Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kegiatan hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Dalam
arti sederhana pendidikan ialah kegiatan memanusiakan manusia, sedangkan dalam arti
luas pendidikan dapat mencangkup seluruh proses belajar dan segenap bentuk interaksi
dengan lingkungannya, baik secara formal, informal, maupun non-formal. Sementara
dalam arti yang terbatas pendidikan dapat merupakan salah satu proses interaksi belajar-
mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pengajaran (instructional) (Makmur,
2007:23).
Dalam penyelenggaraan pendidikan, sekolah menjadi tempat penunjang dalam
kegiatan pembelajarannya. Kemudian sasaran pembelajaran di dalam kelas adalah peserta
didik sebagai siswa kemudian guru sebagai tenaga pendidik. Ketika terjadi pembelajaran
dikelas, terdapat interaksi antara guru dan peserta didik sehingga dengan interaksi inilah
proses kegiatan belajar mengajar ini saling terjadi. Pada saat terjadi pembelajaran di kelas,
tidak setiap peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Salah satu contoh
yaitu ketika remaja menjadi salah satu peserta didik tidak memperhatikan guru dalam
proses kegiatan pembelajaran, tidak memperhatikan bisa karena memperhatikan lawan
jenisnya, atau malas belajar, dan sebagainya.
Permasalahan tersebut hanya mampu dipecahkan dengan menerapkan psikologi
pedagogik seperti yang dikemukakan Suyitno : psikologi pendidikan adalah suatu
kegiatan yang menyangkut interaksi kejiwaan antara pendidik dan peserta didik dalam
suasana nilai-nilai budaya suatu masyarakat (sebagai lingkungan pendidikan) yang
berdasarkan nilai kemanusiaan (Suyitno, 2009 hlm 87). Pendapat relatif sama juga
dikemukakan pula oleh Cece Rakhmat sebagai berikut : dalam kegiatan mendidik
diperlukan pendekatan psikologi untuk memhami karakteristik siswa yang diperlukan
dalam pembentukan kedewasaan yang disesuaikan secara indivisual maupun kelompok
(Rakhmat, 2015 hlm 24). Ini menarik untuk dikaji sebagai sebuah topik yang menarik
dalam kajian pedagogik. Maka judul makalah yang akan penulis ambil adalah
Permasalahan Belajar Remaja SMA pada Pembelajaran di Kelas dalam Sudut Pandang
Pedagogik.

B. Rumusan dan Batasan Masalah


Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil adalah Bagaimana
Permasalahan Remaja dalam pembelajaran di Kelas Dilihat dari sudut pandang Pedagogik?
Dengan batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa Penyebab Siswa kurang memperhatikan guru di dalam kelas?
2. Bagaimana Permasalahan Siswa dilihat dari sudut pandang pedagogik?
3. Bagaimana cara guru untuk menanggulangi permasalahan remaja yang terjadi di
Kelas?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan hasil rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui Apa yang menjadi penyebab siswa kurang memperhatikan
guru di dalam kelas.
2. Dapat mengetahui bagaimana permasalahan siswa dilihat dari sudut pandang
pedagogik.
3. Dapat mengetahui bagaimana cara guru untuk menanggulangi permasalahan
remaja yang terjadi di kelas.

D. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode studi
literatur dalam mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai materi yang
berhubungan dengan menggunakan sumber yang berasal dari buku maupun dari internet
yang penyusun anggap relevan dengan tema yang dibahas.

E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan, meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan Makalah, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
Bab II Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA dan Pendekatan Teori Pembelajaran yang
Berhubungan dengan Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA
Bab III Kesimpulan
Daftar Pustaka

2
BAB II
PERMASALAHAN BELAJAR SISWA-SISWI SMA DAN PENDEKATAN
TEORI PEMBELAJARAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERMASALAHAN BELAJAR SISWA-SISWI SMA

Sebelum melangkah lebih jauh dalam pembahasan permasalahan belajar siswa kita
harus mengetahui terlebih dahulu subjek kajian kita yakni siswa atau pelajar SMA. Siswa
SMA adalah pelajar Sekolah Menengah Atas yang berusia rata-rata 15 18 tahun. Pada
usia tersebut siwa SMA tengah memasuki masa Remaja. Adapun permasalahan remaja
secara umum kami mengambil kutipan lagu maestro dangdut tanah air Rhoma Irama
berjudul Darah Muda. Lagu tersebut telah menjelaskan beberapa permasalahan yang
dialami oleh remaja secara komprehensif. Berikut ini kutipan syair lagu tersebut :
Darah Muda Cipt : Rhoma Irama
darah muda darahnya para remaja
yang selalu merasa gagah tak pernah mau mengalah
masa muda masa yang berapi-api
yang maunya menang sendiri walau salah tak peduli
darah muda
biasanya para remaja
berpikirnya sekali saja
tanpa menghiraukan akibatnya
wahai kawan para remaja
waspadalah dalam melangkah
supaya tak menyesal di akhirnya

Berdasarkan kutipan lagu di atas kita dapat menyimpulkan beberapa permasalahan


yang dialami oleh remaja, diantaranya (1) memiliki gairah yang tinggi; (2) cenderung
bandel dan egois; (3) tidak berpikir panjang dan senang mencoba hal-hal baru. Namun
pendapat tersebut adalah pendapat yang dikutip dari sebuah lagu. Bagaimana definisi
remaja secara ilmiah.
A. Bermacam Permasalahan yang Dialami oleh Remaja
1. Siswa-Siswi SMA dalam Masa Pubertas
Masa remaja, adalah fase perkembangan manusia pada usia 12-18 tahun yang
mengalami proses perubahan menuju dewasa yang disebut pubertas atau adolesensi.
Jika ditinjau dari perkembangan fisik pada masa ini remaja mengalami perubahan fisik
secara cepat dari dari anak-anak menuju dewasa. Selain perkembangan fisik, remaja
mengalami pula perkembangan moral karena mereka mulai mengenal nilai-nilai
rohani seperti kebenaran, keadilan, kebaikan, keindahan, dan ketuhanan. Selain fisik
dan moral Konsthamm dalam Suyitno (2009 hlm 101) menjelaskan pula bahwa remaja
juga mengalami fase periode sosial diantaranya : (1) mulai senang hidup dalam
kelompok sosial; (2) mulai menyukai lawan jenis; (3) mengalami pertumbuhan fisik
3
yang cepat; (4) terkadang merasa minder akibat perubahan fisiknya dan bentuk tubuh
yang tidak ideal; (5) senang bersolek.

2. Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA


Kami membagi permasalahan beajar remaja ke dalam empat bagian yakni : (1)
Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA dengan Dirinya Sendiri; (2) Permasalahan
Belajar Siswa-Siswi SMA yang dipengaruhi oleh Keluarga; (3) Permasalahan Belajar
Siswa-Siswi SMA yang dipengaruhi oleh Lingkungan Masyarakat; (4) Permasalahan
Belajar Siswa-Siswi SMA yang dipengaruhi oleh Lingkungan Sekolah.
a. Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA dengan Dirinya Sendiri;
Permasalahan belajar yang dialami siswa-siswi sebagai individu tidak bisa
dilepaskan dari aspek fisik dan psikologinya. Artinya perkembangan individu bukan
hanya ditandai oleh pertumbuhan fisik semata, tetapi juga dibarengi dengan
kematangan aspek psikologis dalam rangka aktivitas-aktivitas tugas
perkembangannya (Suyitno, 2009 hlm 88). Contoh permasalahan yang dihadapi
siswa-siswi yang memiliki kekurangan fisik akan menimbulkan rasa rendah diri dan
malu dihadapan teman-temannya. Kondisi ini bisa mempengaruhi konsentrasi belajar,
sehingga prestasinya menurun.
b. Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA yang dipengaruhi oleh Keluarga;
Salah satu fungsi keluarga adalah melaksanakan pendidikan. dalam hal ini orang
tua (ibu dan ayah) adalah pengemban rasa tanggung jawab pendidikan anak, sehingga
pantas jika keluarga disebut sebagai (1) peletak dasar pendidikan anak; dan (2) sebagai
persiapan ke arah kehidupan anak di masyarakat. Adapun penjelasan mengenai
definisi tersebut secara rinci dijelaskan pula oleh Soelaiman dan Adler dalam
Syaripudin (2009 hlm 121) sebagai berikut :
Soelaiman (1985) mengungkapkan bahwa : pengalaman dan perlakuan yang
yang didapat anak dari lingkungan semasa kecil (dari keluarganya) menggariskan
semacam pola hidup bagi kehidupan selanjtnya. Adapun Adller menamakan pola
tersebut dengan kata Leitlinie, yakni semacam garis yang membimbing
kehidupannya, yang (disadari atau tidak) diusahakan anak untuk meraihnya.
(Syaripudin, 2009 hlm 121)
Permasalahan belajar yang bisa muncul dalam keluarga dikemukakan oleh
Syaripudin, (2009 hlm 121) diantaranya adalah (a) jenis keluarga, (b) gaya
kepemimpinan keluarga, (c) hubungan keluarga dengan dunia luar, (d) status sosial
ekonomi, dll.
1) Jenis keluarga
Jenis keluarga yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa diantaranya adalah (a)
keluarga yang tidak utuh atau broken home (b) keluarga dengan jumlah anak yang
banyak dan (c keluarga yang melakukan poligami umumnya jika anak merasa tidak

4
mendapatkan kasih sayang dari salah seorang atau kedua orang tuanya dengan adil
akan mengakibatkan agresi atau tidandakan perlawanan yang dilakukan oleh siswa
yang cenderung mencari perhatian di sekolah dengan cara melakukan kenakalan
seperti tidak mengikuti pembelajaran di kelas (mabal), melakukan bullying,
melakukan perkelahian, dll.
2) Gaya Kepemimpinan keluarga
(a) Gaya kepemimpinan orang tua yang otoriter mengakibatkan anak tertutup,
merasa minder dan sulit mengemukakan pendapat; (b) gaya kepemimpinan yang
terlalu memanjakan atau menuruti kemauan anak akan mengakibatkan anak
menjadi egois; (c) gaya kepemimpinan yang perfeksionis mengakibatkan anak
frustasi jika tidak mencapai hal yang diinginkannya.
3) Hubungan keluarga dengan dunia luar
Hubungan keluarga yang tertutup terhadap dunia luar mengakibatkan anak sulit
bergaul di lingkungan masyarakat
4) Status ekonomi
(a) Status ekonomi menengah ke bawah cenderung membuat anak menjadi minder;
(b) status ekonomi menengah ke atas cenderung membuat anak manja dan kurang
memiliki etos kerja yang tinggi.
c. Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA yang dipengaruhi oleh Lingkungan
Masyarakat;
1) Teman Sebaya
Siswa Remaja lebih mempercayai temannya dibanding dengan orang tuanya.
Bergaul dengan teman yang salah dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa
menurun. Contoh siswa yang bergaul dengan anak yang malas umumnya
cenderung menjadi malas. Namun hal tersebut juga dipengaruhi oleh kematangan
psikologis dan pendidikan dasar yang ditanam dalam keluarga.
Selain itu jika anak sering ditindas oleh teman sebaya (bulliying) mengakibatkan
anak takut bahkan malas pergi ke sekolah yang mengakibatkan prestasi belajarnya
menurun.
2) Orang yang lebih tua
Permasalahan lain yang dihadapi siswa diantaranya adalah masalah dengan orang
yang lebih tua bisa itu tetangga, kakak kelas atau siapa saja yang berinteraksi
dengan siswa akan memberi pengaruh kepada siswa. Contoh masalah yang
ditimbulkan biasanya apabila siswa-siswi SMA mendapatkan pelecehan, ancaman
atau prilaku buruk yang tidak patut dicontoh biasanya akan mengurangi prestasi
belajar siswa karena merasa rendah diri.
3) Lawan Jenis
Konsthamm dalam Suyitno (2009 hlm 101) menjelaskan permasalahan yang
dialami oleh remaja terhadap lawan jenis sebagai berikut :
5
pada masa ini (puber), remaja sangat menonjol perkembangan nafsu
birahinya, Karena aktifnya kelenjar-kelenjar hormone sex dan mulai tertarik
dengan lawan jenisnya. Tidak jarang anak melakukan masturbasi dengan
gejala pengiringnya rasa dosa yang mengganggu kata hatinya, kadang-
kadang menimbulkan masalah dan konflik di dalam dirinya yang sering
nampak dalam kekurangmampuan bergaul dengan teman sebayanya.
(Konstham dalam Suyitno, 2009 hlm 101)
Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa rasa cinta terhadap lawan jenis dapat
mengakibatkan permasalahan dalam interaksi sosial dengan teman sebayanya.
Selain masalah di atas kegagalan untuk mendapatkan perhatian atau cinta terhadap
lawan jenis dapat pula mengakibatkan prilaku agresi seperti pelecehan seksual,
penyimpangan seksual. Kriminalitas bahkan penyakit jiwa.

d. Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA yang dipengaruhi oleh Lingkungan


Sekolah.
Berbeda dengan lingkungan keluarga maupun masyarakan lingkungan sekolah
memang diperuntukan sebagai tempat khusus pelaksana pranata sosial yang bersifat
formal. Namun bukan artinyalingkungan sekolah tidak luput dari permasalahan.
Masalah yang umumnya muncul disekolah disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya (a) kondisi pelajar dengan temannya; (b) kondisi pelajar dengan dengan
gurunya; (c) kondisi pelajar dengan komponen sekolah lainnya.
1) Hubungan pelajar dengan pelajar lainnya;
Permasalahan yang dialami siswa dengan siswa lainnya contohnya prilaku
siswa yang suka mengeluarkan stereotip atau stigma buruk terhadap siswa lain
misalnya memberikan pelabelan, bodoh, nakal, miskin, malas, dll akan
berpengaruh buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikologi anak.
2) Hubungan pelajar dengan dengan gurunya;
Hubungan buruk antara pelajar dan guru mata pelajaran akan berakibat
buruk bagi siswa. Jika hubungan tersebut terjadi karena guru terlalu arogan, suka
mengejek atau memberi stigma negatif terhadap siswa sehingga siswa menjadi
sakit hati, maka dampak buruk yang akan dialami adalah siswa akan menjadi
malas belajar baik mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut atau mata
pelajaran lainnya. Dampak buruk lainnya adalah munculnya kebencian berlebih
yang bisa menjurus pada kekerasan atau sikap antipati terhadap guru bersangkutan.
3) Hubungan pelajar dengan komponen sekolah lainnya;
Hubungan pelajar dengan komponen sekolah lainnya maksudnya hubungan
siswa dengan orang-orang yang berada dilingkungan sekolah selain siswa dan
guru. Misalnya hubungan siswa dengan pemilik kantin, Tata Usaha, Caraka atau

6
satpam yang bekerja di sekolah tersebut juga akan mengakibatkan siswa
mengalami prestasi buruk dalam belajar.
4) Hubungan pelajar dengan fasilitas sekolah
Hubungan belajar dengan fasilitas sekolah yang mengakibatkan penurunan prestasi
belajar diantaranya (a) kurangnya bahan atau sumber belajar, mengakibatkan siswa
kurang dapat mengeksplorasi materi yang diajarkan; (b) kondisi kelas yang tidak
mendukung aktivitas belajar, misalnya kondisi atap yang bocor, lokasi sekolah
yang dekat dengan pabrik yang bising; (c) lokasi sekolah yang rawan terkena
bencana alam seperti banjir, longsor dls; (d) dll.

7
B. Teori Kebutuhan Dasar Maslow Terkait dengan Permasalahan Pembelajaran
Siswa Remaja
Terakhir kami mengutip pendapat Abraham Maslow seorang tokoh pengembang
teori pembelajaran beraliran Humanis yang kami jadikan pisau analisis. Maslow
mengemukakan teori kebutuhan Dasar, yang membagi kebutuhan dasar manusia kedalam
lima bagian yaitu (1) fisiologis; (2) keamanan; (3) cinta; (4) harga diri/keterandalan diri
dan (5) aktualiasi diri (Maslow dalam Supardan, 2015 hlm 218).
1. Kebutuhan Fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan
unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat
dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan
kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
2. Kebutuhan Keamanan (Safety)
Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan
keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut
dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan
mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek,
sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.
3. Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging dan Love)
Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki
atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang
sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat
atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.
Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love.
Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah D-Love; orang yang mencintai sesuatu yang
tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi
tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan yang
membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang
mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi.
B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan
mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak
mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan
diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.
4. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan
motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :

8
a. Menghargai diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi,
prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
b. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya
dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta
atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu
mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat kemampuan potensinya. Aktualisasi diri
adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),
untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat
melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya.
Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh,
memperoleh kepuasan dari kebutuhankebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari
ada kebutuhan semacam itu.
Dari kedua teori yang telah dijelaskan diatas mengenai perkembangan Remaja
Siswa-Siswi sekolah ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada umur remaja inilah
masanya pencarian jati diri dimana masa-masa remaja inilah dalam sebuah fikiran adalah
rasa penasaran untuk melakukan sesuatu hal yang baru yang belum dilakukan sebelumnya.
Kemudian dari rasa penasaran ini timbul untuk melakukan tindakan yang cenderung
menjurus kepada hal yang negatif. Karena menurut Maslow, sebelum manusia belum
terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan terus berusaha untuk mencapai kepuasan yang
artinya disini kebutuhan dasarnya terpenuhi.
Dikaitkan dengan permasalahan yang dialami oleh remaja siswa-siswi di sekolah
yang dilihat dari dua sudut pandang yaitu dari teori perkembangan Piaget dan teori
kebutuhan dasar Maslow ini memang sangat memungkinkan remaja ini untuk mengetahui
bagaimana jatidirinya ia akan melakukan apa saja yang dapat memperlihatkan karakter
dirinya. Sehingga gejolak jiwa dari mereka pun sulit untuk dibendung untuk menjawab
rasa penasarannya maka mereka menjadi sulit membedakan untuk melakukan tindakan
yang negatif dan positif.

9
BAB V
KESIMPULAN

Permasalahan siswa-siswi dalam belajar dalam dunia pendidikan ini muncul sebagai
sebuah masalah yang harus dikaji oleh praktisi pendidikan maupun oleh guru sebagai
orang tua murid di sekolah. Sebuah masalah akan muncul dilihat oleh dari beberapa faktor,
dalam hasil pemaparan makalah diatas dengan menggunakan dua teori yaitu Teori Kognitif
Jean Piaget dan Teori Kebutuhan Dasar Maslow yang menjadi sebuah pisau analisis
bagaimana penyebab siswa-siswi remaja SMA muncul sebagai sebuah permasalahan.
Maka dari permasalahan ini cukup menarik untuk menjadi sebuah kajian oleh guru-
guru khususnya dapat melihat apa yang terjadi menimpa siswa-siswi SMA yang harus
dipecahkan secara bersama-sama agar tujuan pendidikan kita dapat tercapai.

10
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, H & E.N. Wahyuni, (2006). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
AR-Ruzz Media.
Makmur, Abin S. (2007). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modal.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, C. (2015). Psikologi Pedagogik di Sekolah Dasar. Bandung : Pelangi Press
Bandung

Supardan, D. (2015). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran dari Zaman Klasik sampai
Behaviorisme. Bandung: Yayasan Rahardja.
Suyitno, Y. (2009). Landasan Psikologis Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP
Landasan Pendidikan
Syaripudin, Tatang. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP
Landasan Pendidikan.

11

Anda mungkin juga menyukai