Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ILMU FISIOLOGI TERNAK

JUMLAH BUTIR DARAH MERAH (ERITROSIT)

OLEH :

DANANG WAHYU SUGITO


1603511061
KELAS B

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu fungsi darah di dalam tubuh adalah sebagai alat transportasi. Di dalam tubuh darah
berperan dalam transport oksigen, karbon dioksida, zat makanan , metabolit- metabolit yang tidak
diperlukan, mengatur suhu tubuh normal, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengatur
keseimbangan air, mengatasi infeksi, transport hormon untuk metabolisme dan transport metabolit-
metabolit antar jaringan. Jumlah darah dalam tubuh sekitar 5 -7 % dari berat badan. Pada wanita
angka ini sedikit lebih rendah. Plasma terdiri dari 91 -92% adalah air dan sisanya merupakabn zat-
zat yang larut didalamnya berupa protein, enzim, hormon, vitamin, lipid, asam amino, dsb. Plasma
darah ini merupakan system transport yang melayani semua sel melalui medium cairan
ekstraselular.

Darah berwarna merah karena adanya sel-sel darah merah. Sel darah merah berbentuk bulat gepeng
yang kedua permukaannya cekung. Sel darah merah tidak memiliki inti sel dan mengandung
hemoglobin. Eritrosit merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5
juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah
disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. Kadar 1 Hb inilah
yang dijadikan patokan dalain menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel
yang telah tua dihancurkan di Limpa 4. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen
Bilirubin (pigmen empedu).

Fungsi utama dari sel-sel darah merah (eritrosit) adalah mengangkut Hb yang seterusnya akan
membawa oksigen yang berasak dari paru- paru ke jaringan. Sel darah merah normal berbentuk
pelat, cekung ganda dan berdiameter 8 mikron. Konsentrasi pada pria lebih besar daripada wanita.

Menghitung sel-sel darah dari ketiga jenis sel darah leukosit, eritrosit, dan trombosit dihitung
jumlahnya persatuan volume darah. Upaya itu biasanya dilakukan dengan menggunakan alat hitung
elektronik. Pada dasarnya alat semacam itu yang lazimnya dipakai bersama alat pengencer otomatik
memberi hasil yang sangat teliti dan tepat. Harga alat penghitung elektronik mahal dan
mengharuskan pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat. Selain itu perlu ada upaya untuk
menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan mutu (quality control). Cara-cara
menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya
dalam laboratorium (Gandasoebrata,R. 2007).

2
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui cara menghitung sel darah
merah (eritrosit) dengan metode manual/ kamar hitung dan jumlah normal eritrosit pada manusia.

1.3 Landasan Teori


Eritrosit merupakan cairan berwarna merah yang terdapat di dalam tubuh, dimana warna merah
dihasilkan dari Hb yaitu protein yang mengandung zat besi (Fe) dan berperan dalam transpor
Oksigen (O2) dan Carbondioksida(CO2). Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel
terbanyak dalam darah.

Eritrosit adalah cakram bikonkaf yang fleksibel dengan kemampuan menghasilkan energi sebagai
adenosin trifosfat (ATP) melalui jalur gikolisis anaerob (Embden Meyerhof) dan menghasilkan
kekuatan pereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai nikotamida adenine dinukleotida
fosfat tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas heksosa monofosfat (hexsose monophosphate shunt)
(Hoffbrand et al, 2005).

Melalui proses glikolisis, sel darah merah membentuk ATP yang berperan penting dalam proses
untuk mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan juga dalam pengaturan transpor ion
(misalnya ion Na+, K+), ATPase dan protein penukaran anion serta pengaturan air keluar-masuk
sel. Bentuk bikonkaf ini meningkatkan rasio permukaan terhadap volume sel darah merah sehingga
mempermudah pertukaran gas.

Eritrosit (Sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning (yolk sac), proses
pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Sejak usia 6 minggu sampai bulan ke 6 dan 7 masa janin,
kemudian dibentuk di sumsum tulang setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam
hati, limfa, dan sumsum tulang (Sherwood,2001).

Produksi eritrosit dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di
sumsum tulang membranosa. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid
yang terdapat di sumsum tulang. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum
tulang semakin turun. Sumsum kuning berlemak yang tidak mampu melakukan eritropesis secara
betahap menggantikan sumsum merah, yang hanya tersisa disternum, vertebra, iga, dasar
tengkorak, dan ujung-ujung atas ekstermitas yang paling panjang. Sumsum merah tidak hanya
menghasilkan sel darah merah tetapi juga merupakan sumber leukosit dan trombosit, eritrosit. Rata-
rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan
dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati (Sherwood,2001).

3
Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian pembentukan eritrosit disebut proeritorblas.
Proeritorblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi pertama ini
disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat dengan warna basa. Sel-sel ini mengandung
sedikit sekali hemoglobin. Pada tahap berikutnya akan mulai terbentuk cukup hemoglobin yang
disebutpolikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya, maka akan terbentuk
lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik erotroblas dimana warnanya
menjadi merah. Akhirnya, bila sitoplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga
mencapai kosentrasi lebih kurang 34%, maka nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi
kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel ini disebut retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit
dalam satu sampai dua hari setelah dilepaskan dari sumsum tulang.

Proses pembentukan eritrosit memerlukan :

a. Sel induk : CFU E, BFU-E, normoblast(eritroblast)


b. Bahan pembentuk eritrosit : Besi, vitamin B12 , asam folat, protein dan lain-lain
c. Mekanisme regulasi : faktor pertumbuhan hemopoetik hormon eritropoetin. ( Bakta, 2006)

Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi (lifespan) rata-rata selama 120 hari. Setelah 120 hari
eritrosit mengalami proses penuaan(senescence) kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh sistem
RES. Apabila destruksi eritrosit terjadi sebelum waktunya (< 120 hari) maka proses ini disebut
sebagai hemolisis. (Bakta, 2006)

Eritrosit matang merupakan suatu cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Eritrosit
merupakan sel dengan struktur yang tidak lengkap. Sel ini hanya terdiri atas membran dan
sitoplasma tanpa inti sel. Komponen-komponen eritrosit terdiri atas :

1. Membran eritrosit
2. Sistem enzim : yang terpenting dalam Embden Mayerhoff Pathway : Pyruvatekinase dalam
pentose pathway : enzim G6PD (Glucose 6-Phosphate-dehydrogenase)
3. Hemoglobin : berfungsi sebagai alat angkut oksigen.

(Bakta, 2006)

Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi : kelainan berdasarkan ukuran eritrosit(makrosit,


mikrosit, anisositosis), kelainan berdasarkan bentuk (Ovalosit, sferosit, schystocyte, teardrop cells,
blister cells, acantocyte, sickle cells, stomatocyte, dan target cells), kelainan berdasarkan warna
eritrosit (Hipokromia, hiperkromia, anisokromasia, polikromasia)

4
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeter kubik atau mikroliter darah. Untuk
menghitung jumlah sel-sel eritrosit adda 2 metode yaitu metode manual dan automatik, metode
manual hampir sama dengan hitung leukosit yaitu menggunakan bilik hitung.

Peningkatan eritrosit dapat menyebabkan polisitemia, dehidrasi, hipertensi, penyakit


kardiovascular. Penurunan jumlah eritrosit dapat mengakibatkan kehilangan darah, anemia,
leukimia, infeksi kronis, mieloma multifel, cairan per intra vena berlebihan.

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Haemocytometer
Mikroskop
Pipet trombosit
Cairan Hayem
Cover glass
Karet penghisap

2.2 Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan yang akan dipakai disiapkan terlebih dahulu


2. Darah dihisap sampai angka 0,5 kemudian cairan Hayem sampai angka 11 dengan pipet
leukosit
3. Pipa karet dilepaskan dari pipet, kemudian pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk,
selama 1 menit dengan kecepatan 50 kali/menit pipet dikocok perlahan membentuk angka
8
4. Haemocytometer sebelumnya harus dibersihkan (jangan ada bulu/serat yang menempel)
5. Sebelum diteteskan ke dalam Haemocytometer, darah pada tetesan pertama harus dibuang
terlebih dahulu
6. Dengan kemiringan 30-35o, ujung pipet diletakkan di atas kamar hitung. Biarkanlah kamar
hitung itu terisi cairan pelan-pelan dengan daya kapileritetnya sendiri.
7. Setelah terisi penuh pada kamar hitung ditutup dengan kaca penutup. Pekerjaan ini harus
diulangi lagi, bilamana kamar hitung tidak terisi seluruhnya, atau terdapat kotoran atau
gelembung udara di bawah kaca penutup. Kelebihan cairan sedikit di tepi kaca penutup
dapat dihapus dengan jari atau dengan sesuatu yang tak menghisap, dan hati-hati agar kaca
penutup tidak tergeser

5
8. Biarkan kamar hitung itu selama 2-3 menit, agar sel-sel darah mengendap dan tetap
tempatnya.
9. Periksalah dibawah mokroskop, dengan obyektif pembesaran X
10. Penghitungan dilakukan atas dasar, leukosit yang terdapat di dalam persegi (yang masing-
masing luasnya 1mm, yang dibagi lagi dalam 16 kotak kecil). Pada leukosit yang terdapat
di garis tidak dihitung.

Sumber: www.emsdiasum.com
Gambar 2.1 Kamar hitung eritrosit

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
A.

Gambar 3.1 Kamar hitung A

NA= 113

B.

Gambar 3.2 Kamar hitung B

NB= 149

7
C.

Gambar 3.3 Kamar hitung C

NC= 136

D.

Gambar 3.4 Kamar hitung D

ND= 216

8
E.

Gambar 3.5 Kamar hitung E

NF= 118

3.2 Pembahasan

Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling
banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan
bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat
mengikat oksigen. Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paruparu untuk diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan
melalui paruparu. Adapun jumlah eritrosit yang didapat yaitu:
Diketahui:
N= NA+NB+NC+ND+NE
N= 113+149+136+216+118
N= 732
Jumlah eritrosit 10.000N= 10.000 x 732
10.000N= 7.320.000 sel eritrosit/mm3

9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Eritrosit merupakan cairan berwarna merah yang terdapat di dalam tubuh, dimana warna merah
dihasilkan dari Hb yaitu protein yang mengandung zat besi (Fe) dan berperan dalam transpor
Oksigen (O2) dan Carbondioksida(CO2). Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel
terbanyak dalam darah.

Kriteria yang harus dipenuhi eritrosit untuk menjalankaan fungsinya yaitu Harus mempertahankan
struktur bikonkaf untuk memaksimalkan pertukaran gas. Harus dapat berubah bentuk (lentur) agar
dapat masuk ke kapiler mikrosirkulasi yang halus.Harus memiliki lingkungan internal yang konstan
agar hemoglobin tetap dalam bentuk terinduksi sehingga doat mengakut oksigen. Kelangsunagn
hidup eritrosit harus normal dan sifat fisik dan kimiawinya harus di pertahankan.

Metode pemeriksaan untuk menghitung jumlah eritrosit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
automatik dan cara manual. Cara manual di lakukan dengan cara hitung leukosit, yaitu
menggunakan bilik hitung dan mikroskop. Sedangkan Penghitungan dengan alat otomatis dapat
memberikan hasil yang dapat diandalakan dan reproduceble. Intrumen-intrumen ini di program
untuk dapat memberikan hasil secara cepat dan akurat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak

11

Anda mungkin juga menyukai