Anda di halaman 1dari 26

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ujian dengan judul:


Stroke Hemoragik

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSUD Dr.Soesilo Slawi
Periode 29 Juni 08 Agustus 2015

Disusun oleh:
Cinthya Andini Pangesti
NIM 030.10.066

Telah diterima dan disetujui oleh dr.Fachry Uzer, Sp.S selaku dokter penguji dan
pembimbing Departemen Ilmu Penyakit Saraf RSUD Dr. Soeselo Slawi
pada tanggal 05 Agustus 2015

Slawi, 05 Agustus 2015


Mengetahui,

dr. Fachry Uzer, Sp.S

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan presentasi kasus yang
berjudul Stroke Hemoragik ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Trisakti di RSUD Dr.Soesilo Slawi.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para
pengajar di SMF Ilmu Penyakit Saraf, khususnya dr. Fachry Uzer, Sp.S, atas
segala bimbingan, waktu dan pengorbanannya selama berlangsungnya pendidikan
di bagian Ilmu Penyakit Saraf ini sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan maksimal kemampuan saya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini
dan untuk melatih kemampuan menulis makalahuntuk berikutnya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan.

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI .. 3
BAB I PENDAHULUAN .. 4
BAB II STATUS PASIEN
A. Identitas . 5
B. Anamnesis . 5
C. Pemeriksaan Fisik .. 7
D. Pemeriksaan Penunjang .. 16
E. Resume ... 18
F.Diagnosa dan Diagnosa Banding 18
G. Terapi . 19
H. Prognosis 19
I. Follow Up .. 20

BAB III PEMBAHASAN KASUS .. 21


BAB IV TINJAUAN PUSTAKA
VASKULARISASI SARAF PUSAT
A. Anatomi 20
B. Fisiologi 22

STROKE HEMORAGIK
A. Definisi ... 22
B. Etiologi ... 23
C. Faktor Resiko .. 24
D. Klasifikasi . . 24
E. Patofosiologi . . 26
F. Diagnosis 27
G. Penatalaksanaan .. 32

BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA.

3
BAB I
PENDAHULUAN

Stroke masih merupakan penyebab utama invaliditas kecacatan sehingga


orang yang mengalaminya memiliki ketergantungan pada orang lain pada
kelompok usia 45 tahun ke atas dan angka kematian yang diakibatnya cukup
tinggi.1
Perdarahan intra serebral terhitung sekitar 10 - 15% dari seluruh stroke
dan memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark serebral. Literatur lain
menyatakan hanya 8 18% dari stroke keseluruhan yang bersifat hemoragik.
Namun, pengkajian retrospektif terbaru menemukan bahwa 40.9% dari 757 kasus
stroke adalah stroke hemoragik. Namun pendapat menyatakan bahwa peningkatan
presentase mungkin dikarenakan karena peningkatan kualitas pemeriksaan seperti
ketersediaan CT scan, ataupun peningkatan penggunaan terapeutik agen
antiplatelet dan warfarin yang dapat menyebabkan perdarahan.2
Stroke adalah penyebab kematian dan disabilitas utama. Dengan
kombinasi seluruh tipe stroke secara keseluruhan, stroke menempati urutan ketiga
penyebab utama kematian dan urutan pertama penyebab utama disabilitas.
Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas yang lebih tinggi terdapat pada stroke
hemoragik dibandingkan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang mendapatkan
kembali kemandirian fungsionalnya.2
Resiko terjadinya stroke meningkat seiring dengan usia dan lebih tinggi
pada pria dibandingkan dengan wanita pada usia berapapun. Faktor resiko mayor
meliputi hipertensi arterial, penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, perilaku
merokok, hiperlipoproteinemia, peningkatan fibrinogen plasma, dan obesitas. Hal
lain yang dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke adalah penyalahgunaan
obat, pola hidup yang tidak baik, dan status sosial dan ekonomi yang rendah.3
Diagnosis dari lesi vaskular pada stroke bergantung secara esensial pada
pengenalan dari sindrom stroke, dimana tanpa adanya bukti yang mendukungnya,
diagnosis tidak akan pernah pasti. Riwayat yang tidak adekuat adalah penyebab
kesalahan diagnosis paling banyak. Bila data tersebut tidak dapat dipenuhi, maka

4
profil stroke masih harus ditentukan dengan memperpanjang periode observasi
selama beberapa hari atau minggu.4
Tujuan dari penatalaksanaan stroke secara umum adalah menurunkan
morbiditas dan menurunkan tingkat kematian serta menurunnya angka kecacatan.
Salah satu upaya yang berperan penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah
pengenalan gejala-gejala stroke dan penanganan stroke secara dini dimulai dari
penanganan pra rumah sakit yang cepat dan tepat. Dengan penanganan yang
benar-benar pada jam-jam pertama paling tidak akan mengurangi kecacatan
sebesar 30% pada penderita stroke.1
Tidak bisa dihindarkan fakta bahwa kebanyakan pasien stroke
datang dan dilihat pertama kali oleh klinisi yang belum memiliki pengalaman
yang cukup di semua poin terpenting dalam penyakit serebrovaskular. Keadaan
semakin sulit dikarenakan keputusan kritis harus segera dibuat mengenai indikasi
pemberian antikoagulan, investigasi laboratorium lebih lanjut, dan saran serta
prognosa untuk diberikan kepada keluarga.4

5
BAB II

STATUS PASIEN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOESELO SLAWI
Nama Mahasiswa : Cinthya Andini Pangesti
NIM : 030.10.066
Dokter Pembimbing : dr. Fachri Uzer, Sp.S

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. S Jenis kelamin : Wanita
Umur : 55 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMA
Alamat : Tembongwah Tanggal masuk RS : 19/07/15

A. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 29 Juli 2015 jam 13.00 WIB bertempat
di bangsal Kemuning RSUD dr. Soeselo Slawi secara Autoanamnesis dengan
pasien dan Alloanamnesis bersama anak pasien.

Keluhan Utama
Kaki dan lengan sebelah kanan tiba tiba lemas sejak 1 hari sebelum masuk
Rumah Sakit.

Keluhan Tambahan
Kepala terasa sakit dan pusing.

6
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dating ke UGD dr. Soeselo Slawi pada tanggal 19 Juli 2015 dengan
keluhan lemah dan tidak dapat menggerakan tangan dan kaki kanannya sejak 1 hari
SMRS. Sebelum mengalami kelemahan anggota gerak kanan, pada tanggal 18 Juli
2015 pasien mengalami penurunan kesadaran hingga pingsan secara mendadak,
pingsan pada pasien terjadi setidaknya selama 1 jam. Hal ini baru pertama kali pasien
alami. Pasien mengaku 3 hari sebelum pingsan, mengalami pusing berputar, kepala
sakit berdenyut. Pasien mengalami pusing dirasakan telah kurang lebih selama 1
tahun dan terasa semakin memberat akhir-akhir ini. Setelah mengalami penurunan
kesadaran pasien merasa anggota gerak kanan lemah dan sulit digerakkan, terasa
tangan dan kaki baal dan kesemutan.
Setelah 3 hari dirawat di RS, pasien mengalam 3 mual dan muntah-muntah
sebanyak 3x. Namun, saat ini pasien tidak merasakan keluhan apapun lagi. Pasien
menyangkal pernah mengalami trauma kepala sebelumnya, adanya gangguan
penglihatan, gangguan penciuman disangkal, telinga berdenging disangkal, sering
tersedak saat makan dan minum disangkal, kejang disanggal, demam juga disangkal,
BAK dan BAB lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa. Pasien mengaku tidak
mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes mellitus. Pasien tidak pernah dirawat
di Rumah Sakit. Riwayat stroke sebelumnya, asma, penyakit jantung, kejang dan
alergi disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien. Tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma,
penyakit jantung, stroke sebelumnya, dan alergi.

Riwayat Kebiasaan

7
Pasien seorang ibu rumah tangga dan sehari hari beraktivitas di dalam
rumah. Kebiasaan makan teratur, gemar mengonsumsi gorengan, makanan
berlemak, dan jarang berolahraga.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 29 Juli 2015 pada pukul 13.15
WIB di Bangsal Kemuning RSUD Dr. Soeselo Slawi.

Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesan gizi : Cukup

Status Psikis
Sikap : Kooperatif
Perhatian : Wajar
Ekspresi wajah: Wajar
Kontak psikis : Ada

Tanda vital
Tekanan darah : 200/120 mmHg
Nadi : 82 x/menit, regular, volume cukup
Suhu : 36,0C
Pernafasan : 20x/menit, reguler

Status gizi
TB : 155 cm
BB : 50 kg
BMI : 20,37 (gizi normal)
Status generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata.

8
o Wajah : simetris
o Mata : alis warna hitam, udem palpebra -/-, bulu mata berwarna
hitam, konjunctiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil
bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak
langsung +/+
o Hidung : normosepti, deviasi septum (-), deformitas (-), sekret (-)
o Telinga : normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik(-), serumen(-)
o Mulut : bibir asimetris, sianosis (-), mukosa bibir kering, mukosa
lidah merah muda, tonsil T1-T1, kripta tidak melebar, detritus (-),
faring tidak hiperemis, oral higine buruk
Leher :
o Inspeksi : jejas (-), edema (-), hematom (-), tanda trauma (-)
o Palpasi : deviasi trakea (-), kelenjar tiroid tidak membesar, KGB
tidak teraba membesar
Thorax :
Paru:
o Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
o Palpasi : Vocal fremitus simetris pada kedua lapang paru
o Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung:
o Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat jelas
o Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS V di linea
midclavicularis sinistra, thrill (-)
o Perkusi : Batas atas jantung redup setinggi ICS III linea
parasternal sinistra, batas kanan jantung redup setinggi ICS III-V
linea stternalis dextra, batas kiri jantung redup setinggi ICS V 2 cm
lateral di linea midclavicularis sinistra.
o Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
o Inspeksi : Bentuk datar, tidak tampak efloresensi bermakna,
smilling umbilicus (-), venektasi (-), caput medusa (-)
o Palpasi : supel di seluruh kuadran abdomen, turgor kulit
baik, nyeri tekan (-), nyeri tekan lepas (-), ballottement(-), massa(-)
o Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen, shifting
dullness (-)

9
o Auskultasi : Bising usus (+), 3x/menit
Genitalia:
Tidak dilakukan
Ekstremitas:
Ekstremitas superior Dextra Sinistra
Akral Hangat Hangat
Edema (-) (-)
Sendi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Jejas (-) (-)
Ekstremitas inferior Dextra Sinistra
Akral Hangat Hangat
Edema (-) (-)
Sendi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Jejas (-) (-)

C. STATUS NEUROLOGI
o Glasgow Coma Scale (GCS)
Eye :4
Verbal :5
Movement :6
Total : 15
o Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Kernig : > 135o / >135o
Laseq : > 70o / >70o
o Bahasa/ Bicara
Disfasia motorik : (-)
Disfasia sensorik : (-)
Disartria : (-)
o Pemeriksaan Nervus Cranialis
1. Nervus Olfaktorius
- Subjektif : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Objektif : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Nervus Optikus
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Ketajaman penglihatan baik baik
Menilai warna baik baik
Lapang pandang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3. Nervus Okulomotorius

10
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Kedudukan bulus oculi Di tengah Di tengah
Pergerakan bulbus oculi
Superior Baik Baik
Inferior Baik Baik
Medial Baik Baik
Superomedial Baik Baik
Diplopia - -
Strabismus - -
Ptosis - -
Enofthalmus - -
Pupil
Bentuk, ukuran Bulat, 3mm Bulat, 3mm
Isokor/anisokor isokor isokor
Refleks pupil + +

4. Nervus Troklearis
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Pergerakan bulbus oculi + +
(inferomedial)
Diplopia - -
5. Nervus Trigeminus
- Motorik
o Membuka mulut : baik
o Mengunyah : baik
o Menggigit : baik
- Sensorik
o Refleks kornea : baik
o Sensibilitas wajah

Pemeriksaan Dextra Sinistra


Ramus opthalmicus Baik baik
Ramus maxillaries Baik Baik
Ramus mandibularis Baik Baik

6. Nervus Abdusen
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Pergerakan bulbus okuli
Lateral Baik Baik
Superolateral Baik Baik
Inferolateral Baik Baik 11
Diplopia - -
7. Nervus Fasialis
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Fungsi Motorik
Mengerutkan dahi Dapat dilakukan, simetris
Mengangkat alis Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Memejamkan mata Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Menyeringai +, simetris
Mengembungkan pipi Dapat dilakukan
Fungsi Pengecapan
2/3 depan lidah Tidak dilakukan pemeriksaan

8. Nervus Vestibulokoklearis
- Nervus Koklearis
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mendengar suara berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Nervus Vestibularis
o Nigstagmus : -/-

12
o Vertigo : -/-

9. Nervus Glossofaringeus
- Motorik
o Refleks muntah : tidak dilakukan pemeriksaan
- Sensorik
o Indra pengecapan lidah 1/3 posterior : tidak dilakukan
pemeriksaan

10. Nervus Vagus


- Palatum molle : simetris
- Uvula : di tengah
- Arcus faringeus : simetris
- Disfagia : (-)
- Disfonia : (-)

11. Nervus Aksesorius


- Mengangkat bahu : dapat dilakukan, asimetris
- Menoleh : dapat dilakukan, simetris

12. Nervus Hipoglosus


- Pergerakan lidah : baik
- Tremor lidah : (-)
- Fasikulasi : (-)
- Artikulasi : baik
- Atrofi lidah : (-)
- Posisi lidah saat istirahat : ditengah
- Posisi lidah saat dijulurkan : ditengah

13
o Pemeriksaan badan dan ekstremitas (anggota gerak)
- Badan
o Motorik
- Posisi columna vertebralis saat istirahat :
tegak, di tengah
- Gerak columna vertebralis : baik
o Sensorik
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
o Refleks Superfisialis
- Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
- Kremaster : tidak dilakukan pemeriksaan
- Bulbocavernosus : tidak dilakukan pemeriksaan
- Gluteal : tidak dilakukan pemeriksaan

- Ekstremitas Superior
o Motorik
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Kesimetrisan Simetris Simetris
Pergerakan Aktif, terbatas Aktif, tidak terbatas
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 4 5

o Sensorik
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
o Refleks fisiologis
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Biceps + +
Triceps + +

14
o Refleks patologis
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Hoffman-Tromner - -

- Ekstremitas Inferior
o Motorik
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Kesimetrisan Simetris Simetris
Pergerakan Aktif, terbatas Aktif, tidak terbatas
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 4 5
o Sensorik
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
o Refleks fisiologis
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Patella + +
Achilles + +
Klonus patella Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Klonus achilles Tidak dilakukan Tidak dilakukan

o Refleks patologis
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Babinsky + -
Chaddock Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gonda Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gordon Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Oppenheim Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schaeffer Tidak dilakukan Tidak dilakukan

o Pemeriksaan koordinasi, Cara Berjalan dan Keseimbangan

15
- Cara berjalan : tidak dilakukan pemeriksaan
- Test Rhomberg : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes Disdiadokinesa : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes Tandem gait : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes Finger to nose : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes Finger to finger : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes heel to knee : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes Rebound Phenomenon : tidak dilakukan pemeriksaan

o Pemeriksaan Gerakan Involunter


Pemeriksaan Dextra Sinistra
Tremor - -
Athetosis - -
Chorea - -
Ballismus - -

o Pemeriksaan Fungsi Otonom


- Miksi : baik
- Defekasi : baik

o Pemeriksaan Fungsi Luhur


- Atensi : baik
- Bahasa : baik
- Memori : baik
- Kognitif : baik
- Afek dan emosi: baik

16
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Labotarorium

Tanggal
Pemeriksaan
Nama test Satuan Nilai normal
19/07/2015
Hasil
Hematologi
Hemoglobin 12,1 g/dL 12 14
Trombosit 286 ribu/uL 150 400
Eritrosit 5,0 juta/uL 46
Hematokrit 37 % 37 42
Leukosit 5,7 ribu/uL 3,6 11,0

o Radiologi
CT Scan kepala (22/07/2015)

17
Kesan :
- ICH dengan perifokal edema pada kapsula eksterna kiri sampai
corona radiata kiri
- Tampak gambaran peningkatan tekanan intracranial

E. RESUME
Pasien wanita, 55 tahun datang di antar keluarganya ke IGD RSUD Dr.
Soeselo Slawi, dengan keluhan utama hemiplegi dekstra disertai sakit kepala
berdenyut dan pusing sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan seperti
ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Sebelumnya, pasien mengeluh nyeri
kepala hebat yang terus menerus. Sebelum mengalami kelemahan pada
ekstremitasnya, pasien mengalami penurunan kesadaran kurang lebih selama 1

18
jam. Pasien juga mengalami mual dan muntah sebanyak 3x. Pasien tidak
mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah pasien 200/120 mmHg.
Dari pemeriksaan status neurologis didapatkan GCS E4V5M6 dan pada
pemeriksaan motorik, didapatkan tanda lateralisasi berupa kelemahan pada
ekstremitas dekstra, dengan kekuatan otot ekstremitas superior dan inferior dextra
yaitu 4. Pemeriksaan sensorik normal. Refleks fisiologis (+) dan reflex patologis
(+). Dari pemeriksaan laboratorium darah tidak tampak adanya kelainan.
Pemeriksaan CT-Scan menunjukkan bukti adanya perdarahan dan edema perifokal
pada kapsula eksterna kiri sampai corona radiate kiri.

F. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis : Hemiparesis dekstra, cephalgia
Diagnosis etiologis : Hipertensi grade II
Diagnosis topis :Intracerebral hematoma dan edema pada kapsula eksterna
kiri sampai corona radiata kiri
Diagnosis patologis : Stroke hemoragik

G. TERAPI
o Medikamentosa
Bed rest
Oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit
IVFD NS + 2A 20 tpm
Inj. Lasix 2 x 20 mg
Inj. Piracetam 3 x 3 gram
Inj. Citicolin 3 x 500 mg
Inj. Ranitidin 2 x 30 mg
Inj. Cefotaxime 2 x 1gr
Inj. Mecobalamin (lapibal) 2 x 1
Asam Tranexamat (kalnex) 3x2
Totilac 4 x 50 cc
Konsul penyakit dalam untuk tatalaksana hipertensi

o Nonmedikamentosa
o Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentan penyakit
yang sedang diderita oleh pasien.
o Edukasi tentang pemberian makan (jenis makanan), minum dan
kepatuhan minum obat.

19
o Hindari faktor resiko
o Fisioterapi

H. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanasionam : dubia ad malam

I. FOLLOW UP

Tgl. S O A P
30/07/15 Kelemahan TD 170/100 mmHg ICH hari Oksigenasi 3 l/menit
ekstremitas kanan HR 80x/m ke 11 Infus 2A 20tpm
(+) RR 18x/m Inj.Citicholin 2x500mg
GCS E4V5M6 Inj. Piracetam 3 x 3 gr
RCL +/+ Inj. Cefotaxime 2x1gr
RCTL +/+ Inj. Ranitidine 2x1 amp
Inj. Mecobalamin
Kaku kuduk (-) (lapibal) 2x1
Meningeal (-) Totilac 4x50 cc
Refleks patologis Kalnex 3x2
(+)
Motorik
4 5
4 5

20
BAB II
PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,


dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita stroke
hemoragik.
A. ANAMNESIS
1. Gejala klinis

- Defisit neurologis berupa kelemahan pada ekstremitas bagian atas


dan bawah sebelah kanan yang terjadi secara mendadak. Hal ini
sesuai dengan definisi stroke, yaitu dimana terjadinya defisit
neurologi yang terjadi secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terganggu. Hemiparesis
dextra disebabkan oleh kerusakan sentral pada otak sisi sinistra
sehingga memberikan defisit pada sisi kontralateral.
- Pasien mengalami penurunan kesadaran disebabkan oleh
peningkatan tekanan intracranial secara mendadak akibat
perdarahan yang dialami pasien.
- Pada pasien juga didapatkan nyeri kepala yang dapat disebabkan
oleh kompresi langsung rangsang nyeri seperti pada umumnya
terjadi pada perdarahan intrakranial lainnya. Nyeri kepala pada
stroke juga dapat timbul jika tekanan darah dalam tubuh
meningkat, pembuluh arteri rupture, dan menyebabkan perdarahan

21
jaringan otak dan darah tersebut akan membentuk suatu masa
sehingga meningkatkan tekanan intrakranial.
- Vertigo pada pasien dapat disebabkan karena terganggunya aliran
darah diotak dan menyebabkan kurangnya pasokan oksigen pada
otak pasien.
- Muntah pada pasien dapat terjadi ketika reseptor tekanan
intracranial terangsang akan mengakibatkan pusat muntah di dorso
lateral formation retikularis terangsang . Selanjutnya formatio
retikularis akan merangsang motorik nervus vagus yang akan
menyebabkan kontraksi duodenum dan antrum lambung sehingga
terjadi peningkatan tekanan intrabdomen, selain itu nervus vagus
juga membuat sfingter esophagus membuka oleh karena itu terjadi
muntah

2. Faktor resiko
- Usia
Risiko terjadinya stroke meningkat pada usia diatas 45 tahun akibat
proses penyempitan dan pengerasan pembuluh darah yang dapat
mengurangi aliran darah ke otak. Selain itu pada usia tua lebih
banyak penyakit penyerta yang dapat memicu terjadinya serangan
stroke
- Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan pembentukan plak aterosklerosis
semakin cepat dan progresif, disfungsi endotel semakin meningkat,
diameter semakin menyempit, sehingga supply oksigen ke otak
terhambat.

B. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran compos
mentis, hal ini dibuktikan dengan GCS E4V5M6, dimana mata pasien
dapat membuka spontan, verbal baik pasien dapat menjawab dengan
kata kata/kalimat, dan motorik baik karena pasien dapat mengikuti
perintah saat dilakukan pemeriksaan.
- Tanda vital : didapatkan adanya hipertensi grade II ( TD = 200/120
mmHg).

22
- Pemeriksaan neurologis:
GCS E4V5M6
Tanda rangsang meningeal dan kaku kuduk negative, namun
ditemukan reflek patologis pada pasien yang menunjukan adanya
lesi pada UMN
Pemeriksaan motorik didapatkan kelemahan pada ekstremitas
dekstra, dengan kekuatan otot ekstremitas superior dan inferior
dextra yaitu 4.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, sebelum dilakukannya CT-


scan dapat dilakukan penegakkan diagnosis berdasarkan sistem skoring:
- Sirijaj Stroke Score (SSS)

Cara perhitungan :

SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan


diastolik)-(3 x atheroma) 12

Pada pasien ini didapatkan :


SSS = 2,5 (0) + 2 (1) + 2 (1) + 0,1 (120) 3 (0) -12
= 0 + 2 + 2 + 12 - 0 12 = 4

23
Nilai SSS :
>1 : Perdarahan otak
< -1 : Infark otak
-1 < SSS < 1 : Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan CT-scan (gold standart), yang dapat membedakan stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik. Hasil CT Scan pasien
menggambarkan adanya intracerebral hematoma pada kapsula eksterna
kiri sampai corona radiata ditemukannya lesi pada sisi sinistra
sesuai dengan temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien yaitu
ekstremitas yang mengalami kelemahan adalah ekstremitas sisi
kontralateral dari letak lesi yaitu dextra.

D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien stroke iskemik yang pertama adalah:
- Medikamentosa
1. Oksigenisasi nasal kanul 3 liter/menit
Oksigen dapat berperan sebagai neuroprotektor, membantu suplai dan
kelancaran oksigen ke otak untuk mencegah terjadinya hipoksia otak dan
mencegah perburukan fungsi neurologis.
2. IVFD 2A + Neurobion 20 tpm
Infus 2A merupakan kombinasi cairan koloid dan kristaloid yang
mengandung glukosa 5% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1:1,
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit harian, pada
keadaan asupan oral yang terbatas.
3. Piracetam 3 x 3 gram (iv)
Piracetam dapat bersifat sebagai neuroprotektor. Pada tingkat neuron,
piracetam berfungsi untuk memperbaiki neurotransmisi saraf dan pada
tingkat vaskular berfungsi untuk mengurangi agregasi platelet,
memperbaiki mikrosirkulasi dan meningkatkan deformabilitas eritrosit,
maka aliran darah otak meningkat. Serta, memodulasi nurotransmiter di
otak, meningkatkan kondisi metabolik untuk plastisitas neural dan

24
meningkatkan mikrosirkulasi tanpa efek vasodilatasi. Selain itu bekerja
dengan memfasilitasi pelepasan asetilkolin dan asam amino eksitatorik.
4. Citicolin 2 x 500 gr (iv)
Citicolin memiliki sifat neuroprotektor dan neurorestoratif pada sel saraf.
Pada metabolisme neuron, citicolin akan meningkatkan ambilan glukosa,
menurunkan pembentukan asam laktat, mempercepat pembentukan
asetilkolin dan menghambat radikalisasi asam lemak dalam keadaan
iskemia. Pada vaskular pemberian citicolin berfungsi untuk meningkatkan
aliran darah otak, meningkatkan konsumsi oksigen dan menurunkan
resistensi vascular. Citicolin juga menghambat kerusakan membran dan
mengurangi radikal bebas dengan cara menambah posphatidilcoline,
peningkatan poshpatidilcoline ini memproteksi neuron dan menstabilkan
dinding sel serta membantu penyembuhan dari iskemik. Jadi penggunaan
citicholine disini sebagai stabilisator membran sel.
5. Ranitidin 2 x 30 mg (iv)
Pemberian ranitidin sebagai antagonis H2 bertujuan untuk mencegah
terjadinya stress ulcer.
6. Mecobalamin 2 x 1 (iv)
Mecobalamin merupakan vitamin B12 aktif yang penting untuk
metabolism intrasel, dalam hal ini diginakan untuk mencegah kerusakan
selubung myelin sel saraf. Mecobalamin diberikan untuk menambah
suplemen pada sel saraf sehingga membantu proses pemulihan atau
regenerasi sel saraf. Mecobalamin merupakan bentuk yang paling aktif
dibandingkan dengan homolog vitamin B12 lainnya dalam kaitannya
dengan metabolism asam nukleat, protein, dan lemak.
7. Cefotaxime 2 x 1 gram (iv)
Ceftriaxone bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial atau
infeksi sekunder selama pasien dirawat.

8. Kalnex 3 x 2 (iv)
Kalnex termasuk golongan asam traneksamat yang diberikan dengan
tujuan antifibrinolitik dapat menurunkan kejadian rebleeding. Bekerja
sebagai inhibitor kompetitif dari activator plasminogen dan penghambat

25
plasmin, oleh karena itu asam traneksamat dapat digunakan untuk
membantu mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan.
9. Totilac 4 x 50 cc
Larutan hypertonium sodium lactate dapat digunakan untuk small volume
resucitation , mencegah odema, dan menurunkan tekanan intrakranial.
Selain itu sifat laktat yang dapat digunakan dalam keadaan stress karena
tidak membutuhkan ATP dan bersifat neuroprotektor.

- Non Medikamentosa
1. Edukasi
Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang sedang
diderita, komplikasi dan prognosisnya. Edukasi meliputi management
yang dapat dilakukan di rumah sakit maupun di rumah, termasuk
pengendalian faktor resiko (hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolesterol,
dll), modifikasi gaya hidup, dan keadaan khusus lainnya.
2. Restorasi dan rehabilitasi stroke
Fisioterapi dan terapi okupasi dilakukan untuk memaksimalkan fungsi
ekstremitas, mencegah adanya kontraktur dan atrofi otot serta
memperbaiki vaskularisasi. Penanganan ini sebaiknya dilakukan oleh tim
multidisiplin yang terdiri dari dokter, perawat, tenaga terapi fisik, tenaga
terapi okupasi, pasien dan keluarga pasien. Fisioterapi perlu dilakukan
pada pasien agar fungsi motorik yang terganggu dapat dikembalikan
mendekati normal sehingga pasien dapat kembali menjalani aktivitas
sehari-harinya mengingat pasien masih dalam usia produktif.

26

Anda mungkin juga menyukai