Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang migas, gas serta

energi baru dan terbarukan. Pertamina sebagai suatu perusahaan telah memiliki pengalaman

yang cukup lama yaitu 56 tahun. Pertamina telah melakukan berbagai upaya perbaikan dan

inovasi sesuai dengan tuntutan kondisi global. Dengan semangat inovasi, pertamina bergerak

maju untuk mewujudkan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan energi nasional kelas

dunia. Pertamina merupakan perusahaan berkelas dunia dengan visi Aggressive in Upstream,

Profitable in Downstream, dimana Perusahaan berupaya untuk melakukan ekspansi bisnis

hulu dan menjadikan bisnis sektor hilir migas menjadi lebih efisien dan menguntungkan.

Untuk mewujudkan visinya, pertamina memiliki nilai perusahaan seperti clean, competitive,

confident, customer-focused, commercial dan capable.

Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan

gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di

beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi,

produksi, serta transmisi minyak dan gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan

produksi tersebut, Pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta

aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane

(CBM). Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi baik

secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu Kerja

Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance Contract (TAC),

Indonesia Participating/ Pertamina Participating Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi

Bersama (BOB).

Sebagai suatu perusahaan yang bertaraf internasional, operasi pertamina sangat

bergantung pada kondisi global. Pertamina menjual produk utama seperti bahan bakar yang

diperoleh dari luar negeri sehingga akan menimbulkan risiko. Untuk mengurangi risiko yang
diakibatkan oleh risiko, pertamina melakukan hedge. Berdasarkan laporan CNN, Pertamina

melakukan hedging sebesar US$2,5 miliar untuk mengimpor minyak. Menteri BUMN, Rini

Soemarno, menganjurkan untuk melakukan hedging dengan sesama perusahaan BUMN.

Saran yang dianjurkan oleh mentrei Rini Sumarno ini dilakukan karena nilai tukar mata uang

Indonesia pad tahun 2015 mengalami penurunan (sumber: Kompas). Berdasarkan peristiwa

tersebut, menteri Rini Soemarno menganjurkan melakukan hedge dengan BUMN agar

mempermudah badan hukum. Pertamina melakukan hedge dengan beberapa bank BUMN

seperti mandiri (sebesar US$1 miliar), BNI (US$750 juta), dan BRI (sebesar US$750 juta).

Eksposur

Berdasarkan latar belakang di atas, disampaikan bahwa kegiatan operasi yang

dilakukan oleh Pertamina erat kaitannya dengan suatu risiko. Risiko yang akan dialami oleh

Pertamina akan mempengaruhi perubahan kurs, sehingga perlu memperhatikan eksposur.

Menurut Hanafi (2016), terdapat 3 jenis eksposur yang akan dialami perusahaan

multinasional. Berikut adalah 3 jenis eksposur tersebut:

1. Eksposur transaksi.

Eksposur semacam ini terjadi jika kontrak bisnis menggunakan harga tertentu

dengan asumsi kurs yang tertentu, sementara kurs yang terjadi bisa berubah.

Akibatnya, timbul ketidakpastian besar aliran kas yang akan diterima dari kontrak

tersebut.

2. Eksposur operasi

Eksposur operasi timbul karena operasi perusahaan secara langsung ataupun tidak

langsung dipengaruhi oleh perubahan kurs mata uang. Contoh, apabila mata uang

suatu negara menguat maka produk yang dihasilkan negara tersebut menjadi

relatif mahal dibandingkan produk luar negeri. Hal ini mengakibatkan


menurunnya daya saing produk tersebut, lalumenyebabkan turunnya aliran masuk

perusahaan yang berarti nilai perusahaan.

3. Eksposur ekonomi

Eksposur ekonomi didefinikan sebagai perubahan nilai perusahaan karena

perubahan kurs mata uang. Eksposur ekonomi adalah eksposur yang bersumber

dari eksposur operasi operasi dan transaksi. Eksposur ini merupakan hal yang

paling penting untuk diperhatikan manajer karena berkaitan dengan nilai

perusahaan. Nilai perusahaan bisa didefinisikan sebagai present value aliran kas

masuk bersih di masa mendatang.

Rumusan Masalah

Menentukan metode hedging yang memberikan manfaat paling besar bagi

Pertamina di masa depan.

Analisis

Alat hedging yang kami gunakan dalam estimasi kasus ini adalah forward dan opsi.

Forward digunakan sebagai alternatif alat untuk hedging dalam kasus ini karena pihak yang

terlibat terdiri dari dua kelompok. Kelompok satu terdiri dari pihak Pertamina dan kelompok

kedua terdiri dari bank Mandiri, BNI, dan BRI. Dalam kasus ini, kedua pihak merupakan

perusahaan BUMN yang telah memiliki brand image yang baik dimasyarakat. Hedging

antara sesama BUMN ditujukan agar mempermudah pengurusan badan hukum usaha.

Selanjutnya, Pada kasus ini kami mengilustrasikan opsi yang digunakan oleh pertamina

adalah call option. Hal ini dilakukan karena Pertamina mengkhawatirkan rupiah terdepresiasi

di masa depan.
Untuk menentukan alat hedging yang memberikan manfaat paling besar bagi

Pertamina, yang pertama kali dilakukan adalah melakukan estimasi forward dengan

menggunakan Interest Rate Parity (IRP).

1 +
1 = 0 ( )
1 +

Estimasi dilakukan dengan asumsi kontrak 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, dan 12

bulan. Nilai tukar yang digunakan sebagai nilai tukar sekarang (e0) adalah nilai tukar pada

Januari 2015 dengan alasan Pertamina melakukan Hedging pada tahun 2015. Oleh karena itu,

kami mengasumsikan kontrak hedging dilakukan pada awal 2015

Suku Bunga Amerika Serikat dan Indonesia (dalam persen)

Suku Bunga

US Indonesia

2013 0.25 2013 6.48

2014 0.25 2014 7.75


Nilai tukar rupiah terhadap dolar:

Nilai Tukar (Rp/USD)

Jan-15 12,672

Feb-15 12,932

Mar-15 13,074

Apr-15 12,963

Mei-15 13,224

Jun-15 13,339

Jul-15 13,539

Agt-15 14,067

Sep-15 14,653

Okt-15 13,684

Nov-15 13,847

Des-15 13,788

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 2016

Ada pun hasil estimasi nilai tukar forward adalah sebagai berikut:

Forward (RP/USD) Spot (RP/USD)

Januari 2015 12,672

Feb 2015 (1 bulan) 12,751 12,932

April 2015 (3 bulan) 12,909 12,963

Juli 2015 (6 bulan) 13,147 13,539

Oktober 2015 (9 bulan) 12,894 13,684

Januari 2016 (12 bulan) 13,620 13,778


Pertamina membutuhkan dana sebesar USD2,5 Milyar untuk membayar hutangnya

yang akan dibayarkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu dana yang akan dihedge

adalah sebesar USD2,5 Milyar. Total eksekusi forward akan dibandingkan dengan eksekusi

spot pada bulan yang sama. Sedangkan Option diestimasikan menggunakan nilai tukar yang

sama dengan forward dan preminya diasumsikan 1,5%.

Premi (1.5%)

$ 2.500.000.000 $ 375.000.000

Rp 31.680.000.000.000 Rp 4.752.000.000.000

Hasil perhitungan forward exchange dan spot (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1

tahun) dibandingkan dengan spot exchange saat jatuh tempo:

Forward (Rp) Option (Rp)

1 bulan 31,877,958,758,592 32,330,000,000,000

3 bulan 32,273,628,981,886 32,950,000,000,000

6 bulan 32,866,516,853,933 33,847,500,000,000

9 bulan 32,234,018,575,172 34,210,000,000,000

1 tahun 34,050,074,812,968 34,445,000,000,000


Hasil perhitungan untung/rugi dengan forward exchange (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9

bulan, 1 tahun) dibandingkan dengan menggunakan option

Forward (Rp) Option (Rp)

452,041,241,408 (23,158,758,592)
1 bulan
676,371,018,114 201,171,018,114
3 bulan
980,983,146,067 505,783,146,067
6 bulan
1,975,981,424,828 1,500,781,424,828
9 bulan
394,925,187,032 (80,274,812,968)
1 tahun

Hedging dengan menggunakan kontrak forward 1 bulan, didapatkan manfaat sebesar

Rp 452 Milyar. Sedangkan dengan menggunakan kontrak opsi 1 bulan mengalami kerugian

sebesar Rp 23 Milyar. Kerugian diakibatkan oleh premi yang harus dibayarkan oleh

Pertamina lebih besar daripada manfaat yang diperoleh. Hal serupa terjadi juga pada kontrak

opsi 12 bulan.

Ada pun keuntungan paling besar yang diperoleh dengan menggunakan forward

adalah Rp 1,975 Milyar yaitu manfaat yang diperoleh dengan kontrak berjangka 9 bulan.

Manfaat paling besar yang diperoleh melalui kontrak opsi juga diterima melalui kontrak

berjangka 9 bulan, yaitu sebesar Rp 1,500 Milyar.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, hedge dengan menggunakan forward

merupakan hedge yang memberikan manfaat paling besar. Hal ini terlihat dari manfaat yang

diberikan oleh kontrak forward lebih besar dibandingkan dengan kontrak opsi. Penggunaan

kontrak opsi memiliki risiko terbatas, yaitu sebesar premi yang dibayarkan di awal saja.

Sedangkan manfaat yang diterimanya mengalami penurunan jika dibandingkan dengan

forward.

Anda mungkin juga menyukai