Anda di halaman 1dari 20

BRAND IMAGE PRODUCT AQUA

PADA MAHASISWA ILMU ADMINISTRASI BISNIS UNPAD

Ditujukan Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Riset dan Etnografi Bisnis

Disusun Oleh :

Fahrul Gunawan 170610150027

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi dewasa ini semakin mengarah pada persaingan ketat khususnya
untuk perusahaan sejenis, disini penulis membahas citra merek pada produk minuman dalam
kemasan yaitu Brand Aqua. Mereka dituntut untuk memiliki suatu keunikan tersendiri yang
dapat memikat konsumen dalam rangka mempertahankan pangsa pasar yang ada.

Untuk mempertahankan pangsa pasar tersebut merek mempunyai peran penting dalam
menciptakan keputusan pembelian pada konsumen merek harus mempunyai sifat khas, dan sifat
khas inilah yang membedakan produk yang satu berbeda dengan produk yang lainnya, walaupun
sejenis. Dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat saat ini perusahaan perlu
memanfaatkan sumber dayanya dengan optimal, termasuk berusaha menciptakan atau melakukan
rekayasa yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen, misalnya melalui citra merek
produknya. Keanekaragaman produk yang ada di pasaran pada saat ini mendorong konsumen
untuk melakukan identifikasi dalam pengambilan keputusan saat menentukan suatu merek yang
menurut mereka memenuhi kriteria sebuah produk.

Konsumen saat ini sangatlah kritis dalam memilih suatu produk, sampai pada keputusan
untuk membeli produk tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tawaran produk
minuman dalam kemasan saat ini sangatlah beragam dan banyak. Pilihan yang semakin banyak
ini membuat banyak konsumen dapat menentukann pilihannya akan suatu produk dalam hal ini
adalah merk yang mempunyai brand image yang baik di kalangan mahasiswa Ilmu
Administrasi Bisnis sendiri dan membuat konsumen tersebut membeli dan loyal terhadap brand
Aqua.

Keputusan untuk membeli suatu produk sangat dipengaruhi oleh penilaian akan bentuk
kualitas produk dan citra pada merek tersebut. Tuntutan permintaan akan sebuah produk produk
yang semakin berkualitas membuat perusahaan yang bergerak diberbagai bidang usaha
berlomba-lomba meningkatkan kualitas produk yang mereka miliki demi mepertahankan Brand
Image (citra merek) produk yang mereka miliki.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi
beberapa hal sebagai berikut:

Citra Merek Aqua pada mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis

Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka permasalahannya dapat dirusmuskan sebagai berikut:

Bagaimana Citra Merk Aqua pada mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis yang merupakan
kalangan anak muda?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi Brang Image (Citra Produk) Aqua
di kalangan mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis, sehingga penulis dapat menyimpulkan dan
menjadi saran bagi pihak perusahaan Aqua dalam pengambilan kebijakan keputusan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Merk
2.1.1 Pengertian Merk

Ada beberapa pengertian Brand (merek) menurut beberapa ahli. Pengertian Brand (merek)
menurut Kotler dan Keller (2007: 332) adalah Nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau
kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual
atau kelompok penjual dan untuk mendiferensikannya dari barang atau jasa pesaing.

Sedangkan menurut Buchari Alma (2007: 147) Brand (merek) adalah Suatu tanda atau
simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata,
gambar atau kombinasi keduanya. Jadi Brand (merek) mengidentifikasi penjual atau pembuat
merek dapat berupa nama, merek dagang, logo, atau symbol lain. Merek sebenarnya merupakan
janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan jasa tertentu pada pembeli.
Merek yang baik akan memberikan citra yang baik pula bagi perusahaan.

2.1.2 Keputusan Nama Merk

Keputusan strategi penentuan merek yang pertama adalah apakah perlu mengembangkan
nama merek produk. Dewasa ini, penentuan merek merupakan satu dorongan kuat bahwa segala
sesuatu berlangsung tanpa penentuan merek. Seandainya perusahaan memutuskan memberi
merek produk atau jasanya, ia harus memilih merek mana yang digunakan. (Kotler dan Keller,
2007:359)

2.1.3 Keputusan Strategi Merk

Berikut ini empat strategi umum merek yang sering digunakan:

1. Corporate Brand (Company Brand), yaitu menggunakan nama perusahaan (baik


perusahaan induk maupun anak perusahaan atau kantor cabangnya) sebagai merek
produk.
2. Family brand, yaitu nama merek yang digunakan di lebih dari satu kategori produk, tetapi
tidak harus selalu merupakan nama perusahaan pemiliknya.
3. Individual brand, yaitu merek yang dibatasi hanya untuk satu kategori produk, meskipun
bias digunakan untuk beberapa tipe produk berbeda dalam kategori sama.
4. Modifier, yaitu wahana untuk menandakan item spesifik atau tipe model atau versi atau
konfigurasi tertentu dari produk.

2.2 Citra Merk


2.2.1 Pengertian Cirta Merk

Merek menjadi tanda pengenal bagi penjual atau pembuat suatu produk atau jasa. Menurut
Kotler (2005), merek adalah suatu simbol rumit yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat
pengertian sebagai berikut :

1. Atribut : suatu merek dapat mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.


2. Manfaat : atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional
3. dan emosional.
4. Nilai : suatu merek juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya.
5. Budaya : suatu merek mungkin juga melambangkan budaya tertentu
6. Kepribadian : suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu.
7. Pemakai : suatu merek menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau
8. menggunakan suatu produk.

Kotler & Keller (2012:G1) mendefinisikan brand image sebagai The perceptions and beliefs
held by consumers, as reflected in the associations held in consumer memory. Hal ini dapat
diartikan sebagai persepsi dan kepercayaan yang dipegang oleh konsumen, yang tercermin atau
melekat dalam benak dan memori dari seorang konsumen sendiri. Persepsi ini dapat terbentuk
dari informasi atau pengalaman masa lalu konsumen terhadap merek tersebut.

Kotler & Keller (2012:10) berkata bahwa All companies strive to build a brand image with
as many strong, favorable, and unique brand associations as possible. Jika melihat perkataan ini,
semua perusahaan berusaha menciptakan citra merek yang baik dan kuat dengan menciptakan
suatu merek seunik mungkin yang dapat menguntungkan. Biel, 2004 dalam Sulistyari (2012:4)
menyebutkan bahwa terdapat indikator-indikator yang membentuk brand image, antara lain
adalah :

a. Citra Korporat
Citra korporat merupakan citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai
organisasi berusaha membangun imagenya dengan tujuan tak lain agar nama perusahaan ini
bagus, sehingga akan mempengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut.
b. Citra Produk
Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat berdampak positif maupun negatif yang
berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Image dari produk dapat
mendukung terciptanya sebuah brand image atau citra dari merek tersebut.
c. Citra Pemakai
Citra pemakai dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek
tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk
atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau layanan
tersebut.

2.2.2 Brand Personality

Brand personality (kepribadian merek) merupakan tahap perkembangan merek, yang berarti
merek yang mencerminkan kepribadian (Rangkuti, 2004). Fungsi merek bukan sekedar
gambaran tentang produk, merek merupakan pribadi penggunanya.

Sedangkan (Aaker : 1997) mendefinisikan brand personality sebagai the set of human
characteristics associated with a brand yang berarti kumpulan dari karakteristik manusia yang
dikaitkan terhadap sebuah merek, dan menggambarkan bagaimana konsumen mengekspresilkan
dirinya (Belk, 1988), diri yang ideal (Malhotra, 1988) atau dimensi yang spesifik dari dirinya
(Kleine, Kleine & Kernan, 1993 ). Brand Personality dapat digunakan sebagai salah satu cara
untuk membedakan merek terhadap pesaingnya (Aaker, 1997). Pemanfaatan personalitas merek
sebagai upaya dalam membedakan merek terhadap pesaingnya akan lebih efektif pada merek
yang secara fungsi atau fisik sangat sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Menurut Bauer
Mader, Keller (2001) sebuah personlitas merek dapat membantu proses komunikasi pada
konsumen dikarenakan memberi kemudahan konsumen dalam mengidentifikasi merek.

2.2.3 Brand Association

Asosiasi merek (Brand Association) merupakan salah satu elemen pembentuk ekuitas yang
penting. Keller (1998) menyatakan bahwa ekuitas merek terjadi ketika konsumen familier
terhadap merek dan mempunyai asosiasi merek yang kuat, layak dan unik dalam benaknya.
Brand Association adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan
ingatannya mengenai suatu merek (Durianto : 2001).

Sedangkan (Aaker : 1997) mendefinisikan Brand association is anything liked in memory to


a brand. Asosiasi tersebut berupa kesan kesan yang berhubungan dengan merek yang
tertanam diingatan atau benak konsumen. Kemudian kumpulan asosiasi asosiasi tersebut
membentuk satu rangkaian citra merek (brand image). Dimana Brand image merupakan
sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen (Rangkuti, 2004).
Dengan semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang
dimiliki oleh suatu merek akan memunculkan citra yang positif terhadap merek tersebut.
Menurut Paul Temporal (2001) selain menciptakan citra yang positif, asosiasi merek juga dapat
menciptakan reaksi atau tanggapan konsumen terhadap janji janji yang terkandung dalam
brand identity (identitas merek) suatu produk. Brand identity sendiri diartikan sebagai nilai
nilai kepribadian yang ditanamkan oleh perusahaan terhadap produknya, sehingga produk
tersebut memiliki identitas yang unik (Rangkuti, 2004).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur atau alat yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir
penelitian, dan untuk mencapai tujuan tersebut harus didukung dengan strategi penggunaan
berbagai metode pengumpulan data, yang disebut metodologi, agar penelitian tersebut mencapai
tingkat keandalan dan kesahihan (Sulistyo-Basuki, 2006: 92) .

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif
kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran
variabel-variabel penelitian dengan angka, kemudian dilakukan analisis (Supardi, 2005:27).

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini
dapat menjadi sumber data penelitian (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:151).

Populasi yang akan diambil untuk penelitian ini adalah kira kira 400 orang, yaitu jumlah
mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis dari angkatan 2014 sampai angkatan 2017.

3.2.2 Sampel

Sampling adalah memilih sejumlah tertentu (sample) dari keseluruhan populasi (Nasution,
2009:86). Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Apabila subjek penelitian (populasi) kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun jika jumlah populasinya lebih
dari 100, maka dapat diambil 10-15% atau lebih (Arikunto, 2006:131).

3.2.3 Jumlah sampel


Berdasarkan cara pengambilan sampel yang telah dijelaskan di atas, penulis mengambil
sampel 10% dari keseluruhan populasi, yaitu 10% x 400 populasi yaitu 40. Maka jumlah sampel
setelah dibulatkan adalah 40 orang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai teknik
pengumpulan data, sebagai berikut:

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah koesioner
yang jawabannya sudah ditentukan sebelumnya sehingga responden tidak dapat atau tidak
berkesempatan menambahkan jawaban lain (Singarimbun dan Effendi, 1989:177).

Kemudian untuk mengukur kuesioner tersebut penulis menggunakan skala Likert. Skala
Likert adalah skala yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
responden terhadap suatu objek (Usman dan Purnomo, 2008:65).

3.4 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.4.1 Editing

Merupakan tahap awal setelah memperoleh data dari kuesioner maupun wawancara. Yaitu
mengumpulkan dan mengelompokkan data yang telah diperoleh, kemudian memilah-milahnya
karena kemungkinan ada data yang kurang relevan.

3.4.2 Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode-kode pada data yang sudah dipilah. Kode-kode tersebut
bertujuan untuk member identitas sebuah data yang akan diteliti.

3.4.3 Tabulating

Penyajian data dalam bentuk tabel yang telah diberi kode-kode, sesuai dengan analisis yang
dibutuhkan (Hasan, 2002:89).
3.5 Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang sudah terkumpul penulis menggunakan tabel distribusi
frekuensi numerik. Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas-kelas interval tertentu
atau menurut kategori tertentu dalam sebuah daftar (Hasan, 2005:41). Distribusi frekuensi
numerik adalah distribusi frekuensi yang pembagian kelasnya dinyatakan dalam angka.
Distribusi ini termasuk pada jenis distribusi frekuensi biasa (Hasan, 2005:50).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Data yang
diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner diukur dengan menggunakan skala Likert. Data
tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Dari tabel tersebut akan ditentukan jumlah dan
rata-rata. Sehingga penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Profil Responden

Mahasiswa Adbis Persentase


Frekuensi (n=45)
Angkatan (%)

Angkatan 2014 8 18%

Angkatan 2015 21 47%

Angkatan 2016 6 13%

Angkatan 2017 10 22%

45 100%

Tabel Distribusi Jenjang ini memperlihatkan sampel yang banyak mengisi kuesioner adalah
mahasiswa Ilmu Administrasi angkatan 2015 dengan 47%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dari hasil penelitian ini akan memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi kepada mahasiswa Ilmu
Administrasi Bisnis angkatan 2015.

Jumlah
Pria Wanita
Resonden

45 17 28

4.2 Analisis Hasil Penelitian


4.2.1 Pernyataan 1
Saya membeli Aqua lebih sering dari produk pesaing.

Kategori Sikap Kategori Frekuensi (n=45) Persentase


Skor (%)

Sangat Sering 81-100 18 40%

Sering 61-80 9 20%

Sedang 41-60 2 4%

Jarang 21-40 8 18%

Sangat Jarang 0-20 8 18%

45 100%

Tanggapan responden terhadap pernyataan Saya membeli Aqua lebih sering dari produk
pesaing 40% responden menjawab Sangat Sering. Sehingga kondisi ini termasuk kedalam
kategori Sangat Baik bahwa banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad sangat
sering membeli brand aqua disbanding dengan brand lain.

4.2.2 Pernyataan 2
Saya mengikuti perkembangan brand Aqua.

Kategori Persentase
Kategori Sikap Frekuensi (n=45)
Skor (%)

Sangat Setuju 81-100 14 31%

Setuju 61-80 16 36%

Netral 41-60 2 4%

Tidak Setuju 21-40 8 18%

Sangat Tidak Setuju 0-20 5 11%

45 100%

Tanggapan responden terhadap pernyataan Saya mengikuti perkembangan brand aqua 36%
responden menjawab Setuju. Sehingga kondisi ini termasuk kedalam kategori baik bahwa
banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad setuju mereka mengikuti
perkembangan brand aqua.

4.2.3 Pernyataan 3
Saya merekomendasikan produk Aqua kepada orang lain untuk dikonsumsi.

Kategori Persentase
(n=45)
Kategori Sikap Frekuensi
Skor (%)

Sangat Setuju 81-100 16 36%

Setuju 61-80 18 40%

Netral 41-60 1 2%

Tidak Setuju 21-40 8 18%

Sangat Tidak Setuju 0-20 2 4%

45 100%

Tanggapan responden terhadap pernyataan Saya merekomendasikan produk Aqua kepada


orang lain untuk dikonsumsi 40% responden menjawab Setuju. Sehingga kondisi ini termasuk
kedalam kategori baik bahwa banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad setuju
mereka merekomendasikan produk aqua kepada orang terdekat untuk dikonsumsi.

4.2.4 Pernyataan
Saya tidak tertarik memakai brand lain selain brand aqua.

Kategori Persentase
Kategori Sikap Frekuensi (n=45)
Skor (%)

Sangat Setuju 81-100 17 38%


Setuju 61-80 9 20%

Netral 41-60 3 7%

Tidak Setuju 21-40 9 20%

Sangat Tidak Setuju 0-20 7 16%

45 100%

Tanggapan responden terhadap pernyataan Saya tidak tertarik memakai brand lain selain
brand aqua 38% responden menjawab Sangat Setuju. Sehingga kondisi ini termasuk kedalam
kategori sangat baik bahwa banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad sangat
setuju mereka tidak tertarik memakai brand lain selain brand aqua.

4.2.5 Pernyataan
Brand Aqua telah dikenal banyak orang.

Kategori Persentase
Kategori Sikap Frekuensi (n=45)
Skor (%)

Sangat Setuju 81-100 10 22%

Setuju 61-80 19 42%

Netral 41-60 2 4%

Tidak Setuju 21-40 8 18%

Sangat Tidak Setuju 0-20 6 13%

45 100%

Tanggapan responden terhadap pernyataan Brand Aqua telah dikenal banyak orang 42%
responden menjawab Setuju. Sehingga kondisi ini termasuk kedalam kategori baik bahwa
banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad sangat setuju brand aqua telah dikenal
banyak orang.
4.2.6 Pernyataan
Menurut saya brand aqua mudah diingat oleh orang lain.

Kategori Persentase
Kategori Sikap Frekuensi (n=45)
Skor (%)

Sangat Setuju 81-100 15 33%

Setuju 61-80 10 22%

Netral 41-60 5 11%

Tidak Setuju 21-40 5 11%

Sangat Tidak Setuju 0-20 10 22%

45 100%

Tanggapan responden terhadap pernyataan Menurut saya brand aqua mudah diingat oleh
orang lain 33% responden menjawab Sangat Setuju. Sehingga kondisi ini termasuk kedalam
kategori sangat baik bahwa banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad sangat
setuju brand aqua mudah diingat oleh orang lain.

4.2.7 Pernyataan
Brand aqua memberikan kesan positif dibenak anda.

Kategori Persentase
Kategori Sikap Frekuensi (n=45)
Skor (%)

Sangat Setuju 81-100 14 31%

Setuju 61-80 12 27%

Netral 41-60 6 13%

Tidak Setuju 21-40 5 11%


Sangat Tidak Setuju 0-20 8 18%

45 100%

Tanggapan responden terhadap pernyataan Brand aqua memberikan kesan positif dibenak
anda 31% responden menjawab Sangat Setuju. Sehingga kondisi ini termasuk kedalam kategori
sangat baik bahwa banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad sangat setuju brand
aqua memberikan kesan positif dibenak mereka.

4.2.8 Pernyataan
Brand aqua memiliki ciri khas tersendiri.

Kategori Persentase
(n=45)
Kategori Sikap Frekuensi
Skor (%)

Sangat Setuju 81-100 11 24%

Setuju 61-80 16 36%

Netral 41-60 5 11%

Tidak Setuju 21-40 8 18%

Sangat Tidak Setuju 0-20 5 11%

45 100%

Tanggapan responden terhadap pernyataan Brand aqua memiliki ciri khas tersendiri 36%
responden menjawab Setuju. Sehingga kondisi ini termasuk kedalam kategori baik bahwa
banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad setuju brand aqua memiriki ciri khas
tersendiri pada brand nya.

4.2.9 Pernyataan
Brand aqua mudah diucapkan.
Kategori Persentase
(n=45)
Kategori Sikap Frekuensi
Skor (%)

Sangat Setuju 81-100 26 58%

Setuju 61-80 14 31%

Netral 41-60 2 4%

Tidak Setuju 21-40 1 2%

Sangat Tidak Setuju 0-20 2 4%

45 100%

Tanggapan responden terhadap pernyataan Brand aqua mudah diucapkan 58% responden
menjawab Sangat Setuju. Sehingga kondisi ini termasuk kedalam kategori sangat baik bahwa
banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad sangat setuju brand aqua mudah
diucapkan oleh banyak orang.

4.2.10 Pernyataan
Brand aqua dikembangkan di pabrik yang berteknologi tinggi.

Kategori Persentase
(n=45)
Kategori Sikap Frekuensi
Skor (%)

Sangat Setuju 81-100 29 64%

Setuju 61-80 10 22%

Netral 41-60 1 2%

Tidak Setuju 21-40 2 4%

Sangat Tidak Setuju 0-20 3 7%

45 100%
Tanggapan responden terhadap pernyataan Brand aqua dikembangkan di pabrik yang
berteknologi tinggi 64% responden menjawab Sangat Setuju. Sehingga kondisi ini termasuk
kedalam kategori sangat baik bahwa banyak mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Unpad
sangat setuju brand aqua dikembangkan di pabrik dengan teknologi tinggi.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 45 responden mengenai Citra Merek Aqua
pada mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis dari angkatan 2014 sampai 2017 dapat disimpulkan
bahwa peneliti mendapati citra merek Aqua adalah baik dengan dibuktikan melalui 10
pernyataan yang diajukan. Sehingga Brand Aqua telah mencapai tingkatan tertinggi sesuai
dengan kaidah komponen nya yaitu antara lain :

1. Brand Association

Produk Aqua memiliki Brand Association yang sangat baik dengan persentase 40% yang
dibuktikan melalui pernyataan Saya membeli Aqua lebih sering dari produk pesaing Brand
Association merupakan tingkatan dimana konsumen merasa bahwa produk tersebut adalah
miliknya, sehingga konsumen merasa bangga di asosiasi kan dengan produk tersebut.

2. Brand Personality

Produk Aqua memiliki Brand Personality yang sangat baik dengan persentase 64% yang
dibuktikan melalui pernyataan Brand aqua dikembangkan di pabrik yang berteknologi tinggi
Brand Personality merupakan pencapaian dimana perusahaan telah memberikan cerminan sikap
yang dapat membuat konsumen yakin untuk membeli.
DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip dan K.L. Keller, 2007, Manajemen Pemasaran Jilid 1, Edisi Kedua belas,
Indeks, Jakarta.
Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran Jilid 2, Edisi Keduabelas. Jakarta: PT.Indeks
Akbar, Adam Analisis Pengaruh Citra Merek, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Note book Toshiba, Jurnal, Universitas Gunadarma. Jakarta. 2012
Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2008, Prinsip - Prinsip Pemasaran Jilid 1, Edisi Kedua
belas. PT. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai