Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Saluran Transmisi

Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat pembangkit
listrik, saluran-saluran transmisi, dan sistem-sistem distribusi. Saluran-saluran transmisi
merupakan rantai penghubung antara pusat-pusat pembangkit listrik dan sistem-sistem
distribusi, dan melalui hubungan-hubungan antar sistem dapat pula menuju ke sistem tenaga
yang lain. Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban-beban yang terpisah satu
dengan yang lain kepada saluran-saluran transmisi. Tegangan pada generator-generator besar
biasanya berkisar diantara 13,8 kV dan 24 kV. Tetapi generator-generator besar yang modern
dibuat dengan tegangan yang bervariasi antara 18 dan 24 kV. Tidak ada suatu standar yang
umum diterima untuk tegangan-tegangan generator. Tegangan generator dinaikkan ke tingkat-
tingkat yang dipakai untuk transmisi yaitu antara 115 dan 765 kV. Tegangan-tegangan tinggi
standar (high voltages HV standard) adalah 115, 138, dan 230 kV. Tegangan-tegangan tinggi-
ekstra (extra high voltage EHV) adalah 345, 500 dan 765 kV. Kini sedang dilakukan
penelitian untuk pemakaian tegangan-tegangan tinggi ultra yaitu diantara 1000 dan 500 kV
(ultra high voltages UHV).
Keuntungan dari transmisi dengan tegangan yang lebih tinggi akan menjadi jelas jika kita
melihat pada kemampuan transmisi (transmission capability) dari suatu saluran transmisi.
Kemampuan ini biasanya dinyatakan dalam megavolt ampere (MVA). Kemampuan transmisi
dari suatu saluran dengan tegangan tertentu tidak da pat ditetapkan dengan pasti, karena
kemampuan ini masih tergantung lagi pada batasan-batasan (limit) thermal dari penghantar,
jatuh tegangan (voltage drop) yang diperbolehkan, keterandalan, dan persyaratan-persyaratan
kestabilan sistem (system stability), yaitu penjagaan bahwa mesin - mesin pada sistem tersebut
tetap berjalan serempak satu terhadap yang lain. Kebanyakan faktor- faktor ini masih
tergantung pula pada panjangnya saluran.

2.2. Bagian Bagian Saluran Transmisi

Adapun komponen-komponen utama dari saluran transmisi terdiri dari :

1.Tiang Transmisi atau Menara

Pada suatu Sistem Tenaga Listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat
pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui suatu saluran
transmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah,
namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat saluran
transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara
sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk
menyanggah / merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi
manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu
konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara / tower. Konstruksi tower besi
baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT) ataupun salura

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )


n transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang paling banyak digunakan di jaringan PLN
(Gambar 2.1.), karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan
jauh dari jalan raya, harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggunaan
saluran bawah tanah serta pemeliharaannya yang mudah.

Gambar 2.1 Konstruksi Tiang Untuk Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT)

Namun demikian perlu penga wasan yang intensif, karena besi-besinya rawan terhadap
pencurian. Seperti yang telah terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, dimana pencurian besi-
besi baja pada menara / tower listrik mengakibatkan menara / tower listrik tersebut roboh, dan
penyaluran energi listrik ke konsumen pun menjadi terganggu. Suatu menara atau tower listrik
harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu :

- Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan).


- Gaya tarik akibat rentangan kawat.
- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )


2. Isolator

Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi pada umumnya adalah jenis
porselin atau gelas yang berfungsi sebagai isolas i tegangan listrik antara kawat penghantar
dengan tiang.

Macam-macam isolator yang digunakan pada saluran udara tegangan tinggi adalah sebagai
berikut :

- isolator piring dipergunakan untuk isolator penegang dan isolator gantung, dimana
jumlah piringan isolator disesuaikan dengan tegangan sistem pada saluran udara
tegangan tinggi tersebut (Gambar 2.2.)
- isolator tonggak saluran vertical (Gambar 2.3.)
- isolator tonggak saluran horizontal (Gambar 2.4.)

Gambar 2.2 Isolator Piring Gambar 2.3 Isolator Tonggak Saluran Horizontal

Gambar 2.4 Isolator Tonggak Saluran Vertical

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )


3. Kawat Penghantar Untuk Saluran Transmisi Udara

Kawat penghantar berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari suatu tempat ke tempat
yang lain. Jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah tembaga
dengan konduktivitas 100 % (CU 100 %), atau aluminium dengan konduktivitas 61 % (AL 61
%), (Tabel 2.1.). Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi.
Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari
aluminium, dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat aluminium telah menggantikan
kedudukan tembaga.

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )


BAB III

DATA - DATA

3.1. Klasifikasi Kawat Menurut Konstruksinya

Yang dinamakan kawat padat (solid wire) adalah kawat tunggal yang padat (tidak
berongga) dan berpenampang buat ; jenis ini hanya dipakai untuk penampang-penampang yang
kecil, karena penghantar-penghantar yang berpenampang besar sukar ditangani serta kurang
flexible.
Apabila diperlukan penampang yang besar, maka dipergunakan 7 sampai 61 kawat
padat yang dililit menjadi satu, biasanya secara berlapis dan konsentris. Tiap-tiap kawat padat
merupakan kawat komponen dari kawat berlilit tadi. Apabila kawat-kawat komponen itu sama
garis tengahnya maka persamaan - persamaan berikut berlaku :

Kawat rongga (hollow Conductor) adalah kawat berongga yang dibuat untuk mendapatkan
garis tengah luar yang besar. Ada dua jenis kawat rongga : (a) yang rongganya dibuat oleh
kawat lilit yangditunjang oleh sebuah batang, dan (b) yang rongganya dibuat oleh kawat-kawat
komponen yang membentuk segmen-segmen sebuah silinder.

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )


3.2. Klasifikasi Kawat Menurut Bahannya

Kawat logam biasa dibuat dari logam-logam biasa seperti tembaga, aluminium, besi,
dsb.

Kawat logam campuran (alloy) adalah penghantar dari tembaga atau aluminium yang
diberi campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis ain guna menaikkan kekutan
mekanisnya. Yang sering digunakan adalah copper alloy, tetapi aluminium alloy juga
lazim dipakai

Tabel 3.2 Daftar Kawat Yang Dipergunkan Untuk Saluran Udara Tengangan Tinggi ( SUTT )

4. Kawat Tanah

Kawat tanah atau ground wires, juga disebut sebagai kawat pelindung (shield wires) gunanya
untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi
kawat tanah ini dipasang diatas kawat fasa. Sebagai kawat tanah dipakai kawat baja (steel
wires).
5. Arester

Arester petir disingkat arester, atau sering juga disebut penangkap petir, adalah alat
pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Ia berlaku sebagai jalan
pintas (by-pass) sekitar isolasi.Arester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas itu harus

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )


sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran arus daya sistem 50 Hertz. Jadi pada kerja
normal arester itu berlaku sebagai isolator dan bila timbulsurja dia berlaku sebagai konduktor,
jadi melewatkan aliran arus yang tinggi. Setelah surja hilang arester harus dengan
cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Arester dapat
memutuskan arus susulan tanpa menimbulkan gangguan, inilah salah satu fungsi terpenting
dari arester.

3.3 Kabel Bawah Tanah

Kabel Bawah Tanah adalah semua jenis kabel yang konstruksinya dirancang khusus
untuk dipasang di bawah permukaan tanah, sesuai dengan STEL-K-007, STEL-K-008, STEL-
K-009 dan yang lainnya yang dituangkan dalam SII (Standar Industri Indonesia).

Kabel Tanah Tanam Langsung (STEL-K-007) adalah kabel tanah yang dalam
pemasangannya ditanam secara langsung di bawah permukaan tanah.
Kabel DUTC ( STEL-K-008) adalah kabel tanah yang dalam pemasangannya harus
diletakkan dalam pipa dibawah permukaan tanah.
Kabel Primer adalah kabel yang dipasang untuk menghubungkan rangka pembagi
utama dengan rumah kabel.
Kabel Sekunder adalah kabel yang dipasang untuk menghubungkan rumah kabel
dengan kontak pembagi.
Kabel Catu Langsung adalah kabel yang dipasang untuk menghubungkan secara
langsung antara rangka pembagi utama dengan ontak kontak pembagi dan tidak
melalui rumah kabel.

1) Cara Penarikan Kabel

Persiapan Penarikan
Sebelum melakukan pemasangan/ penarikan kabel, hal hal yang perlu dipersiapkan
adalah sebagai berikut :

a. Alat alat yang perlu dipakai

o Alat untuk penggalian


o Alat untuk penarikan kabel terdiri dari : dongkrak kabel, rol, motor penarik,
rambu rambu lalu lintas dan alat pengaman

b. Material yang diperlukan

o Batu pelindung ( deksteen ) atau warning tape


o Pipa pipa besi / PVC ( jika diperlukan )
o Pasir urug

c. Sarana transportasi peralatan

o Sarana ini diperlukan untuk mengangkut material dari gunung ke lokasi kerja
atau pengembalian sisa kabel atau material dari lokasi pengerjaan ke gudang.
Khusus untuk mengangkut kabel, persyaratan yang harus diperhatikan adalah :

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )


1) Kabel diangkat dengan menggunkan Cable Trailer atau Truk
2) Apabila diangkut menggunkan truk, maka ketentuannya adalah sebagai berikut :

a. Pada waktu menikkan dan menurunkan kabel, maka digunakan beberapa cara,
sebagai berikut :

1) Menggunakan tali dan papan luncur


2) Menggunakan katrol
3) Posisi kabel pada truk harus sesuai pada gambar
4) Dengan menggunakan fork lift
5) Truk khusus untuk menaikkan, menurunkan dan mengangkut kabel, serta
dapat juga berfungsi sebagai jack drum

Gambar 3.3 Cara Pengangkutan Kabel

b. Dalam mengangkat, membawa dan menurunkan kabel dari truk harus


dihindarkan terjadinya benturan terhadap kabel/haspel
c. Dalam penarikan kabel, petugas/regu pelaksana dipimpin oleh kepala regu
selaku pimpinan pelaksana.

3.4 Teknik pelaksanaan.

Pertama - tama dibuat galian alur kabel sesuai dengan yang telah direncanakan,
kemudian diisi dengan pasir urug setebal 5 cm. Selanjutnya penarikan kabel dilakukan
dengan 3 cara, menurut situasi tempat/ pekerjaan sebagai berikut :

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )


a. Apabila disepanjang rute galian kabel tidak terdapat hambatan - hambatan yang
berarti ( misalnya ; menyeberang jalan, rel kereta api, parit atau sungai dan lain -lain )
dan berada di tepi - tepi jalan, maka penarikan kabel dapat dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :

1) Penarikan dimulai dari ujung alur kabel ke arah Kantor ( primer ke sekunder )
2) Kabel dengan haspelnya disiapkan diatas trailer yang ditarik kendaraan.
3) Ujung kepala kabel (ujung kabel yang berada di luar) ditarik melalui bagian bawah
haspel, kemudian ditambatkan pada tempat dimana ujung kabel tersebut nantinya akan
diterminasikan.
4) Kabel ditarik dengan cara menjalankan kendaraan penarik, maju menuju ujung jauh
dari alur kabel secara pelan - pelan
5) Kabel yang sudah tergelar sepanjang alur galian, kemudian dimasukkan ke dalam
galian, yang telah diisi pasir setebal 5 cm. Apabila panjang kabel dirasa telah
mencukupi, maka kabel dapat dipotong, dan ujungnya ditutup/didop dengan end-cap
panas kerut.

Gambar 3.4 Kendaraan Penarikan Kabel.

b. Apabila pada rute galian terdapat beberapa hambatan ( seperti menyeberang jalan, rel
keret api, parit atau sungai dan lain - lain ), sehingga sebagian kabel harus dimasukkan
ke dalam pipa, maka dapat ditempuh cara sebagai berikut :

1) Penarikan dimulai dari ujung paling jauh dari alur kabel


2) Kabel dipasangkan diatas dongkrak kabel, dan ujung kepala kabel ditarik melalui
bagian bawah haspel. Pada waktu mengeluarkan kabel dari haspelnya atau sewaktu
kabel melalui tikungan, harus dihindarkan terjadinya tekukan tajam atau terpilinnya
kabel. Tekukan kabel tidak boleh lebih kecil dari 20 kali diameter kabel.
3) Pada saat penarikan berlangsung, maka posisi haspel dan dongkrak kabel harus tetap,
sedangkan ujung kepala kabel ditarik perlahan - lahan menuju ke arah yang akan
dipasang.
4) Untuk menghindari kerusakan kulit kabel bergesekan dengan permukaan yang kasar,
maka disepanjang jalur penarikan, diluar alur galian, kabel tersebut harus dipasang rol-
rol kabel dengan interval jarak lebih kurang 2 meter. Cara lain yang dapat ditempuh
agar kabel tidak bergesekan dengan tanah, yaitu dengan cara memanggul kabel
sepanjang tarikan oleh banyak orang, satu sama lain mengambil jarak tertentu (3 sampai
4 meter).

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )


5) Pada setiap penyeberangan (jalan rel kereta api, parit)ujung kabel dimasukkan ke dalam
pipa yang telah disediakan.
6) Demikian seterusnya, sehingga penarikan selesai seluruhnya, dan kemudian kabel dapat
dimasukkan ke dalam alur galian yang telah diisi pasir dengan ketebalan 5cm.
7) Kemudian kabel dapat dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan. Ujung -
ujungnya kemudian ditutup dengan end -cap panas kerut.

Catatan :

Cara (2) adalah yang paling banyak digunakan, karena biasanya sesuai dengan segala
situasi dan kondisi.

Gambar 3.4.1 Salah Satu Cara Dalam Penarikan Kabel

c. Sistem angka depan

3.5 Penimbunan Kabel / Pengembalian Tanah Galian

Setelah penarikan selesai maka galian kabel ditutup / ditimbun kembali dengan tahapan
sebagai berikut :

a. Dilakukan penimbunan pasir setinggi 5 cm diatas kabel.


b. Batu pelindung kabel (deksteen) dipasang di atas timbunan pasir tersebut secara
berderet rapat berurutan di sepanjang alur galian kabel, atau menggunakan warning
tape sebagai pengganti deksteen disepanjang alur galian kabel 25 cm diatas kabel.
c. Selanjutnya ditimbun tanah bekas galian yang bebas dari batuan / brangkal,
kemudian dipadatkan.
d. Permukaan bekas galian dikembalikan seperti semula dengan dilebihkan 5 cm ke
kiri dan ke kanan.
e. Dengan demikian pemasangan / penarikan kabel tanah tanam langsung telah selesai.

ILHAM HARISANDI ( D331 14 010 )

Anda mungkin juga menyukai