PENDAHULUAN
siswa yang positif dan membangun relasi dengan teman-teman sebaya maupun
dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan salah satu tugas
dengan temans ebaya, siswa tidak hanya mempelajari hal-hal yang positif,
seperti persahabatan dan kerjasama, tetapi juga hal-hal negatif, seperti perilaku
untuk berinteraksi dengan guru dan teman sekitarnya. Suasana yang nyaman
dan tenang di sekolah, sangat ditekankan bila siswa ingin betah dan dapat
belajar dengan baik. Namun, akhir-akhir ini banyak kasus yang mencoreng
dunia pendidikan di Indonesia, baik kasus yang dilakukan oleh tenaga pendidik
maupun siswa. Salah satu kasus yang banyak terjadi yaitu adanya tindak
kekerasan atau penganiayaan antar siswa, atau siswa yang lebih senior kepada
1
2
adik kelasnya. Kekerasan yang terjadi merupakan salah satu wujud dari
tindakan bullying.
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dapat merugikan orang
maupun fisik. Kasus bullying yang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau
adanya intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik secara
banyak terjadi yaitu dalam bentuk ejek-ejekan nama orang tua, ejek-ejekan
nama panggilan, menyebar gosip melalui situs jejaring sosial, menginjak kaki
atau menjewer teman dengan sengaja, aksi senioritas, dan bahkan perkelahian
antar siswa.
adanya hubungan negatif antara konsep diri dengan bullying siswa, yang
berarti bahwa semakin tinggi konsep diri siswa maka akans emakin rendah
perilaku bullying. Menurut Rakhmat (2009: 99) konsep diri adalah pandangan
3
dan perasaan tentang diri individu. Perasaan diri ini boleh bersifat psikologi,
sosial dan fisik. Konsep diri berkaitan dengan bagaimana orang mengamati
dirinya sendiri, berpikir tentang dirinya sendiri, menilai dirinya sendiri, dan
dalam diri remaja sehingga tingkat perilaku bullying yang terjadi pada remaja
dapat dihilangkan.
tempat menimba ilmu, serta salah satu tempat pembentuk karakter pribadi yang
tingkatan kelas, minat atau hobi yang sama, serta tujuan yang sama. Perilaku
kepercayaan seseorang sebagai hasil dari tekanan kelompok yang nyata atau
dapat diterima dalam kelompok populer tersebut lebih besar. Konformitas tidak
selalu berkaitan dengan hal negatif, banyak juga hal positif yang dapat
setting kelompok, terbukti dengan adanya berbagai kasus bullying yang terjadi
dengan pelaku berjumlah banyak dalam lingkup kelompok teman sebaya. Ketika
lingkup kelompok teman sebaya atau yang sering disebut gangs melakukan
adanya pengaruh konsep diri dan konformitas teman sebaya terhadap perilaku
B. Batasan Masalah
bullying.
X1 : konsep diri
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh konsep diri terhadap perilaku bullying pada siswa
2016/2017?
2. Apakah ada pengaruh regulasi diri terhadap perilaku bullying pada siswa
2016/2017?
3. Apakah ada pengaruh secara simultan konsep diri dan regulasi diri terhadap
D. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui:
1. Pengaruh konsep diri terhadap perilaku bullying pada siswa kelas VII
2016/2017.
E. Kegunaan Penelitian
Pada penelitian ini, diharapkan bahwa hasil yang dicapai dapat berguna
1. Siswa
ebaya yang positif agar tidak melakukan tindakan atau perilaku bullying
kepada teman.
2. Konselor
konsep diri siswa serta menurunkan perilaku bullying yang dilakukan siswa
konseling sekolah.
3. Guru
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan guru sebagai dasar untuk memahami
4. Sekolah
5. Pengembangan ilmu
bimbingan dan konseling pada siswa di sekolah yang mengarah pada upaya
konsep diri siswa yang positif dan mengarahkan siswa untuk memiliki
1. Konsep diri
berpegang teguh pada nilai etik moral, dan memiliki rasa percaya diri.
dilakukan siswa sebagai akibat dari tekanan kelompok untuk melakukan hal
yang sama dengan yang dilakukan teman, yang dapat diamati dengan angket
penerimaan kelompok.
3. Perilaku bullying
dengan sengaja untuk menyakiti teman secara fisik ataupun mental karena
dengan angket dan yang ditandai dengan adanya: bullying fisik (menampar,
berlari keliling lapangan, menghukum dengan cara push up), bullying verbal