Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep medis


2.1.1 Pengertian
Temponade jantung merupakan keadaan meningkatnya tekanan dalam
kantung perikardium yang terjadi dengan cepat dan tidak terkontrol sehingga
menekan jantung, mengganggu pengisian distolik, serta menurunkan cutah
jantung. Peningkatan tekanan ini biasanya terjadi karena penumpukan darah
atau cairan di dalam kantung perikardium. Cairan dalam jumlah kecil sekalian
(50 hingga 100ml) sudah dapat menimbulkan tomponade yang serius jika
penumpukan berlangsung cepat.
Prognosis temponade jantung pada kecepatan cairan. Jika penumpukan
terjadi dengan cepat, keadaan ini memerlukan tindakan kedaruratan untuk
menyelamatkan hidup pasien dengan mencegah kematian penumpukan
cairan dan peningkatan tekanan yang berlangsung secara perlahan-lahan,
seperti pada efuisi perikardiumyang menyertai tumor malignam, mungkin tidak
segera menimbulkan gejala karena dinding fibrosa kantung perikardium dapat
teregang secara bertahap untuk dapat menampung sebanyak 1 hingga 2
cairan.
Temponade jantung adalah kompresi jantung yang mengancam jiwa
sebagai akibat dari terdapatnya cairan dalam seksus perikardial. Hal ini
biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma penetrasi pada dada.
Dapat juga terjadi setelah prosedur diagnostik jantung invasif, proses penyakit
tertentu, dan radiasi dada dosis tinggi (baughman, 2000).
2.1.2 Etiologi
Penyebab temponade jantung dapat mencakup :
- Penyebab idiopatik (sindrom dressler)
- Efusi (akibat kanker, infeksi bakteri, tuberkulosis dan kadang-
kadang demam reumatik akut)
- Perdarahan akibat trauma (sperti luka tembak atau tusuk pada dada
atau perforasi oleh kateter pada saat melakukan kateterisasi
jantung atau vena sentral atau pada saat pembedahan)
- Perdarahan akibat penyebab nontraumatik (seperti terapi
antikoagulan pada pasien perikarditis atau ruftur jantung atau
pembuluh darah besar )
- Perikarditis virus atau pasca-iradiasi
- Gagal ginjal kronis yang memerlukan dialisis
- Reaksi obat akibat pemakaian prokainamid, hidralazin, minoksidil,
isoniazid, penilisin, metisergide maleat, atau daunarubisin
- Gangguan jaringan ikat (seperti artritis reumatoid, sistemik lupus
eritematosus, demam reumatik, vaskulitis dan sklederma)
- Infark miokard akut
2.1.3 Klasifikasi
Pembagian tomponade jantung berdasarkan etiologi dan
progresifitas (munthe,2011).
- Acute surgical temponade : antegrade aorotic dissection,
iatrogenic dan trauma tembus kardiak.dan trauma tembus jantung
pada keadaan ini, temponade jantung dapat menyebabkan
mekanisme kompensasi menyeluruh yang cepat. Timbunan darah
dan clot sebesar 150 cc dapat menyebabkan kematian secara
cepat. Mencapai 1 L
- Medical temonade : efusi perikardial akibat perikarditis akut,
perikarditis karena keganasan atau gagal ginjal.
- Low-pressure temponade : terdapat pada dehidrasi berat.
Sedangkan menurut spodick 2003, berdasarkan etiologinya,
temponande jantung di bagi menjadi tiga yaitu :
1. Acute temponade
Biasanya disebabkan oleh ruptur traumatik dari ventrikel
akibat trauma atau prosedur lainnya, juga disebabkan oleh
aortic dissection atau infark miokard degna ruptur ventrikel .
Acute temponade mempunyai onset yang tiba-tiba, dapat
menyebabkan nyeri dada, takipnea, dan dispenea, serta
membahayakan jiwa bila tidak diatasi dengan tepat. Tekanan
vena jugularis juga meningkat, dan mungkin berhubungan
dengan distensi vena di dahi dan kulit kepala. Suara jantung
juga sering kali tidak terdengar (hoit, 2009)
2. Subacute temponade
Subacute temponade dapat asimptomatis pada awalnya,
tetapi bila temponade jantung melewati batas kritis, maka
akan menimbulkan gejala dispnea, rasa tidak nyaman atau
penuh di dada, edema perifer, rasa lelah, atau gejala lainnya
yang disebabkan peningkatan tekanan pengisian dan cardiac
output yang terbatas (hoit,2009)
2.1.4 Patofisiologi
Pada temponade jantung, penumpukan cairan yang progresif dalam
kantung perikardium menyebabkan penekanan ruang jantung. Penekanan
atau kompresi ini akan menghalangi aliran darah ke dalam vertical dan
mengurangi jumlah darah yang dapat dipompa keluar dari dalam jantung
pada setiap kontraksi.
Setiap kali venrtikel berkontraksi, semakin banyak cairan yang
terakumulasi dalam kantun perikardial. Keadaan ini lebih lanjut akan
membatasi jumlah darah yang dapat mengisi ruang jantung, khususnya
ventrikel kiri, siklus jantung berikut. Jumlah cairan yang diperlukan untuk
menimbulkan temponade jantung sangat bervariasi. Mungkin saja hanya
terdapat 50 ml ketiak cairan menumpuk dengan cepat atau lebih 2 L jika
cairan menumpuk dengan perlahan-lahan dan terjadi peregangan perikardium
untuk menyesuaikan diri dengan penumpukan tersebut.
Temponade jantung bila terjadi jumlah efusi perikardium menyebabkan
hambatan serius aliran darah jantung (gangguan diastolik ventrikel) penyebab
tersering adalah neoplasma dan uremi.(panggabean 2006:364). Neoplasma
menyebabkan terjadinya pertumbuhan se secara abnormal pada otot jantung.
Sehingga terjadi hiperplasia sel yang terkontrol, yang menyebabkan
pembetuian massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatkan ruang pada
kantong (perikardium) dengan lapisan luar jantung (epikardium). Uremia juga
mengakibatkan temponade jantung(price, 2005:945). Dimana orang yang
mengalami uremia di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang dapat
menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi pada
perikardium).selain itu, temponade jantung juga dapat di sebabkan akibat
trauma tumpul/tembus. Jika trauma ini mengenai ruang perikardium. Hal ini
mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasicairan tersebut.
2.1.5 Manifestasi klinik
Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan
perikardium. Bila terjadi secara lambat dapat memberi kesempatan
mekanisme kompensasi seperti tikikardi, peningkatan tersitensi vaskuler
perifer, dan peningkatan volume intravaskuler. Bila cepat, maka dalam
beberapa menit bisa fatal.
Temponade jantung akut biasanya disertai gejala peningkata tekanan
vena jugularis, takikardi, pulpus paradokus >10 mmHg, tekanan nadi <30
mmHg, tekanan sistolik <100 mmHg pericardial friction rub, dan bunyi
jantung yang melemah. Sedangkan pada yang kronik ditemukan
peningkatan tekanan vena jugularis, takikardi, hematomegali, dan pulpus
paradokus.
- Kenaikan tekanan vena sentral (central venous pressure [CVP] disertai
distensi vena leher yang disebabkan oleh peningkatan tekanan vena
jugularis)
- Bunyi jantung yang samar-samar (muffled) akibat adanya cairan dalam
kantung perikardium
- Pulsus paradoksus (penurunan tekanan darah sistemik saat inspirasi
lebih besar dari 15mmhg) akibat gangguan pada pengisian diastolik
- Diaforesis dan kulit teraba basah serta dingin akibat penurunan curah
jantung
- Sianosis akibat oksigenasi yang kurang ke jaringan
- Denyut nadi lemah dan cepat sebagai respon terhadap penurunan
curah jantung
- Batuk-batuk, dispnea, ortopne dan takipnea akibat kompresi paru oleh
kantung perikardium yang mengembang mengalirkan darah dari
vaskulatur pulmoner ke dalam ventrikel kiri yang terganggu itu
- Gelisah , cemas
- Nyeri dada
- Kulit pucat, dingin, sianosis
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
1. Rontngen dada
Menunjukkan gambaran water bolte-shape heart. Klasifikasi
perkardial
- Kardiomegali bentuk bulat atau segitiga , dengan gambaran paru
yang bersih
- Foto lateral kadang terlihat double fat stripe

Gambar foto thorax ap : jantung membesar berbentuk botol

2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan etiologi terjadinya
temponade jantung misalnya pemeriksaan berikut :
- Pemeriksaan criatine kinase dan isoenzim pada Midan trauma
jantung
- Profil renal dan CBC uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan
dengan pericarditis
- Protrombin time (PT) dan aPTT activaled pertial thromboplastin time
menilai resiko perdarahan selama intervensi misalnya drainase
perikardial.
3. Elektrokardiografi (EKG)
a. Didapatkan PEA (pulseles elektric activic ) sebelumnya dikenal
sebagai elektromehanial disociation, merupakan dimana pada EKG
didapatkan irama sedangkan pada perabaan nadi tidak ditemukan
pulsasi. PEA amolitude gelombang P dan PQRS berkurang pada
setiap gelombang berikutnya
b. PEA dapat ditemukan pada temponade jantung. Tension
pneumothorx, hipovolemia atau ruftur jantung.
c. Dengan EKG 12 lead berikut suspek tomponade jantung :
- Sinus tachvcardia
- Komplek QRS low-voltage
- Elektrical alternans : komplek QRS alternan biasanya rasio 2-1
terjadi karena pergerakan jantung pada ruang pericardium.
Electrical ditemukan juga pada pasien dengan mvocardial
ischemia, acute pulmonary embolism, dan tachvarhvthmis.
- PR seement depression
d. EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika melakukan
aspirasi perikardium

Gambar : Hasil EKG

4. Echocardiografi
Meskipun echocardiografi menyediakan informasi yang bersama
temponade jantung dalah diagnosis klinis. Berikut dapat diamati
dengan echocardiografi 2 dimensi :
- Zona ruang bebas posterior dan anterior ventrikel kiri dan di
belakang atrium kiri : setelah operasi jantung, suatu
pengumpulan cairan lokal posterior tanpa efusi anterior yang
signifikan dapat terjadi dan dapat membahayakan cardiac
output.
- Kompresi dan diastolik/kolapsnya atrium kanan
- Lebih dari 40% peningkatan inspirasi relatif dari sisi kanan aliran
- Lebih dari 25% penurunan relatif nada aliran insoriasi
5. USG
Untuk medeteksi cairan di ronea perikardium
2.1.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi dan pengobatan
Pada keadaan ini dapat dilakukan perikardiosintesis. Sebuah jarum
berongga ukuran 16 sepanjang 6 inci ditusukkan di bawah prosesus xifoideus
dan diarahkan ke apeks jantung. Jarum tersebut kemudian dihubungkan
dengan alat EKG 12 sadapan melalui klem aligator untuk membantu
menentukan apakah jarumnya mengenai jantung. Defleksi yang tajam akan
terlihat pada pola EKG. Perikardiosintesis dapat disertai dengan denyut
jantung false-positive yang signifikan karena klinisi bisa saja mengaspirasi
darah yang berasal dari ventrikel kanan sendiri. Petunjuk yang akan
mengarahkan pengambilan keputusan adalah bahwa darah yang bersal dari
kantong perikardium biasanya tidak akan membeku. Yang paling baik,
perikardiosistesis adalah prosedur yang bersifat sementara untuk
memperbaiki fungsi jantung sambil menunggu pembedahan. Di beberapa
rumah sakit, lubang atau jendela pada selaput perikardium dibuat secara
darurat di UGD oleh dokter bedah atau dokter spesialis kardiotoraks. (Oman,
2008 : 269).

2.7.2 Penatalaksanaan pra rumah sakit


Penatalaksanaan pra rumah sakit bagi temponade cardio pada tingkat
EMP-A memerlukan transportasi cepat ke rumah sakit. Ini merupakan satu
dari beberapa kedaruratan yang harus ditransport dengan sirine dan lampu
merah. Perhatian ketat harus dicurahkan untuk menghindari pemberian cairan
berlebihan ke pasien. Sering sukar membedakan antara temponade
pericardium dan tension pneumotoraks tanpa bantuan radiograph. EMT
harus cermat mengamati penderita dan mengingatkan dokter di rumah sakit
terhadap kemungkinan tamponade pericardium.
Pada tingkat paramedic EMT, setelah diagnositik dan konsultasi ke
dokter rumah sakit, tamponade pericardium dapat diaspirasi. Aspirasi dapat
dilakukan dengan menggunakan jarum interkardiak untuk suntikan
ephineprin, dengan hanya menarik penuh semprit yang kosong.
Pendekatannya dari subxifoid, menuju scapula kiri tepat seperti suntikan
intrakardia. Perbedaannya dalam memasukkan jarum selanjutnya.
Pemasukan jarum harus dihentika tepat setelahmemasuki kantong
pericardium, sebelum masuk ke ventrikel (lihat gambar). Identifikasi lokasi
ujung jarum dengan tepat dapat dibantu dengan menempatkan sadapan V
elektrograf ke batang baja. Jarum ini dengan klem alligator. Sewaktu jarum
dimasukkan, segera dapat diketahui arus luka sewaktu ujung jarum
menyentuh miokardium. Dengan menarik mundur sedikit ke kantong
pericardium, EMT kemudian dapat mengaspirasi darah tanpa mencederai
myocardium. Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium
sudah cukup untuk menimbulkan tamponade berat. Pengambilan beberapa
milliliter bisa mengurangi tekanan yang memungkinkan peningkatan curah
jantung pasien, peningkatan tekanan darah distal dan penurunan tekanan di
sisi kanannya. Prasat ini (mengeluarkan 50-75 ml darah) merupakan tindakan
yang menyelamatkan nyawa pada tamponade berat. Harus diingat bahwa
terapi ini bukan definitif melaikan hanya suatu tindakan sementara sampai
penderita bisa dibawa ke kamar operasi, tempat dapat dilakukan
perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan difinitive masalah jantung
dengan anastesi lokal. Perlukaan pada pembuluh darah jantung dan struktur
vaskuler intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit seperti syok
hemoragik lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick, 1997 :
80). Pemberian oksigen sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien
tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia jaringan akibat oksigen yang
tidak adekuat karena penurunan curah jantung.
2.1.8 Kompilkasi
1. Gagal jantung
2. Syok kardiogenik
3. Henti jantung
4. Penimbunan cairan di paru-paru(edema paru)
5. Kematian

Anda mungkin juga menyukai