PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Demografi
2. Sebab-sebab kesakitan / morbiditas dan kematian / mortalitas (berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin)
3. Pemanfaatan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan ibu dan
anak (KIA)
4. Pola gizi, pemberian makanan serta penyapihan anak, dan pertumbuhan anak
prasekolah serta anak sekolah
5. Keadaan komunitas, kebudayaan dan stratifikasi sosio-ekonomi
6. Pola-pola kepemimpinan dan komunikasi dalam komunitas
2.2 Anemia
Anemia adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah
merah yang lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau
tersebut.7
Anemia adalah sebagai suatu kondisi karena tidak mencukupinya cadangan zat
besi sehingga berkurangnya penyaluran zat besi ke jaringan tubuh. Tingkat kekurangan
yang disebabkan rendahnya produksi sel darah merah dan hemoglobin, meningkatnya
kerusakan eritrosit atau hemolisis, atau kehilangan darah yang berlebihan. Defisiensi Fe
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya
Zat-zat gizi yang berperan dalam pembentukan sel darah merah adalah protein,
berbagai vitamin dan mineral. Vitamin tersebut antara lain asam folat, vitamin C,
sedangkan mineral ialah Fe. Yang paling menonjol dan berperan menimbulkan
hambatan pembentukan darah adalah asam folat, vitamin C, Fe dan juga protein.11
Anemia defisiensi besi merupakan penyakit darah yang paling sering pada bayi
dan anak, serta wanita hamil. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa, defisiensi
besi dapat terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu
sedikit, ketidakcukupan besi ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi,
berkurangnya zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi. Bila hal
tersebut berlangsung lama maka defisiensi zat besi akan menimbulkan anemia.12
Menurut Indah Indriawati (2001), Anemia merupakan salah satu masalah gizi di
Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius, terutama anemia defesiensi besi.
Penyebab anemia defesiensi besi ialah karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor juga dapat
mempengaruhi terjadinya anemia defesiensi besi, antara lain kebiasaan makan, pola
2.2.1 Etiologi
Defisiensi Besi Secara umum, ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi,
yaitu kehilangan darah secara kronis seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemorrhoid,
infestasi parasit, dan proses keganasan; asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan
tidak adekuat; dan peningkatan kebutuhan fisiologis akan zat besi untuk pembentukan
sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas,
Pada pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses
perdarahan akibat penyakit (atau trauma), atau akibat pengobatan suatu penyakit.
Sementara pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah
yang keluar selama haid sangat banyak (banyak wanita yang tidak sadar kalau darah
haidnya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi besi. Sepanjang usia reproduktif,
wanita akan mengalami kehilangan darah akibat peristiwa haid. Beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar
antara 20-25 cc. Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan,
atau kira-kira sama dengan 0,4-0,5 mg sehari. Selain dari peristiwa haid, kehilangan zat
besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit, seperti cacing tambang (ankilostoma
dan nekator), schistosoma, dan mungkin pula Trichuris trichiura. Kasus-kasus tersebut
lazim terjadi di negara tropis (kebanyakan negara tropis terklasifikasi sebagai negara
belum dan sedang berkembang), lembab serta keadaan sanitasi yang buruk.7
Angka Kecukupan Gizi (25 mikrogram/hari). Secara rata-rata, wanita mengonsumsi 6,5
mikrogram Fe perhari melalui diet makanan. Kecukupan intake Fe tidak hanya dipenuhi
dari konsumsi makanan sumber Fe seperti daging sapi, ayam, ikan, telur dan lain-lain
tetapi juga dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Variasi ini disebabkan oleh
kebutuhan Fe bagi tubuh, tipe Fe yang dikonsumsi, dan faktor diet yang mempercepat
Kekurangan zat besi terjadi dalam tiga tahap yaitu tahap pertama terjadi bila
simpanan besi berkurang yang terlihat pada penurunan feritin dalam plasma hingga
12ug/L. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan absorpsi besi yang terlihat dari
peningkatan kemampuan mengikat besi total (Total Iron Binding Capacity). Pada tahap
ini belum terlihat perubahan fungsional tubuh. Tahap kedua terlihat dengan habisnya
simpanan besi, menurunnya transferin hingga kurang dari 16% dan meningkatnya
protoporfirin yaitu bentuk pendahulu darah. Pada tahap ini nilai hemoglobin di dalam
darah masih berada pada 95% nilai normal. Hal ini dapat mengganggu metabolisme
terjadi anemia gizi besi, dimana kadar hemoglobin total turun di bawah nilai normal.13
Latham (1979) mengatakan bahwa ada 4 penyebab terjadinya anemia gizi besi
yaitu: Zat di tubuh kurang karena makanan yang dikomsumsi kurang mengandung zat
besi, atau adanya gangguan penyerapan sehingga absorpsi zat besi rendah. Beberapa
hasil penelitian mengungkapkan bahwa yang menjadi penyebab anemia gizi besi adalah
karena tidak cukupnya zat-zat terutama yang diserap dalam makanan sehari-hari guna
dan pengeluaran besi dalam tubuh. Selain itu zat-zat penyerta yang meningkatkan daya
serap, seperti protein dan vitamin C juga tidak cukup. Kebutuhan meningkat misalnya
remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Anemia
kekurangan zat besi akan timbul bila kehilangan zat besi atau kebutuhan yang begitu
meningkat tidak diimbangi dengan konsumsi makanan yang cukup dan penyerapan zat
besi dari makanan yang maksimal. Dengan demikian zat besi dari makanan tidak cukup
untuk mempertahankan kadar Hb, kehilangan zat besi oleh karena pendarahan atau
suplai zat besi dari diet. Jumlah zat besi yang dibutuhkan setiap hari untuk
mempertahankan kadar haemoglobin, kadar simpanan zat besi yang cukup dan untuk
keperluan pertumbuhan yang normal. Meskipun zat besi yang hilang setiap hari relatif
kecil namun harus digantikan. Jumlah yang hilang melalui urine, keringat, dan
desquamasi (hilang melalui permukaan kulit, rambut dan kuku) sangat bervariasi dari
0,2-0,5 mg/hari. Hilang melalui faeses sejumlah 0,7 mg/hari, sehingga total kehilangan
antara 0,9-1.2 mg/hari. Jumlah tersebut diatas adalah kehilangan yang harus digantikan
untuk seorang pria. Sedangkan untuk seorang wanita harus menggantikan pula
antara para wanita tetapi cukup konsisten dari bulan ke bulan pada wanita yang sama
yaitu rata-rata kehilangan sejumlah 0,5-1,0 mg/hari. Oleh karena itu seorang wanita
harus mengabsorpsi 1,4 sampai 2,2 mg/hari untuk menggantikan kehilangan tersebut.
Kebutuhan wanita hampir dua kali lipat dari pada kebutuhan pria.
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi
(Feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya
kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan
diubah menjadi darah dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum.
Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb.14
Gejala anemia defisiensi besi dibagi menjadi dua, yaitu tanda dan gejala anemia
defisiensi besi tidak khas serta tanda dan gejala anemia defisiensi besi yang khas. Tanda
dan gejala anemia defisiensi besi tidak khas hampir sama dengan anemia pada
umumnya yaitu: cepat lelah atau kelelahan, hal ini terjadi karena simpanan oksigen
dalam jaringan otot kurang sehingga metabolisme otot terganggu; nyeri kepala dan
pusing merupakan kompensasi dimana otak kekurangan oksigen, karena daya angkut
dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi
pernapasan lebih dipercepat; palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti
dengan peningkatan denyut nadi; dan pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran
Gejala anemia zat besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas, seperti pucat,
mudah lelah, berdebar, takikardia dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada
telapak tangan, kuku dan konjungtiva palpebra. Hasil penelitian Zucker (1997) yang
dikutip Arisman (2010) menyatatakan bahwa kepucatan pada kuku dan telapak tangan
lebih sensitif dan spesifik jika dibandingkan dengan konjungtiva palpebra untuk
besi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah pemberian makanan
pemberian preparat tablet zat besi dalam bentuk fero dan preparat parenteral. Preparat
parenreral diberikan jika penderita tidak bisa mentoleransi preparat oral. Sedangkan
untuk pencegahan terjadinya anemia besi pada remaja putri yaitu dengan peningkatan
pengetahuan masyarakat yang tepat seperti tentang bahaya akibat anemia, modifikasi
makanan, pengawasan penyakit infeksi dengan cara peningkatan cakupan air bersih,
Mengkonsumsi pangan hewani, seperti daging, ikan, hati, atau telur dalam jumlah
yang cukup sebenarnya dapat mencegah anemia defisiensi besi. Namun bagi
masyarakat kita, harga pangan hewani tergolong cukup tinggi sehingga sulit
besi. Penelitian yang dilakukan oleh Farida (2006), terhadap remaja putri di
hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Sampai sekarang cara ini masih
merupakan satu-satunya cara yang cocok dilakukan pada ibu hamil dan kelompok
yang berisiko tinggi lainnya, seperti anak balita, anak sekolah, dan pekerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Hayatinur (2001), pada siswi SMUN 2 Kuningan
anemia. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Adriani (2002), Farida
(2006) yang menunjukkan bahwa ada hubungan konsumsi zat besi dengan kadar
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi kedalam bahan pangan untuk
diantaranya dapat diterapkan pada populasi yang besar dan biayanya relatif murah.
Penyakit infeksi dan parasit merupakan salah satu penyebab anemia defisiensi besi.
5. Screening
dalam mengurangi morbiditas anemia. CDC menyarankan agar remaja putri dan
wanita dewasa yang tidak hamil harus di screening tiap 5-10 tahun melalui uji
kesehatan meskipun tidak ada resiko anemia seperti perdarahan, rendahnya intake
Fe dan sebagainya. Penderita anemia harus mengonsumsi 60-120 mg Fe per hari dan
Sumber zat besi dari bahan makanan yang bernilai biologis tinggi
(bioavailability) adalah yang berasal dari bahan makanan hewani seperti daging sapi,
daging ayam telur dan ikan. Sumber lainnya yang juga mengandung zat besi yang
hijau mengandung asam oksalat yang dapat menghambat penyerapan zat besi, karena itu
untuk tetap mendapatkan sumber zat besi yang berkualitas dari makanan maka perlu
diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari yang terdiri atas campuran sumber zat besi
dari hewan dan tumbuhan serta sumber lain yang dapat membantu absorpsi.13
dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber
besar penduduk di negara yang belum (sedang) berkembang tidak mampu atau belum
mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti kopi dan
teh secara bersamaan sewaktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.
Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan terhadap defisiensi gizi.
Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat
gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut
penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam
olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi.7
Menurut Soemantri (2001), pada wanita, zat besi yang dikeluarkan dari tubuh
lebih banyak dari laki-laki. Setiap bulan wanita mengalami menstruasi secara teratur,
setiap periode menstruasi dikeluarkan zat besi rata-rata sebanyak 28 mg/ periode. Oleh
karena menstruasi terjadi satu kali dalam satu bulan, maka rata-rata zat besi yang
dikeluarkan adalah 1 mg/ hari. Dengan demikian wanita mengeluarkan zat besi dari
tubuhnya hampir dua kali lebih banyak dari pada laki-laki dewasa. Sekitar usia 13 tahun
adalah awal dari masa remaja dari segi hematologi. Pada masa ini terjadi perubahan
sistem kelenjar gonado pituitari hipotalamik yang semula belum masak menjadi masak
sehingga terjadilah perbedaan hormonal antara laki- laki dan wanita. Pada laki-laki
produksi testosteron lebih meningkat, diduga hormon ini berperan terhadap eritropoesis.
Faktor lain yang turut memacu eritropoesis adalah eritropoetin yang meningkat pada
masa remaja, pada wanita dewasa kadarnya 50% lebih rendah. Pada remaja puteri
selain itu mereka juga sedang dalam masa tumbuh kembang yang cepat serta adanya
pengaruh hormonal.16
Pola makan (dietary pattern) adalah cara yang ditempuh seseorang atau
dan jumlah. Jenis yang ada dimasyarakat meliputi makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati sayur dan buah. Sedangkan frekuensi yang sangat tergantung pada kelompok
umur tetapi secara keseluruhan frekuensi yang berlaku adalah 3 kali makan menu utama
Secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh
seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan
frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka
hidup.
Batissini (2005) mengatakan bahwa pola makan adalah segala sesuatu mengenai
frekuensi konsumsi makanan, kebiasaan makan, konsumsi minuman, ukuran porsi, dan
Pola makan dapat diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang untuk
psikologi, budaya dan sosial.18 Pola makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan
dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif dan
negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai affective
yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial dan ekonomi) dimana manusia atau
kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan terhadap
makanan yang berkaitan dengan nilai-nilai cognitive yaitu kualitas baik atau buruk,
menarik atau tidak menarik. Pemilihan adalah proses psychomotor untuk memilih
Karena itu unsur kenikmatan, kesantaian, nilai-nilai tabu, dan sebagainya juga terkait
konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama
menjadi tampak jelas. Di kota besar sering kita lihat kelompok-kelompok mahasiswa
yang berasal dari negara-negara barat. Fastfood tersebut, pada umumnya mengandung
kadar lemak maupun kalori tinggi, sehingga apabila dikonsumsi setiap hari dalam
Keadaan gizi terutama ditentukan oleh tersedianya zat-zat makanan pada sel-sel
tubuh dalam jumlah yang cukup, dalam komposisi zat-zat makanan diperlukan oleh
tubuh untuk pertumbuhan, berkembang dan berfungsi normal. Oleh karena itu, keadaan
gizi ditentukan oleh dua hal, yaitu asupan zat-zat makanan yang berasal dari makanan
yang diperlukan tubuh dan peran faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,
penyerapan dan penggunaan zat-zat makanan tertentu. Hal yang terakhir ini ditentukan
oleh pola konsumsi makanan dan aktivitas sehari-hari. Pada dasarnya, pola konsumsi
makanan merupakan hasil budaya yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor
mahasiswa itu sendiri, seperti kebiasaan makan, ekonomi mahasiswa dan pengetahuan
gizi.
adanya hubungan antara makanan dan kesehatan. Kesukaan yang berlebihan terhadap
Kehidupan modern yang serba cepat, tersedianya fasilitas pelayanan makanan baik
Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat
pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja,
serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan
sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik kualitatif dan kuantitatif.
Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari
mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis
makanan. Jika dirata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal
2. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
serap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Menyediakan variasi makanan merupakan salah satu cara unuk menghilangkan rasa
keterampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi
baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik pengolahan makanan adalah guna
Asupan makanan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi
seseorang. Untuk menilai status gizi dapat dilakukan penilaian konsumsi makanan di
sebagai berikut:
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman
yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu (terhitung mulai saat terakhir subjek
mengonsumsi pangan). Untuk ini pewawancara menggunakan suatu alat bantu yang
dikenal sebagai formulir ingatan 24 jam, keberhasilan metode ingatan 24 jam ini
ukuran/porsi yang akurat, tingkat motivasi responden, dan keuletan dan kesabaran
pewawancara.
dilihat dalam satu hari atau minggu, atau bulan, atau dalam satu tahun.22
faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam tiga bagian :
1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Dalam
kelompok ini termasuk geografi, iklim kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi
penduduk. Jumlah penduduk adalah kunci utama yang menentukan tinggi rendahnya
3. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi
yang rendah dan jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi berkurang.
Hal yang dapat berpengaruh di sini adalah bantuan atau subsidi terhadap bahan-
bahan tertentu.23
berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang lebih tinggi untuk memiliki kebiasaan
makan tiga kali sehari. Hal ini dimungkinkan terjadi karena laki-laki dewasa memiliki
kebutuhan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dewasa, sedangkan
melakukan kebiasaan makan malam, tetapi memiliki peluang yang lebih tinggi untuk
mengonsumsinya setiap hari disamping mengonsumsi makanan utama. Ibu yang tidak
bekerja juga membuat peluang mahasiswa lebih besar untuk melakukan kebiasaan
makan malam daripada mahasiswa dengan ibu yang bekerja. Hal ini dimungkinkan
terjadi karena ibu yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu di rumah sehingga
Retnoningsih (2010), sebagian besar mahasiswa yang tidak terbiasa melakukan sarapan
memiliki alasan karena tidak memiki cukup waktu sehingga tidak sempat untuk
sarapan.
Pola makan seseorang pada dasarnya tidak dapat dibentuk dengan sendirinya.
1. Budaya
dikosumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi
menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Demikian pula letak geografis
orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, curry (kari) untuk orang-
orang India merupakan makanan pokok, selain makana-makanan lain yang mulai
makanan goreng-gorengan.
2. Agama/Kepercayaan
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram dan individu yang
mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan
makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama (Protestan) melarang
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh status
sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menegah ke bawah atau orang
miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang
misalnya kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat, sedangkan
4. Personal Preference
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan
makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa
kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan kari, begitu pula
dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu pula anak
mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka sering
dihidangkan acar.
rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya untuk
makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa
6. Kesehatan
gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih makanan yang lembut. Tidak
jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada makan.
pola konsumsi makanan dengan sikap pemenuhan gizi. Pada penelitian Amran (2003)
didapat bahwa uang bulanan mahasiswa memiliki hubungan yang bermakna dengan
pola makan. Penelitian yang dilakukan Mahaffey at all (2009) didapat bahwa
perempuan Asia dengan pendapatan yang lebih tinggi memakan lebih banyak ikan.
bahwa yang paling berpengaruh terhadap pola makan adalah biaya yang dikeluarkan
untuk makanan. hasil penelitian Ginting tahun 2002 pada mahasiswa USU didapatkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan frekuensi makan pada mahasiswa.
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya untuk tahu, sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak
menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam
tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan
makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari hari
dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh
cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih
terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga
seseorang telah memasuki usia remaja atau dewasa mampu memenuhi kebutuhan energi
tubuhnya dengan perilaku makannya karena pengetahuan gizi sangat bermanfaat dalam
menentukan apa yang kita konsumsi setiap harinya. Dengan adanya pengetahuan gizi
pada seseorang, maka kita dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan zat gizi yang sesuai
dengan banyak kalori yang kita perlukan setiap harinya dalam melakukan aktivitas dan
seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan sikap dan perilaku di dalam pemilihan
bahan makanan, yang selanjutnya akan berpengaruh pula pada keadaan gizi individu
yang bersangkutan. Keadaan gizi yang rendah disuatu daerah akan menentukan
makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan
berperilaku memilih makanan yang menarik panca indra dan tidak mengadakan
pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin tinggi
tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi
gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan
pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media masa juga
mempengaruhi pengetahuan gizi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi adalah
kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi
2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal.
3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar
dan perilaku di dalam pemilihan bahan makanan, yang selanjutnya akan berpengaruh
pula pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Keadaan gizi yang rendah disuatu
daerah akan menentukan tingginya angka kurang gizi secara nasional.25 Tingkat
tetapi makanan yang disajikan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan
juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini
dijumpai banyak pantangan, dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah
yang berlainan. Bila pola pantangan berlaku bagi seluruh penduduk sepanjang
hidupnya, kekurangan zat gizi cenderung tidak akan berkembang seperti jika
pantangan itu berlaku bagi sekelompok masyarakat tertentu selama satu tahap dalam
siklus hidupnya. Kalau pantangan itu hanya dilakukan oleh sebagian penduduk
konsumsi pangan dan menerima atau menolak bentuk atau jenis pangan tertentu,
dimulai dari permulaan hidupnya dan menjadi bagian dari perilaku yang berakar
Tetapi kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.26
Sumber : Dikembangkan dari Husaini 1989, Hoffbrand, Pettit dan Moss (2005),
Reksodiputro (2006), Wijanarko 2001(dalam Ernawati, 2003)
Di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya yang terdiri dari 7 desa, selama
tahun 2016 terdapat 69 orang yang mengalami Anemia defisiensi zat besi. Dari seluruh
jumlah kasus Anemia defisiensi zat besi, 63 diantaranya merupakan kasus baru, 38
diantara kasus baru merupakan perempuan, 22 diantara kasus baru perempuan terdapat
pada rentang usia 20-44 tahun, 7 diantara kasus baru perempuan terdapat pada rentang
usia 10-19 tahun dan tersebar di 7 desa tersebut. Data yang terbanyak terdapat di Desa
Sindang Panon yakni 13 orang dengan Anemia defisiensi zat besi.
25
20
15
10
0
Suka Harja Sindang Sindang Sindang Sindang Wanakerta Badak Anom
Asih Jaya Panon Sono
Gambar 3.1 Grafik Kasus Anemia defisiensi zat besi Berdasarkan Tempat Tinggal
PKM Sindang Jaya Tahun 2016
70
60
50
40
30
20
10
0
SMK Raudiatul Fikrah SMK Al-Manah
Gambar 3.2 Grafik Kasus Anemia defisiensi zat besi Berdasarkan penjaringan
SMK di Kecamatan Sindang Jaya Tahun 2016
Anemia defisiensi zat besi termasuk dalam program basic six puskesmas, yaitu
Upaya Pencegahan penyakit dan Perbaikan gizi masyarakat.
Pemilihan wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya di desa Suka Harja khususnya
di SMK Al-Manah didasarkan pada data penjaringan tahun 2016 dimana tercatat
sebanyak 45 siswa dari 91 siswa yang dilakukan penjaringan mempunyai kadar Hb
dibawah normal, 27 diantaranya adalah perempuan. Jumlah kasus Anemia defisiensi
besi di Desa Suka Harja sendiri tercatat sebanyak 8 kasus. Jumlah ini adalah jumlah
kasus Anemia defisiensi besi yang urutan ke-4 terbanyak dibandingkan dengan Desa
lainnya di Kecamatan Sindang jaya yang berkunjung ke Puskesmas Sindang Jaya.
Sehingga kami memilih SMK Al-Manah yang berada di Desa Suka Harja sebagai
tempat sasaran diagnosis komunitas.