Dosen Tetap
Abstrak
Latar Belakang
Proses komunikasi merupakan suatu kebutuhan dinamis.Komunikasi
menjawab kebutuhan adaptasi manusia dengan lingkungannya. Beradaptasi bukan
berarti menyetujui atau mengikuti semua tindakan orang lain, melainkan mencoba
memahami alasan di baliknya tanpa kita sendiri tertekan oleh situasi. (Mulyana,
2005: 10)
Laswell (dalam Onong Uchjana Effendy, 2013: 10) mendefinisikan komunikasi
sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. Selanjutnya, menurut Deddy Mulyana (2013:
117), komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan
harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam proses
komunikasi, terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah
latar belakang budaya individu yang terlibat sebagai komunikator dan komunikan.
Perumusan Masalah
Tinjauan Teoritis
Budaya Organisasi
Pengertian Budaya Organisasi
Andrew Pettigrew (dalam Sobirin, 2009: 125) sebagai orang pertama yang
secara formal menggunakan istilah budaya organisasi, memberikan pengertian
budaya organisasi sebagai The system of such publicly and collectively accepted
meanings operating for given group at a given timeyang berarti budaya organisasi
adalah sistem makna yang diterima secara terbuka dan kolektif, yang berlaku untuk
waktu tertentu bagi sekelompok orang tertentu. Sistem makna yang dimaksud
adalah istilah, bentuk, kategori atau citra yang bisa dengan sendirinya menjelaskan
situasi diri sekelompok orang kepada kelompok orang tersebut. Dalam hal ini sistem
makna diharapkan bisa memberi gambaran tentang jati diri (budaya) sebuah
organisasi kepada orang-orang yang bekerja pada organisasi tersebut dan orang-
orang yang berada di luar organisasi melalui proses pemaknaan terhadap semua
aspek kehidupan organisasi.
Sama halnya dengan pendapat Ogbonna dan Harris (dalam Sobirin, 2009:
129) yang menyebutkan bahwa budaya organisasi sebagai the collective sum of
beliefs, values, meaning and assumptions that are shared by a social group and that
help to shape the ways in which they respond to each other and to their external
environmentyang berarti budaya adalah keyakinan, tata nilai, makna dan asumsi-
asumsi yang secara kolektif dibagikan oleh sebuah kelompok sosial guna membantu
mempertegas cara mereka saling berinteraksi dan mempertegas mereka dalam
Lebih lanjut Gibson (dalam Sutrisno, 2013: 28) mengatakan: apalagi bila ia
sebagai orang baru supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat bekerja, ia
berusaha mempelajari apa yang dilarang dan apa yang diwajibkan, yang baik dan
buruk, yang benar dan yang salah; dan yang harus dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan di dalam organisasi tempat bekerja itu. Jadi, budaya organisasi dapat
mempengaruhi cara orang bertingkah laku, cara menggambarkan pekerjaannya,
cara bekerja dengan koleganya, dan cara memandang masa depannya dengan
wawasan yang luas yang ditentukan oleh norma, nilai, dan kepercayaan.
Dengan demikian, fungsi budaya kerja adalah sebagai perekat sosial dalam
mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa
ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para
karyawan.Hal ini dapat berfungsi pula sebagai kontrol atas perilaku karyawan.
(Sutrisno, 2013: 11)
menganggap bahwa tugas yang diemban organisasi terhadap dunia luar merupakan
bentuk implementasi dari peraturan-peraturan yang tidak boleh dilanggar.Norma dan
aturan merupakan sebuah perangkat yang harus dijunjung tinggi oleh semua orang
yang terlibat di dalam kehidupan organisasi.Dengan demikian, organisasi seolah-
olah mempunyai tanggung jawab moral untuk menjaga aturan-aturan tersebut.
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Menurut Syamsul Arifin (2012: 1), terdapat banyak definisi pemimpin, antara
lain, (1) seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan (khususnya disatu
bidang), sehingga mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya satu atau beberapa tujuan,
(2) seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan
mengatur, mengarahkan, mengorganisir, atau mengontrol usaha/upaya orang lain,
atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi (pengertian luas). Seorang yang
membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan
akseptensi (penerimaan) secara sukarela oleh pengikutnya (pengertian sempit)
(oleh Henry Pratt Fairchild), (3) pusat proses kelompok, kepribadian yang berakibat,
seni menciptakan kesepakatan, kemampuan mempengaruhi, bentuk bujukan,
hubungan kekuasaan, hasil interaksi, pemisahan peranan, awal struktur, dan lain-
lain. (Glenn, 1992 menyimpulkan ada 350 definisi)
Masih dalam buku yang sama, Arifin (2012: 3-4) mendefinisikan kepemimpinan dari
berbagai sumber, antara lain, (1) kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka
mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Odway Tead), (2) seni
untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang
(Howard H. Hoyt), (3) merupakan penterjemah atau penampilan dari
khalayak/kelompok (the crowd exponent), (4) wakil atau utusan dari khalayak ramai
(the crowd representative), (5) kepemimpinan institusional/kelembagaan,
kepemimpinan yang dominan, dan kepemimpinan persuasive (F. C. Barlet), (6)
kepemimpinan konservatif, kepemimpinan radikal, kepemimpinan ilmiah (A. B.
Wolfe), (7) kepemimpinan bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi, yang
sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan
akseptansi/ penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat
bagi situasi khusus (informal).
Komunikasi ke atas, terjadi apabila pesan yang dikirimkan dari tingkat hierarki yang
lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu dari bawahan kepada
dikirimkan dari tingkat hierarki yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah, yaitu
komunikasi yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke
atas.Hubungan tersebut bersifat timbal balik antara atasan dengan bawahan, (4)
Kepemimpinan Demokratis
Arifin (2012: 89), tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok
masyarakat dapat digolongkan dalam enam tipe. Tipe pemimpin tersebut antara lain
tipe otokratis, tipe militeristis, tipe paternalistis, tipe kharismatis, tipe laissez faire,
dan tipe demokratis.
Tipe pemimpin demokratis disebut juga tipe partisipatif, dimana pemimpin
kerap memberikan semangat kepada bawahannya. Mengatakan mereka adalah
bagian dari sistem dan ikut pula dalam proses pengambilan keputusan. Sedangkan
bawahan menjadi tipe yang suka menerima kepercayaan dan tanggung jawab besar
dengan sikap koorperatif- memiliki semangat kerja kelompok dan moral kerja yang
tinggi pula.Dalam keadaan seperti ini, biasanya bawahan menaruh rasa hormat
tinggi kepada pemimpinnya. (Supriyanto, 2007: 25)
dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan atau dari atasan. (Arifin,
2012: 94).
Efektivitas Komunikasi
Pengertian Efektivitas Komunikasi
Menurut Suranto AW (2007: 9) komunikasi dikatakan efektif apabila dalam
suatu proses komunikasi itu, pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat
diterima dan dimengerti oleh komunikan, persis seperti yang dikehendaki oleh
komunikator, dengan demikian, dalam komunikasi itu komunikator berhasil
menyampaikan pesan yang dimaksudkannya, sedang komunikan berhasil menerima
dan memahaminya Selanjutnya, efektifnya sebuah komunikasi adalah jika pesan
yang dikirim memberikan pengaruh terhadap komunikan, artinya bahwa komunikasi
yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga menimbulkan respon atau
umpan balik dari penerimanya. Seperti contohnya; adanya tindakan, hubungan yang
makin baik dan pengaruh pada sikap.Hal ini senada dengan pendapat Everet
Rogers dan Lawrence Kincaid (dalam Liliweri, 2007: 228), bahwa komunikasi yang
efektif terjadi jika muncul matual understanding atau komunikasi yang saling
memahami. Yang dimaksudkan saling memahami adalah keadaan di mana
seseorang dapat memperkirakan bagaimana orang lain memberi makna atas pesan
yang dikirim dan menyandi balik pesan yang diterima.
sikapnya berubah sesuai dengan makna pesan itu, maka komunikasi yang terjadi
adalah efektif, dan jika tidak ada perubahan pada sikap seseorang maka komunikasi
tersebut tidaklah efektif. Dalam berbagai situasi kita berusaha untuk mempengaruhi
sikap orang lain agar orang tersebut bersikap positif sesuai keinginan kita.
Notoatmodjo (2005) berpendapat bahwa sikap merupakan reaksi yang masih
tertutup dan tidak dapat dilihat langsung. (4) hubungan yang semakin baik: bahwa
dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan atau
membina hubungan baik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Seringkali jika
orang telah memiliki persepsi yang sama, ada kemiripan karakter, cocok, dengan
sendirinya hubungan akan terjadi dengan baik, (5) tindakan: jika kedua belah pihak
setelah berkomunikasi melakukan tindakan sesuai dengan pesan yang
dikomunikasikan. Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa sikap belum tentu
terwujud dalam bentuk tindakan, sebab untuk mewujudkan tindakan perlu faktor lain,
yaitu adanya fasilitas atau sarana dan prasarana sebagai mediator agar sikap dapat
meningkat menjadi tindakan.
Komunikasi efektif mnemiliki ciri-ciri efektivitas menurut Devito (dalam Sugiyo,
2005: 4-6) antara lain, (1) keterbukaan (openness), (2) Empati (Empathy), (3)
dukungan (Supportiveness), (4) rasa positif (Positiveness), (5) kesetaraan
(Equality).
Kerangka Berpikir
Gaya Kepemimpinan
Demokratis (X2)
Hipotesis
1. Mendorong Partisipasi
Karyawan
2. Keputusan Dibuat H1 : Ada pengaruh Budaya Organisasi terhadap
Bersama
3. Terbuka Terhadap Efektivitas Komunikasi.
Masukan
H2 : Ada pengaruh Gaya Kepemimpinan
Demokratis terhadap Efektivitas Komunikasi.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode
diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan adanya hubungan sebab
akibat, dimana semua objek penelitian bersifat objektif atau bebas nilai.(Bungin,
2013: 40). Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan data yang digunakan merupakan data
yang dapat diukur, yaitu berupa angka-angka.Sugiyono (2011: 68) juga menjelaskan
bahwa terdapat beberapa bentuk paradigma atau model penelitian kuantitatif, salah
Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel,
yaitu sampel harus representatif (mewakili), dan besarnya sampel harus memadai.
Sampel yang representatif yaitu apabila ciri-ciri sampel berkaitan dengan tujuan
penelitian dan harus sama dengan ciri-ciri populasinya. Bailey (1982) (dalam Ruslan,
2013: 149) mengatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan
dana penelitian, serta penelitian ini masih merupakan penelitian awal maka peneliti
hanya menggunakan batas minimum penetapan sampel, dimana pada penelitian ini
Operasionalisasi Konsep
Berikut merupakan operasional konsep dari penelitian Pengaruh Budaya
Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap Efektivitas Komunikasi:
Hasil Penelitian
Frekuensi Persentase
No. Jenis Kelamin
(responden) (%)
1 Laki-Laki 17 47.2
2 Perempuan 19 52.8
Total 36 100.0
Sumber: Hasil kuesioner yang diolah dengan SPSS
Corrected
Pernyataan Item-Total Keterangan
Correlation
Perusahaan tempat saya bekerja sangat
mengutamakan proses dari suatu aktivitas
0.305 Valid
atau pekerjaan, dibandingkan dengan hasil
akhir yang diperoleh.
Perusahaan tempat saya bekerja
mengutamakan kebutuhan karyawan
0.682 Valid
terlebih dahulu dibandingkan dengan
pekerjaan yang harus dilakukan.
Hubungan saya dengan perusahaan sangat
0.467 Valid
kuat, bukan sekedar hubungan profesional.
Perusahaan tempat saya bekerja sangat
terbuka terhadap perubahan, tidak selalu 0.497 Valid
bekerja mengikuti pola yang ada.
Perusahaan tempat saya bekerja memiliki
peraturan yang longgar, bukan peraturan 0.573 Valid
kaku.
Peraturan dalam perusahaan tempat saya
bekerja dapat berubah demi pencapaian
0.511 Valid
hasil dan pemenuhan kebutuhan konsumen,
bukan peraturan yang harus dijunjung tinggi.
Corrected
Pernyataan Item-Total Keterangan
Correlation
Pemimpin selalu membagi pekerjaan sesuai
0.505 Valid
dengan bidang pekerjaan masing-masing.
Dalam menghadapi masalah, pemimpin dan
karyawan bersama-sama mencari alternatif
0.601 Valid
solusi guna mendapatkan keputusan yang
saling menguntungkan.
Pemimpin selalu dengan senang hati
menerima saran, kritik dan pendapat yang 0.543 Valid
diberikan oleh karyawan.
Corrected
Pernyataan Item-Total Keterangan
Correlation
Setiap karyawan mampu menyampaikan
pesannya dengan baik saat 0.523 Valid
berkomunikasi.
Saya mampu memahami pesan
komunikasi yang disampaikan oleh 0.688 Valid
karyawan lain dengan tepat.
Saya selalu tertarik untuk berkomunikasi
dengan karyawan lainnya karena hal 0.429 Valid
tersebut sangat menyenangkan.
Pesan komunikasi yang saya terima selalu
memberikan dampak positif terhadap sikap 0.414 Valid
saya.
Komunikasi membuat hubungan saya
dengan karyawan lainnya menjadi terbina 0.412 Valid
dengan baik.
Saya mampu mengimplementasikan pesan
komunikasi karena adanya saluran 0.599 Valid
pelaksanaannya.
Uji Reliabilitas
Cronbachs
Variabel N Keterangan
Alpha
Budaya Organisasi (X1) 6 0.762 Reliabel
Gaya Kepemimpinan
3 0.722 Reliabel
Demokratis (X2)
Efektivitas Komunikasi (Y) 6 0.748 Reliabel
Uji Hipotesis
Square Estimate
1 .388 .151 .126 2.58245
Standardize
Unstandardized
Model d
Coefficients T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant
18.103 2.451 7.387 .000
1 )
BO .268 .109 .388 2.456 .019
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi Var
X1 dengan X2 adalah sebesar 0.388; koefisien diterminasi 15.1%;analisis regresi Y
= 18,103 + 0,268 X1dan uji T 0,019 < 0,05. Dengan demikian, hipotesis pertama
yang menyatakan terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas
komunikasi dapat dibuktikan.
Coefficients d
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant
10.116 3.819 2.649 .012
1 )
GKD 1.052 .287 .532 3.662 .001
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi Var
X1 dengan X2 adalah sebesar sebesar 0,532; koefisien diterminasi sebesar
28,3%;analisis regresi Y = 10,116 + 1,052X2dan uji Tdengan melihat nilai t sebesar
3,662 dan signifikan (Sig.) sebesar 0,001. Artinya Sig. hitung < 0,05 yaitu 0,001 <
0,05. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan terdapat pengaruh gaya
kepemimpinan demokratis terhadap efektivitas komunikasi dapat dibuktikan.
Sum of Mean
Model Df F Sig.
Squares Square
Regression 83.756 2 41.878 7.543 .002
1
Residual 183.216 33 5.552
Total 266.972 35
Dari hasil pengujian di atas dapat diketahui bahwa koefisien korelasi Var X 1
dan X2 dengan Var Y sebesar 0.560; koefisien diterminasi 0.314 (31%), persamaan
regresi berganda Y = 9,344 + 0,135 X1 + 0,886 X2dan Uji F sebesar 7,543 dan nilai
signifikan (Sig.) sebesar 0,002. Artinya nilai Sig.< 0,05 yaitu 0,002 < 0,05. Dengan
demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi
dan gaya kepemimpinan demokratis secara bersama-sama terhadap efektivitas
komunikasi dapat dibuktikan.
Pembahasan
Dengan melihat hasil uji F di atas, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima. Artinya bahwa budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan
demokratis (X2) secara bersama dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi (Y) di
kalangan karyawan industri Cikupa Tangerang. Walaupun dalam uji t hipotesis
ketiga menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu budaya organisasi (X1) secara
individual masih memiliki pengaruh yang lebih rendah dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan demokratis. Hal ini menjelaskan bahwa apabila budaya organisasi
dipasangkan dengan gaya kepemimpinan demokratis, memiliki nilai pengaruh yang
berbeda terhadap efektivitas komunikasi.
Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas A. Kayser dan
Arlyn J. Melcher (2010). Hasilnya adalah Harold P. Scott sebagai direktur di Dunhill
Container Coorporationmenerapkan gaya demokratis yang bercirikan:adanya
pendelegasian pekerjaan secara merata dan dalam praktiknya melibatkan orang-
orang yang berminat serta berkompetensi; pencapaian tujuan dengan cara
mendorong interaksi yang tinggi dari bawahannya; adanya pengakuan dan
penghargaan atas prestasi yang telah dicapai setiap anggota devisi; peraturan
bersifat terbuka demi pencapaian hasil yang lebih baik; dan ia merupakan orang
yang antusias, sangat berkomitmen, serta memiliki standar yang baik.
Disamping itu, Syamsul Arifin (2012: 94) dalam buku Leadership Ilmu dan
Seni Kepemimpinan, menyatakan bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan
demokratis banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai organisasi,
yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Maka, pemimpin di bidang
pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan
atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan atau dari atasan.
demokratis (X2) terhadap efektivitas komunikasi (Y) adalah sebesar 31,4%. Sisanya
yaitu sebesar 68,6% merupakan faktor lain yang turut mempengaruhi namun tidak
digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian, disimpulkan bahwa faktor
pembentuk efektivitas komunikasi terdiri dari banyak faktor, sehingga dalam
penelitian ini yaitu menggunakan unsur budaya organisasi dan gaya kepemimpinan
demokratis hanya memberikan persentase 31,4%.
Simpulan
Sesuai dengan hasil dari uji statistik dan analisis yang telah disajikan pada
bab IV, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan
demokratis (X2) terhadap efektivitas komunikasi (Y), Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan
demokratis terhadap efektivitas komunikasi di kawasan industri Cikupa
Tangerangdengan interval korelasi 0,560 dan koefisien determinasi sebesar
31,4%.
Saran
Melihat hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, maka disarankan bagi para
peneliti berikutnya adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Dadan dan Winny Kresnowiati. (2008). Komunikasi Antar Budaya:
Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Jala Permata
Arifin, Syamsul. (2012). Leadership: Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Effendy, Onong Uchjana. (2007). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti
Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada