Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN

(Studi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2011)

Rama Nurhuda, M. R. Khairul Muluk, Wima Yudo Prasetyo


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: ramanurhuda@yahoo.co.id

Abstract: Disparities Of Development Analysis (Study in East Java Province 2005-2011).


The purpose of this studying this research to find out some disparity which is happened in east
java. Besides that, to know Kuznets hypothesis occur happen in this region and the effect of
PDRB variable, PAD, DAU, and IPM about disparity of development. The data in this
research use the data from 2005 until 2011. The analysis use in this research is Williamson
index, Kuznets hypothesis, and bifilar regression with SPSS assistance. From this analysis
produce disparity percentage appertain low, caused index percentage Williamson close on 0.
Besides that, Kuznets hypothesis also occur happen in this province. From four variables
above, PAD and IPM have negative influential to disparity of development. Whereasfor PDRB
and DAU undetected effect because not yet measures in classic assumption experiment.

Keywords: development of disparity, Kuznets hypothesis, PDRB percapita, revenues of


region authentic, general allocation fund, and human development index.

Abstrak: Analisis Ketimpangan Pembangunan (Studi di Jawa Timur Tahun 2005-2011).


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar ketimpangan yang terjadi di
Provinsi Jawa Timur. Selain itu juga apakah hipotesis Kuznets berlaku di wilayah ini dan
bagaimanakah pengaruh variabel PDRB, PAD, DAU, dan IPM terhadap ketimpangan
pembangunan. Data dalam penelitian ini menggunakan data tahun 2005-2011. Analisis yang
digunakan adalah indeks wiliamson, hipotesis Kuznets, dan regresi berganda dengan bantuan
SPSS. Dari analisis tersebut menghasilkan nilai ketimpangan yang tergolong rendah,
dikarenakan nilai indeks wiliamson yang mendekati 0. Selain itu, hipotesis Kuznets juga
berlaku di Provinsi ini. Dari empat variabel di atas, PAD dan IPM berpengaruh negatif
terhadap ketimpangan pembangunan. Sedangkan untuk PDRB dan DAU tidak diketahui
pengaruhnya dikarenakan tidak memenuhi syarat dalam uji asumsi klasik.

Kata kunci: ketimpangan pembangunan, hipotesis Kuznets, PDRB perkapita, pendapatan asli
daerah, dana alokasi umum, dan indeks pembangunan manusia.

Pendahuluan ngan wilayah. Ketimpangan wilayah (regio-


Pembangunan adalah suatu proses onal disparity) tersebut, terlihat dengan
multidimensional yang melibatkan berbagai adanya wilayah yang maju dangan wilayah
perubahan-perubahan mendasar dalam yang terbelakang atau kurang maju Hal ini
struktur sosial, tingkah laku sosial, dan dikarenakan tidak memperhatikan apakah
institusi sosial, di samping akselerasi pertumbuhan tersebut lebih besar atau lebih
pertumbuhan ekonomi, pemerataan ketim- kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk
pangan pendapatan, serta pemberantasan atau perubahan struktur ekonomi.
kemiskinan (Todaro, 2007). Maka tujuan Di Indonesia, Provinsi Jawa Timur
dari pembangunan itu sendiri adalah untuk merupakan provinsi yang memiliki pertum-
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. buhan ekonomi yang cukup tinggi. Tetapi
Untuk meningkatkan kesejahteraan juga tidak lepas dari ketimpangan
masyarakat diperlukan pertumbuhan ekono- pembangunan. Hal ini terlihat pada PDRB
mi yang meningkat dan distribusi pendapa- kabupaten dan kota Provinsi Jawa Timur
tan yang merata. Pertumbuhan ekonomi yang sangat berbeda. Ada beberapa wilayah
yang cepat yang tidak diimbangi dengan kota yang tingkat perkembangan PDRBnya
pemerataan, akan menimbulkan ketimpa- relatif cukup tinggi, dan ada beberapa

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 110


wilayah di kabupaten yang memiliki tingkat apakah hipotesis Kuznets tentang U terbalik
perkembangan PDRBnya cukup rendah. berlaku di Provinsi Jawa Timur. Selain itu
Contohnya adalah kota Surabaya, kota juga, untuk mengetahui pengaruh variabel
Kediri, kota Malang, kota Sidoarjo dan kota PDRB, PAD, DAU dan IPM terhadap
Gresik yang mempunyai PDRB yang cukup ketimpangan pembangunan di Provinsi Jawa
tinggi dikarenakan pusat kegiatan dari segala Timur.
bidang perekonomian. Sedangkan untuk
wilayah kabupaten seperti kabupaten Tinjauan Pustaka
Pamekasan, kabupaten Sampang, kabupaten Pembangunan merupakan proses
ponorogo dan kabupaten bondowoso transformasi yang dalam perjalanan waktu
memiliki PDRB yang rendah dikarenakan ditandai dengan perubahan strktural yakni
tingkat kegiatan produksi perekonomian perubahan pada landasan kegiatan ekonomi
masih rendah. Keadaan ini dari tahun 2005- maupun pada kerangka susunan ekonomi
2011 terus mengalami perbedaan yang masyarakat yang bersangkutan. Pada
sangat jauh. Jika keadaan ini masih terus umumnya pembangunan selalu disertai
berlanjut, maka tingkat ketimpangannya dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan
akan semakin jauh dan pemerataan belum tentu disertai dengan pembangunan.
pembangunan tidak akan merata keseluruh Pada tingkat permulaan, pembangunan
wilayah Provinsi Jawa Timur. Sehingga, ekonomi dibarengi pula dengan
keadaan ini bisa saja berbanding terbalik pertumbuhan dan sebaliknya (Irawan dan
dengan pendapat Simon Kuznets dan teori Suparmoko, 1988).
Neo-klasik. Penganut Model Neo-Klasik dalam
Selain itu juga, ketimpangan yang Sjafrizal (2008) beranggapan bahwa
terjadi di Provinsi Jawa Timur tidak hanya mobilitas faktor produksi, baik modal
ketimpangan pada pertumbuhan ekonomi, maupun tenaga kerja, pada permulaan proses
tetapi ketimpangan fiskal dan ketimpangan pembangunan adalah kurang lancar.
Sumber Daya Manusia (SDM). Ini dapat Akibatnya, pada saat itu modal dan tenaga
dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah
dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang lebih maju sehingga ketimpangan
yang berbeda-beda pada setiap daerah. Rata- pembangunan regional cenderung melebar
rata daerah yang mempunyai PDRB tinggi, (divergence). Akan tetapi bila proses
mempunyai PAD dan IPM yang cukup pembangunan terus berlanjut, dengan
tinggi pula. semakin baiknya prasarana dan fasilitas
Untuk mengatasi permasalahan komunikasi maka mobilitas modal dan
tersebut, maka pemerintah memainkan peran tenaga kerja tersebut akan semakin lancar.
desentralisasi fiskal tentang distribusi dari Dengan demikian, nantinya setelah negara
daerah yang kaya ke daerah yang miskin yang bersangkutan telah maju maka
agar tidak terjadi ketimpangan yang tajam. ketimpangan pemba-ngunan regional akan
Kebijakan yang diambil adalah dengan dana berkurang (conver-gence).
perimbangan terutama melalui DAU, dan Model pertumbuhan endogen dikem-
masing-masing daerah akan menerima DAU bangkan untuk melengkapi teori pertum-
yang berbeda-beda tergantung pada buhan ekonomi neo-klasik. Teori pertum-
kapasitas fiskal dan kebutuhan fiskal. buhan endogen pada awalnya berkembang
Transfer DAU kesetiap daerah harus dalam dua cabang pemikiran yang bertumpu
mempertimbangkan kebutu-han fiskal dan pada pentingnya sumber daya manusia
kapasitas fiskal atau yang disebut dengan sebagai kunci utama dalam perekonomian
celah fiskal. Jika kapasitas fiskal suatu (Capello, 2007).
daerah rendah sedangkan kebutuhan Menurut Simon Kuznets dalam
fiskalnya tinggi maka besarnya DAU yang Kuncoro (2006) membuat hipotesis adanya
diterima akan besar pula. kurva U terbalik (Inverted U Curve ) bahwa
Penelitian ini dimaksudkan untuk mula-mula ketika pembangunan dimulai,
menghitung seberapa besar tingkat ketim- distribusi pendapatan akan makin tidak
pangan yang terjadi di Provinsi Jawa Timur, merata, namun setelah mencapai suatu

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 111


tingkat pembangunan tertentu, distribusi kebutuhan daerah dalam rangka pelak-
pendapatan semakin merata. sanaan Desentralisasi.
Musgrave dan Rostow dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/
Mangkunsoebroto (1998), mengembangkan Human Development Index (HDI) adalah
model pembangunan tentang pengeluaran pengukuran perbandingan dari harapan
pemerintah, yang menghubungkan perkem- hidup, buta huruf, pendidikan dan standar
bangan pengeluaran pemerintah dengan hidup untuk semua negara seluruh dunia
dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi. (BPS, BAPPENAS, UNDP, 2001).
Perkembangan pengeluaran negara sejalan Mopanga (2010), melakukan peneli-
dengan tahap perkembangan ekonomi dari tian Ketimpangan Pembangunan dan Per-
negara tersebut. Pada tahap awal tumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo,
perkembangan ekonomi diperlukan penge- dimana hasil penelitiannya menunjukan
luaran negara yang besar untuk investasi bahwa perbedaan pada PDRB per kapita,
pemerintah, utamanya untuk menyediakan Indeks Pembangunan Manusia dan Rasio
infrastruktur. Pada tahap menengah Belanja Infrastruktur signifikan sebagai
pembangunan ekonomi, investasi tetap sumber utama ketimpangan. Lebih lanjut
diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, secara deskriptif, Mopanga (2010)
namun diharapkan investasi sektor swasta mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
sudah mulai berkembang. Pada tahap lanjut memiliki hubungan yang positif dengan
pembangunan ekonomi, pengeluaran peme- ketimpangan pembangunan (Indeks Gini).
rintah tetap diperlukan, utamanya untuk Artinya secara vertikal pertumbuhan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. ekonomi memiliki hubungan yang positif
Maka diperlukan anggaran pendapatan yang dengan ketimpangan pembangunan.
besar untuk membiayai anggaran Soekarno, Analisis Dampak Dana
pengeluaran untuk pembiayaan pembangu- Alokasi Umum terhadap Ketimpangan
nan Pendapatan di Provinsi Aceh Tahun 2004-
Untuk menghitung ketimpangan 2009. Menggunakan Indeks Williamson
pembangunan di Provinsi Jawa Timur, untuk mengukur ketimpangan. Analisis
mengunakan rumus indeks Williamson menggunakan model regresi panel. Hasil
seperti dalam Safrizal (1997). dari penelitian ini pada model menunjukkan
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku bahwa rasio pengeluaran pendidikan
(ADHB) menggambarkan nilai tambah memberikan dampak terhadap peningkatan
barang dan jasa yang dihitung dengan pendapatan perkapita. Pada model kedua
menggunakan harga yang berlaku pada terlihat bahwa DAU/APBD memberikan
setiap tahun, sedang PDRB Atas Dasar pengaruh signifikan terhadap penurunan
Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai ketimpangan demikian halnya pendapatan
tambah barang dan jasa yang dihitung perkapita. Penelitian ini memberikan
dengan harga yang berlaku pada satu waktu kesimpulan bahwa perlu pengawasan dan
tertentu sebagai tahun dasar (BPS, 2000). penetapan standar penggunaan dana alokasi
Pendapatan asli daerah adalah peneri- umum agar tepat pada tujuan dari
maan yang didapat dari berbagai sektor desentralisasi yaitu memperkecil kesenja-
pajak daerah, retribusi daerah, hasil ngan fiskal daerah yang pada akhirnya
perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan memperkecil ketimpangan pendapatan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah Hipotesis
(Mardiasmo, 2002). a. Diduga terdapat hubungan negatif
Dalam Undang-Undang Nomor 33 antara PDRB dengan ketimpangan
Tahun 2004, Dana Alokasi Umum, pembangunan.
selanjutnya disebut DAU, adalah dana yang b. Diduga terdapat hubungan negatif
berasal dari APBN yang dialokasikan antara PAD dengan ketimpangan
dengan tujuan pemerataan kemampuan pembangunan.
keuangan antar daerah untuk mendanai

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 112


c. Diduga terdapat hubungan negatif Tabel 1 Ketimpangan Pembangunan
antara DAU dengan ketimpangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 2011
pembangunan. Tahun Ketimpangan
d. Diduga terdapat hubungan negatif Pembangunan
antara IPM dengan ketimpangan 2005 0,1085
pembangunan. 2006 0,1080
2007 0,1073
Metode Penelitian 2008 0,1068
Dalam penelitian ini, jenis penelitian
2009 0,1070
yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
2010 0,1065
dan eksplanatif dengan pendekatan
2011 0,1053
kuantitaif. Penelitian deskriptif digunakan
untuk menjawab rumusan masalah yang Kemudian yang kedua ada pada sektor
pertama dengan rumus Indeks Wiliamson. perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan
Sedangkan untuk penelitian ekspalantif sektor pertanian yang merupakan mata
digunakan untuk menjawab rumusan pencaharian terbesar di Provinsi Jawa Timur
masalah yang kedua dan ketiga. Untuk ada di urutan ketiga. Maka memunculkan
rumusan kedua menggunakan rumus pertumbuhan PDRB yang berbeda di
Korelasi Pearson. wilayah kota yang sebagian besar bergerak
Untuk menjawab rumusan masalah di bidang industri, perdagangan, hotel dan
yang ketiga, digunakan model regresi restauran, dengan wilayah kabupaten yang
berganda (multiple regression model) yang sebagian besar bergerak di bidang pertanian.
variabel bebasnya (dependent variable) Oleh karena itu terjadi kemajuan
adalah ketimpangan pembangunan dengan pembangunan di wilayah kota yang lebih
menggunakan nilai indeks wiliamson pada cepat dibanding dengan wilayah kabupaten.
rumusan masalah nomor satu. Sedangkan Namun pada tahun 2005-2011, Provinsi
untuk variabel terikatnya (independent Jawa Timur mengalami penurunan
variabel) adalah Produk Domestik Regional ketimpangan pembangunan yang dihitung
Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah dengan indeks wiliamson seperti pada tabel
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan di atas. Hasil pengukuran dari nilai Indeks
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tetapi Williamson tersebut ditunjukkan oleh angka
sebelum dilakukan uji regresi berganda, 0 sampai angka 1 atau 0 < VW < 1. Dari
dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. perhitungan indeks wiliamson tersebut
Data yang digunakan dalam penelitian diketahui pada tahun 2005 hingga 2006
ini adalah data sekunder dari BPS Provinsi mengalami penurunan dari 0,1085 menjadi
Jawa Timur. Adapun data yang digunakan 0,1080. Pada tahun 2006 hingga 2007
adalah data PDRB perkapita, jumlah mengalami penurunan dari 0,1080 menjadi
penduduk, pertumbuhan ekonomi, PAD, 0,1073. Terjadi penurunan lagi sebesar
DAU, dan IPM dari tahun 2005-2011. 0,0007 pada tahun 2007. Kemudian
menurun kembali pada tahun 2008 sebesar
Hasil dan Pembahasan 0,0005, sehingga menjadi 0,1068. Namun
1. Ketimpangan Pembangunan pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar
Hasil perhitungan nilai Indeks 0,0002 sehingga indeks ketimpa-ngannya
Wiliamson Provinsi Jawa Timur tahun 2005- naik menjadi 0,1070. Untuk tahun 2010
2011 dapat diketahui seperti dalam tabel 1. terjadi penurunan lagi sebesar 0,0005
Ketimpangan di Provinsi Jawa Timur sehingga nilai indeks ketimpangannya
berasal dari perbedaan pertumbuhan menjadi 0,1065. Dan untuk tahun 2011
ekonomi di berbagai sektor sehingga terjadi penurunan yang signifikan sebesar
berdampak pada pertumbuhan ekonomi di 0,0012 sehingga nilai indeks ketimpa-
berbagai daerah, khususnya di wilayah kota ngannya menjadi 0,1053.
dan wilayah kabupaten. Sumbangan PDRB Dari perhitungan tersebut, ada dua kota
yang terbesar adalah dari sektor industri. yang nilai ketimpangannya jauh di atas nilai
ketimpangan Provinsi Jawa Timur. Dua kota

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 113


tersebut adalah kota Kediri dan Kota ngunan adalah negatif yaitu -0,723, dan nilai
Surabaya, Kota Kediri mem-punyai nilai signifikansinya 0,067 lebih besar 0,05. Ini
ketimpangan 0,9319, 0,9144, 0,8851, berarti bahwa terdapat hubungan negatif
0,8730, 0,8860, 0,9131 0,8440 pada tahun antara pertumbuhan ekonomi dengan
2005-2011. Sedangkan pada kota Surabaya, ketimpangan dimana pertumbuhan ekonomi
mempunyai nilai ketimpangan 0,6969, naik akan menyebabkan ketimpangan
0,7076, 0,7181, 0,7241, 0,7250, 0,6890, pembangunan turun. Sehingga hipotesis
0,6227 pada tahun 2005-2011. Ini Kuznets tentang U-terbalik berlaku di
menandakan bahwa tingkat kemajuan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2005-2011.
pembangunan pada dua kota tersebut jauh
di atas kota dan kabupaten lainnya yang ada 3. Hasil Analisis PDRB, PAD, DAU dan
di Provinsi Jawa Timur. Hal ini disebabkan IPM
karena kegiatan perekonomian di kedua kota Sebelum dianalisis dengan menggu-
tersebut lebih banyak bergerak di bidang nakan regersi berganda, perlu diadakan uji
industri dan perdagangan. asumsi klasik. Dalam pengujian asumsi
Namun bila dirata-rata dengan semua klasik, variabel yang lolos dalam uji ini
kabupaten dan kota yang di Provinsi Jawa adalah variabel PAD dan IPM. Dikarenakan
Timur, ketimpangan yang terjadi di dua kota PAD dan IPM tidak mengalami gejala
tersebut tidak terlalu dominan karena semua normalitas, multikolinearitas, heterokedas-
kabupaten kota selain dua kota tersebut tisitas, dan autokelarasi yang ditandai
ketimpangannya sangat rendah. Dengan dengan terdistribusinya data mengikuti garis
melihat nilai indeks Williamson Provinsi diagonal dengan menggunakan analisis
Jawa Timur yang nilainya rata-rata sekitar regresi P-Plot untuk uji normalitas, nilai VIF
0,1 pada tahun 2005-2011, ini menandakan masing-masing variabel PAD dan IPM yang
bahwa ketimpangan pemba-ngunan di dibawah 10 yaitu 6,158 untuk uji
provinsi Jawa Timur tergolong rendah. Ini multikolinearitas, nilai table tabel Durbin
dikarenakan nilai indeks Williamsonnya Watson sebesar 2,003 yang nilai tersebut
mendekati nilai 0. berada diantara dU dan (4 dU) atau 1, 8964
< 2,003 < 2,1036 yang artinya lolos uji
2. Pembuktian Hipotesis Kuznets autokolerasi. Dan ada pola yang jelas, serta
Untuk mengetahui apakah Hipotesis titik-titik yang menyebar di atas dan di
Kuznets berlaku di Provinsi Jawa Timur, bawah angka nol pada sumbu Y sehingga
maka harus diketahui hubungan antara lolos uji heterokedastisitas. Sedangkan untuk
pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan variabel PDRB dan DAU tidak lolos dalam
pembangunan yang akan dijelaskan dengan uji asumsi ini, sehingga untuk variabel ini
tabel dan hasil analisis korelasi Pearson tidak layak dalam analisis regresi ini.
sebagai berikut: Hasil pada uji F, nilainya sebesar
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Dan 57,193 yang lebih besar dari dari nilai F
Ketimpangan Pembangunan Provinsi tabel yaitu 7,7086. Sehingga hipotesis
Jawa Timur Tahun 2005-2011 peneliti diterima. Untuk uji R, menunjukkn
Tahun Pertumbuhan Ketimpangan nilai sebesar 0,966, yang artinya
Ekonomi Pembangunan ketimpangan pembangunan di provinsi jawa
2005 5,46 0,1085 timur dapat dijelaskan oleh variabel PAD
2006 5,61 0,1080 dan IPM sebesar 96,6%. Dan untuk uji T,
2007 5,9 0,1073 nilai t tabel dari variabel PAD dan IPM yaitu
2008 5,88 0,1068 sebesar 2,1318 atau -2,1318. Sedangkan
2009 5,07 0,1070
untuk nilai t hitung variabel PAD dan IPM
sebesar -2,157 dan -2,247. Itu membuktikan
2010 6,48 0,1065
nilai t hitung dari variabel PAD dan IPM
2011 6,67 0,1053 yang mencapai -2,157 dan -2,247 lebih kecil
Dari matrik korelasi Pearson, diperoleh dari nilai t tabel variabel PAD dan IPM yang
hasil bahwa hubungan antara pertumbuhan mencapai -2,1318. Sehingga dapat disim-
ekonomi dengan ketimpangan pemba- pulkan bahwa hipotesis peneliti untuk

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 114


variabel PAD dan IPM diterima. Hal ini Provinsi Jawa Timur. Hal ini dapat
berbanding terbalik dengan penelitian dibuktikan dari perhitungan pengaruh PAD
Mopanga (2010) bahwa pertumbuhan terhadap ketimpangan pembangunan, di
ekonomi yang tinggi akan mengakibatkan mana pada hasil SPSS persamaan
ketimpangan pembangunan semakin tinggi. ketimpangan pembangunan koefisien PAD
Terjadinya penurunan ketimpangan sebesar -4,220E-7 atau -0,0000004220. Ini
pembangunan di Provinsi Jawa Timur tidak berarti pendapatan asli daerah meningkat
lepas dari fungsi pemerintah. Adapun fungsi sebesar 1.000.000,00 per-kapita, maka
dari pemerintah itu sendiri diantaranya ketimpangan wilayah akan turun sebesar
adalah fungsi distribusi, alokasi dan 0,0000004220. Hal ini membuktikan bahwa
stabilisasi (Stiglitz, 2000). Fungsi Alokasi pendapatan asli daerah yang semakin besar
adalah peran pemerintah dalam menga- dan merata pada daerah Provinsi Jawa
lokasikan sumber daya ekonomi agar Timur akan mendorong terjadinya penuru-
tercipta secara efisien, yaitu adanya peran nan ketimpangan pembangunan.
pemerintah dalam menyediakan barang yang Ini dikarenakan kenaikan PAD dapat
tidak bisa disediakan oleh pasar. Fungsi memicu dan mendorong pertumbuhan eko-
distribusi adalah peran pemerintah dalam nomi di daerah kabupaten/kota di Provinsi
mempengaruhi distribusi pendapatan dan Jawa Timur sehingga akan mengurangi
kekayaan untuk menjamin adanya keadilan ketimpangan pembangunan antar kabupaten
dalam mengaturan distribusi pendapatan. dan kota di Provinsi Jawa Timur. Adapun
Fungsi stabilisasi merujuk pada tindakan tabel Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan
pemerintah dalam mempengaruhi keselu- Ekonomi dan Ketimpangan Pembangunan,
ruhan tingkat pengangguran, pertumbuhan kabupaten kota Provinsi Jawa Timur sebagai
ekonomi dan harga. berikut:
Selain itu, adanya otonomi dan
desentralisasi fiskal akan lebih memera- Tabel 3 Pendapatan Asli Daerah,
takan pembangunan dengan mengoptimal- Pertumbuhan Ekonomi, dan Ketim-
pangan Pembangunan Provinsi Jawa
kan potensi daerahnya masing-masing
(Sasana, 2009). Otonomi dan desentralisasi Timur Tahun 2005-2011
fiskal diharapkan mampu meningkatkan No Jawa Timur PAD PE KP
kemampuan ekonomi daerah serta 1 2005 1.801.560 5,46 0,1085
mengurangi kesenjangan antar daerah. 2 2006 2.178.519 5,61 0,1080
Desentralisasi fiskal juga diharapkan dapat 3 2007 2.504.136 5,9 0,1073
meningkatkan efektifitas pembangunan dan 4 2008 2.504.136 5,88 0,1068
penyediaan pelayanan umum karena 5 2009 2.934.344 5,07 0,1070
semakin dekatnya masyarakat dengan 6 2010 3.527.730 6,48 0,1065
pemerintah sehingga mampu mengako- 7 2011 5.480.045 6,67 0,1053
Keterangan:
modasi kondisi masyarakat dan wilayah PAD: Pendapatan Asli Daerah (jutaan)
yang heterogen. PE: Pertumbuhan Ekonomi (%)
Oleh karena itu, desentralisasi fiskal KP: Ketimpangan Pembangunan
memungkinkan pemerintah daerah untuk Berdasarkan tabel di atas, terlihat
memperoleh sumber dana untuk melakukan bahwa pada tahun 2005-2011 PAD Provinsi
pembangunan, yaitu yang berasal dari Jawa Timur mengalami kenaikan. Yaitu Rp
pendapatan asli daerahnya (PAD). Kebija- 1.801.560.000.000,00 pada tahun 2005
kan ini diharapkan akan memberikan menjadi Rp 5.480.045.000.000,00 pada
dampak positif pada transformasi ekonomi, tahun 2011. Pada tabel pertumbuhan
transformasi tenaga kerja dan transformasi ekonomi, juga mengalami kenaikan yang
kelembagaan, sehingga dapat meningkatkan signifikan. Yaitu 5, 46% pada tahun 2005
pertumbuhan ekonomi dan efektifitas menjadi 6,67% pada tahun 2011. Selain itu
pembangunan. juga, tabel ketimpangan pembangunan pada
Berdasarkan hasil analisis regresi, tahun 2005-2011 mengalami penurunan.
besarnya PAD berhasil menurunkan 0,1085 pada tahun 2005 menjadi 0,1053
ketimpangan pembangunan antar wilayah di pada tahun 2011. Jika dihubungkan antara

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 115


PAD, pertumbuhan ekonomi, dan ketim- Keadaan tersebut sesuai dengan
pangan pembangunan, maka kenaikan PAD pendapat Musgrave dan Rostow sebelum-
yang digunakan sebagai sumber APBD nya dalam Mangkusoebroto (1998) tentang
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Teori Pengeluaran Pemerintah. Dimana
Dan pertumbuhan ekonomi dapat menu- tahap awal perkembangan ekonomi
runkan ketimpangan pembangunan di diperlukan pengeluaran pemerintah yang
Provinsi Jawa Timur. sangat besar untuk investasi pemerintah,
Pernyataan tersebut juga dapat khususnya investasi di bidang infrastruktur.
dijelaskan juga dengan analisis korelasi Dengan adanya kenaikan tersebut, akan
pearson bahwa peningkatan PAD akan meningkatkan aktivitas-aktivitas ekonomi
berdampak pada peningkatan pertumbuhan sehingga pertumbuhan ekonomipun akan
ekonomi. Ini dibuktikan dengan nilai positif bertambah. Oleh karena itu diperlukan
sebesar 0,664 yang artinya kenaikan PAD pendapatan yang besar untuk membiayai
akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi. pengeluaran tersebut. Dan salah satunya
Dan pertumbuhan ekonomi akan ber- dapat diperoleh dari PAD. Dari studi teori
dampak negatif pada ketimpangan dan empiris tersebut maka dapat
pembangunan karena dari tabel koefisien disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
korelasi person tersebut pertumbuhan signifikan dan mempengaruhi secara negatif
ekonomi mempunyai nilai negatif -0,723 terhadap ketimpangan pembangunan pada
yang artinya kenaikan pertumbuhan 38 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa
ekonomi akan mengurangi ketimpangan Timur.
pembangunan. Adanya kenaikan pertumbuhan ekono-
Penurunan ketimpangan pembangu- mi dan penurunan ketimpangan pembangu-
nan tersebut dikarenakan anggaran tersebut nan di wilayah kabupaten yang lebih tinggi
digunakan dalam mengoptimalkan dan dari pada di kota, juga tidak lepas dari faktor
menaikkan aktivitas pada sektor-sektor yang kenaikan IPM di kabupaten yang lebih
terkait dengan pertumbuhan ekonomi seperti tinggi juga daripada di kota. Kenaikan IPM
industri, perdagangan, sektor jasa, dan tersebut mencapai 4,49 % di wilayah
sektor-sektor lainnya dengan cara kabupaten dan 4,37% di wilayah kota
memperbaiki infrastruktur yang ada. Hal ini berdasarkan data dari BPS 2006 sampai
dapat dijelaskan dengan bertambahnya 2012. Hal ini sejalan dengan model
investor di Provinsi Jawa Timur yang pertumbuhan endogen yang dikembangkan
mencapai 289.996.261.000 US$ berdasar- untuk melengkapi teori pertumbuhan
kan data BPS 2006 sampai 2012. Meskipun ekonomi neo-klasik, yang memusatkan
investasi yang besar banyak diperoleh oleh perhatiannya pada pentingnya sumber daya
wilayah kota dan wilayah kabupaten yeng manusia sebagai kunci utama dalam
tergolong maju seperti Kota Surabaya, perekonomian (Capello, 2007).
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, dan Mengacu pada teori pertumbuhan
Kabupaten Malang, namun investasi sudah endogen tersebut, bahwa modal manusia
tidak lagi terpusat pada wilayah kota atau merupakan faktor penting dan utama dalam
wilayah yang maju saja. Ada wilayah- pertumbuhan ekonomi, maka dimungkin-
wilayah kabupaten yang kurang maju juga kan bahwa dengan tingkat pembangunan
mendapat investasi seperti Kabupaten manusia yang tinggi dapat meningkatkan
Sumenep, Kabupaten Bangkalan, Kabupa- pertumbuhan ekonomi. Sehingga ketimpa-
ten Nganjuk, kabupaten Situbondo dan ngan pembangunan dapat berkurang.
beberapa wilayah kabupaten lainnya. Pada Provinsi Jawa Timur bahwa
Sehingga, penyebaran investasi tersebut kenaikan IPM dapat menurunkan ketim-
berdampak pada pemerataan pertumbuhan pangan pembangunan, dapat dibuktikan dari
ekonomi yang dibuktikan dengan kenaikan perhitungan pengaruh tingkat rasio IPM
pertumbuhan ekonomi yang lebih besar di daerah terhadap ketimpangan pembangunan,
daerah kabupaten dari pada kota yang dimana pada hasil SPSS persamaan
mencapai 1.35% berdasarkan data BPS 2006 ketimpangan pembangunana koefisien IPM
dan 2012. sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi t-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 116


nya negative. Artinya jika nilai IPM ekonomi. Dan pertumbahan ekonomi akan
meningkat 1% perkapita tidak akan berdampak pada penurunan ketimpangan
mengalami penurunan ketimpangan, tetapi pembangunan dibuktikan dengan nilai
jika mengalami kenaikan lebih dari 1% negatif sebesar -0,723. Oleh karena itu, jelas
dimungkinkan akan mengalami penu-runan bahwa ada hubungan antara peningkatan
ketimpangan pembangunan dikarena-kan IPM, peningkatan pertumbuhan ekonomi
nilai t-nya negatif. Hal ini membuktikan dan penurunan ketimpangan pembangunan.
bahwa peningkatan IPM di Jawa Timur Meskipun mangalami perbedaan dari
dapat meningkatkan pertumbu-han ekonomi setiap wilayah di Provinsi Jawa Timur
dan berdampak pada penurunan ketim- tentang IPM, pertumbuhan ekonomi, dan
pangan pembangunan. Adapun tabel dari ketimpangan pembangunan, tetapi rata-rata
IPM, Pertumbuhan Ekonomi, dan Ketim- kabupaten dan kota di provinsi jawa timur
pangan Pembangunan adalah sebagai apabila mengalami peningkatan IPM, maka
berikut: akan berdampak pada peningkatan pertum-
buhan ekonomi. Dan peningkatan pertum-
Tabel 4 IPM, Pertumbuhan Ekonomi, buhan ekonomi akan berdampak pada
dan Ketimpangan Pembangunan Di penurunan ketimpangan pembangunan. Hal
Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2011 ini membuktikan bahwa teori pertumbuhan
No Jawa Timur IPM PE KP endogen yang memfokuskan pembangunan
1 2005 66,84 5,46 0,1085 manusia untuk meningkatkan pertumbuhan
2 2006 67,48 5,61 0,1080 ekonomi dapat dibuktikan di Provinsi ini.
3 2007 68,42 5,9 0,1073 Maka, dari studi teori dan empiris tersebut
4 2008 69,09 5,88 0,1068 dapat disimpulkan bahwa Pembangunan
69,58 5,07 0,1070 Manusia yang dinyatakan dengan Indeks
5 2009
Pembangunan Manusia signifikan dan
6 2010 70,14 6,48 0,1065
mempengaruhi secara negatif terhadap ke-
7 2011 70,81 6,67 0,1053
Keterangan:
timpangan pembangunan pada 38 kabupa-
IPM: Indeks Pembangunan Manusia ten/kota di provinsi.
PE: Pertumbuhan Ekonomi (%)
KP: Ketimpangan Pembangunan Kesimpulan
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa Ketimpangan pembangunan di Provin-
pada tahun 2005-2011 terjadi peningkatan si Jawa Timur yang dihitung dengan
IPM dari 66,84% menjadi 70,81%. menggunakan Indeks Williamson selama
Sedangkan pertumbuhan ekonomi juga tahun 2005-2011 mengalami penurunan dan
mengalami peningkatan dari 5,46% pada tergolong rendah dikarenakan nilai indeks
tahun 2005 menjadi 6,67% pada tahun 2011. Williamsonnya mendekati nilai 0.
Dan pada kolom Ketimpangan pemba- Hipotesis Kuznets tentang U-terbalik
ngunan pada tahun 2005-2011, mengalami berlaku di Provinsi Jawa Timur pada tahun
penurunan dari 0,1085 menjadi 0,1053. Dari 2005-2011, karena pertumbuhan ekonomi
tabel tersebut maka dapat disimpulkan yang tinggi di provinsi Jawa Timur akan
bahwa peningkatan IPM akan berdampak menurunkan ketimpangan pembangunan di
pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Provinsi Jawa Timur.
Dan pertumbuhan ekonomi akan berdampak PAD yang semakin besar dan merata
pada penurunan ketimpangan pembangunan. pada daerah Provinsi Jawa Timur akan
Pernyataan ini juga dapat dibuktikan mendorong terjadinya peningkatan pertum-
dengan analisis korelasi Pearson. Dari hasil buhan ekonomi sehingga akan menurunkan
korelasi pearson tersebut juga terbukti tingkat ketimpangan pembangunan antar
bahwa IPM dapat meningkatkan pertum- daerah.
buhan ekonomi dan mengurangi ketimpa- IPM yang semakin tinggi dan
ngangan pembangunan. Ini dibuktikan merata pada daerah Provinsi Jawa Timur
dengan nilai IPM yang positif sebesar 0,614 akan mendorong terjadinya peningkatan
yang artinya peningkatan IPM akan pertumbuhan ekonomi sehingga akan
berdampak peningkatan pada pertumbuhan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 117


menurunkan tingkat ketimpangan pemba- daerah untuk kegiatan atau progam
ngunan antar daerah. kebijakan pemerintah daerah dalam
meningkatkan pertumbuhan ekono-
Rekomendasi mi sehingga ketimpangan pemba-
1. Pengalokasian investasi ke wila- ngunan akan semakin menurun.
yah-wilayah kabupaten, khususnya 3. Pemerintah daerah perlu mening-
di sektor industri sehingga dapat katkan kebijakan-kebijakan yang
meningkatkan pertumbuhan ekono- bertujuan meningkatkan pembangu-
mi di wilayah kabupaten dan nan manusia seperti kualitas pendi-
berdampak pada penurunan dikan dan kesehatan bagi masya-
ketimpangan pembangunan antara rakat. Dengan meningkatnya pem-
kabupaten dan kota. bangunan manusia secara merata
2. Pemerintah daerah perlu menaikan diharapakan mampu meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (pajak taraf hidup masyarakat dan per-
daerah, retribusi daerah, hasil tumbuhan ekonomi daerah sehingga
pengolahan kekayaan daerah yang dapat mengurangi ketimpangan
dipisahkan, lain-lain PAD yang sah) pembangunan antar daerah.
yang digunakan sebagai APBD

Daftar Pustaka

Brata, Aloysius Gunadi. (2002) Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Regional di Indonesia.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. Kajian Ekonomi Negara Berkembang. Vol 7, Nomor 2. Hal 113-
122 [internet] Available from <http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/view/ 645/573>
(Accessed: January 2013)
Badan Pusat Statistik. (2000) PDRB atas Dasar Harga Konstan 2000 Provinsi Jawa Timur Berbagai
Tahun Terbitan. Surabaya.BPS
BPS, BAPPENAS dan UNDP. (2001) Indonesia: Laporan Pembangunan Manusia 2001 Menuju
Konsensus Baru: Demokrasi dan Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta, BPS,
BAPPENAS dan UNDP.
Badan Pusat Statistik. (2006) Jawa Timur Dalam Angka 2006. Jawa Timur, BPS.
Badan Pusat Statistik. (2006) Jawa Timur Dalam Angka 2012. Jawa Timur,BPS.
Capello, Roberta. (2007) Regional Economics, Routledge. New York, Routledge.
Hadi, Sasana. (2005) Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (Studi kasus di Kabupaten Banyumas. Jawa Barat [Internet] Available from
<http://eprints.undip.ac.id/16826/1/Analisis_Faktor-Faktor_Yang_Mempengaruhi....by_ Hadi_
Sasana_(OK).pdf.> (Accessed: January 2013)

Irawan dan M. Suparmoko. (1988) Ekonomika Pembangunan.Yogyakarta, BPFE.


Mardiasmo (2002) Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta, Andi.
Mangkoesoebroto, GuritNomor (1998) Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia: Substansi dan
Urgensi. Jakarta, Gramedia Pustaka Umum.
Mudrajad Kuncoro. (2006) Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan kebijakan. Yogyakarta,
UPP STIM YKPN.
Mopanga, Herwin. (2010) Analisis Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Gorontalo. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor [Internet] Available from<http://repository.ipb.ac.id/
bitstream/handle/123456789/46671/Daftar%20Pustaka_%202011mab.pdf.> (Accessed: January
2013)
Sadono, SukirNomor (1985) Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 118


Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI dengan Bima Grafika
Sjafrizal (1997) Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian
Barat, Jakarta, Jurnal Buletin Prisma.
Sjafrizal. (2008) Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Padang Sumatera Barat, Baduose Media.
Soekarno (2011) Analisis Dampak Dana Alokasi Umum terhadap Ketimpangan Pembangunan
2004-2009. Bogor, IPB [Internet] Available from<http://repository.ipb.ac.id/bitstream/
handle/123456789/51608/2011soe.pdf?sequence=1> (Accessed: January 2013)
Stiglitz, E.J. (2000) Economics of the Public Sector. New York, W.W. Norton and Company
Sudarmono, Mulyanto. (2006) Analisis Transformasi Struktural, Pertumbuhan Ekonomi
dan Ketimpangan Antar Daerah Di Wilayah Pembangunan I Di Jateng. Fakultas
Ekonomi UNDIP. Semarang. Tesis [Internet] Available from <http://eprints.undip.ac.id/ 15738/
1/Mulyanto_SudarmoNomorpdf> (Accessed: January 2013)
Todaro, Michael P. (1994) Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta, Erlangga.
Undang Undang Nomor. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dan Daerah. Jakarta. Kementrian Keuangan Indonesia [Internet] Available from <http://www.
komisiinformasi.go.id/assets/data/arsip/UU_no_33_th_2004.pdf> (Accessed: January 2013)

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, Nomor 4, Hal. 110-119 | 119

Anda mungkin juga menyukai