Anda di halaman 1dari 13

Siapkah KPU untuk Pemilu 2014?

Analisis isi profil Caleg Perempuan DPRD di website Komisi Pemilihan Umum Jabar

Ira Dwi Mayangsari


Dosen Ilmu Komunikasi
Universitas Telkom
iradwi0603@yahoo.com.sg

Abstrak
Pemilu 2014 sebagai ajang pesta demokrasi untuk menentukan masa depan Indonesia
seharusnya dipersiapkan dengan serius oleh pemerintah. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyelenggara pemihan umum
dituntut memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel sesuai UU No.8 Tahun
2012. Untuk wilayah Jawa Barat, KPU Jabar memiliki website http://kpu.jabarprov.go.id yang
digunakan sebagai salah satu media sosialisasi penyelenggaraan pemilu. Isi website tersebut
diantaranya adalah profil calon legislative (Caleg) dari 15 partai peserta pemilu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana isi profil caleg perempuan dan
kualitas informasi yang disajikan dalam website KPU Jabar. Peneliti akan menggunakan analisis
isi kuantitatif dan studi dokumentasi dari website parpol dan caleg untuk triangulasi data.
Hasil dari penelitian ini dapat memberi gambaran tentang profil caleg dari masing-masing
parpol dilihat dari pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman organisasi, Selain itu, peneliti juga
akan mendeskripsikan kualitas informasi yang disampaikan KPU Jabar dibandingkan dengan
informasi profil caleg yang ada di website parpol.
Kata kunci : Media, Website KPU Jabar, Caleg, kualitas informasi

Pendahuluan
Pesta demokrasi di Indonesia akan mencapai puncaknya di 2014. Pada tahun tersebut,
akan diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
UUD 1945 menyebutkan bahwa Pemilihan Umum dilaksanakan oleh suatu Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Penyelenggara pemilu diting-
kat nasional dilaksanakan oleh KPU, ditingkat provinsi dilaksanakan oleh KPU Provinsi, ditingkat
kabupaten/kota dilaksanakan oleh KPU Kabupaten/Kota. Berdasarkan ketentuan umum pasal 1
UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, yang dimaksud
dengan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD adalah pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD
dan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yangmemiliki
integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,demi terciptanya demokrasi Indonesia
yang berkualitas berdasarkanPancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sesuai misinya KPU berkewajiban membangun lembaga penyelenggara Pemilihan
Umum yang memiliki kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan
pemilihan umum, menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden
dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif dan beradab. meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pemilihan umum yang 3. bersih, efisien dan efektif, melayanidan
memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan setara, serta menegakkan
peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan
umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.
Media yang digunakan KPU untuk melaksanakan perannya sebagai penyelenggara
Pemilu terutama melalui website. Semua informasi yang berhubungan dengan kegiatan Pemilu
dapat diperoleh masyarakat dengan mengakses kapan saja dan dimana saja. Ditambah program-
program sosialialisasi yang dipublikasikan di media massa. Di Propinsi Jawa Barat, KPU Jabar
dengan websitenya http://kpu.jabarprov.go.id akan menjadi obyek dalam penelitian ini. Melalui
teknik analisis isi kuantitatif, peneliti akan menilai kualitas isi informasi dan gambaran profil caleg
perempuan di Jabar.

Tinjauan Pustaka
Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan bidang komunikasi yang banyak memfokuskan pada area
pemerintahan, baik terlibat sebagai bagian yang pro ataupun yang kontra. Komunikasi politik
yang efektif dapat membawa perubahan kualitas suatu negara menuju ke arah yang lebih baik.
Politik menurut Karl W. Deutch adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum
menyangkut tindakan umum, terutama menyangkut kegiatan pemerintah. Komunikasi berasal
dari kata Latin communicatio yang secara etimologis bersumber dari kata communis yang
berarti sama, bersama, atau sama makna. (Budiharsono, 2003:6). Tampak bahwa komunikasi
politik dapat diartikan sebagai kegiatan pemaknaan bersama untuk kepentingan umum yang
berkaitan dengan pemerintahan.
Komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang
dimaksudkannya. Salah satu ukuran efektivitas komunikasi yaitu dengan cara melihat secara
umum, komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan
pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh
penerima (Mulyana, 2000:22)
Efektivitas komunikasi diartikan sebagai hal-hal yang benar, membawa hasil, menangani
tantangan masa depan, meningkatkan laba atau keuntungan dan mengoptimalkan penggunaan
sumber daya. Kriteria yang harus diperhatikan dalam komunikasi adalah siapa penerima atau
pemakai (receiver atau user), isi pesan (content), ketepatan waktu (timing), media komunikasi
(media), format dan sumber pesan (source) (Hardjana, 2000:24).
Dikaitkan dengan pembahasan komunikasi politik, bisa dikatakan bahwa efektivitas
komunikasi politik tercapai jika pesan politik yang ingin disampaikan oleh lembaga politik dapat
diterima dan dipahami dengan benar oleh masyarakat. Untuk menciptakan komunikasi politik
yang efektif, maka lembaga politik harus memastikan kesiapan kriteria komunikasi yang akan
digunakan. Penerima yaitu masyarakat yang ditargetkan menerima pesan harus diketahui dulu
karakteristiknya. Karakter masyarakat yang ada seperti unsur demografis usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan membutuhkan penekanan isi pesan yang berbeda.
Masyarakat yang berada di level tinggi tentu membutuhkan informasi yang lebih kompleks,
membutuhkan informasi yang valid dari beberapa sumber informasi sebelum menyakini
kebenarannya.
Selanjutnya, isi pesan informasi dalam komunikasi perlu dipersiapkan dengan matang.
Idealnya dalam perancangan pesan, bisa dibuat survey sederhana dulu terhadap calon
penerima pesan. Apa yang mereka butuhkan dan sumber apa yang dianggap valid hingga
dilakukan uji kualitas informasi pesan. Hasil dari survey ini tentunya berisi kritik dan saran yang
dibutuhkan pembuat pesan untuk merivisi pesannya. Sehingga isi pesan yang baru dapat
dipahami masyarakat sesuai tujuan pesan komunikator.
Waktu juga merupakan kriteria yang perlu diperhatikan. Kapan isi pesan harus
dipublikasikan agar masyarakat memiliki waktu untuk mengecek kebenaran informasi yang
diberikan. Informasi yang mendadak sering diduga sudah diagendakan oleh konspirasi
komunikator sehingga kebenaran isi pesan diragukan masyarakat.
Berikutnya perlu pemahaman tentang bentuk media dan format. Media yang paling
banyak dikonsumsi masyarakat adalah televisi. Saat ini juga bermunculan program TV berunsur
poliltik, terutama dengan munculnya stasiun TV berita. Untuk informasi politik yang mendalam
bisa disampaikan dalam program politik stasiun TV berita. Penyampaian informasi melalui
website resmi juga semakin efektif bagi masyarakat terdidik yang lebih banyak beraktivitas di
dunia maya dibandingkan media massa konvensional.
Yang terakhir adalah sumber pesan. Kredibilitas pembuat informasi juga dapat
menentukan keberhasilan penyampaian pesan. Masyarakat kini lebih cerdas menganalisis
pesan. Komunikator yang biasa menyampaikan pesan berupa janji-janji tanpa realisasi sudah
distigma sebagai komunikator yang tidak bisa dipercaya, meski sumber informasinya benar.

Media Kampanye
Media online dapat menciptakan partisipasi politik di masyarakat. Civic engagement dapat
membuat masyarakat kita mengembangkan kombinasi pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan
motivasi untuk membuat perbedaan. Itu berarti mempromosikan kualitas hidup di masyarakat,
melalui proses politik dan non politik (Ehrlich, 2000:6). Bagian-bagian dari civic engagement
secara konvensional meliputi pemberian suara (voting), diskusi politik, kegiatan kampanye,
membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan dan beromunikasi individual dengan
pejabat politik dan admisnistratif.
Penggunaan media dalam kampanye bisa mempengaruhi partisipasi politik masyarakat.
Pemerintah melalui website KPU misalnya memberikan sarana bagi para politisi untuk
berkampanye melalui penyajian profil yang dapat membuat masyarakat mengetahui kualitas
caleg dan memilih yang terbaik. Melalui website KPU Jabar ini, masyarakat Jabar seharusnya
berpartisipasi dalam politik mulai dengan mengakses informasi tentang caleg dari Jawa Barat
baik dari latar pendidikan, pengalaman organisasi, pekerjaan, prestasi hingga rencana
programnya. Sehingga apabila caleg ini terpilih menjadi anggota legislatif, maka program yang
sudah direncanakan untuk rakyat dapat direalisasikan.

Perempuan dalam Politik


Perempuan sebagi bagian dari warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih dan memilih dalam Pemilu. maupun pemilu-pemilu lainnya. Perempuan juga merupakan
pemilih terbesar dalam Pemilu 2014. Perempuan diharapkan menjadi pelopor politik bersih
karena semestinya dapat mengambil peran sebagaimana seorang ibu. Caleg perempuan juga
harus memetik pelajaran dari para tersangka dan terpidana korupsi yang aktor kuncinya adalah
perempuan (Pikiran Rakyat online, 22/12/2013).

Metode Penelitian
Menggunakan teknik analisis isi yang merupakan Suatu teknik penelitian untuk
menghasilkan deskripsi yang objektif, sistematis yang bersifat kuantitatif mengenai isi yang
terungkap dalam komunikasi (Zuchdi dalam Prastowo, 2011: 79). Analisis deskriptif adalah
analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan atau suatu teks
tertentu. Desain analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, atau
menguji hubungan diantara variabel. Analisis isi semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-
aspek dan karakteristik dari suatu pesan (Eriyanto, 2011:47). Sampel dalam penelitian ini adalah
keseluruhan populasi caleg perempuan DPRD Jabar, DAPIL 1 (Kota Bandung dan Kota Cimahi)
dan DAPIL 2 (Bandung dan Bandung Bandung Barat) yang berjumlah 80 orang.

Hasil dan Pembahasan


A. DAPIL 1 (KOTA BANDUNG DAN KOTA CIMAHI UNTUK 7 KURSI CALEG DPRD JABAR)
Tabel 1 Perbandingan Jumlah Caleg Perempuan dan Laki-Laki di Dapil 1

NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA


PEREMPUAN 3 2 3 2 3 3
PERSENTASE 43% 33% 50% 29% 43% 43%
LAKI-LAKI 4 4 3 5 4 4

PERSENTASE 57% 67% 50% 71% 57% 57%

DEMOKRAT PAN PPP HANURA PBB PKPI TOTAL


PEREMPUAN 3 3 3 3 3 3 34
PERSENTASE 43% 43% 43% 43% 43% 43%
LAKI-LAKI 4 4 4 4 4 4 48

PERSENTASE 57% 57% 57% 57% 57% 57%

Berdasarkan tabel di atas, proporsi caleg perempuan mayoritas adalah 40% dari total caleg. PKS
adalah partai yang memiliki caleg perempuan dengan kuota terbesar yaitu 50% sedangkan PDIP
yang terkecil yaitu 29%.

Tabel 2 Tingkat Pendidikan Caleg Perempuan di Dapil 1


PENDIDIKAN NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA DEMOKRAT
1 1 1
SMA

DIPLOMA
3 2 2
S1
1 1 2
S2

S3
1 1 3
TIDAK VALID

KOSONG

PENDIDIKAN PAN PPP HANURA PBB PKPI JUMLAH PERSENTASE


1 1 5 15%
SMA
0 0%
DIPLOMA
1 2 10 29%
S1
1 5 15%
S2
0 0%
S3
1 1 2 1 10 29%
TIDAK VALID
1 3 4 12%
KOSONG

TOTAL 34 100%

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas tingkat pendidikan adalah S1 dengan 29%. Namun data
pendidikan ini mayoritas tidak lengkap karena tidak menyebutkan program studi yang diambil.
Apabila datanya lengkap akan memberi kesempatan masyarakat memilih caleg dengan latar
belakang S1 yang dapat berkontribusi menyelesaikan masalah sosial di Bandung. Data tidak valid
sebesar 29% menunjukkan banyak data yang bisa menjurus penipuan, misalnya ada caleg asal
PKS yang mencantumkan gelar Insinyur pada nama, tetapi data pendidikan yang diisi adalah
Sekolah Dasar. Partai Gerindra adalah partai yang paling buruk karena semua caleg
perempuannya hanya mencantumkan pendidikan SD, dikategorikan tidak valid. Begitu juga
dengan PPP yang mengosongkan pendidikan calegnya.

Tabel 3 Pengalaman Organisasi Caleg Perempuan di Dapil 1


ORGANISASI NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA DEMOKRAT
YA 3 1 3 3
TIDAK LENGKAP 2 1
KOSONG 1 1 2 2
TOTAL 3 2 3 2 3 3 3

PAN PPP HANURA PBB PKPI JUMLAH PERSENTASE


ORGANISASI 2 3 15 44%
TIDAK LENGKAP 3 9%
KOSONG 1 3 3 3 16 47%
TOTAL 3 3 3 3 3 34 100%

Sesuai tabel di atas, proporsi caleg yang memiliki pengalaman organisasi dan yang
mengosongkan relatif seimbang yaitu hampir 50%. PKB, PKS, PDIP, Gerindra, PAN, PPP,
Hanura, PBB adalah partai-partai yang caleg perempuannya mengosongkan kolom tersebut.

Tabel 4 Status Pekerjaan Caleg Perempuan di Dapil 1

NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA DEMOKRAT


BEKERJA 1 1
TIDAK LENGKAP 1 1 3
KOSONG 2 2 2 2 2 2
TOTAL 3 2 3 2 3 3 3

PAN PPP HANURA PBB PKPI JUMLAH PERESENTASE


BEKERJA 1 3 9%
TIDAK LENGKAP 5 15%
KOSONG 2 3 3 3 3 26 76%
TOTAL 3 3 3 3 3 34 100%

Berdasarkan data di atas, caleg perempuan yang masih berstatus berkerja hanya 8 orang yaitu
24% dari total. Semua partai memiliki data kosong dalam pekerjaan kecuali Gerindra. Tapi
Gerindra juga mengisi dengan tidak lengkap.

DAPIL 2 (BANDUNG DAN BANDUNG BARAT)


Tabel 5 Perbandingan jumlah caleg perempuan dan laki-laki Dapil 2

NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA


PEREMPUAN 4 4 4 4 4 4
PERSENTASE PEREMPUAN 36% 36% 36% 36% 36% 36%
LAKI-LAKI 7 7 7 7 7 7

PERSENTASE LAKI-LAKI 64% 64% 64% 64% 64% 64%

DEMOKRAT PAN PPP HANURA PBB PKPI TOTAL


PEREMPUAN 4 5 4 4 4 4 49
PERSENTASE PEREMPUAN 36% 45% 36% 36% 36% 36%
LAKI-LAKI 7 6 7 7 7 7 83

PERSENTASE LAKI-LAKI 64% 55% 64% 64% 64% 64%

Untuk Dapil 2, terlihat kuota mayoritas 60% diberikan kepada laki-laki, sisanya sekitar 40%
perempuan. PAN adalah partai yang proporsinya hampir berimbang.

Tabel 6 Tingkat Pendidikan Caleg Perempuan di Dapil 2

PENDIDIKAN NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA DEMOKRAT


SMA 1
DIPLOMA 1
S1 3 2 2 1 3
S2 1 1 2
S3
TIDAK VALID 1 4 1 4 1
KOSONG

PENDIDIKAN PAN PPP HANURA PBB PKPI JUMLAH PERSENTASE


SMA 1 1 1 2 6 12%
DIPLOMA 1 1 3 6%
S1 1 12 24%
S2 4 8%
S3 0 0%
TIDAK VALID 3 2 2 18 37%
KOSONG 1 1 4 6 12%
TOTAL 49 100%

Dari data di atas, mayoritas data adalah pendidikan tidak valid sebesar 37%. Data ini berbahaya
karena rawan penipuan. Kasus terbesar adalah di partai Gerindra karena semua calegnya
berpendidikan SD. PDIP juga bermasalah karena semua calegnya tidak valid, gelar yang
dicantumkan S2 tapi pendidikan S1, juga tahun sekolah yang tidak logis seperti 1 tahun di SMA
dan sarjana. PBB juga bermasalah karena mengosongkan semua pendidikan calegnya.

Tabel 7 Pengalaman Organisasi Caleg Perempuan di Dapil 2


NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA DEMOKRAT
ORGANISASI 3 1 3 2
TIDAK LENGKAP 3 1 2 1
KOSONG 1 4 1 3 2 1

PAN PPP HANURA PBB PKPI JUMLAH PERSENTASE


ORGANISASI 3 2 3 17 35%
TIDAK LENGKAP 7 14%
KOSONG 2 4 2 4 1 25 51%
TOTAL 49 100%

Mayoritas caleg 51% tidak mengisi pengalaman organisasi. Partai PKB, PPP, PBB adalah partai
yang semua calegnya mengosongkan pengalaman organisasi.

Tabel 8 Status Pekerjaan Caleg Perempuan di Dapil 2

NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA DEMOKRAT


BEKERJA 1 1
TIDAK LENGKAP 1 2 1
KOSONG 3 4 3 4 3 2 3
TOTAL 4 4 4 4 4 4 4

PAN PPP HANURA PBB PKPI JUMLAH PERSENTASE


BEKERJA 3 1 6 12%
TIDAK LENGKAP 4 8%
KOSONG 2 4 4 4 3 39 80%
TOTAL 5 4 4 4 4 49 100%

Dari data di atas, hanya 6 orang dari 49 caleg perempuan yang berkerja. Semua partai tidak
melengkapi data pekerjaan dengan baik atau bahkan mengosongkan kolom ini.

Berdasarkan data tabel-tabel di Dapil 1 dan Dapil 2 di atas, peneliti mengakumulasi permasalah
data caleg parpol sebagai berikut:
Tabel 9 Kualitas informasi KIP Jabar
DAPIL 1 NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA
Pendidikan (Tidak Valid) 0 0 1 4 1 4
Pendidikan (Kosong) 0 0 0 0 0 0
Organisasi (Kosong ) 1 4 1 3 0 2
Bekerja (Kosong) 3 4 3 4 3 2
TOTAL 1 4 8 5 4 4 8

DAPIL 1 DEMOKRAT PAN PPP HANURA PBB PKPI


Pendidikan (Tidak Valid) 1 3 2 2 0 0
Pendidikan (Kosong) 0 0 1 1 4 0
Organisasi (Kosong ) 1 2 4 2 4 1
Bekerja (Kosong) 3 2 4 4 4 3
TOTAL 1 5 7 11 9 12 4

DAPIL 2 NASDEM PKB PKS PDIP GOLKAR GERINDRA


Pendidikan (Tidak Valid) 0 1 1 0 0 3
Pendidikan (Kosong) 0 0 0 0 0 0
Organisasi (Kosong ) 0 1 1 2 0 2
Bekerja (Kosong) 2 2 2 2 2 2
TOTAL 2 2 4 4 4 2 7

TOTAL 6 12 9 8 6 15

DAPIL 2 DEMOKRAT PAN PPP HANURA PBB PKPI


Pendidikan (Tidak Valid) 0 1 1 2 0 1
Pendidikan (Kosong) 0 1 1 0 3 0
Organisasi (Kosong ) 0 3 3 3 3 0
Bekerja (Kosong) 2 3 3 3 3 3
TOTAL 2 2 8 8 8 9 4

TOTAL 7 15 19 17 21 8

Berikut adalah data parpol yang paling baik melengkapi data caleg perempuannya:
Tabel 10 Rangking Parpol sesuai Kelengkapan Data
RANGKING PARTAI SKOR
1-2 Nasdem dan Gokar 6
3 Demokrat 7
4-5 PDIP, PKPI 8
Peringkat 6 PKS 9 terbaik
ditempati partai 7 PKB 12 Nasdem dan
89 Gerindra dan PAN 15
Golkar 10 Hanura 17 sedangkan
11 PPP 19
yang terburuk 12 PBB 21 adalah Hanura.
Tabel 11 Rata-rata Kualitas Pendidikan Caleg Perempuan
DAPIL 1 DAPIL 2 MEAN
SMA 15% 12% 13%
DIPLOMA 0% 6% 3%
S1 29% 24% 27%
S2 15% 8% 11%
S3 0% 0% 0%
TIDAK VALID 29% 37% 33%
KOSONG 12% 12% 12%
TOTAL 100%

Tabel 12 Rata-rata Pengalaman Organisasi Caleg Perempuan


DAPIL 1 DAPIL 2 MEAN
ORGANISASI 44% 35% 39%
TIDAK LENGKAP 9% 14% 12%
KOSONG 47% 51% 49%
TOTAL 100%

Tabel 13 Rata-rata Status Pekerjaan Caleg Perempuan


DAPIL 1 DAPIL 2 MEAN
BEKERJA 9% 12% 11%
TIDAK LENGKAP 15% 8% 11%
KOSONG 76% 80% 78%
TOTAL 100%

Berdasarkan tabel 11-13 diperoleh hasil bahwa informasi pendidikan didominasi 33% data
tidak valid dan 12% data kosong. Di informasi pengalaman organisasi mayoritas 49% kosong dan
12% tidak lengkap. Sedangkan di kolom pekerjaan 78% kosong.
Ketika data dicoba di cross check dengan website partai ternyata dari 12 partai, PKPI
adalah satu-satunya partai yang tidak mempunyai website resmi. Sedangkan parpol lain, hanya
Nasdem dan PPP yang memiliki page profil caleg, walaupun hanya caleg DPR RI. Jadi apabila
masyarakat berniat mempelajari profil caleg, hanya bergantung dari data KPU saja. Data di KPU
sendiri juga sangat terbatas, selain banyak data kosong dan tidak valid, KPU seharusnya
menambahkan data rencana program kerja caleg dan juga pencapaian para incumbent.
Secara keseluruhan profil caleg perempuan di dapil 1 dan 2 Jabar dari sisi pendidikan,
27% S1, SMA 13% dan S2 sebesar 11%. Dari pengalaman berorganisasi, mayoritas 48% tidak
memiliki pengalaman organisasi dan 35% orang memiliki pengalaman. Caleg perempuan dapil1
dan dapil 2 sebesar 78% adalah wanita yang tidak bekerja.
Berpendidikan tinggi dan memiliki pengalaman dapat menentukan kualitas seseorang.
Berdasarkan data Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, caleg perempuannya 62% berijazah
SMA, 32% S1 dan 2% S2. Seperti disampaikam M.Jafar, Ketua KIP Aceh, Pendidikan dan
pengalaman organisasi yang relevan dapat membantu tugas caleg apabila terpilih sebagai
anggota dewan. Memahami fungsi anggaran, legislasi dan pengawasan sebagai anggota dewan
cukup berat, karena itulah seharusnya parpol memilih caleg yang berkualitas agar kerja anggota
dewan nantinya berkualitas
(http://aceh.tribunnews.com/2014/02/13/m-jafar-caleg-berpendidikan-belu...)
Jika dibandingkan dengan data di Aceh, data dapil 1 dan dapil 2 Jabar masih kalah
kualitas. KPU Aceh sudah memastikan calegnya berijazah minimal SMA, sedangkan di Jabar
dengan data pendidikan yang tidak valid mencapai 33% dan 12% kosong menimbulkan
kecurigaan data palsu. Seharusnya KPU Jabar bisa memvalidasi data-data tersebut untuk
memastikan tercapainya kualitas minimal caleg perempuan. Jangan sampai caleg-caleg yang
tidak berkualitas malah maju menjadi legislatif di Jawa Barat.

Kesimpulan
Data caleg perempuan di KPU adalah satu-satunya sumber informasi bagi calon pemilih
DPRD Jabar, mengingat tidak ada satu pun website parpol yang mempublikasi profil caleg DPRD
nya. Kualitas isi informasi dari http://kpu.jabarprov.go.id memperlihatkan kualitasnya masih tidak
baik terbukti dengan jumlah data tidak valid dan kosong mendominasi keseluruhan informasi
pendidikan, pengalaman organisasi dan status pekerjaan. Terdapat 33% data tidak valid dan 12%
data kosong di kolom pendidikan, 49% kosong pada kolom pengalaman organisasi dan 78%
kosong di kolom pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiharsono, Politik Komunikasi, 2003, PT.Grasindo, Jakarta.
Ehrlich, Civic Responsibility and Higher Education, 2000, Oryx Press, United States
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, 2000, Remaja Rosdakarya, Bandung.
http://kpu.jabarprov.go.id
http://aceh.tribunnews.com/2014/02/13/m-jafar-caleg-berpendidikan-belu...)

Anda mungkin juga menyukai