainnya yang sudah lama khususnya di Jawa, seperti Kokap Kulon
Progo, Selogiri Wonogiri dan Pongkor Jawa Barat, sehingga penelitian yang
berkaitan dengan topik yang diajukan masih sangat terbatas. Beberapa penelitian
sudah dilakukan, namun hanya terbatas pada dampak yang spesifik dan belum
dlilakukan secara komprehensif [15].
2. Daerah penelitian berdekatan dengan perumahan penduduk dan pusat keramaian/
aktivitas masyarakat serta berdekatan dengan hulu sungai yang mengalir menuju
daerah hilir dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat sehari-hari.
3. Air tanah dan air sungai di daerah penelitian masih banyak dimanfaatkan untuk
keperluan air minum dan kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitar lokasi
penambangan emas.
4. Material alam seperti zeolit yang banyak tersedia belum banyak dipergunakan
secara optimal untuk meremediasi merkuri sebagai akibat dari kegiatan
pertambangan tradisional.
Lokasi penelitian berada pada area tambang rakyat Paningkaban-Cihonje dan
sekitarnya yang secara administratif berada di Desa Paningkaban, Desa Cihonje dan Desa
Gancang, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, seperti
terlihat pada Gambar 1.
Penelitian dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran merkuri pada
air permukaan, air tanah, sedimen, dan tanah, yang disebabkan oleh praktik penambangan
emas tradisional. Penelitian ini dibatasi dengan meneliti dampak pencemaran merkuri pada
media geologi, seperti tanah, airtanah dan air permukaan.
Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi masyarakat di daerah penelitian, untuk
memberikan informasi mengenai sebarapa jauh tingkat pencemaran merkuri di lingkungan
tempat tinggal mereka. Bagi pemerintah setempat, penelitian ini akan bermanfaat sebagai
landasan untuk mengambil kebijakan dalam rangka mengurangi dampak lingkungan yang
ditimbulkan akibat dari pencemaran merkuri.
164
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
Metode Penelitian
1. Tahap Kajian Pustaka
Tahapan ini terdiri dari pencarian, pengumpulan, dan pengkajian landasan teori,
literatur penelitian terdahulu dan data sekunder yang berkaitan dengan daerah
penelitian.
2. Tahap Pengambilan Data Lapangan
Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data yang diperoleh dari kegiatan survei di
lokasi daerah penelitian. Pengambilan data lapangan meliputi tiga kategori utama yang
ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini:
165
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
Pada tahapan ini juga dilakukan pengambilan conto yang akan diuji kandungan
merkurinya. Pengambilan data lapangan meliputi pengambilan data XRF dengan
peralatan portable XRF dan alat ukur infiltrasi (infiltrometer Turf Tec).
3. Tahap Pengujian Laboratorium
Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap data lapangan dan sampel. Pengujian
kadar merkuri (Hg) pada sejumlah sampel dilakukan dari data portable XRF dan AAS
(Atomic Absorption Spectrometry). Analisis laboratorium untuk mengetahui kadar
merkuri (Hg) dilakukan dengan metode Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) yang
dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jenis alat yang digunakan adalah Analytik Jena ZEEnit 700
dengan sistem hidrida HS60. Pengujian kadar merkuri dengan metode AAS dilakukan
baik pada sampel mineral bijih, maupun media pencemar: mineral bijih, tailing,
tanah/batuan, air sungai, dan air tanah Data geologi dianalisis melalui analisa citra
satelit dan peta topografi, deskripsi batuan di laboratorium dengan metode petrologi
makroskopik dan petrografi.
4. Tahap Analisis Data dan Interpretasi
Data yang diperoleh dari hasil pengambilan data lapangan dan uji laboratorium
dianalisa dan dihubungkan dengan kajian pustaka yang telah diperoleh untuk
mendapatkan hasil dan kesimpulan penelitian. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui
kondisi geologi daerah penelitian dan aktivitas manusia dalam proses penambangan,
lalu menghubungkannya dengan tingkat pencemaran di daerah tersebut, serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Hasil dan pembahasan penelitian didasarkan pada hasil
uji laboratorium dan data lapangan menggunakan peralatan geologi lapangan, portable
XRF, dan uji laboratorium dengan metode AAS.
Tahapan penelitian iini secara komprehensif dapat dilihat pada skema penelitian pada
Gambar 3.
Pengutaraan Data
Lokasi dan Wilayah Penambangan dan Pengolahan Bijih Emas
Lokasi penambangan dan pengolahan secara administratif termasuk ke dalam wilayah
Desa Cihonje dan Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas,
Provinsi Jawa Tengah. Penyebaran lokasi penambangan ini memanjang ke arah barat-
timur, mengikuti pola penyebaran urat-urat mineralisasi yang dijumpai. Berdasarkan
pengamatan, bangunan yang digunakan untuk penambangan dan pengolahan emas ini
memiliki ciri khas dari atap berupa terpal berwarna biru. Lokasi yang dijadikan
penambangan memiliki ciri khas berupa lubang penggalian vertikal yang menerus ke
bawah berupa terowongan dengan diamater sekitar 1,0 1,5 meter, yang terkadang disertai
katrol untuk menarik batuan/bijih emas.
166
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
167
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
Pembahasan
Dalam penelitian ini, dapat diklasifikasikan menjadi 6 jenis sampel yang diuji kadar
merkurinya, yaitu: urat/mineral bijih emas, tailing, tanah dan batuan, sedimen sungai, air
sungai, dan air tanah. Dari keenam jenis sampel tersebut, 4 jenis sampel diantaranya
merupakan sampel padatan (solid) dan 2 lainnya berupa zat cair (liquid). Sampel yang
termasuk dalam zat padat terdiri dari: urat/mineral bijih, tailing, tanah dan batuan, dan
sedimen sungai. Sampel yang termasuk dalam zat cair adalah air sungai dan air tanah. Jenis
sampel, banyaknya sampel, rentang kadar merkuri, dan rata-rata kadar merkuri pada tiap
sampel disajikan pada Tabel 8 berikut:
Perbandingan dari hasil pengukuran kadar merkuri pada berbagai jenis sampel dapat
memberikan variasi kadar merkuri pada berbagai jenis sampel. Dari data tersebut, dapat
terlihat bahwa sampel tailing dan tanah/batuan memiliki rata-rata kadar merkuri yang lebih
tinggi dibanding dengan sampel lainnya. Kadar rata-rata merkuri pada seluruh sampel
tailing sebesar 126,761 ppm, sedangkan pada sampel tanah/batuan memiliki rata-rata kadar
merkuri sebesar 72,800 ppm. Nilai rata-rata kadar merkuri terendah dijumpai pada sampel
air sungai, yaitu sebesar 1,003 ppm dan pada sampel air tanah sebesar 0,867 ppm.
Penyebaran merkuri secara alamiah dikontrol oleh proses alam yang terjadi baik
melalui persitiwa geologi yang mengubah tatanan geokimia maupun siklus hidrologi yang
membant proses transportasi zat pencemar. Pencemaran merkuri yang masuk ke dalam
batuan dan air tanah dikontrol oleh penyebaran urat-urat yang berasal dari proses
mineralisasi hidrotermal di daerah penelitian. Proses penyebaran urat-urat ini umumnya
dikontrol oleh adanya rongga atau zona lemah yang disebabkan oleh struktur geologi.
Fluida hidrotermal yang mengisi pada kekar maupun sesar dapat mengendapkan mineral
logam emas dan mineral bijih lainnya serta unsur-unsur yang berasosiasi dengan proses
mineralisasi tersebut [9]. Penyebaran merkuri yang mengalami kontak dengan air tanah
akan mengikuti penyebaran urat-urat yang terbentuk akibat proses mineralisasi.
168
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
Pergerakan aliran air permukaanakan mengikuti gradien hidraulik, dimana air akan
bergerak menuju daerah dengan gradien hidraulik yang lebih rendah. Dalam penelitian ini,
aliran air permukaan bergerak menuju lembah sungai. Selanjutnya logam berat merkuri
terendapkan bersama sedimen sungai. Mekanisme transport pada air sungai dan sedimen
sungai banyak dipengaruhi oleh kecepatan air sungai. Kecepatan air biasanya mencapai
maksimum di sekitar bagian tengah dan pada bagian dasar akan mengalami penurunan
karena adanya gesekan [8].
Penyebaran merkuri yang dikontrol oleh faktor non alamiah berasal dari aktivitas
manusia yang menyebabkan peningkatan kadar merkuri dalam kadar yang jauh melebihi
ambang batas lingkungan hidup. Logam berat merkuri yang masuk ke lingkungan berasal
dari lokasi pengolahan mineral bijih emas. Persebaran ini dikontrol oleh aktivitas manusia
yang menempatkan lokasi pengolahan bijih emas yang umumnya berdekatan dengan lokasi
penggalian bijih. Proses penyebaran merkuri dari data-data penelitian tersebut pada media
geologi dari berbagai sampel yang diteliti dapat dimodelkan seperti pada peta berikut
(Gambar 3).
Daftar Pustaka
[1] C. Aspinall, Small-scale Mining in Indonesia, International Institute for
Environment and Development, Mining Minerals and Sustainable Development
Report, Jakarta, 2001.
[2] UNIDO (United Nations Industrial Development Organization), Global Mercury
Project Proposal, Vienna, 2002.
169
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
[3] K. Telmer dan M. Veiga, World Emissions of Mercury From Artisanal And Small
Scale Gold Mining, UNEP, 2008.
[4] UNEP (United Nations Environment Programme), Reducing Mercury Use in
Artisanal and Small Scale Gold Mining, http://www.unep.org/hazardoussubstances/
[5] Mirdat, Y. S. Patadungan dan Isrun, Status Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah
pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu,, e-J.
Agrotekbis, vol. 1 Juni 2013, no. (2) , pp. 127-134, 2013.
[6] K. Lutfillah, Kasus Newmont (Pencemaran di Teluk Buyat), Jurnal Kybernan, vol.
Vol. 2, no. No. 1, Maret 2011, 2011.
[7] R. Larasati, P. Setyono dan K. A. Sambowo, Evaluasi Ekonomi Eksternalitas
Penggunaan Merkuri pada Pertambangan Emas Rakyat dan Peran Pemerintah Daerah
Mengatasi Pencemaran Merkuri (Studi Kasus Pertambangan Emas Rakyat di
Kecamatan Kokap Kulon Progo), 2012.
[8] H. F. Hemond dan E. J. Fechner-Levy, Chemical Fate and Transport in the
Environment, second penyunt., San Diego, California: Academic Press, 2000.
[9] F. Hakim, "Geologi, Alterasi, Mineralisasi Bijih, dan Karakteristik Fluida
Hidrotermal pada Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah di Daerah Cihonje-
Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah,"
Skripsi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta, 2014.
[10] M. Fatoni, Kajian Kadar Merkuri (Hg) dalam Air pada Sungai Nae Akibat
Pengolahan Tambang Rakyat Bijih Emas di Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten
Bima NTB, 2012.
[11] H. Sumual, Karakterisasi Limbah Tambang Emas Rakyat Dimembe Kabupaten
Minahasa Utara, AGRITEK, vol. VOL. 17, no. NO. 5 SEPTEMBER 2009,, 2009.
[12] S. Prihatmoko, S. Digdowirogo and D. Kusumanto, "Potensi cebakan mineral di Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta," in Proceedings XXXII Annual Convention
of the Indonesian Association of Geologists (IAGI), 2002.
[13] Kastowo, Peta Geologi Lembar Majenang, Jawa, Skala 1:100.000, Direktorat
Geologi, Departemen Pertambangan Indonesia, Bandung, 1975.
[14] M. Djuri, H. Samodra dan S. Gafoer, Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal,
Jawa, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung,
1996.
[15] R. Hutamadi dan Mulyana, Evaluasi Sumberdaya dan Cadangan Bahan Galian
untuk Pertambangan Sekala Kecil, Daerah Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa
Tengah. Proceeding Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan
Tahun 2006, Pusat Sumberdaya Geologi, Bandung, 2006.
170
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
Tabel 2. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel mineral bijih beserta koordinatnya.
Pengujian kadar merkuri menggunakan metode AAS. Detection limit AAS = 0,001 ppm.
Kode Koordinat Hg
No
Sampel x y (ppm)
1 PWT-02A 279236 9179710 0,007
2 PWT-02B 279181 9179737 0,012
3 PWT-03 279095 9179879 0,005
Tabel 3. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel tailing, beserta koordinat dan
metode pengujiannya (detection limit AAS = 0,001 ppm, P-XRF=0,01 ppm)
Kode Koordinat
No Hg (ppm) Metode
Sampel x y
1 SS-001 279102 9179911 12,782 AAS
2 SS-008 279117 9179894 7,493 AAS
3 T-02 279147 9179938 94,000 P-XRF
4 T-03 279114 9179923 240,333 P-XRF
5 T-04 279136 9179897 64,000 P-XRF
6 T-05 279123 9179918 352,333 P-XRF
7 T-06 279093 9179866 27,500 P-XRF
8 T-07 279098 9179889 55,667 P-XRF
9 T-09 279120 9179868 29,000 P-XRF
10 T-10 279050 9179874 37,667 P-XRF
11 T-11 279119 9179813 92,000 P-XRF
12 T-13 279148 9179794 340,667 P-XRF
13 T-14 279091 9179722 105,500 P-XRF
14 T-15 278968 9179756 52,000 P-XRF
15 T-16 279187 9180029 132,000 P-XRF
16 T-19 279116 9180052 109,300 P-XRF
17 T-20 279131 9180077 96,000 P-XRF
18 T-22 279142 9180100 604,000 P-XRF
19 T-23 279122 9180108 141,700 P-XRF
20 T-25 279094 9180107 85,000 P-XRF
21 T-26 279062 9180099 30,500 P-XRF
22 T-27 279051 9180106 79,300 P-XRF
171
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
Tabel 4. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel tanah dan batuan, beserta koordinat
dan metode pengujiannya. (detection limit AAS = 0,001 ppm, P-XRF=0,01 ppm)
Kode Koordinat
No Litologi Hg (ppm) Metode
Sampel x y
1 S-1 Lempung lanauan 279151 9179930 48,00 P-XRF
2 S-10 Lempung 279190 9180029 55,00 P-XRF
3 S-5 Lempung pasiran 279115 9179909 97,00 P-XRF
4 S-6 Lempung lanauan 279080 9179875 62,00 P-XRF
5 S-8 Lempung pasiran 279146 9179794 102,00 P-XRF
6 SS-004 Lempung 279160 9180091 11,75 AAS
Tabel 5. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel sedimen sungai di Sungai Tajum.
Detection limit AAS = 0,001 ppm
Kode
No Koordinat Hg (ppm)
Sampel
x y
1 SS-002 278782 9179785 11,886
2 SS-003 279305 9180794 10,938
3 SS-005 278327 9180349 8,024
4 SS-006 278969 9179327 7,673
5 SS-007 278688 9179031 6,993
6 SS-009 278802 9180772 10,904
7 SS-010 278719 9179646 11,812
Tabel 6. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel air sungai di Sungai Tajum.
Kode Koordinat
No Hg (ppm)
Sampel x y
1 SW-001 278782 9179785 1,509
2 SW-002 279305 9180794 1,928
3 SW-003 278327 9180349 0,752
4 SW-004 278969 9179327 0,522
5 SW-005 278688 9179031 0,479
6 SW-006 279117 9179894 0,695
7 SW-007 278802 9180772 0,862
8 SW-008 278719 9179646 1,280
172
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
Tabel 7. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel air sungai di Sungai Tajum.
Kode Koordinat Kedalaman
No Hg (ppm)
Sampel x y MAT (m)
1 GW-001 279102 9179911 1,574 23,0
2 GW-002 278775 9179760 0,479 6,5
3 GW-003 279259 9180699 1,419 15,3
4 GW-004 279160 9180091 1,381 23,6
5 GW-005 279187 9179562 0,609 12,4
6 GW-006 279761 9179618 0,219 13,2
7 GW-007 279836 9179584 0,385 32,4
173
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
da ri
sumber pencemaran hingga penyebaran melalui air sungai dan sedimen sungai. Lingkaran
merah ( ) menunjukkan dua titik masuknya pencemar ke dalam sungai.
174
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
TAHAP
PENGUJIAN Uji petrografi penempatan (plotting) uji kadar Hg
LABORATORIUM dan uji infiltrasi data spasial pada peta (portable XRF dan
AAS)
Peta Pencemaran Hg
TAHAP
PENYUSUNAN Penyusunan laporan
LAPORAN
175