(E-Learning Readiness)
Studi Kasus pada Perguruan Tinggi ABC di Jakarta
AbstrakImplementasi e-Learning membutuhkan biaya yang segala aspek yang berkaitan dengan pendidikan. Salah satu
tidak sedikit. Banyak implementasi e-Learning mengalami aspek yang cukup penting yaitu penyelenggaraan proses
kegagalan meskipun sudah didukung dengan dana besar dan belajar mengajar sebagai proses bisnis utama dalam perguruan
persiapan matang. Oleh karena itu perlu dianalisis terlebih tinggi. Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun
dahulu tingkat kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan terakhir telah mendorong perguruan tinggi untuk
e-learning (e-Learning Readiness). Pengukuran e-Learning menggunakan sistem informasi dalam mendukung bisnis
Readiness didasarkan pada model e-Learning Readiness dan proses utama yakni proses pendidikan tersebut, salah satunya
dinyatakan dengan suatu indeks. Model e-Learning Readiness dengan menerapkan e-learning.
dibentuk oleh komponen e-Learning yang digunakan. Dalam
penelitian ini digunakan framework penelitian dengan enam Penerapan e-learning membutuhkan kesiapan baik
komponen utama yaitu Human Resource, Kultur Organisasi, infrastruktur maupun kultur organisasi. Kesiapan ini dikenal
Teknologi, Kebijakan, Keadaan Keuangan Organisasi dan
dengan istilah e-Learning Readiness. Pengukuran e-Learning
Infrastruktur. Indeks readiness menggunakan indeks versi Aydin
& Tascii dengan skala 1-5. Dengan diketahuinya indeks e-
Readiness dilakukan agar organisasi dapat mengetahui secara
learning readiness suatu organisasi diharapkan dapat menjadi kuantitatif tingkat kesiapannya. Dengan mengetahui tingkat
baseline untuk melakukan persiapan dan improvement. kesiapannya, organisasi dapat menentukan kebijakan atau
Selanjutnya untuk menguji validitas framework, studi kasus telah strategi apa yang akan ditentukan [24].
dilakukan untuk mengukur e-learning readiness pada perguruan
tinggi ABC di Jakarta. Penelitian dilakukan terhadap karyawan Pengukuran e-Learning Readiness didasarkan pada model
yang terdiri dari manajemen dan dosen. Pengumpulan data yang digunakan, dengan demikian pemilihan komponen e-
menggunakan kuisioner dan wawancara terstruktur, sedangkan Learning Readiness sebagai dasar pembentukan model
pengolahan data menggunakan teknik statistik deskriptif yang menjadi kunci utama dalam pengukuran e-Learning
dipetakan terhadap indeks e-Learning Readiness versi Aydin & Readiness.
Tascii. Hasil penelitian menunjukkan perguruan tinggi ABC
mempunyai indeks e-Learning Readiness sebesar 3.07 dari 3.40 Model e-Learning Readiness tidak terbatas hanya untuk
yang diharapkan sebagai standar dari sebuah organisasi, yang persiapan sebelum implementasi saja, melainkan dapat
berarti bahwa perguruan tinggi tersebut belum siap dalam dilakukan untuk organisasi yang telah melakukan
melakukan implementasi e-Learning dan membutuhkan implementasi. Dalam hal ini organisasi dapat melakukan
beberapa improvement. Beberapa rekomendasi diusulkan untuk
evaluasi apakah berhasil dalam melakukan implementasi e-
perguruan tinggi ABC terkait dengan penelitian ini, yaitu
pembuatan manajemen SOP, manajemen proyek, dan
learning ataukah belum berhasil. Ini dapat dilihat dari
pembuatan IT Plan yang akan memberi arahan terhadap pengukuran kembali indeks e-Learning Readiness, jika indeks
investasi TI, penyediaan infrastruktur dan optimalisasi struktur mengalami kenaikan, maka dapat dikatakan bahwa
organisasi. implementasi e-learning berhasil. Hasil evaluasi ini dapat
dijadikan dasar bagi perbaikan pada masa pengembangan
Kata kuncie-learning; e-learning readiness; readiness; berikutnya.
Aydin; Tascii
Dari latar belakang diatas, maka disusun perumusan
masalah sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN Model e-Learning Readiness seperti apa yang dapat
Pada saat ini persaingan di dunia pendidikan khususnya digunakan untuk mengukur e-Learning Readiness
perguruan tinggi semakin kompetitif. Untuk meningkatkan organisasi khususnya institusi pendidikan?
competitive advantage perguruan tinggi perlu memperhatikan
No Dimensi/ Indikator
Variabel
1 Sumber Daya People
Manusia Pengembangan diri (Self
Development)
Kompetensi/ Skill Gambar 1. Indeks e-Learning Readiness menurut Aydin & Tasci (2005)
Training e-Learning
Sikap Pengguna Untuk pengujian validitas framework yang digunakan
2 Organisasi Kultur Organisasi maka dilakukan studi kasus pada Perguruan Tinggi ABC di
Jakarta. Dalam hal ini akan dilakukan pengukuran indeks
e-Learning Readiness pada perguruan tinggi tersebut dan
selanjutnya akan diberikan beberapa rekomendasi terkait
dengan hasil penelitian.
Dimensi yang digunakan pada ELR toolkit adalah Dari hasil survey dengan menggunakan ELR toolkit
(elearningreadiness.org, 2011) : SDM yang terlibat dalam didapat bahwa Perguruan Tinggi ABC memiliki indeks
e-Learning sebesar 21.5 secara keseluruhan. Hal ini berarti
pembelajaran dan pengembangan ; Evaluasi e-Learning ;
bahwa Perguruan Tinggi ABC berada pada tingkat kesiapan
Desain e-Learning ; Pengadaan e-Learning; Kesiapan
Beginning atau pemula untuk implementasi e-Learning.
Pengajar ; Support teknologi ; Visi organisasi ; Leadership;
Benefit dan Kemudahan Pemakaian. Dengan menggunakan Pada framework yang diusulkan, untuk setiap dimensi
ELR toolkit, tingkat kesiapan mempunyai indeks dengan skala penelitian organisasi menunjukan indeks not ready, kecuali
0-100. Kategori tingkat kesiapan e-Learning didefinisikan untuk dimensi Teknologi menunjukkan indeks ready dengan
menjadi tingkat Beginning atau pemula (0-32.9) ; tingkat beberapa improvement. Dengan menggunakan ELR toolkit
Improving (33-65.9) dan tingkat Establishing (66-100). didapat bahwa untuk setiap dimensi penelitian juga
menunjukkan organisasi berada pada tingkat beginning,
kecuali untuk dimensi support teknologi menunjukkan tingkat
IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN improving. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran
Dari hasil pengolahan data didapat bahwa Perguruan menggunakan framework penelitian dan hasil pengukuran
Tinggi ABC memiliki indeks e-Learning Readiness 3.07 menggunakan ELR toolkit menunjukan persamaan, baik
secara keseluruhan. Jika dilihat untuk setiap dimensi secara keseluruhan maupun hasil pengukuran setiap dimensi.
penelitian, maka didapat tingkat kesiapan untuk dimensi
Organisasi sebesar 3.15, tingkat kesiapan untuk dimensi V. IMPLIKASI PENELITIAN
Keuangan Organisasi sebesar 2.71, tingkat kesiapan untuk
dimensi SDM sebesar 3.24, tingkat kesiapan untuk dimensi Dari hasil analisa data dan pembahasan tertama dari
Teknologi sebesar 3.40, tingkat kesiapan untuk dimensi dimensi penelitian yang masih memerlukan improvement
Infrastruktur sebesar 2.59 dan tingkat kesiapan untuk dimensi dapat dihasilkan implikasi penelitian. Implikasi ini dapat
Materi sebesar 3.38. dilihat pada tiga aspek yaitu terhadap sistem organisasi,
terhadap manajemen organisasi dan terhadap penelitian e-
Mengacu pada indeks e-Learning readiness yang learning pada umumnya. Implikasi ini juga didasarkan pada
dijelaskan bagian 2.C, dapat diartikan bahwa Perguruan kondisi saat ini yang ada di Perguruan Tinggi ABC.
Tinggi ABC berada pada tingkat kesiapan not ready atau
belum siap untuk mengimplementasikan e-Learning dan perlu Implikasi penelitian terhadap sistem organisasi mencakup
beberapa persiapan untuk mengimplementasikan e-Learning. optimalisasi struktur organisasi dan Penyediaan Infrastruktur
TI. Implikasi penelitian terhadap manajemen organisasi
Kemudian dari indeks masing-masing dimensi dapat mencakup Pembentukan perencanaan pemanfaatan TI yang
dilihat bahwa hampir seluruh dimensi yang diteliti berada align dengan Strategi Bisnis organisasi (IT Plan), Standard
dalam tahap belum siap dan memerlukan persiapan atau Operation Procedure (SOP) Management, Investasi TI dan
improvement. Manajemen Proyek.