Berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya terdapat empat kelas
cendawan sejati atau berfilamen di dalam dunia Fungi yaitu: Phycomycetes
(Jamur ganggang), Ascomycetes (Jamur kantung), Basidiomycetes (Jamur buah) dan Deuteromycetes (Jamur imperfek). Anggota kelas Phycomycetes seringkali disebut sebagai cendawan tingkat rendah. Ciri yang umum pada spesies ini adalah tidak adanya septum di dalam hifa yang membedakan dengan tiga anggota yang lain. Phycomycetes mempunyai talus miselium yang berkembang dengan baik. Hifa fertil menghasikan sporangium pada ujung sporangiospora. Pada talus Rhizopus, disamping hifa vegetatif dan sporangium terdapat juga hifa seperti hifa pendek dan bercabang banyak yang disebut rizoid (Pelczar, 1986). Phycomycetes memiliki hifa tidak bersekat, berbentuk tabung yang berisi plasma dengan banyak inti. Phycomycetes menggunakan haustoria untuk meyerap zat organik dari lingkungan. Haustoria merupakan perkembangan lanjutan dari hifa. Hifa memiliki fungsi sebagai propagule (pemicu infeksi) karena untuk menembus dinding sel tanaman lain perlu adanya penembus yang mampu diuraikan oleh enzim dan berkembang membentuk apresoria. Apresoria akan membentuk tabung penetrasi kemudian menjadi vesikel, sehingga setelah masuk ke dalam jaringan membentuk haustoria. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.