Disusun oleh :
FX.WINARNO
4130412-011
2007
I
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Makalah berjudul :
Sebagai tugas dari mata kuliah Skripsi/Tugas Akhir serta untuk melengkapi
persyaratan pendaftaran Skripsi/Tugas Akhir sesuai dengan kurikulum di
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercubuana.
III
ABSTRAK
V
DAFTAR ISI
Halaman
VII
2.2.6 Jenis-jenis Pembentukan 36
2.2.7 Bagian-bagian Utama Press Tool 38
2.3 Teori Bending Profile dan Sheet Metal... 41
VIII
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Simulasi Pemasangan Radiator pada Mesin 5
Gambar 2.2 Radiator Down Flow Type 6
Gambar 2.3 Radiator Cross Flow type. 6
Gambar 2.4 Cooling Fin. 9
Gambar 2.5 Water Tube 13
Gambar 2.6 Tube Expand. 14
Gambar 2.7 Posisi p[elaetakan Core Pada Conveyor. 16
Gambar 2.8 Pemberian Flux 17
Gambar 2.9 Soldering 18
Gambar 2.10 Rel Air Blow.. 18
Gambar 2.11 Assy Water Tube dan End Plate 19
Gambar 2.12 Pemberian Flux Pada tanki 20
Gambar 2.13 Pemasangan Timah 21
Gambar 2.14 Jarak Pemasangan timah.. 21
Gambar 2.15 Tank Soldering. 22
Gambar 2.16 Jarak Nozle dengan End plate.. 23
Gambar 2.17 Analisa Pemotongan 29
Gambar 2.18 Langkah Pemotongan. 30
Gambar 2.19 Prinsip pemotongan. 31
Gambar 2.20 Prinsip Pemotongan 32
Gambar 2.21 Prinsip pemotongan 32
Gambar 2.22 Blanking 34
Gambar 2.23 Piercing 34
Gambar 2.24 Notching.. 35
Gambar 2.25 Cropping. 35
Gambar 2.26 Parting. 35
Gambar 2.27 Lanzing 36
Gambar 2.28 Triming 36
Gambar 2.29 Bending.. 37
Gambar 2.30 Embosing 37
IX
Gambar 2.31 Deep Drawing.. 37
Gambar 2.32 Forming. 38
Gambar 2.33 Dies Assy. 38
Gambar 2.34 Hasil Bending 41
Gambar 2.35 Bending Bebas. 42
Gambar 2.36 Bending Die.. 42
Gambar 2.37 Hasil Bending 42
Gambar 2.38 Hasil Bending dengan Lubnag.. 43
Gambar 3.1 Side Plate.. 48
Gambar 3.2 Bending Side Plate.. 49
Gambar 3.3 Bending Plate 49
Gambar 3.4 Closed Bending 50
Gambar 3.5 Bentangan Panjang Forming. 51
Gambar 3.6 Waste Terbuang 52
Gambar 3.7 Punch.. 56
Gambar 3.8 Die 56
Gambar 5.1 Dies Baru 63
Gambar 5.2 Dies Lama. 63
X
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Perbandingan Proses. 62
XI
DAFTAR LAMPIRAN
XII
XIII
NUMENKLATUR
L Lebar Bentangan mm
B Sudut Pembendingan
Ri Radius Bending mm
S Tebal Bahan mm
V Factor Koreksi -
dengan Sumbu
pada Sumbu
F Gaya Parting N
Fs Gaya Striper N
C Konstanta Pegas -
f Defleksi Pegas mm
A Luas mm
XIII
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. PERMASALAHAN
2
1.3. TUJUAN PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, permasalahan, maksud dan
tujuan, pembatasan masalah dan sistematika penulisan Tugas Akhir.
3
perhitungan bentangan, ilmu kekuatan bahan serta menyinggung
mengenai Radiator. Teori ini yang akan dipakai penulis dalam
pembuatan Tugas Akhir.
BAB III RANCANGAN DIES SIDE PLATE RADIATOR
Bab ini menjelaskan tentang proses desain gambar, perhitungan-
perhitungan yang diperlukan misalnya perhitungan bentangan,gaya
potong, kapasitas mesin serta bagaimana menentukan ukuran punch
dan die.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan
saran mengenai keseluruhan penelitian yang sudah dilaksanakan,
sehingga nantinya jika memang diperlukan dapat dipakai sebagai
acuan bagi orang lain untuk melakukan penyempurnaan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
1.Water Sleeve
2.Temperature Regulator
3.Radiator Upper Tank
4.Radiator Core
5.Radiator lower Tank
6.Water Pump
7.Water Inlet House
8.Cooling Fan
9.Water Outlet House
5
Jenis Radiator
Berdasarkan arah aliran airnya, radiator dibagi atas 2 jenis:
2.1.1.1.Down Flow Type
Untuk type ini, posisi tangki ada pada bagian atas dan bawah
sehingga aliran air bergerak secara vertical yaitu dari atas ke bawah.
6
2.1.2 Bagian-bagian Radiator
Pada dasarnya radiator dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
2.1.2.1.Inlet Tank assy
Inlet tank assy adalah bagian tanki yang menampung air panas
setelah sirkulasi air melewati block mesin.Inlet tank assy terdiri dari
beberapa komponen yaitu:
-Filler Neck
-Over flow pipe
-Inlet Pipe
-Tanki atas
2.1.2.2.Core Assy
Core assy adalah bagian dimana terjadi proses pembuangan
kalor dari air panas yang melewati tube dan kalor diserap oleh fin
kemudian dibuang dengan tiupan angin dari kipas.core assy terdiri dari
komponen-komponen:
-Tube
-Fin
-End Plate
-Side Plate
2.1.2.3.Outlet tank assy
Out Let tank assy adalah bagian penampungan air radiator
setelah melewati proses pembuangan kalor pada core assy.Out let
tank assy terdiri dari:
-Tanki bawah
-Outlet Pipe
-Oil cooler assy
-Drain Plug
-Drain seat
-Mounting bush
7
2.1.3 Komponen radiator
2.1.3.1.Tanki
Radiator memiliki 2 buah tanki ,yaitu tanki Atas(inlet Tank) dan
Tanki Bawah(outlet Tank).walaupun setiap tanki memiliki fungsi
spesifik sendiri-sendiri,tetapi ada umumnya tanki tersebut berfungsi
sebagai media penampung air.inlet tank pada radiator berfungsi
sebagai tempat penampungan air pertama.Yang dimaksud pertama
yaitu air dari mesin (air yang membawa panas)ke radiator dan air yang
baru diisi ke radiator.Seadngkan Outlet tank pada radiator mempunyai
fungsi spesifik yaitu menampung air yang telah diturunkan
temperaturnya untuk kemudian dialirkan ke mesin.
2.1.3.2.End Plate
End plate pada radiator terletak antara tanki dengan core.End
plate disini berfungsi untuk menghubungkan tanki dengan core,
dengan cara lubang end plate sebagai tempat tube dan got end plate
sebagai tempat dudukan tanki pada saat assy.Ada beberapa macam
end plate yang dipengaruhi oleh tanki yang akan dipasang yaitu end
plate untuk brass tank dan end plate untuk plastick tank, yang
membedakan keduanya adalah bentuk got end platenya.
2.1.3.3.Side Plate
Side Plate terletak diluar bagian core ,fungsinya adalah untuk
melindungi fin dan penguat pada core radiator.Side plate terdiri dari 2
macam:
1. Side Plate langsung Protector yaitu side plate yang berfungsi
sebagai dudukan pada radiator dan sebagai protector untuk
melindungi core radiator.side plate ini punya fungsi ganda yaitu selain
sebagai pelindung core juga sebagai dudukan radiator saat dipasang
pada mobil.
2. Side plate yang hanya berfungsi sebagai dudukan radiator
pada mesin.Side plate ini hanya punya satu fungsi saja yaitu sebagai
dudukan radiator pada saat pemasangan di mobil,sedang untuk
pelindung core digunakan protector.
8
2.1.3.4.Tube
Tube merupakan bagian penting dari radiator,karena
dikomponen inilah air dialirkan untuk melepas kalor/panas secara
konveksi oleh udara dengan bantuan fin.Tube mempunyai dimensi
yang cukup kecil sehingga volume air yang dialirkan sedikit sehingga
waktu yang digunakan untuk menurunkan temperature air menjadi
cepat.Tube berdasar proses sambunganya dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Welding tube,yaitu tube yang penyambunganya dengan
welding
2. Lock seam tube yaitu tube yang bentuk sambunganya
seaming dan kemudian sambunga tersebut dicoating timah supaya
tidak bocor.
2.1.3.5.Fin
9
2.1.3.6.Inlet/Outlet Pipe
Inlet pipe merupakan bagian dari tanki A yang berfungsi sebagai
tempat masuknya air dari mesin ke radiator.Air/coolent tersebut
membawa panas untuk diturunkan temperaturenya
Outlet pipe merupakan bagian dari tanki B yang berfungsi sebagi
tempat keluarnya air dari dalam tanki B yang telah diturunkan suhunya
dan dialirkan ke mesin.Untuk menghubungkan inlet/outlet pipe dengan
mesin digunakan perantara water inlet/outlet house(selang)yang
dipasang pada inlet/Outlet pipe.Ada beberapa jenis dari inlet/outlet
pipe yaitu:
a.Pipa lurus
b.Pipa dengan diameter bertingkat
c.Pipa lengkung dengan bending
d.Pipa lengkung sambungan
2.1.3.7.Filler ,Filler Neck dan over flow
Filler berfungsi sebagai tempat untuk mengisi air yang baru atau
tambahan kedalam radiator.Filler selalu berada pada tanki atas karena
sebagai tempat masuknya air,berdasar dimensi filler dibagi menjadi:
a.Micro size
b.Small size
c.Medium size
d.Large size
Filler neck merupakan pipa penghubung antara filler dengan
tanki Atas.Filler neck selalu terdapat pada radiator type cross flow
karena type ini punya tanki atas yang berada disamping kanan atau
kiri radiator sehingga perlu filler neck supaya posisi filler-nya
menghadap keatas.
Over flow pipe merupaka bagian dari filler yang berfungsi
sebagai tempat untuk keluarnya air atau angin yang disebabkan
karena tekanan berlebih.Selain itu juga sebagai perantara radiator
dengan tanki cadangan yang berada diluar radiator.
10
2.1.3.8.Drain Seat dan Drain Plug
Drain seat dan drain plug hanya terdapat pada tanki bawah
sebab lubang drain seat berfungsi sebagai sarana untuk membuang
air radiator bila ingin mengganti dengan air yang baru,sedang drain
plug berfungsi sebagai penyumbat lubang drain seat saat lubang
tersebut tidak untuk menguras air.Drain seat berbentuk berupa bush
dimana pada lubangnya terdapat ulir yang berfungsi untuk menutup
lubang drain seat dengan drain plug.
2.1.4 Material komponen Radiator
2.1.4.1. Tanki
Material untuk tanki terdiri dari:
a.PA- 66 (untuk tanki dari plastik)
b.Kuningan
c.Alumunium
2.1.4.2. End Plate
Material untuk pembuatan end plate terdiri dari:
a.Kuningan
b.Alumunium
2.1.4.3. Side Plate
Material untuk side plate terdiri dari:
a.Terne Sheet (SPCC-Pb)
b.Alumunium
c.PA- 66
2.1.4.4. Tube
Material untuk tube terdiri dari:
a.Kuningan
b.Alumunium
2.1.4.5. Fin
Material untuk fin terdiri dari:
a. Alumunium
b. Tembaga
11
2.1.4.6.Inlet/Outlet Pipe
Material inlet/outlet pipe terdiri dari:
a.Pipa alumunium
b.Pipa kuningan
2.1.4.7.Filler, Filler Neck dan Over flow
Filler, Filler Neck dan Over flow materialnya dari:
a. Alumunium
b. Kuningan
2.1.4.8.Drain Seat dan Drain Plug
Material untuk drain seat adalah:
a.Kuningan
b.Alumunium
Untuk material drain Plug adalah PA-66
2.1.5 Proses Pembuatan Radiator
2.1.5.1 Core assy
Core assy merupakan proses assembly komponen radiator yang
terdiri dari :fin, tube, protector, dan end plate. Tahapan-tahapan dalam
pembuatan core assy adalah:
2.1.5.1.1. Set jig core baking
Gunakan jig yang sesuai dengan model core-nya.
Pasangan plat U (Al square) dengan protector.
Perhatikan agar posisi protector tepat di tengah-tengah antara
alur kanan dan kiri, posisi yang tidak tepat akan mengakibatkan fin
penyok karena gaya yang diterima tidak seimbang.
a. Cooling Fin
Sebelum proses pembuatan dimulai pastikan setting mesin terlebih
dahulu, adapun yang perlu diperhatikan adalah tentukan : panjang fin,
tinggi fin, lebar fin, fin pitch.
12
Fungsinya adalah :
Sebagai ventilasi untuk mengalirkan kalor dan membuang kalor
melalui sudut-sudut jendela(louver) yang ada pada fin
b. Water tube
Sebelum proses pembuatan di mulai pastikan setting mesin terlebih
dahulu, adapun yang perlu diperhatikan adalah : panjang tube, tinggi
tube dan lebar.
13
c.Pengepresan jig dengan pneumatic
penempatan alur tube agar sesuai dengan alur-alur pada end plate
EXSPAND
END PLATE
14
Prosesnya terdiri dari :
2.1.5.2.1.Fluxing section
Pemberian flux pada core. Hal ini bertujuan
:1.Membersihkan core dari kotoran dan minyak
2.Sebagai perekat (bahan tambah) pada proses penyambungan
(soldering) tube dengan fin.
Flux yang digunakan SC 7047 dicampur air dengan perbandingan
1 : 14(flux : air). Pemberian flux pada core dengan cara disemprotkan.
2.1.5.2.2.Heating Seaction
- Tujuan pemanasan ini untuk melumerkan timah yang terdapat pada
tube, sehingga lapisan timah tersebut menyatukan tube dengan fin,
selain itu juga menyatukan tube dengan end plate.
- Pemanasan ini timbul dari udara panas yang dihasilkan oleh motor
burner bercampur dengan gas LPG sehingga timbul nyala api. Oleh
blower fan (yang terdapat pada bagian dalam oven) ,panas di tiup.
Pemanasan core menjadi lebih merata sehingga dihasilkan
penggabungan (soldering) yang merata antara fin dan tube.
2.1.5.2.3.Cooling Seaction
-Tujuannya adalah untuk mendinginkan core setelah proses
pemanasan.
-Pendinginan dilakukan oleh angin yang disemprotkan pada core
secara merata.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat proses oven adalah sebagai
berikut:
- Loading core
- Loading core harus lurus dengan conveyor (searah )
- Atur jarak antara core satu dengan yang lainnya, jangan terlalu rapat
apalagi sampai bertumpukan. Penumpukan akan menyebabkan
pemanasan dan pendinginan menjadi tidak merata sehingga proses
penggabungan fin dan tube menjadi tidak sempurna.
15
Posisi peletakan:
16
2.1.5.3.1 Fluxing
Fluxing disini berfungsi untuk membersihkan end plate dari
kotoran dan minyak, dan juga sebagai bahan perekat antara timah dan
material yang akan di sambung. Flux yang digunakan SC7047
ditambah air dengan perbandingan antara flux : air yaitu 1 : 2
Di sini core assy diletakan dibak yang berisi cairan flux,
diusahakan bagian dari end plate tercelup
CORE ASSY
FLUX
17
CORE ASSY
DUDUKAN CORE
TIMAH
Untuk radiator 3R dan 4R ,tube yang berada paling kanan dan kiri
radiator dibengkokkan. Tube tersebut dimatikan dan berfungsi sebagai
penguat radiator tersebut
AIR BLOW
ENDPLATE 15-20 mm
REL
Yang dibersihkan pada core assy yaitu bagian got end plate,
karena bagian ini nantinya akan bersentuhan dengan tank pada
proses tank soldering.
18
Selain dengan proses manual seperti diatas, ada proses dengan
menggunakan mesin otomatis. Pada mesin otomatis ini, tahapan
tahapan penyolderan dilakukan sendiri oleh mesin.
END PLATE
TIMAH
19
Tahapan-tahapan tank soldering tersebut adalah:
2.1.5.4.1.Fluxing
Tank dan end plate yang akan disambung harus diberi flux, flux
yang digunakan type SC 7047 dengan ditambah air, dengan
perbandingan 1: 2 (flux : air).
Pada tank, flux diberikan dengan cara tank dicelup ke dalam bak
cairan flux,kemudian setelah semua bagian yang akan tersolder
terkena cairan flux, tank di angkat dan ditiriskan agar sisa-sisa flux
menetes ke dalam bak penampungan flux.
TANK
FLUX
20
2.1.5.4.2.Penggabungan
Setelah di beri flux, tank dan end plate di assy ( digabung). Dalam
penyambungan, pastikan tank masuk kedalam got end plate dan tank
dalam keadaan lurus tidak miring. Kemiringan ini dapat disebabkan
karena ukuran got end plate lebih kecil dari tank sehingga tank sesak
dan dapat berakibat tank terpasang miring.
untuk tank yang ada filler neck, pada filler neck tersebut harus diberi
kain basah .Gunanya adalah agar filler neck tersebut tidak pecah
,karena pada proses brazing ini filler neck menerima panas yang
besar .
TANK
GOT END PLATE
TIMAH
Dan yang perlu diperhatikan gap (overlap) antar timah max 2mm hal
ini diperlukan supaya di tempat overlap tersebut timah tidak
menumpuk dan tidak kurang.
2 mm Max
21
2.1.5.4.4.Soldering
Setelah diassy dan diberi kawat timah, tank dan end plate siap untuk
disolder. Pada proses penyolderan yang perlu diperhatikan yaitu :
1.Rel tempat untuk meletakan end plate harus benar-benar lurus. Hal
ini diperlukan supaya pada saat timah mengalir, alirannya menyebar
rata bukan mengumpul pada satu sisi. Oleh karena itu rel perlu di
levelling dengan end plate 2.Tekanan angin pneumatik
3.Tekanan oxygen
4.Tekanan gas LPG
Setelah semua di periksa,core assy diletakan diatas rel pada bagian
end plate nya , kemudian tombol clamp ditekan dan clamp akan turun
dan menekan tank dan end plate. Penekanan pada tiap piston clamp
diharuskan sama besarnya supaya posisinya tidak miring ,kemudian
baru tombol soldering ditekan. Maka bersamaan dengan itu nozzle
burner
TANK
TIMAH
END PLATE
22
Yang perlu diperhatikan dalam soldering yaitu :
1.Jarak nozzle dengan end plate 2025 mm sehingga ujung api tidak
mengenai tank dan end plate
20-25 mm
20-25 mm
Gambar : 2.16 Jarak Nozzle dengan End Plate (Ref.1;hal.27)
2.1.5.4.5.Pengecekan
Setelah tank dan end plate tersolder, kita harus melakukan
pengecekan pada hasil penyolderan tersebut. Hal - hal yang perlu di
cek pada hasil soldering yaitu:
23
2.1.5.5. Check Inspection
Stelah proses demi proses telah di lakukan dan sudah jadi
radiator assy maka kita lakukan check inspection untuk menghindari
kesalahan, adapun yang perlu dicheck adalah :
1.Dimensi dimensi apakah sudah sesuai dengan drawing
2.Pastikan radiator tidak rusak
2.1.5.6.Leak Test 1
2.1.5.7.1.Kebocoran
Kebocoran terbanyak pada end plate .Hal ini dikarenakan pada
waktu penyolderan end plate dengan tube ,timah terlalu tipis atau
kurang matang sehingga sewaktu didinginkan akan retak .
Kebocoran juga terjadi pada tube ,dimana lapisan timah pada tube
terlalu tipis sehingga pada waktu dibaking oven timah yang menutupi
24
lock seam tinggal sedikit atau bahkan tidak ada timah .Sehingga pada
waktu ditest dengan tekanan 1,5 kg/cm, lapisan timah tidak kuat
menahan tekanan angin dan bocor .
Penanggulangan :
Cara penambalan :
Pada bagian yang penyok tadi diberi lapisan timah sampai kira-kira
manutupi bagian yang penyok tadi .Lalu lapisan timah tersebut
diratakan pakai kikir / file, sampai membentuk form seperti semula
.Baru bagian tersebut dihaluskan dengan amplas .
Hal ini bertujuan agar air yang masih ada pada radiator dapat
dihilangkan, sehingga pada waktu pengecatan ,air tersebut tidak
mengganggu .
25
2.1.5.9 Proses Penguningan filler
Keterangan :
26
4.Hasil pengecatan :
a.Tidak meleleh
b.Tidak Berbintik
c.Tidak kasar
Keterangan :
Tujuannya :
Keterangan :
2.1.5.14. Packing
Pastikan radiator didalam doos dalam keadaan baik dan aman dari
benturan yang akan mengakibatkan kerusakan.
27
2.2. TEORI METAL FORMING
28
Gambar : 2.17 Analisa pemotongan (Ref.3;hal.3)
2.2.3.Clearance
Untuk mendapatkan proses pemotongan plat ini yang terpenting
adalah panjang langkah yang diberikan ( stroke ), dalam hal ini
langkah punch-nya serta ukuran dari diameter atau profil dari punch
yang lebih kecil dari ukuran diameter atau profil die-nya. Perbedaan
diameter atau profil ini merupakan hal yang sangat pentinguntuk
menentukan hasil pemotongan. Selisih ukran antara punch dan die ini
disebut allowance,sedang yang dimaksud clearance adalh selisisih
ukuran yang besarnya diukur hanya pada satu sisi saja atau dengan
kata lain separuh dari allowance. Disamping itu besar clearance juga
dipengaruhi oleh ketebalan plat yang akan di punch.
Pada saat punch ditekan kebawah,maka pelat akan cenderung
membengkok hal ini akibat ujung punch atau die yang tumpul.
Demikian juga clearance yang besar akan memudahkan bengkoknya
plat tersebut.
29
Gambar : 2.18 Langkah Pemotongan (Ref.1;hal.5)
30
2.2.3.1.1.Untuk proses blanking pada material yang memiliki batas
patah geser tinggi dipilih clearance yang kecil agar didapat hasil
potongan yang baik
2.2.3.1.2.Untuk proses blanking pada mesin potong
otomatis,digunakan clearance yang besar agar mendapat umur pakai
yang lama
2.2.3.1.3.Untuk mendapatkan hasil potongan yang halus,bisaanya
dipilh clearance yang kecil.
Pada umumnya pemilihan clearance ini berkisar antara 10
15% dari tebal material yang akan dipotong.
31
Gambar : 2.20 Prinsip pemotongan (Ref.3;hal.6)
32
tadi yaitu berturut-turut berupa radius,lurus mengkilapdan berupa
patahan/robekan serta yang ke 4 adalah pada bagian ujungnya akan
terjadi burrs (chip)
2.2.4.4.Secondary Shear
Yang dimaksud dengan secondary shear ini adalah robekan
pada material yang tidak diinginkan. Bisaanya secondary shear ini
terjadi pada pemilihan clearance yang terlalu kecil antara 3 5 % tebal
material,bahkan clearance dengan sebesar kurang dari 3%
mengakibatkan banyak terjadi secondary shear. Dengan adanya
robekan yang tidak diinginkan ini,maka hasil permukaan potongnya
akn tidak halus,sehingga diperlukan lagi pemotongan agar permukaan
potongnya sempurn,dengan demikian ukuran yang dikehendaki akan
menjadi berkurang.
33
2.2.5.Jenis-jenis Pemotongan
2.2.5.1.Blanking
34
Gambar.: 2.24 Notching (Ref.3;hal.17)
2.2.5.4.Cropping
Jenis pemotongan dimana bentukan punch merupakan
bentukan produk. Lebar produk sama dengan lebar stock strip dan
panjang produk diatur dengan feeding. Dan scrap hanya terjadi pada
pemotongan pertama.
35
2.2.5.6.Lanzing
Merupakan kombinasi antara pemotongan dan penekukan
(shearing and bending). Jenis pemotongan ini membebaskan satu sisi
dari pemotongan dan sisi itu hanya terjadi pembendingan. Lanzing
juga sering disebut semi piercing.
2.2.5.7.Trimming
Jenis pemotongan ini bersifat finishing. Bisaanya triming
dilakukan untuk proses finishing deep drawing.
2.2.6.Jenis-Jenis Pembentukan
2.2.6.1.Bending
Jenis bentukan yang dilakukan dengan cara menekuk sebuah
material plat atau strip dengan sudut tertentu.
36
Gambar : 2.29 Bending (Ref.3;hal.18)
2.2.6.2.Embossing
Jenis bentukan yang berupa tonjolan-tonjolan yang tingginya
berkisar antara 1 sampai 3 mm. Jika kita akan melakukan assy antara
dua produk dengan cara spot welding maka bentukan embossing akan
memperkuat sambungan tersebut.
2.2.6.3.Deep Drawing
Jenis bentukan berupa cekungan yang dalam. Dalam proses ini
plat atau strip mengalami tarikan yang dalam hingga bentuk benda
yang berongga.
37
2.2.6.4.Forming
Jenis bentukan yang terjadi dengan mengikuti bentukan punch
dan die. Difinisi ini mungkin agak rancu, karena jika diartikan dalam
bahasa forming adalah bentukan. Dan bentukan itu sendiri dapat
terjadi dalam proses bending, embossing, dan deep drawing. Oleh
sebab itu forming atau bentukan ini adalah jenis bentukan selain
ketiga bentukan diatas.
2.2.7.1.Shank
Bagain perkakas yang paling atas adalah shank, bagian ini langsung
berhubungan dengan mesin press. Maka termasuk bagian yang
sangat penting. Bentuk dan ukuran tergantung dari bentuk holder yang
38
tersedia pada mesin press.Tidak semua dies menggunakan shank
Karena ini disesuaikan dengan meja mesin press,untuk kapasitas
mesin yang besar clamping dies pada mesin menggunakan baut dan
clamp jadi pada Top Plate dies dibuat alur T-slot.
2.2.7.2.Top Plate
Bagian ini berfungsi sebagai dudukan dari punch holder,shank,guide
bush.Top plate juga berfungsi sebagai bagian dari dies yang
meneruskan gaya dari gerak meja mesin.
2.2.7.3.Punch Holder
Bagian dari perkakas ini juga sering disebut dengan top shoe /
upper shoe yang berfungsi untuk dudukan punch dan sebagai assy
antara punch dengan top plate.
2.2.7.4.Punch
Pada perkakas punching tool yang paling utama adalah
pemotong, yang berupa berpasangan. Punch merupakan alat
pemotong male, pada umumnya bagian ini yang bergerak dan
posisinya diatas. Bentuk permukaan potong dari bagian ini tergantung
dari bentuk yang kita inginkan.
2.2.7.5.Stripper plate
Bagian ini berfungsi untuk menahan material yang terangkat
keatas karena terjepit punch. Hal ini dapat terjadi karena sifat yang
dimilki oleh material, yang sering disebut dengan spring back, yaitu
timbulnya gaya inti material, semakin ulet material semakin besar gaya
intinya.
2.2.7.6.Guide post
Bagian ini berfungsi sebagai pengarah antara Top plate assy
dengan bottom plate assy.Dengan guide post gerak open closed dies
pada fungsinya diarahkan oleh guide post ini sehingga gerakanya
terarah dan lurus.
39
2.2.7.7.Die
Die adalah alat pemotong bagian bawah (female) pada
umumnya tidak bergerak. Bentuk pemotongnya sesuai dengan bentuk
punch-nya. Alat pemotong ini merupakan satu set.
2.2.7.8.Die holder
Die holder pada prinsipnya berfungsi sama seperti Punch
holder,bedanya kalau die holder untuk dudukan die dan berada pada
bagian bottom.
2.2.7.9.Bottom Plate
Bottom plate secara fungsi sama dengan top plate, bottom plate
berada dibawah dan terikat pada meja mesin bagian bawah.Pada
bottom plate terdapat assy komponen seperti:Guide post,Holder
die,dan die.
2.2.7.9.Die Set
Untuk membuat perkakas punching tool diperlukan waktu yang
relative lama. Untuk mengatasi hal ini maka untuk bagian yang
memerlukan waktu pengerjaan lama bisaanya dapat dibeli
diperdagangan, yaitu terdiri dari Bush dan Pin, kesemuanya itu disebut
dengan guide pin ini merupakan pemandu dari gerakan upper die,
pada umumnya terpasang mati pada bottom plate, dan punch yang
ada pada upper plate akan bergerak naik turun tanpa kocak, karena
pada upper plate terpasang bush sebagai pemandu gerakan Pin tadi.
Bush dapat dibuat dari bronze atau baja yang dikeraskan dan
digerinda. Dengan adaya die set yang terjual diperdagangan, maka
ongkos produksi dapat ditekan. Selanjutnya tinggal merakit punch dan
die-nya. Untuk mengatur besarnya clearance, maka masing-masing
bagian dipasang sesuai dengan tempatnya, kemudian diikat dengan
baut, baru kemudian diberi dowel pin
40
2.3 Teori Bending Profile dan Sheet Metal
41
2.Bending Sheet Metal
Kadang-kadang Sheet metal atau plate dibending dengan
press.Plate dapat dikerjakan dengan proses yang berbeda-beda,
bending bebas dan bending dengan die.
42
L=a+bv
V = 0.429.Ri + 1.476.s
Untuk menentukan jarak minimum lubang dari garis
pembendingan agar lubang tidak mengalami deformasi
b = Ri + 2.s
43
BAB III
PERANCANGAN DIES DENGAN DESAIN BARU
3.1 Pendahuluan
Perkakas tool atau sering disebut Dies adalah sebuah tool
yang dipakai untuk menghasilkan bentukan sebuah produk dari bahan
plate.Dalam pembuatan sebuah dies kita harus membuat langkah-
langkah perencanaan untuk memudahkan dalam pembuatanya.Ada
beberapa langkah yang bisa kita lakukan yaitu antara lain:
- Membuat Gambar Produk
- Membuat Gambar Pre-Desaign
- Membuat Gambar Detail
- Membuat Gambar Assembling
Selain dari desaign gambar kita juga lakukan perhitungan-perhitungan
untuk menentukan dimensi dari komponen-komponenya sehingga
Dies yang kita buat nantinya dapat digunakan dengan life time yang
lama karena sudah berdasarkan oleh perhitungan-perhitungan yang
benar.
Dies adalah sebuah perkakas tool yang bekerja dengan
menggunakan bahan plate yang keras oleh sebab itu juga perlu
diperhitungkan dalam pemilihan material.Pemilihan material sangat
penting karena akan berpengaruh terhadap life time dies itu
sendiri.Untuk bagian Punch dan Die tentu material yang dipilih lebih
keras dibanding dengan bagian yang lain,seperti Top Plate ataupun
Bottom Plate karena bagian Punch dan Die merupakan bagian yang
langsung kontak dengan material pada saat proses
berlangsung.Memang dengan menggunakan material yang lebih
berkualitas akan lebih banyak biaya yang keluar tetapi jika dihitung
dari biaya perawatan dan penggantian komponen serta perbaikan-
perbaikan hal itu menjadi sangat menguntungkan karena Dies dengan
44
bahan yang lebih rendah kualitasnya pasti akan lebih sering
memerlukan perbaikan.
1. Shearing 1
2. Shearing 2
Pe rmasalahan 3. Parting
Proses pembuatan tidak efisien 4. Bending
5. End Form
6. Washing
Yes
1. Parting+Feeder
2. Bending
Ana li sa proses yang
3. End Form
paling efisien
4. washing
No Yes
1. Gambar Side Plate
Mengumpulkan data 2. Spesifikasi material
Yes
Yes
Proses trial
Yes
No
Yes
Kesimpulan
45
Dalam perencanaan pembuatan sebuah perkakas tool/Dies kita
harus tahu secara pasti dari produk yang akan dibuat dari segi fungsi
produk dan penggunaanya.Dengan mengetahui fungsi dan
penggunaan dari produk yang akan kita buat nantinya dapat dipakai
untuk menentukan konsep dasar dari dies yang akan dibuat.Untuk itu
produk yang dikehendaki harus jelas bisa berupa sample produk
maupun gambar produk dan jenis material yang akan dipakai
produksi serta tebal dari material tersebut.
Jenis/Type dan kapasitas dari mesin yang akan dipakai juga
harus kita ketahui.Dengan mengetahui mesin yang dipakai kita dapat
menentukan lebih lanjut perkakas press tool tersebut sehingga
nantinya dapat sesuai dipasang pada mesin tersebut.
Hal-hal yang perlu disesuaikan dengan kondisi mesin yaitu:
- Dimensi dari T-Slot mesin harus disesuaikan dengan alur
pada Top Plate maupun bottom plate dies.
- Tinggi Dies harus sesuai dengan kapasitas dari Die Height
mesin.
Selain kesesuain terhadap mesin yang dipakai dalam perancanagan
sebuah dies juga harus diperhitungkan konstruksi dari dies
tersebut.Dalam perencanaan sebuah dies kita juga harus pikirkan
rencana perawatan dari dies tersebut, misalnya bila kita akan
melakukan perbaikan-perbaikan seperti pengasahan terhadap Punch
dan Die-nya tidak perlu harus banyak membongkar komponen
lain.Selain itu juga perlu diperhitungkan ukuran dari panjang dan lebar
Top Plate dan Bottom plate jangan sampai lebih besar dari ukuran
meja mesin dan perlu juga diperhitungkan untuk posisi penempatan
dari bolt clamping.Dari segi non-Teknis juga perlu diperhatikan,
penampilan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil
*pembuatan karena penampilan adalah point pertama yang dapat
dilihat oleh customer.Untuk itu hasil pembuatan diusahakan tidak ada
sisi-sisi tajam dan sambungan antar bagian kelihatan rapi dan
pas.Dari segi penampilan proses Assembling adalah factor yang
46
sangat berpengaruh karena keahlian operator sangat dibutuhkan
dalam proses ini.
47
- Menentukan titik berat
- Menentukan gaya potong
- Menentukan gaya striper
- Jenis Pegas
- Tebal Die
Perencanaan sebuah press tool harus dibuat secara benar
sesuai dengan perhitungan perhitungan yang ada jadi dalam
pembuatan sebuah perkakas tool tidak boleh asal-asalan dalam
memeberikan ukuran.Dengan adanya perhitungan-perhitungan
tersebut maka konstruksi dies tersebut dapat dipertanggung jawabkan
kebenaranya karena angka-angka/diemensi yang didapat dihasilkan
dari sebuah perhitunganperhitungan dengan rumus yang
benar.Meskipun gambar Pre-Desaign sudah bisa dilihat/dipakai dalam
pembuatan dies tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan-
perubahan karena gambar Pre-Desaign masaih dalam tahap-tahap
gambar mentah (perkiraan).
3.2.1.3 Membuat Gambar Detail
Langkah selanjutnya setelah Pre-Desaign adalah membuat
gambar detail dari kompoen-komponen dies yang ada.Gambar detail
merupakan gambar rinci dari semua komponen yang ada dalam
konstruksi dies, tujuan dari gambar detail ini adalah untuk gambar
pengerjaan di work shop oleh operator.
Dengan adanya gambar detail akan memudahkan dan
mempercepat pembuatan sebuah perkakas press,karena operator
dapat secara mandiri dapat membuat komponen yang dibutuhkan
secara benar sesuai dengan gambar detail yang ada dan sesuai
dengan maksud perancang.Dengan adanya gambar detail ini juga
dapat malakukan pengecekan apakah gambar Pre-Desaign benar-
benar dapat dikerjakan atau masih ada bagian-bagian yang tidak
cocok dan harus dilakukan modifikasi ataupun dilakukan penggantian.
48
3.2.1.4 Membuat Gambar Assembling
Setelah semua tahap perancangan dilakukan sekarang kita
lakukan tahap yang terakhir yaitu membuat gambar assembling.Dari
semua komponen-komponen dari gambar detail yang telah dibuat kita
aplikasikan dalam sebuah gambar assembling.Dari gambar detail
yang sudah ada ukuran-ukuran tersebut kita dapat meembuat gambar
assembling yang baik dimana semua bagian-bagianya dapat terkait
dengan baik/tidak bertabrakanDengan selesainya gambar assembling
maka semualangkah-langkah sudah selesai dilakukan dan gambar
siap dikirim ke work shop untuk dilakukan proses pengerjaaan
pembuaan dies.
49
A.Bentangan Lebar Bahan
= Sudut pembendingan
Ri = Radius
S = Tebal bahan
50
Harga x
= 0 sampai 30 x= S/2
= 31 sampai 120 x= S/3
= 121 sampai 180 x= S/4
V=(Ri+S)+(Ri+S)-lb
= 2 Ri + 2 S - (r f.. )/180
= 2Ri + 2S 1,571 (Ri + x)
= 2Ri + 2S 1,571 (Ri + S/3)
= 2Ri + 2S 1,571Ri -0,524 S
= 2Ri + 2S 1,571Ri -0,524 S
= 0,429 Ri + 1,476 S
= 0,429x2 + 1,476x1
=2,334 mm
51
B=(28-5)+8,635
= 31,635 mm
L= 2A + B 2V
=( 2x10) + 31,635 (2x2,334)
= 20 + 31,635 4,668
= 46,967
= 47 mm
Sin 45 =5,5 / X
X = 5,5 / Sin 45 (Ref .6;hal.3)
X = 7,778 mm
V2= 2N + lb
= (2 tan ) / 2 + ( .r f. )/180 V1= Closed Bending
= 1 + (Ri+S/3) /180 V2= Perlit Bending
= 1 + 0,286
= 1,286 mm
52
L = 5 + 6 + 7,778 (V1+V2)
= 5 + 6 + 7,778 (2,334 + 1,286)
= 15,158
= 15,16 mm
53
Keliling Potong (Parting + Piercing)
Kel=(17,66+3,7+1/4..4+2+1/4..4+1,3+1/4..2+9,2+11+7,2+1/4..5)
4 + (.5.4)
= (63,83 x 4)+(3,14x5x4)
= 318,15mm
Luas Potong
A = 318,15 x t
= 318,15 x 1
= 318,15 mm2 (Ref .3;hal.13)
B= 0.8 B
F= B x A
= 0.8 B x 318,15
= 0,8 x 289 x 318,15
= 73556,28 N = 7,3 ton
3.2.2.3 Kapasitas Mesin Proses Parting
Kapasitas mesin adalah penentuan kekuatan minimum mesin
yang mampu untuk proses produksi sesuai dengan penggunaan press
tool dengan perhitungan yang didapat.
Kapasitas biasanya dihitung dengan menambahkan 30% dari gaya
Potong.
Kapasitas = 30% F + F
= 30%.7,3 + 7,3
= 9,49 ton
3.2.2.4 Perhitungan Gaya Striper
Apabila kita memotong plate dengan Punch maka plate
tersebut akan cenderung terjepit oleh Punch dan Die.Untuk mengatasi
hal tersebut yaitu dengan cara melepaskanya kembali menggunakan
Striping Plate.
54
Penjepitan tersebut dapat terjadi akibat sifat logam yang dimilikinya
yaitu elastisitas logam atau sering disebut Spring Back.Selain itu juga
diakibatkan oleh perubahan struktur logam yang mengalami sifat
lumer selama proses berlangsung.Pada umumnya besarnya gaya
striper ini diambil antara 5% sampai 10% dari gaya potong,tetapi untuk
hal-hal khusus dapat diambil 2% sampai 20% dari gaya potong
(Sumber: Punching Tool)
Fs = 10% x F
= 10% x 73556,28
= 7355,62 N = 0,73 ton
Konstanta Pegas (C)
Fs = n.C.f
(Ref .3;hal.17)
C = Fs / (n x f)
= 7355,62 / (6 x 2)
= 612,96 N/mm
Fs = Gaya Striper
f = Defleksi pegas ( Tebal Bahan + 1mm)
n = Jumlah Pegas
55
Clearence semakin kecil hasil potong akan semakin baik tetapi umur
pakai/life time Punch dan Die akan lebih pendek disbanding Clearence
yang lebih besar.
Clearence = 10% x 1
= 0,1 mm
Allowance = 0,1 x 2 (Ref .3;hal.16)
= 0,2 mm
B = F / A
A = 59029,98 / 231,2
= 255,32 mm2
A=Pxl
l =A/P
= 255,32 / 47
= 5,43 = 5 mm
B = Tegangan geser
F = Gaya Parting
56
P = Panjang ( lebar bahan)
L = Lebar Punch
A = Luas
Ukuran Punch
57
3.2.2.6 Daftar Harga Peralatan
Daftar Harga peralatan adalah daftar harga alat yang dibuat
maupun alat yang dibeli dalam bentuk barang jadi.Berikut adalah
daftar harga alat berdasarkan dari data purchasing perusahaan
Dies Lama = Rp 10,000,000.00
Dies Baru = Rp 15,000,000.00
Mesin Shearing = Rp 150,000,000.00
Mesin 160T = Rp 436,000,000.00
Mesin 60T = Rp 150.000.000,00
Mesin 25T = Rp 109,000,000.00
Feeder = Rp 90,000,000.00
Uncoiler = Rp 45,000,000.00
58
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1 Pendahuluan
Setelah Design drawing dan perhitungan telah selesai
dilakukan dalm perancangan press tool maka selanjutnya dalam Bab
ini akan diuraikan tentang proses akhir dari pembuatanya.
Proses akhir ini akan meliputi beberapa tahap,yaitu:
1. Proses Assembling
Dalam proses ini yaitu pengganbungan atau perakitan
dari komponeen-komponen yang sudah dari machining
dirakit menjadi satu unit dies.
2. Proses Trial
Proses ini adalah percobaan/Trial dies yang sudah
dirakit.Trial dilaksanakan pada sebuah mesin press
mengguanakan bahan yang akan dipakai untuk produksi
3. Proses Analisa
Ini adalah proses paling akhir dari pembuatan sebuah
dies.Dalam proses ini sample produk sudah ada sehingga
kita dapat melakukan analisa dari produk hasil trial baik
dari segi dimensi,penampilan dan karakteristik-
karakteristik yang diperlukan.
4.2 Proses Assembling
Proses Assembling merupakan proses yang sangat penting,
karena dalam tahap ini semua komponen-komponen yang sudah jadi
selesai proses machining akan dirakit menjadi unit dies.Dalam tahap
ini pula akan diketahui apakah komponen yang kita desaign dan kita
buat dapat dipasang dengan baik. Ada kalanya dari komponen-
komponen yang sudah jadi perlu dimodifikasi karena bias ada
kemungkinan ada tidak kesesuaian dengan pasanganya.Dalam
proses assembling ini ketrampilan dan pengalaman dari operator
sangat diperlukan karena akan sangat menentukan hasil akhir dari
sebuah dies.Berikut urutan-urutan proses assemblingnya:
59
1.Siapkan semua komponen-komponen yang dieperlukan dalam
sebuah tempat dan pastikan semua komponen sudah lengkap.
2. Periksa semua bagian yang bersisi tajam harus di champer
(kecualai untuk Punch dan Die karena sisi tajam diperlukan untuk
pemotongan).ini dilakukan untuk keamanan agar tidak melukai
tangan saat perakitan.
3. Lakukan proses pemasangan mulai dari bagian-bagian yang
menempel pada bottom plate seperti:
- Die Plate
- Spacer Die
- Guide Pin
- Stoper Bahan
Kencangkan baut-baut pengikatnya setelah sebelumnya pastikan
bahwa dowel pin sudah terpasang pada masing-masing bagian
komponen.Ini untuk menjaga agar posisi natar komponen tidak
mengalami pergeseran dan jika sewaktu-waktu dibongkar dapat
dipasang lagi pada posisi yang sama.
4. Kemudian lakukan pemasangan pada komponen komponen yang
menempel pada bagian top plate , seperti:
- Punch
- Punch Holder
- Spring
- Striper Plate
- Shank
- Guide Post
Sama seperti perakitan pada bottom plate kencangkan semua baut-
baut pengikatnya dan check apakah semua dowel pin sudah
terpasang.
5. Setelah semua komponen-komponen terpasang sekarang lakukan
proses penggabungan antara Top Plate assy dengan Bottom Plate
assy.Karena konstruksi dies yang kecil maka proses penggabungan
60
cukup diangkat dengan tangan (kalau untuk dies yang besar harus
dengan bantuan hoist)
Untuk proses perakitan ini harus hati-hati jangan sampai sisi tajam
antara Punch dan Die menjadi tumpul karena benturan yang
diakibatkan oleh tidak center,untuk menghindarinya bias diberikan
grease untuk pelapisan.
6. Pastikan gerakan antara Top assy dan Bottom assy tidak
macet.Lakukan pengetesan dengan menaik-turunkan top assy jika
pergerakanya sudah lancar berarti kondisi sudah baik.Idealnya jika
diangkat top assy dapat mudah untuk dikeluarkan tetapi antara guide
pin dan guide post tidak boleh kocak/oblak.
7. Untuk tahap selanjutnya dies tersebut siap untuk dilakukan trial
pada mesin
4.3 Proses Trial
Proses trial adalah proses percobaan dies yang sudah selesai
dirakit pada sebuah mesin press dengan menggunakan bahan
produksi.Proses ini harus hati-hati karena kondisi dies masih baru
sehingga perlu diperhatikan agar bagian-bagian yang kontak tidak
mengalami rusak.Dalam trial ini ada beberapa tahap, yaitu:
1. Naikkan Ram (meja mesin atas) pada titik mati atas.
2. Setting Die Height mesin
- Ukur tinggi dies
- Setting Die Height mesin mendekati dari tinggi dies
3. Naikkan dies pada bolster (Meja mesin bawah)
4. Posisikan dies pada center / titik tengah dari meja mesin dan
posisi lurus.
5. Pasang Baut Clamp
- Masukkan baut clamp pada T-Slot mesin
- Ikat bottom plate dengan baut clamp pada 2 sisi arah
diagonal
- Kencangkan baut clamp dengan kunci pas
61
6. Posisikan Ram pada titik mati bawah dan atur tinggi Ram agar
sesuai denga stroke dies dengan cara menekan DHA (Die
Height Adjuster)
7. Kecilkan Chuck/Rahang pada uncoiler bahan dengan
memutar tuas pemutar.
8. Masukkan coil bahan pada chuck uncoiler.
9. Besarkan chuck pada uncoiler dengan memutar tuas
sehingga coil bahan terikat.
10. Posisiskan tombol uncoiler pada posisi auto dan tarik bahan
melewati feeder bahan kemudian masukkan diantara stopper
pengarah pada dies.
11. Atur stoper pada dies agar posisi bahan stabil dan bahan
yang masuk ke dies dalam posisi lurus sehingga hasil parting
tidak lebar sebelah.
12. Setting panjang potong dengan memasukkan angka panjang
potong pada NC feeder bahan.( panjang potong adalah
panjang lemparan bahan yang dihasilkan dari feeder )
13. Kemudian posisikan saklar SPM pada posisi auto
14. Tekan tombol push button pada mesin sehingga Ram
bergerak naik turun dan secara otomatis bahan akan bergerak
maju sesuai panjang potong dari feeder.
15. Produk hasil potong akan masuk pada meja penampung
bahan dan potong 25 pcs untuk hasil pengukuran
16. Berikan sample product pada QC untuk dilakukan
pemeriksaan dan penghitungan capabilitinya.
- Bila hasil QC dinyatakan OK maka product misal bisa
dijalankan
- Bila hasil QC dinyatakn NG maka dilakukan analisa
penyebab NG dan lakukan perbaikan.Lakukan trial
kembali seperti point-point diatas sampai hasil
dinyatakan OK.
62
4.4 Hasil Dan Annalisa
Dari sample produk yang diberikan ke QC, maka akan dicheck
apakah sample yang dihasilkan memenuhi toleransi-toleransi ukuran
yang ditetapkan dalm drawing produk.
Selain dari dimensi segi penampilan juga perlu dicheck karena
hasil proses parting akan kelihatan apakah hasil potongnya baik atau
tidak. Jika hasil parting-nya baik maka hasil potong tidak ada bram
atau sisi tajam.Tetapi jika ada bram maka:
- Ada kemungkinan clearance terlalu besar
- Punch atau Die ada yang kurang tajam atau tumpul.
Kemudian dari segi panjang potong juga perlu dicheck, variasi
panjang potong lebih dipengaruhi dari segi feeder bahan selain itu
juga stoper bahan sangat berpengaruh karena jika stoper terlalu rapat
akan berakibat pada laju maju bahan yang berat sehingga bisa
mengakibatkan hasil potong yang panjang pendek (untuk hasil proses
parting hasil pengukuran variasi panjang potong terlampir dalam hasil
capability proses dari QC).
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulan ini akan diberikan perbandingan antara
proses yang lama (Dengan dies lama) dan proses yang baru (dengan
dies baru).walaupun perbedaan hanya terdapat pada proses parting
saja tetapi dengan dies parting baru ini akan dihasilkan perubahan
proses yang besar karena didukung dengan pengguanaan feeder dan
bahan yang sudah dalam bentuk coil.Dalam proses yang baru ini akan
menghilangkan proses shearing (2 kali shearing) dan bisa mengurangi
jumlah 3 orang operator.
5.1.1 Perbandingan Proses
Tabel:5.1 Perbandingan Proses
Lama Baru
No Proses Jumlah Operator No Proses Jumlah
Operator
1 Shearing 1 1 Parting+Feeder -
2 Final 1 2 Bending 1
Shearing
3 Parting 1 3 End Forming 1
4 Bending 1 4 Washing 1
5 End Forming 1 Total 3
6 Washing 1
Total 6
Dilihat dari perbandingan proses antara yang lama dengan yang baru
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terjadi penghematan dalam penggunaan jumlah mesin yaitu dari
6 mesin menjadi 4 mesin.
2. Terjadi penghematan dalam jumlah operator yaitu dari 6 orang
menjadi 3 orang.
64
3. Terjadi penghematan flow chart proses dari 6 menjadi 4 sehingga
dapat memperpendek waktu proses.
5.1.2 Perbandingan Desaign
Desaign Baru
Desaign Lama
65
5.1.4 Perbandingan Total
Dari perbandinganperbandingan yang diatas maka dapat
disimpulkan bahwa dengan proses yang baru ini terjadi penghematan
penghematan yaitu:
5.2 Saran
Dilihat dari perbandingan antara proses lama dengan proses
yang baru baik dari segi kapasitas, jumlah operator dan jumlah mesin
maka disarankan agar proses-proses produksi sekarang yang masih
berjalan secara manual untuk bisa dilakukan perubahan proses
menjadi lebih ringkas jika dilihat memungkinkan untuk
dilakukan.Dengan perubahan-perubahan tersebut sudah terbukti terjadi
penghematan yang sangat besar terutama dilihat dari segi keuntungan
biaya.
66
.
67
68
DAFTAR PUSTAKA
65