Ima
Ima
LAPORAN KASUS
DisusunOleh :
Pembimbing :
Kepaniteraan Klinik
Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR - RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Tatalaksana awal :
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah baringkan pasien pada bed pasien head
up 300, pemberian oksigenasi Non Rebreating Mask 10 lpm, dan pemasangan
kateter IV line NaCl 0,9 % 16 tpm, PO = CPG 4 tab dan Aspilet 3 Tab, Serta
dilakukan EKG.
2.2.2. Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Nyeri dada sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada di sebelah kiri sejak 30 menit SMRS,
nyeri dada dirasa seperti tertindih beban berat dan tembus sampai ke belakang.
nyeri dada tidak menjalar ke lengan kiri maupun ke leher. Nyeri dirasa timbul
tiba-tiba saat sedang menyetir mobil. Pasien juga mengeluh badan terasa dingin,
merasa cemas, sesak napas, dan lemas. Pasien juga merasa mual tetapi tidak
muntah. Sakit kepala disangkal, nyeri ulu hati disangkal, berdebar-debar disangkal,
dan demam disangkal.
Riwayat Kebiasaan:
Pasien sebelumnya makan makanan berlemak dan memiliki kebiasaan makan
makanan dengan kolesterol tinggi seperti goreng-gorengan. merokok (+) saat
muda, dan berhenti merokok 5 tahun dan riwayat minum alkohol disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Keluhan serupa (-) stroke (-), diabetes mellitus (-). Riwayat hipertensi (-) Obat
rutin yang dikonsumsi (-)
4
Kepala
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya +/+, pupil isokor
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan Retraksi
-/- suprasternal dan intercostal.
Palpasi : Fremitus vokal normal kanan dan kiri
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas ICS II linea parasternal dextra dan sinistra
Batas kiri ICS V linea midclavicula sinistra
Batas kanan ICS V linea parasternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2), reguler, murmur (-),
gallop (-)
5
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas
Akral dingin, CRT > 2 detik, pitting edema (-/-), sianosis (-/-)
Pemeriksaan EKG
2.2.5. Diagnosa
- STEMI + Syok kardiogenik
6
2.2.7. Prognosis
- Quo ad vitam : Dubia
- Quo ad functionam : Dubia
- Quo ad sanationam : Dubia
7
BAB III
PEMBAHASAN
menimbulkan respon nyeri di daerah dada dan perut yang di pengaruhi oleh saraf
intercostales (T1-12), nervus simpatikus, dan nervus parasimpatikus. Rasa nyeri
jantung biasanya dirasakan dari T1-4, yang dinamakan serabut sensorik atau viseral
aferen. Badan sel berada di dalam ganglion posterior yang sama, sehingga bila di
daerah viseral mengalami suatu cidera maka rasa nyeri tersebut akan terasa di
bagian perifer.4
Pada saat keadaan cemas, maka akan terjadi peningkatan aktivitas saraf
simpatis dalam tubuh yang juga akan meningkatkan kenaikan sekresi epinefrin
dari kelenjar adrenalin. Keadaan ini akan menyebabkan keringat dingin. Akibat
dari peningkatan aktivitas saraf simpatis, maka akan menyebabkan penekanan
kerja saraf parasimpatis sehingga menyebabkan rasa mual.Sesak napas bisa
disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolic ventrikel kiri,
disamping itu perasaan cemas juga dapat menimbulkan hiperventilasi. Pada infark
yang tanpa gejala nyeri, sesak napas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel
kiri yang bermakna.Lemas dirasakan akibat penurunan aliran darah ke otot-otot
rangka.4
Patofisiologi
Sebagian besar IMA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut.
Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus
ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun
parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih
distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi
sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah
koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti
selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis
(infark miokard). Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total
pembuluh darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang
dinamis dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung
9
Pada pasien didapatkan nyeri dada yang khas berupa rasa tertindih beban
berat dan tembus sampai ke punggung belakang. Nyeri dada dirasakan sejak 30
menit SMRS dan disertai keringat dingin, mual, lemas, dan sesak napas. Nyeri
tidak hilang atau berkurang dengan beristirahat. Selain itu, pada pemeriksaan
EKG juga didapatkan ST elevasi lead II, III, dan aVF dapat disimpulkan bahwa
ini termasuk jenis Inferior miokard infark. Pemeriksaan enzim jantung pada
pasien ini tidak dilakukan karena kurangnya kelengkapan dalam prasarana
laboratorium.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien memiliki 2 dari 3 kriteria untuk menegakkan diagnosis ST elevasi miokard
infark.
13
Syok Kardiogenik1
Syok Kardiogenik adalah sindrom klinik akibat gagal perfusi yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jantung; ditandai dengan nadi lemah, penurunan
tekanan rerata arteri (MAP) <65 mmHg, peningkatan LVEDP ( >18 mmHg), dan
penurunan curah jantung (CO <3,2 L/menit). Syok kardiogenik dapat disebabkan
oleh sindrom koroner akut dan komplikasi mekanik yang ditimbulkannya (seperti
ruptur chordae, rupture septum interventrikular (IVS), dan rupturdinding
ventrikel), kelainan katup jantung, dan gagal jantung yang berat pada gangguan
miokard lainnya.
A. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis didapatkan :
- Gangguan kesadaran mulai dari kondisi ringan hingga berat
- Penurunan diuresis
- Dapat disertai keringat dingin
- Nadi lemah
Berdasarkan pemeriksaan Fisik Didapatkan :
- Terdapat tanda-tanda hipoperfusi seperti (perabaan kulit ekstremitas
dingin, takikardi, nadi lemah, hipotensi, bising usus berkurang, oliguria)
- Terdapat tanda-tanda peningkatan preload seperti
- JVP meningkat atau terdapat ronki basah di basal
- Profil hemodinamik basah dingin (wetand cold)
14
B. Tatalaksana
Fase Akut di UGD atau ICVCU
a. Bedrest total
b. Lakukan resusitasi jantung jika terjadi cardiac arrest
c. Sedasi dengan midazolam, propofol atau morfin
d. Oksigen support (NRM atau CPAP, intubasi jika terjadi gagal napas)
e. Pemasangan IVFD
f. Jika terjadi gangguan irama seperti taki/bradiaritmia atasi segera
dengan pemberian preparat anti-arimia atau pemasangan pacu
jantung, over drive atau kardioversi
g. Monitoring invasive atau non invasif untuk mengetahui status
preload, SVR dan curah jantung (CO).
h. Jika preload rendah maka diberikan fluid challenge 1-4 cc/kgBB/10
menit hingga dipastikan preload cukup.
i. Jika CO rendah dengan SVR tinggi namun MAP masih <70 mmHg
maka diberikan preparat inotropiknon vasodilator (dobutamin) atau
inodilator (milrinon). Pemasangan IABP harus direkomendasikan
pada pasien syok dengan sindrom koroner akut.
j. Jika CO tinggi dengan SVR rendah maka diberikan preparat
vasopressor seperti noradrenalin atau adrenalin atau dopamine.
k. Dopamindosis rendah dapat diberikan pada kondisi oliguria.
l. Pada syok kardiogenik yang refrakter pertimbangkan pemasangan
IABP, ECMO atau LVAD sebagai bridging terapi definitif.
m. Terapi definitif seperti PCI, operasi penggantian katup, BMV (pada
MS), urgent CABG harus segera dilakukan, atau transplantasi
jantung bila memungkinkan.
n. Semua pasien syok kardiogenik harus dirawat di ruang CVCU.
kristaloid 300 cc, , Evaluasi setelah 2 jam: nyeri dada (+) berkurang, keringat
dingin (+) berkurang, sesak napas (+) berkurang, TD: 90/60 mmHg, Urin : 50cc.
Konsul bagian jantung dan pro rawat di ICCU.
Penatalaksanaan tambahan di ICCU yaitu IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit,
Inj. Lovenox 2 x 0,4cc, Sp Dopamin 3 meq/kgBB/menit4,3cc/jam, Inj.
Ranitidin 2x50mg, PO : CPG 1x1, Aspilet 1x1, Artavastatin 0-0-40mg, Sucralfat
syr 3xCI.
Dokter perlu segera menetapkan diagnosis kerja yang akan menjadi dasar
strategi penanganan selanjutnya. Yang dimaksud dengan terapi awal adalah terapi
yang diberikan pada pasien dengan diagnosis kerjan kemungkina IMA atau IMA
atas dasar keluhan angina di ruang gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan
EKG dan/atau marker jantung. Terapi awal yang dimaksu adalah Morfin, Oksigen,
Nitrat, Aspirin, dan Clopidogrel (disingkat MONACO), yang tidak harus
diberikan semua ata bersamaan.1
1. Tirah baring
2. Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi
O2 arteri <95% atau yang mengalami distres respirasi
3. Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam
pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi O2 arteri.
4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak
diketahui intoleransinya terhadap aspirin (Kelas I-A). Aspirin tidak
bersalut lebih terpilih mengingat absorpsi sublingual (di bawah lidah) yang
lebih cepat.
5. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
a. Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali pada pasien STEMI
yang direncanakan untuk reperfusi menggunakan agen fibrinolitik
b. Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk terapi
reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, penghambat reseptor ADP yang
dianjurkan adalah clopidogrel).
6. Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada
16
Tabel 3.2. Jenis dan Dosis Penyekat Beta Untuk Terapi IMA
17
Nitrat
Keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi venayang
mengakibatkan berkurangnya preload dan volume akhir diastolik ventrikel kiri
sehingga konsumsi oksigen miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah
dilatasi pembuluh darah koroner baik yang normal maupun yang mengalami
aterosklerosis.1
1. Nitrat oral atau intravena efektif menghilangkan keluhan dalam fase akut dari
episode angina.
2. Pasien dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri dada berlanjutsebaiknya
mendapat nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali pemberian,
setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat intravena jika tidak ada
indikasi kontra.
3. Nitrat intravena diindikasikan pada iskemia yang persisten, gagal jantung, atau
hipertensi dalam 48 jam pertama UAP/NSTEMI. Keputusan menggunakan nitrat
intravena tidak boleh menghalangi pengobatan yang terbukti menurunkan
mortalitas seperti penyekat beta atau angiotensin converting enzymes inhibitor
(ACE-I).
4. Nitrat tidak diberikan pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg
atau >30 mmHg di bawah nilai awal, bradikardia berat (<50 kali permenit),
takikardia tanpa gejala gagal jantung, atau infark ventrikel kanan.
5. Nitrat tidak boleh diberikan pada pasien yang telah mengkonsumsi inhibitor
fosfodiesterase: sidenafil dalam 24 jam, tadalafil dalam 48 jam. Waktu yang tepat
untuk terapi nitrat setelah pemberian vardenafil belum dapat ditentukan.1
Tabel 3.4. Jenis dan Dosis Penghambat Kanal Kalsium Untuk Terapi IMA
Antiplatelet
1. Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanda indikasi kontra dengan
dosis loading 150-300 mg dan dosis pemeliharaan 75-100mg setiap harinya untuk
jangka panjang, tanpa memandang strategi pengobatan yang diberikan.
19
Antikogulan
Terapi antikoagulan harus ditambahkan pada terapiantiplatelet secepat
mungkin.
1. Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua pasien yangmendapatkan
terapi antiplatelet.
2. Pemilihan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko perdarahan daniskemia, dan
berdasarkan profil efikasi-keamanan agen tersebut.
3. Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki profil keamanan berbanding risiko
yang paling baik. Dosis yang diberikan adalah 2,5 mg setiap hari secara subkutan.
4. Bila antikoagulan yang diberikan awal adalah fondaparinuks, penambahan
bolus UFH (85 IU/kg diadaptasi ke ACT, atau 60 IU untuk mereka yang
mendapatkan penghambat reseptor GP Iib/IIIa) perlu diberikan saat IKP.
21
5. Enoksaparin (1 mg/kg dua kali sehari) disarankan untuk pasien dengan risiko
perdarahan rendah apabila fondaparinuks tidak tersedia.
6. Heparin tidak terfraksi (UFH) dengan target aPTT 50-70 detik atau heparin
berat molekul rendah (LMWH) lainnya (dengan dosis yang direkomendasikan)
diindaksikan apabila fondaparinuks atau enoksaparin tidak tersedia.
7. Dalam strategi yang benar-benar konservatif, pemberian antikoagulasi perlu
dilanjutkan hingga saat pasien dipulangkan dari rumah sakit.
8. Crossover heparin (UFH and LMWH) tidak disarankan.1
karakteristiktersebut, walaupun pada penderita dengan faktor risiko PJK atau yang
telahterbukti menderita PJK, beberapa penelitian memperkirakan adanya
efekantiaterogenik.1
1. Inhibitor ACE diindikasikan penggunaannya untuk jangka panjang,kecuali ada
indikasi kontra, pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikelkiri 40% dan pasien
dengan diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakitginjal kronik (PGK).
2. Inhibitor ACE hendaknya dipertimbangkan pada semua penderita selainseperti
di atas. Pilih jenis dan dosis inhibitor ACE yang telahdirekomendasikan
berdasarkan penelitian yang ada.
3. Penghambat reseptor angiotensin diindikasikan bagi pasien infarkmikoard yang
intoleran terhadap inhibitor ACE dan mempunyai fraksiejeksi ventrikel kiri 40%,
dengan atau tanpa gejala klinis gagal jantung. 1
Tabel 3.7. Jenis dan Dosis ACE Inhibitor Untuk Terapi IMA
Statin
Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa
mempertimbangkanmodifikasi diet, inhibitor hydroxymethylglutary-coenzyme A
reductase (statin)harus diberikan pada semua penderita UAP/NSTEMI, termasuk
mereka yangtelah menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi
kontra. Terapi statin dosis tinggi hendaknya dimulai sebelum pasien keluar rumah
sakit, dengan sasaran terapi untuk mencapai kadar kolesterol LDL <100 mg/ dL.
Menurunkan kadar kolesterol LDL sampai <70 mg/dL mungkin untuk dicapai. 1
Terapi fibrinolitik
Fibrinolisis merupakan strategi reperfusi yang penting, terutama pada
tempat-tempatyang tidak dapat melakukan IKP pada pasien STEMI dalam waktu
yangdisarankan. Terapi fibrinolitik direkomendasikan diberikan dalam 12 jam
23
sejakawitan gejala pada pasien-pasien tanpa indikasi kontra apabila IKP primer
tidakbisa dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit sejak
kontakmedis pertama. Pada pasien-pasien yang datang segera (<2 jamsejak awitan
gejala) dengan infark yang besar dan risiko perdarahan rendah,fibrinolisis perlu
dipertimbangkan bila waktu antara kontak medis pertamadengan inflasi balon
lebih dari 90 menit. Fibrinolisis harus dimulaipada ruang gawat darurat.Agen
yang spesifik terhadap fibrin (tenekteplase, alteplase, reteplase) lebihdisarankan
dibandingkan agen-agen yang tidak spesifik terhadap fibrin (streptokinase).
Aspirin oral atau intravena harus diberikan. Clopidogrel diindikasikan diberikan
sebagai tambahan untuk aspirin.Antikoagulan direkomendasikan pada pasien-
pasien STEMI yang diobati dengan fibrinolitik hingga revaskularisasi (bila
dilakukan) atau selama dirawat di rumah sakit hingga 5 hari. Antikoagulan yang
digunakan dapat berupa:
1. Enoksaparin secara subkutan (lebih disarankan dibandingkan heparin tidak
terfraksi).
2. Heparin tidak terfraksi diberikan secara bolus intravena sesuai berat badan dan
infus selama 3 hari.
3. Pada pasien-pasien yang diberikan streptokinase, Fondaparinuks intravena
secara bolus dilanjutkan dengan dosis subkutan 24 jam kemudian. 1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tn. D,41 tahun datang dengan keluhan nyeri dada. Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, didapatkan diagnosis STEMI +
syok kardiogenik. IMA adalah oklusi koroner akut disertai iskemia yang
berkepanjangan yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian
(infark) miokard. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh ruptur plak
ateroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya trombosis,
vasokonstriksi, reaksi inflamasi dan mikroembolisasi distal. Pada pasien ini
terdapat faktor resiko terjadinya IMA, yaitu faktor jenis kelamin, usia, kebiasaan
merokok, dan makan makanan kolesterol tinggi.
26
Daftar Pustaka