Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN

PELAYANAN GIZI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN DOMPU
2017
BAB I

DEFENISI

Pengertian

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan individu dan keadaan klinis, status gizi dan statis metabolisme tubuh.
Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap proses kesembuhan
penyakit.

Terapi nutrisi adalah terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Nutrisi merupakan unsur penting dalam
mempertahankan kapasitas fungsional, pertumbuhan, dan proses penyembuhan
penyakit. Serta merupakan komponen integral pada pengobatan pasien. Sehingga
pengetahuan dasar dasar terapi nutrisi diperlukan pada pengobatan pasien oleh
karena itu terapi nutrisi yang adekuat harus dimulai sejak dini.

Tujuan

1. Mempertahankan atau memperbaiki status gizi


2. Mengurangi sindrom kakeksia
3. Mencegah komplikasi lebih lanjut berupa deplesi system imun, infeksi
atau sepsis sebagai akibat mal nutrisi
4. Memenuhi kecukupan mikronutrien.

Penilaian status gizi

Penilaian status gizi perlu dilakukan untuk mengetahui status nutrisi pasien dan
untuk intervensi nutrisi agar dapat diberikan secara adekuat. Penilaian dilakukan
dengan melakukan anamnesa riwayat nutrisi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
BAB II

RUANG LINGKUP

1. Terdapat Tiga Pilihan Dalam Pemberian Nutrisi

Pemberian nutrisi dapat dilakukan dengan tiga pilhan yaitu :

a. Diet oral
Diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan
keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi,
penderita dan keluarga.
b. Nutrisi enteral
Bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi
pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem
pencernaan masih berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada
kontraindikasi maka diet enteral harus dipertimbangkan, kerena diet
enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah mukosa
intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan
hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver.
c. Nutrisi Parenteral
Pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa
melalui saluran pencernaan. Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif
untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan untuk penyebab penyakitnya.
Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit memegang peranan
penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral.
2. Perencanaan Terapi Nutrisi
a. Membentuk tim kerja untuk menyusun pelaksanaan terapi nutrisi yang
akan dilakukan, yang terdiri dari dietisien, dan pengawas makanan.
b. Menentapkan macam menu makanan, yang mengacu pada tujuan
pelayanan terapi nutrisi Rumah Sakit maka perlu ditetapkan macam menu
dengan menu standar, menu pilihan dan kombinasi ke duanya.
c. Menetapkan lama siklus dan kurun waktu penggunaan terapi nutrisi.
d. Menentapkan pola menu dan frekunsi macam hidangan yang dirancang
untuk setiap makanan selama proses terapi nutrisi dilakukan.
e. Merancang format menu nutrisi pada makanan yang telah ditetapkan.
Setiap nutrisi yang dipilih dimasukkan dalam format menu sesuai
golongan bahan makanan.
3. Monitoring dan Evaluasi Gizi

Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon


pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah kegiatan
monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :

a. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi


pasien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan oleh pasien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan
monitor perkembangan antara lain :
1. Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien.
2. Mengecek asupan makan pasien.
3. Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana/preskripsi diet.
4. Menentukan apakah status gizi pasien tetap atau berubah.
5. Menentukan apakah hasil lain baik yang positif maupun negatif.
6. Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya
perkembangan dari kondisi pasien.
b. Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan atau
perubahan yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter
yang harus diukur berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosa gizi.
c. Evaluasi hasil. Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan diatas akan didaptkan
4 jenis hasil, yaitu :
1. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh
pada asupan makanan dan zat gizi.
2. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan
atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman,
suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral.
3. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis.
4. Dampak terhadap pasien atau terhadap intervensi gizi yang diberikan
oada kualitas hidupnya.
d. Pencatatan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gisi merupakan bentuk
pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat
berbagai cara dalam dokumentasi antara lain Subjective Objective
Assessment Planning (SOAP) dan Assessment Diagnosis Intervensi
Monitoring dan Evaluasi (ADIME). Format ADIME merupakan model
yang sesuai dengan langkah pemberian asuhan gizi terapi.
BAB III
TATA LAKSANA

Tata Laksana Terapi Nutrisi

Pemeriksaan klinis komposisi tubuh data biokimia& lain-lain

Diagnosis / status Gizi & status metabolisme

Kebutuhan energi & Zat Gizi

Komposisi Zat Gizi

Cara pemberian Oral / Enteral/ Parenteral (saluran cerna)

Bentuk/ jenis makanan/ formula & suplemen (formulasi terapi nutri)

Pemantauan & evaluasi

1. Pasien yang baru masuk diperiksa secara klnis oleh dokter.


2. Hasil pemeriksaan tersebut digunkan untuk menegakkan diagnosis status
gizi seperti : penilaian status gizi diperoleh melalui evaluasi beberapa
indikator antara lain:
a. Melihat gambaran klinik dan fungsi saluran cerna
b. Pengukuran antropometri dan komposisi tubuh
c. pemeriksaan kapasitas fungsional yaitu menilai kekuatan otot
(kapasitas fungsional sudah penurunan sebelum penurunan berat
badan)
d. Pemeriksaan biokimia (pengukuran kadar protein viseral)
3. Setelah itu dokter melakukan pengkajian untuk melengkapi kebutuhan gizi
dan zat gizi yang harus diberikan pada pasien.
4. Pada saat melengkapi kebutuhan gizi, tim dokter harus memperhatikan
komposisi zat gizi yang akan dipenuhi.
5. Pemberian terapi nutrisi dapat dilakukan oleh staf gizi dengan cara oral,
enteral, parenteral.
6. Jenis makanan ditentukan oleh staf gizi sesuai dengan kebutuhan pasien
dalam mengikuti terapi gizi.
7. Setelah terapi gizi dilakukan, langkah terakhir yang harus dilakukan
adalah pemantauan dan evaluasi tentang hasil terapi gizi yang diberikan
kepada pasien.
BAB IV

DOKUMENTASI

Pelayanan Gizi merupakan pelayanan yang membantu pasien dalam keadaan sehat
atau sakit dalam memperoleh terapi nutrisi yang sesuai guna mencapai status gizi
yang sebaik baiknya. Proses pelayanan gizi diberikan RSUD Dompu mengenai
terapi nutrisi dilakukan tim dokter dan perawat dan staf gizi.

Buku panduan pelayanan gizi didampingin dengan dokumen sebagai berikut :

1. Dokumen Regulasi
a. Kebijakan Pelayanan Gizi
b. Panduan Pelayanan Gizi
c. SPO Perencanaan Terapi Nutrisi
d. SPO Pemberian Terapi Nutrisi
2. Dokumen Implementasi
a. Pengkajian Status Gizi Dalam Rekam Medis

Demikian buku panduan ini dibuat untuk pedoman pelayanan gizi di RSUD
Dompu. Maka segala pelayanan pasien wajib berdasarkan buku panduan ini
terhitung setelah ditandatangin oleh Direktur RSUD Dompu.

Ditetapkan : Dompu
Tanggal : Agustus 2017
Direktur
Rumah Sakit Umum Dompu

dr. H. Syafruddin
NIP. 19691201 200212 1 005

Anda mungkin juga menyukai