Anda di halaman 1dari 19

SEKSUALITAS & SPIRITUAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matrikulasi Psikososial & Budaya Dalam Keperawatan

Program Studi S1 Sarjana Terapan Keperawatan Semarang

Disusun Oleh :

1. Arifin jauhari
2. Bagus Prabowo
3. Febrina
4. Fitriana Khoirunnisa
5. Hana Aji safitri
6. Herni Purbasari
7. Irma Istiomah Wardani
8. Septi Sarah
9. Yunita Wigatiningsih

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 TERAPAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2017
A. Latar Belakang
Kebutuhan Psikososial Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan
menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap
individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut
dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif.
Salah satu yang dibahas pada kebutuhan psikososial adalah status emosi. Setiap
individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta,
kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Kebutuhan
tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, kontrol dan afeksi. Bila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapat berupa perasaan atau perilaku yang
tidak diharapkan, seperti ansietas, kesepian dan rasa tidak pasti.
Kebutuhan interpersonal akan inklusi, kontrol dan afeksi kadang saling tumpang
tindih dan berkesinambungan. Maksudnya disini dalam berhubungan dengan sesama
manusia, kita tetap saling menjaga satu sama lain sehingga bisa saling diterima dan
terjalin hubungan yang harmonis. Kebutuhan akan inklusi merupakan kebutuhan untuk
menetapkan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang. Kebutuhan
afeksi yaitu seseorang membangun hubungan saling memberi dan saling menerima
berdasarkan saling menyukai. Afeksi diungkapkan dengan kata-kata cinta, suka, akrab
secara emosional, pribadi, sahabat, dan intimasi.

Tokoh psikososial Erik H.Erikson berasumsi bahwa :

1. Perkembangan kepribadian manusia terjadi sepanjang rentang kehidupan


2. Perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh interaksi sosial-hubungan
dengan orang lain
3. Perkembangan kepribadian manusia ditentuka oleh keberhasilan atau kegagalan
seseorang mengatasi krisis yang terjadi pada setiap tahapan sepanjang rentang
kehidupan.
Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang
merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini
berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan
kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat, begitu juga
dengan potensi kegagalan.
Kebutuhan Seksualitas adalah aspek kehidupan yang menjadi kebutuhan dasar
manusia. Teori Abraham Maslow (2009) menggambarkan kebutuhan manusia sebagai
hirearki, dan menempatkan seksualitas sebagai kebutuhan fisiologis paling mendasar
yang harus dipenuhi untuk mencapai standar derajat kesehatan paling tinggi . Seksualitas
dialami dan diekspresikan salah satunya melalui sikap seksual (WHO, 2006). Sikap
seksual sesorang akan memengaruhi keputusan dan bentuk perilaku seksual yang
dipilihnya (Mercer et. al, 2013).
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup,
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk
menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional,
penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Konsep Kebutuhan Seksual ?
2. Bagaimana Fase-Fase Perkembangan & Faktor-Faktor Kebutuhan Seks Manusia ?
3. Apa saja Penyimpangan & Bentuk Abnormalitas Seks pada Manusia ?
4. Bagaimana Respon-Respon Seksual & Pengkajian yang berkaitan dengan
Kebutuhan Seksual dalam psikososial keperawatan ?
5. Apa yang dimaksud Konsep Kebutuhan Spiritual ?
6. Bagaimana Pengkajian Spiritual berhubungan dengan Psikososial dalam
Keperawatan ?
C. Tujuan
- Pembelajaran Umum : Setelah mempelajari materi ini diharapkan mampu
memahami konsep kebutuhan psikosial seksual dan spiritual dengan benar.
- Pembelajaran Khusus :
1. Mengidentifikasi konsep kebebutuhan Seksual dengan benar
2. Mengidentifikasi konsep kebutuhan Spiritual dengan benar

D. Pembahasan
1. KONSEP KEBUTUHAN SEKSUALITAS
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkup
anseksualitas suatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang
merupakan kegiatanhubungan fisik seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga
menunjukkan gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan
paling dalam, akrab dan intim yang berasal darilubuk hati yang paling dalam,
dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi dirimanusia.Seks adalah
perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yangseringdisebut jenis
kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi
biologis, sosial, perilaku dankultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan
dengan organ reproduksi dan alatkelamin, termasuk bagaimana menjaga
kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan
seksual (BKKBN, 2006).
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana
menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis (BKKBN,
2006).Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam
hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam
membentukpandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku
seks (BKKBN, 2006)
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan, dan meyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik
(feedback) antara kedua individu tersebut. Kata seks sering digunakan dalam dua
cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari
berhubungan, yaitu aktifitas seksual genital. Seksualitas dilain pihak adalah istilah
yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan
individu dari jenis kelamin yang berbeda atau sama dan mencangkup pikiran,
pengalaman, pelajaran,ideal, nilai, fantasi, fantasi, dan emosi.

Kebutuhan Seksual Meliputi :.

1. Perkembangan / Fase- Fase Perkembangan Seksual Manusia


a) Masa prenatal dan bayi
- Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan, atau
kenikmatan dapat dicapai dengan menghisap, menggigit, mengunyah,
atau bersuara.
- Tahap Anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada saat ini terjadi
pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan keakuanya,
sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois, anak
juga mulai mempelajari struktur tubuhnya.
Jadi pada masa ini komponen fisik dan biologis sudah mulai
berkembang.
b) Masa Kanak- Kanak
- Tahap oedipal atau falik terjadi pada usia 3-6 tahun, rangsangan terjadi
pada otoeotis yaitu meraba-raba bagian erogenya, mulai menyukai lawan
jenis
- Tahap laten terjadi pada usia 5-12 tahun pada masa ini mulai memasuk
masa puberitas dan berhadapan langsung pada tuntunan sosial.
c) Masa Pubertas
Masa ini sudah mencapai kematangan fisik dan aspek sosial dan akan terjadi
kematangan psikologis. Terjadi perubahan ditandai dengan adanya citra
tubuh. Masa pubertas yaitu usia 12 tahun keatas tahap suka pada lawan jenis.
d) Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur
Pada tahap ini perkembangan fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder
mencapai puncaknya yaitu pada usia 18-30 tahun pada masa ini terjadi
perubahan hormonal pada wanita ditandai dengan estrogen, pengecilan
payudara dan vagina penurunan cairan vagina selanjutnya akan terjadi
penurunan reaksi ereksi, pada pria ditandai dengan penurunan ukuran penis
dan semen.
e) Masa Dewasa Tua
Pada Tahp ini Atropi pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan
vagina dan penurunan Intensitas orgasme pada wanita, sedangkan pada pria
mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme,
terlambatnya pencapaian ereksi dan pembesaran kelenjar prostat.
f) Masa Lanjut Usia
Pada tahap ini usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, umur 60 tahun sampai dengan meninggal.

2. Penyimpangan- Penyimpangan Seksual pada Orang Dewasa


a. Pedofilia kepuasan seksual dapat dicapai pada objek anak-anak disebabkan
kelainan mental
b. Eksibisionisme dicapai dengan mempertontonkan alat kelamin di depan
umum
c. Fetisisme kepuasam dapat dicapai dengan menggunakan benda seks seperti
sepatu hak tinggi, pakaian dalam,stoking atau lain-lain disebabkan karena
eksperimen seksual dan bedah pergantian kelamin
d. Transvetisme kepuasaan seksual dicapai dengan menghunakan pakaian
lawan jenis dan melakukan peran seks yang berlawanan misalnya pria yang
senang menggunakan pakaian dalam wanita.
e. Transeksualisme bentuk penyimpangan seksualitas ditandai dengan perasaan
tidak senang terhadap alat kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti
kelamin
f. Voyerisme atau skopofilia kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat
kelamin orang lain atau aktifitas seksual yang dilakukan orang lain.
g. Masokisme kepuasaan seksual dicapai dengan kekerasan
h. Sadisme kepuasaan seksual dicapai dengan menyakiti objeknya, baik secara
fisik ataupun psikologis.
i. Homoseksual dan lesbianisme penyimpangan seksual ditandai dengan
ketertarikan fisik maupun emosi kepada sesame jenis.
j. Zofilia kepuasan dicapai dengan objek binatang
k. Sodomi dicapi melalui anus
l. Nekropilia kepuasaan dengan menggunakan objek mayat
m. Koprofilia kepuasaan dengan menggunakan objek feses
n. Urolagnia kepuasaan dicapai dengan urine yang diminum
o. Oral seks atau kuniligius kepuasaan seks dicapai dengan menggunakan
mulut pada alat kelamin wanita
p. Felaksio kepuasaan seks dicapai dengan menggunakan mulut pada alat
kelamin laki-laki
q. Fotorisme atau priksionisme kepuasaan seksual dicapai dengan
menggosokan penis pada pantat wanita atau badan yang berpakaian ditempat
yang penuh atau tempat-tempat keramaian
r. Gronto kepuasan seksual dicapai dengan berhubungan dengan lansia
s. Frottage kepuasaan seksual dicapai dengan orang yang disenangi tanpa
diketahui lawan jenis.
t. Pornografi gambar atau tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberikan
rangsangan seksual..
3. Bentuk Abnormalitas Seksual Akibat Dorongan Seksual Abnormal
a. Postitusi penyimpangan dengan pola dorong seks yang tidak wajar dalam
kepribadiannya seks bersifat impersonal.
b. Perzinahan bentuk seksualitas antara laki-laki dan wanita yang bukan suami
istri.
c. Frigditas yaitu ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau
orgasme pada saat bersenggama
d. Impotensi yaitu ketidakmampuan pria untuk relaksasi seks.
e. Ejakulasi premature terjadinya pembuangan sperma yang terlalu dini
f. Vaginismus terjadinya kejang yang berupa penegangan atau pengerasan
sehingga penis terjepit dan tidak bisa keluar.
g. Dispareunia yaitu kesulitan dalam melakukan senggama atau sakit pada
koitus
h. Anorgasme yaitu kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama
i. Kesukaran koitus pertama keadaan dimana terjadi kesulitan dalam koitus
pertama disebabkan karena kurangnya pengetahuan seks.

4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Seksual


a. Tidak adanya panutan (rolemodele)
b. Gangguan Struktural dan fungsi tubuh seperti adanya trauma,obat kehamilan,
atau abnormalitas anatomi genetalia.
c. Kurang pengetahuan atau informasi yang salah menegnai masalah seksual
d. Penganiayaan secara fisik
e. Adanya penyimpangan psikoseksual
f. Konflik terhadap nilai
g. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian.
5. Respon Respon Seksual
a. Tahap Suka Cita
Tahap awal, ditandai banyaknya lendir daerah vagina untuk wanita, untuk
pria ditandai dengan ketegangan / ereksi pada penis yaitu penebalan / elopasi
ada skrotum.
b. Tahap Kestabilan
Tahap ini wanita mengalami retaksi bawah lektis, banyak lendir di vagina
c. Tahap Orgasme
Pada tahap ini yaitu siklus seksual dalam tahap Puncak.
d. Tahap Resolusi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam siklus respon seksual.

Pengkajian
Pedoman wawancara yan baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan
aspek psikoseksual :

Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang


menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah
seksual
Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual
jangan terburu-buru
Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk
mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, persepsi, dan dampak
penyakit berkaitan dengan seksualitas.
Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas,
biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang.
Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit
dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual
Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang
masalah apa yang dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari klien.
Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang
belum jelas
Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai klien
sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang
masalah seksual.

Pengkajian Mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk


mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :

a. Fantasi, mungkin digunakan untukan kepuasan seksual dengan berhayal


berhubungan meningkatkan kepuasaan seksual dengan berhubungan dengan
artis favorit misalnya.
b. Denial,mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau
keidakpuasaan seksual
c. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau
penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual.
d. Menarik diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah,
perasaaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan
secara tuntas.

Masalah- Masalah yang Berkaitan Seksualitas


1. Diabetes Militus
- Laki-laki kesulitas ereksi karena neuropatri diabetik atau mikroagiopatik
- Wanita penurunan hasrat lubrikasi vagina

Tindakan Keperawatan : Dorongan control metabolism yang tepat anjurkan


pengguna jeli pelumas larut air (pada wanita)
2. Arthritis yaitu terjadinya keram, kaku, lelah, dan terjadinya libido akibat obat
steroid
Tindakan Keperawatan:
- Jelaskan bahwa arthritis tidak berpengaruh pada aspek fisiologi dan
fungsi seksual
- Sarankan pasangan melakukan hubungan pada saat obat mencapai reaksi,
tingkatkan reaksi sendi dengan mandi atau kompres hangat dan lakukan
latihan rentang gerak.
- Ajarkan bahwa libido atau hasrat akibat efek samping penggunaan obat
3. Hipertropi prostat benigne (BPH) terjadi ejakulasi retrogat karena kerusakan
spingter kandung kemih internal.
Tindakan Keperawatan :
- Jelaskan bahwa orgasme akan tetap terjadi terapi ejakulasi akan menurun atau
menurun atau tidak ada urin akan keruh.
4. Penyakit Kardiovaskuler terjadinya kecemasan takut tentang penampilan takut
nyeri dada kematian dan penaruahan hasrat rangsangan kepuasan pasangan
untuk menghentikan aktivitas seksual.
Tindakan Keperawatan:
- Jelaskan bahwa infark tidak mempunyai efek langsung pasa fsikolohi fungsi
seksul ajurkan aktivitas seksual biasanya yang paling aman 5-8 minggu pasca
infark. Hindari aktifitas seksual setealh makan banyak. Minum alkohol dan
jelaskan berbagi obat yang dapat menunjukan disfungsi seksual.
- Dalam melakukan hubngan seksual gunakan posisi yang tidak banyak
membutuhkan energi dan posisi terlentang, miring atau duduk diatas kursi
dengan pasangan diatas.
2. KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL

Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih : energi,
trasendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial, keyakinan dan
nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani. Spiritualitas memberikan
individu energi yag dibutuhkan untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi
dengan situasi yang sulit dan memelihara kesehatan.

a. Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang merupakan


dorongan dari luar yang lebih besar dari individu.
b. Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal (dengan diri
sendiri), interpersonal (dengan orang lain), dan transprsonal (dengan yang tidak
terlihat, Tuhan atau yang tertinggi), (Potter&Perry,2009)
c. Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan Tuhan.
Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun ada kepercayaan tanpa
agama
d. Spiritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup)
e. Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu individu
menentukan apa yang penting bagi mereka dan membantu individu menghargai
keindahan dan harga pemikiran, objek dan perilaku (Holins, 2005; Vilagomenza,
2005)
f. Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan pengertian
kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang dibutuhkan saat membuat
keputusan sulit (Braks-wallance dan Park, 2004)
g. Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal maupun
menjelang ajal (Potter&Perry, 2009)

Beberapa individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis) atau percaya
bahwa tidak ada kenyataan akhir yang diketahui (agnostik). Ini bukan berarti bahwa
spiritual merupakan konsep penting bagi atheis dan agnostik, Atheis mencari
kehidupan melalui pekerjaan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.
Agnostik menemukan arti hidup dalam pekerjan mereka karena mereka percaya bahwa
tidak adanya akhir bagi jalan hidup mereka
Hubungan antara spiritual-kesehatan dan sakit

Keyakinan spritual sangant enin bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan perilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami :

a) Menutun kebiasaan sehari-hari


Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai contoh
: ada agama yang menetapkan diet makanan yang boleh dan tidak boleh
dimakan.
b) Sumber dukungan
Pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya
sumber kekuatan sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakitnya
khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang
lama.
c) Sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjadi konflik antara keyakian agama dengan praktik
kesehatan. Misalnya : ada yang menganggap penyakit adalah cobaan dari
Tuhan.

Manifestasi perubahan fungsi spiritual

a. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, bisanya akan
memverbalisasikan yang dialaminya untuk mendapatkan bantuan.
b. Perubahan perilku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi
spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukan kemarahan adalah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja
sedang menderita distress spiritual..
Pengkajian

Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif. Aspek spiritual
sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda pula
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah

a. Alifiasi nilai
Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau
tidak, jenis partisipasi dalam kegiatan agama
b. Keyakinan agama dan spiritual
Praktik kesehatan misalnya diet, Mencari dan menerima ritual upacara agama,
strategi koping
Nilai agama atau spiritual mempengaruhi tujuan dan arti hidup, tujuan dan arti
kematian, kesehatan dan arti pemeliharaan, serta hubungan dengan Tuhan, diri
sendiri dan orang lain.

Diagnosa Keperawatan

a. Distress spiritual
b. Koping inefektif
c. Ansietas
d. Disfungsi seksual
e. Harga diri rendah
f. Keputusasaan

Perencanaan

a. Distress spiritual b.d ansietas


Kriteria hasil :
1) Menunjukkan harapan
2) Menunjukkan kesejahteraan spiritual :
Berarti dalam hidup
Pandangan tentang spiritual
Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
Berdoa atau beribadah
Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
Keterkaitan dengan orang lain, untuk berbagi pikiran,
perasaan dan kenyataan
3) Klien tenang
Rencana :
Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
Tentukan konsep ketuhanan klien
Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien
Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritual dan
kesehatan
Berikan privasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati
praktik keagamaan

b. Koping inefektif b.d krisis situasi


Kriteria hasil :
Koping efektif
Kemampuan untuk memelihara antara 2 alternatif
Penendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari
perilaku kompulsif
Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan
menggunakan informasi

Rencana tindakan :

Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya


Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
Peningkatan koping : nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan
gambaran diri, nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran,
evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan, anjurkan
klien menggunakan tehknik relaksasi, berikan pelatiha
ketrampilan sosial yang sesuai
Libatkan sumber-sumber yang ada untuk medukung pemberian
pelayanan kesehatan

Pelaksanaan

Dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

Evaluasi

Evaluasi dengan melihat kriteria hasil yang telah ditentukan, secara umum tujuan
tercapai apabila klien (Hamid, 1999)

a. Mampu beristirahat dengan tenang


b. Menyatakan penerimaan keputusan moral
c. Mengekspresikan rasa damai
d. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
e. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa bersalah dan
ansietas
f. Menunjukkan perilaku positif
g. Mengekpresikan arti poditif terhadaap situasi dan keberadaannya
Rangkuman

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka
serta saling interaksi. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta,
kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman.
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua
orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi
sehingga terjadi hubungan timbal balik (feed back) antara kedua individu tersebut.
Spiritual meiliki delapan batas tetapi saling tumpah tindih : energi, transedensi diri,
keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial, keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah,
harmoni dan batin nurani. Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan
untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi sulit dan untuk
memelihara kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Abraham Maslow. (2009). Teori Hierarki Motivasi. http://www.scribd.com/doc/14176081/Teori-


Hierarki-Kebutuhan-Maslow diakses pada 16 Agusutus 2017.

Alman. (2000). Fundamental & Advanced Nursing Skill, Canada : Delmar Thompson,

Learning Publisher.

Asmadi, (2008). Teknik prosedural keperawatan, konsep dan aplikasi kebutuhan. dasar klien,
Jakarta : Salemba Medika.

Azis Alimun, (2006). Kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta : Salemba Medika

Elkin, et al. (2000). Nursing Intervention and Clinical Skills, Aecond edt

Hamid,Achir Yani. (2000). Buku Ajar Aspek Spiritualitas dalam Keperawatan. Jakarta : Widya
Medika

Kozier,B. (1995), Fundamental of Nursing : Concept Process and Practice,Ethics and Values,
California, Addison Wesley

Mercer, J & Claython,D. (2013). Psikologisosial. Jakarta : Erlangga

Perry,at al. (2005), Ketrampilan dan prosedur dasar,Kedokteran, Jakarta : EGC.

Potter,P.(1998),Fundamental of Nursing, Philadeiphia : Lippincott

Tarwoto Wartonah. (2006), Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3,Jakarta :
Salemba Medika.

Tim Poltekkes, Depkes Jakarta III. (2009), Panduan Praktek KDM, Jakarta : Salemba Medika.

Tim Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, (2012), Modul Pembelajaran KDM, Malang.

Tim Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.(2012), Modul Pemeriksaan Fisik dan


Implikasinya dalam Keperawatan, Malang
Wahid, IM dan Nuruk, C, (2008), Kebutuhan dasar Manusia, teori dan aplikasi dalam praktek

Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai