Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen semu yang

dilakukan di SMK Negeri 1 Purwodadi antara pembelajaran yang

menggunakan pembelajaran kontekstual untuk kelas XPJ II sebagai kelompok

eksperimen dan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran konvensional

untuk kelas XPJ I sebagai kelompok kontrol. Data dalam penelitian ini terdiri

dari data angket minat serta data dari nilai pretest dan posttest. Perlakuan untuk

kelompok eksperimen adalah menerapkan pembelajaran kontekstual dan untuk

kelompok kontrol adalah melakukan pembelajaran seperti biasa yaitu dengan

pembelajaran konvensional. Adapun deskripsi hasil minat dan prestasi belajar

siswa adalah sebagai berikut:

1. Minat Belajar

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti memberikan

angket minat kepada siswa untuk diisi. Data yang diperoleh berdasarkan

hasil isian angket, dapat disimpulkan bahwa besarnya minat belajar siswa

antara yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran

konvensional adalah hampir sama. Dari perhitungan analisis deskriptif

didapat hasil sebagai berikut:


2

Tabel 4.1 Skor Minat Awal dan Minat Akhir antara Kelompok
Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK).

Skor Statistik Minat Awal Minat Akhir


KE KK KE KK
Jumlah Siswa (n) n = 40 n = 40 n = 40 n = 40
Skor Maks 111 106 118 114
Skor Min 65 65 70 69
x 89,300 86,350 90,725 86,050
s 11,794 10,545 10,201 9,701
Keterangan:

KE = Kelompok Eksperimen

KK = Kelompok Kontrol

= Rata-rata minat awal dan minat akhir


x
s = Simpangan baku minat awal dan minat akhir

Pada akhir tindakan penelitian, peneliti juga memberikan angket minat

belajar matematika. Lembar angket minat belajar matematika siswa yang

diberikan pada akhir tindakan penelitian sama dengan angket minat belajar

matematika siswa yang diberikan sebelum melakukan tindakan penelitian.

Dari hasil analisis deskriptif tersebut diketahui bahwa untuk kelompok

eksperimen dengan skor maks yang didapat 111; skor min 65; rerata minat

awal 89,300; simpangan baku minat awal 11,794. Untuk data minat akhir

kelompok eksperimen, dengan skor maks yang didapat 118; skor min 70;

rerata minat akhir 90,725; simpangan baku minat akhir 10,201.

Untuk kelompok kontrol dengan skor maks 106; skor min 65; rerata

minat awal 86,350; simpangan baku minat awal 10,545. Untuk data minat

akhir, dengan skor maks 114; skor min 69; rerata minat akhir 86,050;

simpangan baku minat akhir 9,701; dan jumlah kuadrat skor total minat
3

akhir 299854. Data hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada lampiran

14.5.

Dari perhitungan uji-t diketahui bahwa untuk minat awal, karena

maka hipotesis nihil diterima artinya minat


t hit =1, 179<t0, 05( 78)=2, 000

belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum

dikenai perlakuan adalah sama atau setara.

2. Prestasi Belajar

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti memberikan pretest

dan postest kepada siswa untuk dikerjakan. Setelah semua data terkumpul

maka data tersebut harus dianalisis terlebih dahulu. Data yang diperoleh

berdasarkan hasil pretest dan postest, dapat disimpulkan bahwa besarnya

prestasi belajar siswa antara yang menggunakan pembelajaran kontekstual

dan pembelajaran konvensional sebelum dilakukan tindakan adalah

hampir sama dan dapat dikatakan sudah baik. Dari perhitungan analisis

deskriptif didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2 Skor Pretest dan Posttest antara Kelompok Eksperimen (KE)
dan Kelompok Kontrol (KK).

Skor Statistik Pretest Posttest


KE KK KE KK
Jumlah Siswa (n) n = 40 n = 40 n = 40 n = 40
Skor Maks 10 10 10 10
Skor Min 5 4 7 5
x 7,250 6,825 9,425 8,200
s 1,296 1,678 0,958 1,539
s2 1,679616 2,815684 0,917764 2,368521
4

Keterangan:

KE = Kelompok Eksperimen

KK = Kelompok Kontrol

= Rata-rata pretest dan posttest


x
s = Simpangan baku pretest dan posttest

s2 = Variansi pretest dan posttesst

Dari hasil analisis deskriptif tersebut diketahui bahwa untuk kelompok

eksperimen rerata skor pretestnya 7,250; simpangan baku pretest 1,296;

dan variansi pretest 1,679616. Untuk data posttest kelompok eksperimen,

rerata posttest 9,425; simpangan baku posttest 0,958; dan variansi posttest

0,917764.

Untuk kelompok kontrol rerata skor pretestnya 6,825; simpangan baku

pretest 1,678; dan variansi pretest 2,815684. Untuk data posttest, rerata

posttest 8,200; simpangan baku posttest 1,539; dan variansi posttest

2,368521. Data hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada lampiran 14.5.

Dari perhitungan uji-t diketahui bahwa untuk pre-test, karena

maka hipotesis nihil diterima artinya


t hit =1, 268<t 0,05( 78 )=2, 000

prestasi belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

sebelum dikenai perlakuan adalah sama atau setara.


5

B. Uji Asumsi Analisis

1. Uji Normalitas Bivariat

Uji normalitas bivariat bertujuan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal bivariat atau tidak. Adapun hasil dari uji normalitas

bivariat adalah sebagai berikut:

a. Uji Nomalitas Bivariat untuk kelas kontrol menunjukkan bahwa

hasil dari masing-masing data diperoleh hasil yang berada didalam garis

sebanyak 22 dan yang berada diluar garis sebanyak 18, hal ini dapat

disimpulkan bahwa normal bivariat. Dapat dilihat pada lampiran 14.4.

b. Uji Nomalitas Bivariat untuk kelas eksperimen menunjukkan bahwa

hasil dari masing-masing data diperoleh hasil yang berada didalam garis

sebanyak 23 dan yang berada diluar garis sebanyak 17, hal ini dapat

disimpulkan bahwa normal bivariat. Dapat dilihat pada lampiran 14.4.

C. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Perbedaan Minat dan Prestasi Belajar Siswa SMK dalam


Pembelajaran Matematika antara yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual dan Menggunakan Pembelajaran
Konvensional.

Untuk membuktikan hipotesis tersebut terlebih dahulu ditentukan

perbedaan prestasi belajar siswa SMK dalam pembelajaran matematika

antara yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan menggunakan


6

pembelajaran konvensional. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t

Hotelling.

Hipotesis:

HO : 1 = 2, atau 11
= 21
12 22

righ righ



( ) ( )

H1 : 1 2, atau 11 21
12

22

righ righ



( ) ( )

Statistuk uji

F=
2
( n1 +n2 3 ) T
2 ( n1 +n2 2 )

Dimana

=
2 '
T n1 n2 ( X 1 X 2 ) S p1 ( X 1 X 2 )
n1 +n2

Kriteria

HO ditolak jika F > F0,05 (2;77) = 3,11

Dari hasil perhitungan dengan rumus uji-t2 Hotelling diperoleh

bahwa FHitung = 5,1704 > F0,05 (2;77) = 3,11 maka hipotesis nihil ditolak dan

artinya ada perbedaan minat dan prestasi belajar siswa SMK dalam

pembelajaran matematika antara yang menggunakan pembelajaran


7

kontekstual dan menggunakan pembelajaran yang konvensional. Hasil

uji-t2 Hotelling selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.1 halaman

(186 - 188).

D. Pembahasan

Keefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran

kontekstual dan pembelajaran konvensional berdasarkan hasil pengamatan dan

informasi yang didapat, kondisi pembelajaran di SMK Negeri 1 Purwodadi

dapat dikatakan masih menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam

pembelajaran konvensional, guru mengajarkan materi pembelajaran secara

langsung dengan metode ceramah, tanya jawab, memberikan contoh-contoh

dan latihan soal, materi pelajaran didapatkan dari guru, siswa bekerja secara

individu dan lebih menekankan pada tugas. Hal ini dapat menimbulkan

kebiasaan pada siswa untuk bertindak pasif, karena sedikit sekali kesempatan

yang diberikan pada siswa untuk menunjukkkan kemampuannya, karena

keterlibatan siswa selama pembelajaran terbatas, juga dapat menyebabkan

siswa hanya belajar menghafal, dan siswa cenderung bosan, hal ini dapat

menyebabkan siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran. Namun

pembelajaran konvensional juga mempunyai kelebihan antara lain penggunaan

waktu yang tepat, pengajaran terencana, disiapkan dengan baik, dan relative

murah. Sedangkan pembelajaran kontekstual, pembelajaran yang berfokus

pada kegiatan siswa secara individu dalam satu kelompok dan dengan

kelompok lain. Dengan menggunakan masalah-masalah kontekstual untuk


8

mempermudah menyampaikan materi pelajaran, aktifitas belajar dilakukan

secara diskusi, saling tukar menukar ide, tanya jawab, dan penyimpulan

jawaban. Pembelajaran kontekstual memberikan pengertian yang jelas kepada

tentang keterkaitan antara matematika dan kehidupan sehari-hari (kehidupan

didunia nyata), memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa cara

penyelesaian suatu soal atau masalah tidak jarus tunggal. Dalam pembelajaran

kontekstual ini siswa tidak lagi dipandang sebagai pelajar pasif tetapi justru

dipandang sebagai pihak yang aktif dalam mempelajari konsep matematika,

guru tidak lagi sebagai pengajar yang utama, tetapi lebih sebagai pendamping

bagi siswa, dimana perubahan pandangan tersebut tidak begitu mudah untuk

dipraktikkan; pencarian soal-soal yang kontekstual, yang memenuhi syarat

dalam pembelajaran kontekstual, upaya mendorong siswa agar bisa

menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan tiap-tiap soal juga tidak

mudah. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan kedua pembelajaran tersebut,

dalam penelitian ini dapat diduga bahwa pembelajaran kontekstual lebih efektif

dari pada pembelajaran konvensional. Lebih efektifnya pembelajaran

kontekstual dari pada pembelajaran konvensional secra umum dikarenakan

pembelajaran ini akan lebih meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa

melalui kegiatan dalam kelompok, maka dalam penelitian ini dapat diduga

bahwa hasil belajar siswa (post test) yang menggunakan penbelajaran dengan

pembelajaran kontekstual lebih besar daripada yang menggunakan

konvensional.
9

Apabila ditinjau dari kegiatan belajar dalam pembelajaran konvensional,

siswa belajar secara individu, menekankan pada tugas, materi pelajaran

disampaikan langsung oleh guru dengan ceramah, memberikan contoh-contoh

dan memberikan latihan soal. Berbeda dengan pembelajaran kontekstual

kegiatan pembelajaran lebih banyak dilakukan siswa dalam kelompok, yakni

memahami masalah, saling tukar menukar ide, diskusi, tanya jawab, sampai

penyimpulan. Oleh karena itu dalam pembelajaran konvensional dapat

memungkinkan siswa kurang memahami konsep yang sedang dipelajari, yang

pada akhirnya akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

Pada pengujian hipotesisnya mengenai Ada perbedaan minat dan prestasi

belajar siswa SMK dalam pembelajaran matematika antara yang menggunakan

pembelajaran kontekstual dan menggunakan pembelajaran konvensional, pada

pengujian hipotesis kedua ini dengan uji-t Hotelling. Dari hasil perhitungan

dengan rumus uji-t2 Hotelling diperoleh hasil bahwa FHitung = 5,1704 > F0,05 (2;77)

= 3,11 sehingga hipotesis nihil ditolak dan artinya ada perbedaan yang

signifikan pada minat dan prestasi belajar siswa antara kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari tes kemampuan awal (pretest),

tes kemampuan akhir (posttest) dan angket minat siswa yang dilaksanakan di

SMK Negeri 1 Purwodadi, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan

pembelajaran kontekstual yang dilakukan di kelas X PJII sebagai kelompok

eksperimen memberikan minat dan prestasi belajar yang lebih baik daripada
10

tanpa menggunakan pembelajaran konvensional yang dilakukan di kelas X PJI

sebagai kelompok kontrol.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh peneliti di kelas XPJI dan

XPJII SMK Negeri 1 Purwodadi mengenai komparasi minat dan prestasi

belajar siswa SMK dalam pembelajaran matematika antara yang

menggunakan pembelajaran kontekstual dan menggunakan pembelajaran

konvensional, dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain:

1. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam waktu yang terbatas dan

sebagian besar tindakan hanya difokuskan dan dilakukan di kelas X PJII

sebagai kelompok eksperimen dan hanya diterapkan pada satu pokok

bahasan sehingga dalam meneliti dan mengamati perbandingan minat dan

prestasi belajar siswa kelas X PJI yang digunakan sebagai kelompok

kontrol dan kelas X PJII yang digunakan sebagai kelompok eksperimen

dirasa belum tercapai secara optimal.

2. Meskipun peneliti dibantu oleh dua pengamat lain dalam

melakukan penelitian, peneliti masih kesulitan dalam melakukan observasi

terhadap hal-hal yang dibicarakan siswa dalam diskusi kelompok sehingga

kemungkinan ada data-data yang terlewatkan.

Anda mungkin juga menyukai