Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI


SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL : Biochemical Oxygen Demand


PEMBIMBING : Ir. Endang Kusumawati, MT.

Praktikum : 03 November 2017


Penyerahan Laporan : 10 November 2017

Oleh :
Kelompok : II
Nama : 1. Dani Gustiana S (151411005)
2. Echa Kaniasari (151411006)
3. Fatah Dwi P (151411007)
4. Fitri Gina G (151411008)

Kelas : 3A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan industri yang pesat di Indonesia ditandai dengan semakin beragamnya
produk yang beredar di pasaran seperti industri kertas, tekstil, makanan, dan sebagainya.
Hal tersebut mempengaruhi jumlah limbah yang diproduksi industri setiap harinya
terutama limbah cair. Banyaknya limbah cair yang dibuang secara sembarangan ke
lingkungan mempengaruhi ekosistem lingkungan dan dampaknya bagi manusia adalah
krisis air bersih untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Salah satu cara untuk menanggulangi pencemaran air limbah adalah dengan
pengolahan air limbah industri agar sesuai dengan baku mutu. Salah satu parameter yang
sangat umum digunakan sebagai tolak ukur tercemarnya suatu ekosistem terutama
ekosistem air adalah BOD (Biochemical Oxygen Demand). Dengan mengetahui nilai
BOD suatu limbah cair, maka dapat diketahui tingkat polutan yang dikandung dalam
limbah tersebut.

1.2. Tujuan Percobaan


a. Menentukan angka KMnO4 dalam praktikum.
b. Mengukur banyaknya oksigen sejumlah sampel sebelum diinkubasi (DO0) ataupun
sesudah diinkubasi pada temperature 20oC selama 5 hari (DO5).
c. Mengetahui pengaruh waktu inkubasi terhadap nilai BOD.

1.3. Ruang Lingkup Percobaan


Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel air limbah Sungai di Sarijadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang


diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme
sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Pescod,1973).
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran
air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat
hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang
menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama
organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi
yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang
diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di
udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat
pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama
pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas
dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20C (Sawyer & Mc Carty, 1978).
Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat di
dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, apabila
suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam
air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air
dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik
dapat bersifat racun misalnya sianida, tembaga, dan sebagainya, sehingga harus dikurangi
sampai batas yang diinginkan.
Reaksi:
Zat Organik + m.o + O2 CO2 + m.o + sisa material organik
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-macam
organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2) dan air
(H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana
organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2
dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis
dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan
suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20C yang
merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses
oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak
terbatas. Dalam prakteknya di laboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan
anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD
5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai
BOD total. Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil
oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia sebagai
hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi
hasil penentuan BOD. Reaksi kimia yang dapat terjadi adalah :
2NH3 + 3O2 2NO2- + 2H+ + 2H2O
2NO2 + O2 2NO3-
Berkurangnya oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain digunakan untuk
oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta oksidasi sel dari
mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jumlah
bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara
relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut.
Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-
bahan organik di dalamnya.
Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui dengan
menginkubasikan contoh air pada suhu 20 0C selama lima hari. Untuk memecahkan bahan-
bahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20 0C sebenarnya dibutuhkan waktu lebih
dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil waktu lima hari sebagai standar. Inkubasi
selama lima hari tersebut hanya dapat mengukur kira-kira 68 persen dari total BOD
(Sasongko, 1990).
Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari pencemaran organik.
Apabila ion logam yang beracun terdapat dalam sampel maka aktivitas bakteri akan
terhambat sehingga nilai BOD menjadi lebih rendah dari yang semestinya (Mahida, 1981).
Pada Tabel di bawah. dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan
organik di dalam air.
Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan
BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam
sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur
kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan
buffer fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara
titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan
alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum
(Alaerts dan Santika, 1984).

Penentuan BOD dapat dianggap prosedur oksidasi basah, dimana mikroorganisme


yang terdapat di dalam contoh air dipakai sebagai pengoksidasi zat organic menjadi CO2 dan
NH3. Untuk penetapan kuantitatif contoh harus dilindungi dari udara bebas. Hal ini bertujuan
untuk mencegah aerasi yang dapat menurunkan daya larutan oksigen dalam contoh yang
diperiksa. Karena terbatasnya kelarutan oksigen di dalam air maka untuk air limbah yang
pencemarannya cukup tinggi, perlu dilakukan pengenceran. Hal ini bertujuan agar menjamin
kebutuhan oksigen mencukupi selama proses penentapan berlangsung.

Kadar BOD dapat diukur dengan menggunakan Metode Winkler. Pada Metode
Winkler untuk mengukur kelarutan oksigen pada sampel ditambahkan MnSO4 dan pereaksi
oksigen (missal KI). Fungsi MnSO4 dan KI, yaitu untuk mengikat oksigen sehingga terjadi
endapan. Lalu ditambahkan lagi asam sulfat, yang berfungsi untuk menghilangkan endapan
yang telah terbentuk dan juga akan membebaskan molekul iodium yang ekivalen dengan
jumlah oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan akan dititrasi dengan tiosulfat (Na2S2O3)
dengan menggunakan indicator larutan kanji. Reaksi yang terjadi antara iodium dan tiosulfat :

I2 + 2 Na2SO4 Na2S4O6 + 2 NaI


Kelebihan menggunakan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO)
adalah dimana dengan cara titrasi berdasarkan Metode Winkler lebih analitis, teliti,dan akurat
apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi
iodometri adalah pennetuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan
penambahan indicator amilum.
Kelemahan Metode Winkler, yaitu dalam menganalisis oksigen terlarut, penambahan
indicator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak
membungkus iod, karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke
senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin karena I2 mudah menguap.
Untuk menjaga keseimbangan air terhadap lingkungannya diperlukan standar
parameter yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
BOD < 75 ppm
COD < 100 ppm
DO > 3 ppm
SS (Suspended solid) < 100 ppm
pH 6 9 (idealnya 6,5 7,5)

Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan
pasang surut. Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu
dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Kandungan oksigen terlarut (DO)
minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun
(toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan
organisme . Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan
bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota
laut.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengoksdasi bahan bahan organik pada suhu 20oC

Waktu (hari) Bahan Organik Waktu (hari) Bahan Organik


Teroksidasi (%) Teroksidasi (%)
0.5 11 8.0 84
1.0 21 9.0 87
1.5 30 10.0 90
2.0 37 11.0 92
2.5 44 12.0 94
3.0 50 13.0 95
4.0 60 14.0 96
5.0 68 16.0 97
6.0 75 18.0 98
7.0 80 20.0 99
Tabel : Waktu yang dibutuhkan untuk mengoksdasi bahan bahan organik pada suhu 200 oC (sumber :
Standard Methods for Examination of Water and Waste Water (1965)
(Sasongko, 1990)
Cara Perhitungan COD dan BOD
Menentukan nilai BOD dan COD limbah sebelum dan sesudah pelakuan
a. Menghitung BOD

b. Menghitung COD

Menghitung penurunan BOD dan COD limbah setelah selesai perlakuan


BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
a. Gelas Ukur a. Aquadest
b. Gelas Kimia b. Sample air limbah
c. Labu erlenmeyer c. Larutan KMnO4 0.01 N
d. Botol BOD d. Larutan H2SO4 6 N
e. Pipet tetes e. Larutan CaCl2
f. Bola hisap f. Larutan FeCl3
g. Pipet volume g. Larutan MgSO4
h. Buret h. Larutan asam oksalat 0.01 N
i. Batang pengaduk i. Larutan buffer fosfat
j. Hot plate j. Cairan bibit seed/mikroba
k. Larutan MnSO4 0.1 N
l. Larutan TiSO4
m. Larutan kanji
n. Pereaksi O2

3.2 Pereaksi

a. Air suling yang tidak boleh mengandung Cu lebih dari 0.01 mg/L, klor, kloramin, alkali, zat
organik atau asam
b. Larutan buffer posfat
c. Larutan garam-garam berikut secara terpisah dan air suling steril
8.5 gr KH2PO4
21,8 gr K2HPO4
33.4 gr Na2HPO4
3.24 gr KNO3
Campurkan larutan-larutan berikut dan encerkan dengan air suling hingga 1000 mL.
Simpan di tempat gelas dan dingin. Larutan ini bila keruh atau sudah disimpan lebih dari
satu bulan tidak dapat digunakan lagi.
d. Larutan Magnesium Sulfat
Larutkan 22.5 gr MgSO4.7H2O dalam air suling hingga 1 L
e. Larutan Feriklorida
Larutkan 27.5 gr FeCl3.6H2O dalam air suling hingga 1 L
f. Larutan Kalsium Klorida
Larutkan 22.5 gr CaCl2 Anhydrous dalam air suling hingga 1 L
g. Larutan Natrium Hidroksida 1 N
Larutkan 40 gr NaOH dalam air suling hingga 1 L
h. Larutan Asam Klorida 1 N
Encerkan 84 mL HCl 36% dengan air suling hingga 1 L

3.3 FLOWCHART

3.3.1 Penetapan Angka KMnO4

Pembebasan Reduktor dari Labu Erlenmeyer

3 butir batu didih

100 ml air kran Pencampuran


5 mL H2SO4 6 N di dalam
erlenmeyer
KMnO4 0,01 N

Pemanasan selama 10 menit

Cairan di buang (setelah warna KMnO4 tidak hilang)

Penetapan Angka KMnO4

10 mL sample Pemanasan
dalam sampai terjadi gelembung cairan
90 mL aquadest
erlenmeyer
tadi
10 mL H2SO4 6 N

Pendidihan selama 10 10 mL Asam oksalat


10 mL KMnO4 0,01 N 0,01 N
menit

Titrasi dengan KMnO4 0,01 N

Catat KMnO4 yang dibutuhkan


Penentuan faktor ketelitian KMnO4

10 mL Asam oksalat Pencampuran dengan


0,01 N cairan bekas pemeriksaan

Titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai merah muda

Catat KMnO4 yang digunakan

3.3.2 Pembuatan Pengencer

1 mL larutan CaCl2

1 mL larutan FeCl3 Pencampuran


dalam 1 L
1 mL larutan MgSO4 aquadest

1 mL cairan bibit/seed

aquadest

Aerasi selama 30 menit


3.3.3 Pengenceran

Bila didapat angka KMnO4 sebesar 100 mg/l untuk air limbah domestik pada
umumnya dapat dilakukan 3 pengenceran dengan :
P1 = 100/3 = 35 artinya 1 bagian sampel + 34 bagian pengencer
P2 = 100/5 = 20 artinya 1 bagian sampel + 19 bagian pengencer
P3 = 100/7 = 15 artinya 1 bagian sampel + 14 bagian pengencer
Untuk tiap pengencer dibutuhkan hasil volume sebanyak 650-700ml
Untuk P1 = 35 , sbb :

680 ml pengencer

20 ml sampel
Pencampuran

1 2
Ditetapkan langsung Di inkubasi selama 5 hari pada suhu 20oC dan
oksigen terlarutnya tetapkan oksigen terlarutnya pada hari ke 5

Melakukan penetapan BOD untuk air pengencernya


3.3.4 Penetapan Oksigen Terlarut Metode Winkler

1 mL larutan MnSO4 Pencampuran dalam


Botol BOD kocok
1 mL pereaksi O2

Biarkan 10 menit

1 mL H2SO4 pekat 1 mL H2SO4 pekat

Tuangkan ke dalam 2/3 dalam erlenmeyer


Erlenmeyer sampai 1/3 isi
botol

Titrasi dengan thiosulfate 1/80 N samapai warna


cairan menjadi kuning jerami

Penambahan larutan kanji dan titrasi sampai


tepat warna biru hilang

Catat mL thiosulfate yang dibutuhkan


BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 DATA PENGAMATAN


Tabel 4.1 Volume Thiosulfat yang dibutuhkan

Volume Thiosulfat (mL)


Volume Botol
Titrasi BOD 1/3 Botol 2/3 Botol
(mL)
1 2 Total 1 2 Total
Blanko0 315 2.2 1.1 3.3 4.7 2.5 7.2
Blanko5 338 2.3 2.8 4.1 5 2.9 7.9
DO0 (1) 250 - 1.2 1.2 6.1 2 8.1
DO0 (2) 250 - 1.2 1.2 6.7 2.6 9.3
DO5 (1) 321 - 2.2 2.2 - 10 10

Tabel 4.2 Nilai Oksigen Terlarut (mg/L O2) tiap Botol BOD

Volume Botol (mL) mg/L O2


Botol BOD0 (1) 250 3.75
Botol BOD0 (2) 250 4.115
Botol BOD5 (1) 308 3.544
Blanko hari ke-0 315 3.335
Blanko hari ke-5 332 3.656
4.2 PENGOLAHAN DATA

4.2.1 Penetapan Angka KMnO4

a. Perhitungan Angka KMnO4

Volume KMnO4 yang dibutuhkan (a) = 9.1 mL

Volume KMnO4 yang dibutuhkan (b) = 14.8 mL

b. Penetapan Faktor Ketelitian KMnO4


10
Factor ketelitian (f) =
4 ()

10
Factor ketelitian (f) = 14.8

Factor ketelitian (f) = 0.68

c. Angka KMnO4
1000
mg/L KMnO4 = {(10 + ) 10} 0,01 31,6

1000
= {(10 + 9.1 )0.98 10} 0,01 31,6
10

mg/L KMnO4 = 94.42 mg/L

d. Pengenceran

Angka KMnO4 diperoleh = 94.42 mg/L

94.42
Maka digunakan P1 = = 32 mL
3

Dibuat volume 315 mL untuk Blanko 0 hari


Dibuat volume 332 mL untuk Blanko 5 hari
Dibuat volume 250 mL untuk DOo (1) dan (2)

7.81 mL sampel dicampur 242.19 mL pengencer

Dibuat volume 308 mL untuk botol DO5 sampel 1


9.63 mL sampel dicampur 298.37 mL pengencer
4.2.2 Penentuan Nilai BOD Metode Winkler
1
Sampel thiosulfat = 80 N = 0.0125 N


mg/L O2 = ( . )

a) Sampel sebelum di inkubasi DO0

1) DO0 (1)

Volume Botol BOD = 250 ml

1/3 Botol BOD dalam erlenmyer


10001.20.01258
Mg/L O2 = = 2.58 mg/L
(83.3 2 )

2/3 Botol BOD dalam erlenmyer


10008.1 0.01258
Mg/L O2 = = 4.92 mg/L
(166.67 2 )

(.+.)
Rata-Rata= = 3.75 mg/L

2) DO0 (2)

Volume Botol BOD = 250 ml

1/3 Botol BOD dalam erlenmyer


10001.20.01258
Mg/L O2 = = 2.58 mg/L
(83.3 2 )

2/3 Botol BOD dalam erlenmyer


10009.3 0.01258
Mg/L O2 = = 5.65 mg/L
(166.67 2 )

(.+.)
Rata-Rata= = 4.115 mg/L

b) Sampel sebelum di inkubasi DO5

1) DO5 (1)

Erlenmeyer
10002.20.01258
Mg/L O2 = = 2.18 mg/L
(102.7 2 )

Botol
100010 0.01258
Mg/L O2 = = 4.91 mg/L
(205.7 2 )

(.+.)
Rata-Rata= = 3.544 mg/L

c) Blanko

1) Blanko0 (C)

Volume Botol BOD = 315 mL

1/3 Botol BOD dalam Erlenmeyer


10003.30.01258
Mg/L O2 = (105 2 )
= 3.21 mg/L

2/3 Botol BOD dalam Erlenmeyer


10007.2 0.01258
Mg/L O2 = (210 2 )
= 3.46 mg/L

(.+.)
Maka Blanko0 (C) = = . mg/L

2) Blanko5 (D)

Volume Botol BOD = 332 mL

1/3 Botol BOD dalam Erlenmeyer


10004.10.01258
Mg/L O2 = (110.67 2 )
= 3.77 mg/L

2/3 Botol BOD dalam Erlenmeyer


10007.9 0.01258
Mg/L O2 = = 3.62 mg/L
(221.33 2 )
(.+.)
Maka Blanko5 (Ds) = = 3.656 mg/L

d) Penentuan nilai BOD


Diketahui :
P (pengenceran) = 94.42
DO0 = 3.75 mg/L + 4.115 mg/L /2 = 3.9325

DO5 (1) = 3.544 mg/L

Blanko hari ke-0 = . mg/L


Blanko hari ke-5 = 3.656 mg/L

BOD = P (A-B) (C-D)


BOD = P x (DO0 (1) DO5 (1)) - (Blanko0 Blanko5)
BOD = 94.42 x ( 3.9325 3.544) (3.335 3.656)
BOD = 37.00317mg/L
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI

SIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh nilai sebagai berikut:

DO0 I 3.75 mg/L

DO0 II 4.115 mg/L

DO5 I 3.544 mg/L

DO0 blanko 3.335 mg/L

DO5 blanko 3.656 mg/L

Berdasarkan praktikum diperoleh nilai BOD yang terkandung dalam larutan sampel
limbah air Sarijadi adalah sebesar 37.00317 mg/L.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. COD dan BOD (online). Tersedia :


http://laboratorymtw.blogspot.com/2011/04/cod-dan-bod.html di akses tanggal 07
November 2017.
Anonim. 2011. Penetapan Angka Permanganat (online). Tersedia : http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-volumetri/penetapanangka-
permanganat/ diakses tanggal 07 November 2017.

Lirka, Narke Lola. Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan ChemicalOxygen Demand
(COD) (online). Tersedia : http://www.scribd.com/doc/41015698/BOD-dan-
COD#download diakses pada tanggal 07 November 2017.

Kusumawati, Endang.Modul I Biochemical Oxygen Demand (BOD).Bandung : Jurusan


Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM

Aerasi larutan pengencer Larutan kimia yang digunakan dalam praktikum

Proses inkubasi sampel Pembuatan larutan kanji

Titrasi dengan KMnO4 Titrasi dengan Thiosulfat


Botol BOD yang telah diinkubasi
selama 7 hari (DO7). Lalu masing-
masing botol ditambhakan 1 ml
MnSO4, warna tidak berubah.

Ditambahkan masing-masing 1 ml
pereaksi oksigen, kemudian
didiamkan selama 10 menit terjadi
perubahan warna menjadi kuning dan
membentuk endapan.

Pada latutan dibotol atau Erlenmeyer


masing-masing ditambahkan H2SO4
pekat, H2SO4 pekat tersebut bereaksi
dengan endapan.

Titrasi dengan thiosulfat sampai


berwarna kuning jerami.
Ditambahkan beberapa tetes larutan
kanji sampai berwarna biru.

Titrasi kembali dengan thiosulfat


sampai warna larutan menjadi bening
kembali.

Anda mungkin juga menyukai