Anda di halaman 1dari 5

Ind. J. Chem. Res.

, 2014, 2, 155 - 159

BIOETHANOL PRODUCTION FROM WASTE COCONUT WATER


THROUGH FERMENTATION PROCESS

Pembuatan Bioetanol dari Limbah Air Kelapa Melalui Proses Fermentasi

Dominggus Malle1,*, I.B.D. Kapelle2, Flourence Lopulalan2


1
Faculty of Agriculture Pattimura University, Kampus Poka, Jl. Ir. M. Putuhena, Ambon 97134
2
Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Pattimura University, Kampus Poka, Jl. Ir. M. Putuhena, Ambon 97134

*E-mail: d.malle@faperta.unpatti.ac.id

Received: June 2014 Published: July 2014

ABSTRACT
Bioetanol can be produced through glucose fermentation using saccharomyces cerevisiae. Was done to make
coconut water contains small amount of carbohydrate. A researcher had taken research was done to make
bioetanol from coconut water waste. The result of the research shows that coconut water fermentation with
yeast has maximum speed after 70 minutes incubation. The fermentation solution was then destilated. Bioetanol
purity was about 76-80% after HPLC analysis.

Keyword : bioetanol, coconut water, distillation, fermentation

PENDAHULUAN Kelapa merupakan sumber daya alam


Krisis energi yang melanda dunia membuat Indonesia yang sangat potensial. Pohon kelapa
kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) dan dapat tumbuh dengan baik di hampir seluruh
kenaikan harga BBM sudah tidak bisa diatasi wilayah Indonesia. Masyarakat pada umumnya
lagi. Persediaan minyak bumi dunia semakin sangat akrab dengan kelapa karena
menipis dan harganyapun terus melonjak seiring penggunaannya sebagai santan pada masakan
dengan perkembangan teknologi dan industri. sehari-hari, ataupun sebagai minyak kelapa.
Sehingga kebutuhan akan sumber energi makin Sebut saja pemanfaatan kelapa sebagai bahan
meningkat terutama minyak bumi. Untuk itu, baku kosmetik, kopra putih, pernak-pernik
pencarian energi alternatif berbasis tumbuh- barang seni, bahan pembuatan shampoo,
tumbuhan (nabati) merupakan salah satu margarin, karbon aktif, bahan baku obat-obatan,
pilihan guna membuat bioetanol sebagai dan lain sebagainya. Karena begitu ragamnya
sumber energi alternatif (Rahmanto, 2009). manfaat dari kelapa ini, maka tidaklah
Salah satu bahan alternatif bahan bakar mengherankan jika kelapa mendapat julukan
minyak (BBM) non fosil adalah bioetanol sebagai pohon kehidupan (the tree of life).
terbarukan yang potensial untuk dikembangkan Pengolahan kelapa secara industri biasanya
di Indonesia. Bioetanol sebagai salah satu bahan menyisakan air kelapa yang tidak dimanfaatkan
bakar alternatif masyarakat belum diterapkan atau dibuang (limbah). Namun, air kelapa
sama sekali karena masih dalam tahap penelitian masih mengandung gula- gula sederhana yang
dan uji coba. Padahal di Indonesia, banyak dapat dikonversi menjadi bioetanol melalui
sekali sumber daya alam hayati yang dapat proses fermentasi.
digunakan sebagai bahan baku untuk Bioetanol merupakan cairan hasil proses
memproduksi bioetanol (Hananto Putro dan fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati)
Ardhiany, 2010). Salah satu sumber daya alam menggunakan bantuan mikroorganisme
hayati yang dapat digambarkan sebagai bahan (Anonim, 2011). Produksi bioetanol dari
baku adalah kelapa. tanaman yang mengandung pati atau

155
Dominggus Malle, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2014, 2, 155 -159
1

karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi Selanjutnya ditambahkan 8 mL akuades dan


karbohidrat menjadi gula atau glukosa dengan diukur absorbansinya dengan menggunakan
beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis Spektrofotometer UV-VIS pada 540 nm.
asam dan secara enzimatis. Glukosa yang Tahap fermentasi
diperoleh selanjutnya dilakukan proses Sebanyak 500 mL filtrat dimasukkan ke
fermentasi atau peragian dengan menambahkan dalam botol fermentor kemudian ditambahkan
yeast atau ragi sehingga diperoleh bioetanol. 0,875 g K2HPO4 dan ditambahkan 30 g
Bioetanol yang dihasilkan mempunyai
ammonium sulfat dan diaduk hingga larut.
banyak manfaat diantaranya digunakan untuk
Kemudian ditambahkan 8,75 g ragi, diaduk
bahan dasar industri farmasi dan campuran
selanjutnya dilakukan inkubasi dengan cara
bahan bakar kendaraan. Jika bioetanol dipakai
menutup rapat botol fermentor pada suhu 30C.
sebagai campuran bahan bakar maka akan
Pengambilan cuplikan dilakukan disetiap
mengurangi ketergantungan terhadap bahan
variasi waktu pertama, kedua, ketiga dan
bakar fosil. Dan jika dapat mengurangi
seterusnya sampai proses fermentasi berhenti.
ketergantungan pemakaian bahan bakar fosil
Setelah itu siap didestilasi.
maka dapat mengurangi produksi gas rumah
kaca dan gas-gas penyebab hujan asam.
Tahap Destilasi
Penggunaan bahan bakar etanol ini tidak
Destilasi I
menimbulkan pencemaran udara sehingga aman
Cairan hasil proses fermentasi diambil
untuk digunakan (Ishom dkk,2007).
sebanyak 200 mL, dimasukkan ke dalam botol
destilasi dan ditambahkan batu didih kemudian
METODOLOGI
dipanaskan hingga mendidih. Dikumpulkan
destilat pada suhu 90C, diuji berat jenis
Alat dan Bahan
dalam massa etanol/mL destilat dengan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian
menggunakan metode Jeffers (2000) (grafik).
ini adalah Seperangkat alat gelas, Satu set alat
destilasi Fine, Autoclave TOMY ES-215, Hot-
Destilasi II
plate dan Magnet stirer Cimarec, Neraca analitik
Prosedur dilakukan seperti pada destilasi
OHAUSS AdventureTMPro, Termometer,
tahap pertama. Semua fraksi destilat yang
Stopwatch, Corong, Batang pengaduk,
mendidih pada suhu 80C dikumpulkan.
Kromatografi Cair (HPLC) (WATERS), Botol
Selanjutnya dilakukan uji berat jenis etanol
fermentor sederhana, Spektroskopi UV-VIS.
sesuai metode grafik Jeffers (2000).
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Air kelapa, Ragi/Khamir Analisis Kadar Bietanol
(Saccharomyces cerevisiae), K2HPO4 (BioBasic Hasil yang diperoleh dari proses destilasi
Inc), MgSO4.7H2O (BioBasic Inc), (NH4)2SO4 tahap 2, dianalisis pada laboratorium Balai
(BioBasic Inc), Akuabides, DNS (Dinitro Pengkajian Bioteknologi, BPPT Serpong,
salisilat) Tangerang dengan menggunakan metode
HPLC/KCKT, dengan kondisi operasi sebagai
Prosedur Kerja berikut :
Persiapan sampel dan analisis kandungan
gula pereduksi 1. Fase gerak : H2SO4 0,008 N
Sebanyak 5 L limbah air kelapa 2. Laju alir : 1mL/menit
3. Tekanan pompa : 1082-1106 psi
diperoleh dari pedagang kelapa di pasar 4. Jenis kolom : Aminex HPX-87H
Passo, selanjutnya disaring dan diambil 5. Jenis detektor : Detektor RI
filtratnya. Sebanyak 1 mL filtrat limbah air (Refractive Index)
kelapa dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 1 mL reagen DNS, dipanaskan
dalam air mendidih selama 5 menit
kemudian didinginkan dalam air es.
156
Dominggus Malle, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2014, 2, 155 -159
1

HASIL DAN PEMBAHASAN disebabkan karena pertumbuhan mikroba sangat


tergantung pada glukosa sebagai sumber energi.
Pembuatan larutan standar glukosa Ragi mempunyai kemampuan untuk dapat
Sampel air kelapa diambil dari buah kelapa memfermentasi glukosa karena peragian dengan
tua yang dikumpulkan dari pasar Passo Saccharomyces cerevisiae merupakan peristiwa
kemudian disaring dan diperoleh sebanyak 5 L anaerob sehingga oksigen tidak ikut serta pada
air kelapa tua yang bersih. Penyaringan proses peragian. Semua mikroorganisme
dimaksudkan untuk memisahkan air kelapa dari memerlukan makanan dan nutrien, oleh sebab
pengotor seperti serat- serat kelapa. itu dalam penelitian ini digunakan air kelapa
Larutan standar seri dibuat dengan sebagai sumber energi.
mencampurkan larutan glukosa standar dengan Saccharomyces cerevisiae merupakan
akuades dan larutan standar DNS, kemudian mikroorganisme yang sangat banyak digunakan
dipanaskan selama 5 menit untuk mempercepat pada proses fermentasi alkohol, karena dapat
reaksi tersebut. Selanjutnya dihentikan dengan berproduksi tinggi, cukup tahan terhadap
cara pendinginan di dalam air dingin sebelum alkohol, tahan terhadap kadar gula yang tinggi
diukur absorbansinya dan tetap aktif pada suhu 4-32C (Kartika, dkk.,
1992). Saccharomyces cerevisiae juga akan
memetabolisme glukosa dan fruktosa
membentuk asam piruvat, selanjutnya asam
piruvat mengalami dehidrogenasi menjadi
bioethanol (Lehninger, 1982).
Dalam proses fermentasi glukosa, tidak
hanya dihasilkan etanol tetapi juga gas
karbondioksida (CO2).
C6H12O6 + H2O 2C2H5OH + 2CO2

Gambar 1. Grafik Kurva Standar Jumlah gas karbondioksida yang terbentuk


sebanding dengan konsentrasi bioetanol yang
Sebanyak 100 L dan 300 L larutan air dihasilkan, oleh sebab itu, dengan menghitung
kelapa diukur absorbansinya, dan kandungan jumlah gelembung gas CO2 yang dihasilkan per
gula pereduksi limbah air kelapa berkisar antara satuan waktu dapat ditentukan kecepatan reaksi
153,12-181,29 mg/L. fermentasinya.
; dengan y sebagai absorbansi Pengamatan jumlah gelembung gas ini
dilakukan pada suhu yang konstan yaitu 30C.
Tabel 1. Data Absorbansi Sampel Air Kelapas
Volume Konsentrasi
Tabung air kelapa Absorbansi Glukosa
(L) (mg/L)
1 100 1.114 181,29
2 300 2 459,36
.
Fermentasi glukosa menjadi6 alkohol
Proses fermentasi 9 bertujuan untuk
mengubah glukosa menjadi 9 etanol. Proses Gambar 4. Grafik kecepatan fermentasi
fermentasi air kelapa menggunakan ragi (pengamatan gelembung)
(Saccharomyces cerevisiae), K2HPO4,
ammonium sulfat dan magnesium sulfat selama Berdasarkan Grafik pada Gambar 4,
6 jam pada kisaran suhu kamar. Hal ini dapat dilihat bahwa kecepatan maksimum
fermentasi air kelapa dengan ragi terjadi pada
157
Dominggus Malle, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2014, 2, 155 -159
1

menit ke 70. Hal ini menunjukkan bahwa pada dilakukan hanya satu kali. Terlihat pula pada
menit ke 70, jumlah glukosa yang dapat lampiran 6 bahwa kadar etanol yang diperoleh
difermentasi oleh ragi menjadi etanol berada melalui fermentasi berkisar 73% atau 6,3 g / 10
pada jumlah konsentrasi maksimal, setelah itu mL etanol, hal ini dapat terjadi karena
konsentrasi glukosa menurun seiring dengan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi
berkurangnya gelembung. Setelah menit ke 70, jumlah etanol yang dihasilkan dari fermentasi
jumlah glukosa sebagai substrat sudah antara lain mikroorganisme dan media yang
menjadi berkurang dan konsentrasi etanol digunakan serta kemampuan fermentasi
terus bertambah yang menghambat aktivitas mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi.
Saccharomyces cerevisiae. Dalam penelitian ini, larutan hasil
fermentasi masih berupa campuran air dengan
Destilasi Bioetanol alkohol dan untuk memisahkannya dilakukan
Untuk mendapatkan bioetanol, setelah destilasi yang merupakan proses pemisahan
proses fermentasi selesai dapat dilakukan dengan berdasarkan titik didih. Destilasi yang dilakukan
proses destilasi. Hal pertama yang dilakukan pada penelitian adalah destilasi biasa yang
adalah menyaring hasil fermentasi yang dilakukan pada suhu 80C.
bertujuan untuk memisahkan larutan hasil
fermentasi dengan pengotor atau residu yang Kesimpulan
terbentuk selama proses fermentasi. Larutan Berdasarkan tujuan, hasil penelitian dan
hasil fermentasi ini masih berupa campuran pembahasan dapat disimpulkan bahwa: bioetanol
antara air dan etanol, sehingga untuk yang merupakan alkohol dihasilkan dari
memisahkan alkohol dari air dapat dilakukan fermentasi air kelapa (Cocos nucifera), berupa
dengan cara destilasi. cairan bening dan memiliki kadar etanol 73%
Destilasi yang dilakukan dalam penelitian atau 6,3 g/10 mL.
ini adalah destilasi biasa yang dilakukan pada
suhu 80C, karena titik didih etanol adalah 78C DAFTAR PUSTAKA
sedangkan titik didih air 100C. Etanol yang Aryo Bogadenta. 2013. Manfaat Air Kelapa
dihasilkan berupa cairan bening. dan Minyak Kelapa. Pengetahuan
Etanol yang dihasilkan dari destilasi Kesehatan Indonesia. Penerbit Flash Books,
pertama, biasanya memiliki kadar yang lebih Jakarta.
rendah dari hasil redestilasi. Hal ini disebabkan Day, R. A. Jr dan Underwood, A. L. 1996.
pada destilasi yang pertama kadar air yang Analisis Kimia Kuantitaif edisi kelima,
terdapat dalam larutan fermentasi cukup banyak Quantitative Analysis, Fifth Edition,
dibandingkan kadar etanol sehingga, jumlah air Penerjemah A. H. Pudjatmaka. Penerbit
yang turut menguap dan terbawa dalam destilat Erlangga. Jakarta.
cukup banyak, maka kadar etanol menjadi Sastrohamidjojo, H. 1991. Spektroskopi. Penerbit
rendah. Pada proses redestilasi, kadar air yang Liberty, Yogyakarta.
terdapat dalam destilat pertama hanya sedikit Faoji, Y. 2007. Departement of Agroindustrial
sehingga hasil redestilasi dapat menghasilkan Teknologi.University Agricultural Bogor.
kadar etanol yang lebih baik. http://www.mahasiswadepag.wordpress.Com
/2007/0. 04/02/2012.
Analisis kadar etanol dengan menggunakan Ferdias. R dan Rahman, S. J., 1992. Study of
HPLC Etanol Production from Fungal Pretreated
Kadar etanol dari air kelapa yang diperoleh Wheat and Rice Straw. The Internet Journal
dengan cara redestilasi setelah dilakukan analisis Of Microbiology 4.
dengan High Performance Liquid Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, H .,
Chromatography (HPLC) dapat dilihat pada Patttiwi, W. A., dan Hendroko, R. 2007.
Lampiran 5, terlihat bahwa jumlah peak Teknologi Bioenergi. Penerbit Agromedia,
dalam kromatogram standar lebih tinggi Jakarta.
dibandingkan dengan kromatogram sampel. Hal Hari Purnomo, 2006 http://www.pertamina.com.
ini dikarenakan dalam proses dehidrasinya
158
Dominggus Malle, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2014, 2, 155 -159
1

1 Agustus 2011 Lehninger, A. L, 1982. Dasar-dasar Biokimia


Ishom, F., Wahyudi, D., Bobo.J, dan Hendroko, jilid 1, Penerjemah Maggy Thenawijaya,
R. 2007. Pengembangan Bahan Bakar Penerbit Erlangga, Jakarta.
Nabati. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Prihandana R., Noerwijati. K., Gamawati. P.,
Jeffers, J. 2000. Preparing Ethanol by Setiadi S,.dan Hendroko. R. 2007.
Fermentation. Chemical Education Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa
Resources. Pennsylvania. Depan. Penerbit PT Agromedia Pustaka,
Judoamidjojo, 1990. Teknologi Fermentasi, CV. Jakarta.
Rajawali, Jakarta. Suharto, I. 2011. Limbah Kimia Dalam
Jeffers, J. 2000. Preparing Ethanol by Pencemaran Udara dan Air. Penerbit Andi
Fermentation. Chemical Education Publisher, Jakarta.
Resources. Pennsylvania.Kartika, B, A. D. Rahman, A. 1992. Teknologi Fermentasi Industri
Guritno, D. Purwadi, dan D. Ismoyowati. II. Penerbit ARCAN, Jakarta.
1992. Petunjuk Evaluasi Produk Industri Sudarmadji. S, Haryono. B, dan Suhardi.1989.
Hasil Pertanian. PAU Pangan dan Gizi Mikrobiologi Pangan, PAU Pangan dan Gizi
UGM.Yogyakarta. Universitas Gaja Mada, Yogyakarta.

159

Anda mungkin juga menyukai