Tektonika Arsitektur YB Mangunwijaya PDF
Tektonika Arsitektur YB Mangunwijaya PDF
id
BAB II
KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA
Misi Indonesia baru juga diusung Romo Mangun dalam setiap karya arsitektural.
Cita-cita Romo agar Bangsa Indonesia terbebas dari belenggu globalisasi dan industri
muncul dalam pengolahan material-material tradisional dengan teknologi baru, mengolah
ulang barang-barang pabrik sehingga seringkali terlihat Romo memecah atau
menghancurkan keramik, mencetak dan membuat sendiri tegel, pintu, jendela dan
commit to user
II - 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
banyak material lain. Sentuhan mendetail Romo dalam tiap karyanya memperlihatkan
kerja konsisten dan berbudaya dari seorang master builder Indonesia.
II - 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II - 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II - 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.1. Suasana rumah Arief Budiman yang harmonis dengan kontur lahan dan
vegetasi yang tumbuh.
commit to user
II - 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Struktur dan konstruksi bangunan di ekspos dengan jujur dari struktur atap,
kolom, balok, dinding juga perkerasan. Kejujuran ini memperlihatkan kebenaran
struktur yang dibangun sehingga mampu memunculkan moda representasi yaitu
keindahan.
Bangunan terdiri dari 4 gugus rumah panggung dengan atap pelana kampung.
Struktur atap memperlihatkan genteng yang bagian bawah di cat putih tulang, usuk
yang di cat coklat dan reng yang di cat hitam seperti anyaman, harmoni dengan
dinding anyaman bambu dibawahnya. Kuda-kuda, balok atap dan penutup bubungan
atap juga di tampilkan apa adanya.
Talang air di pertemuan dua atap ditampilkan berupa lapisan bilah kayu dan
seng yang dikerjakan dengan rapih. Penyelesaian talang juga memperlihatkan
sambungan usuk 2 atap yang ditumpukan pada balok atap di atas kamar mandi.
commitperkuatan
Konsep rumah panggung dengan to user kolom beton di bagian bawah dan
konstruksi kayu dan bambu di bagian atas mencitrakan sistem konstruksi ringan yang
II - 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
selalu Y.B.M pilih juga sebagai tanggapan akan site berupa kontur. Tanah berkontur
diatasi dengan konsep rumah panggung sehingga terdapat perbedaan ketinggian di
tiap gugus bangunan. Kebutuhan aksesibilitas diselesaikan dengan jembatan kayu
menggantung dengan konstruksi besi sebagai batang tarik. Dinding batu bata yang
disusun seperti anyaman bambu bersama kolom beton dengan gurat bambu menjadi
struktur penopang bawah. Bangunan atas didominasi penggunaan dinding dari
anyaman bambu, jendela kayu dan konstruksi lantai dari papan kayu sehingga kesan
ringan tercapai.
Gambar 2.4. Bangunan rumah panggung dengan kolom beton sebagai konstruksi
utama dan rumah bagian atas dengan dinding anyaman bambu.
Gambar 2.5. Konstruksi kolom beton dengan balok kayu dan pertemuan sendinya
memberikan kesan yang ringan dan indah.
commit to user
II - 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Konsep rumah panggung dan dominasi pemakaian material kayu, papan, asbes
semen, dan bambu berpegang dari sistem konstruksi ringan. Di mana pemakaian
dinding batu bata dan perkuatan beton dilakukan di rumah bagian bawah, sedang
bagian atas didominasi kolom kayu dan dinding papan.
Konstruksi atap menggunakan atap segitiga majemuk sebagai aplikasi atap
dingin, sehingga ruang dibawah atap bisa digunakan sebagai ruangan dan panas
diselesaikan dengan lapisan sabut dan plafond bambu tutul di bawahnya. Agar panas
cepat keluar, di bawah atap selalu diberi bukaan berupa jendela sebesar-besarnya.
Bukaan tersebut mengikuti bentuk kuda-kuda. Atap dari bahan asbes semen yang
dicetak dan dipotong persegi ukuran 30x30cm. atap ringan ini menggunakan sistem
jepit dengan seng yang dipakukan langsung pada reng.
II - 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
struktur kolom dan balok kayu yang terkomposisi harmoni antara kolom utuh dengan
balok dari papan kayu jepit. Susunan melintang dan membujur balok papan jepit ini
memunculkan ruang-ruang sesuai kebenaran struktur.
Gambar 2.10. Material kayu dominan digunakan dan hadir di banyak fungsi. Kayu
sisa sebagai meja altar, kayu bangkirai sebagai balok, kayu glugu dipotong pipih sebagai
material lantai, lemari kayu, jendela putar as tengah kombinasi kayu dan kaca nako, juga sisa
kayu sebagai isian jendela nako (gambar searah jarum jam,atas ke bawah)
commit to user
II - 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.11. Dominasi pintu dan jendela kayu tinggi sebagai dinding bangunan sehingga
udara dan cahaya bisa masuk leluasa ke dalam ruangan.
Dinding semen cetak dengan guratan bambu yang dijadikan bekisting sebagai
olahan material lokal. Cetakan memiliki ukuran tertentu yang kemudian
dikomposisikan di dinding. Dinding dan atap dilapisi bambu tutul geprek yang
dipakukan pada kayu topang sehingga memiliki tekstur dinding yang khas dan
mampu mendinginkan panas. Pintu, jendela dan bukaan semua dibuat sendiri
menyesuaikan kebutuhan ruang. Material berupa kayu glugu, kaca bening, dan nako.
terdapat juga jendela nako yang diisi papan kayu sisa. Kebanyakan bukaan
menggunakan as putar di tengah bukan di samping agar penghawaan lebih banyak
masuk. Olahan material yang dipadupadankan dengan harmoni, dari kayu menuju
bambu, kayu menuju kaca/nako, kayu glugu dengan kayu bangkirai, juga kayu dengan
besi. Konsep kesetaraan material membuat kepekaan akan karakter material muncul
dalam penggunaan.
Gambar 2.12. Dinding cetakan bambu dengan sketsa potongan bambu sebagai cetakan cor
commit
semen (kiri) juga plafond bambu tutul yangto user dan dipakukan di kayu penyangga
digeprek
sebagai konstruksi plafond (kanan).
II - 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.13. Potret dari Google Maps lokasi kompleks Wisma Salam yang berada di tepian
Sungai Krasak Magelang (kiri) juga denah lokasi kompleks (kanan).
commit to user
II - 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.14. Bangunan utama wisma dengan atap segitiga majemuk dengan asbes semen
(kiri) dan pemakaian material dominan batu sebagai bearing wall dengan bentuk geometris
(kanan)
Gambar 2.15. Pemakaian kayu sebagai kolom dan balok muncul di banyak ruang sebagai
penjawab kebutuhan struktur konstruksi sebuah ruang.
Konstruksi atap beberapa diperlihatkan tanpa plafond dan sebagian lain dengan
plafond bambu tutul. Material atap dengan konsep atap dingin dan ringan yaitu dengan
lapisan asbes semen yang disusun seperti sisik ikan dan material plafond bambu tutul. Atap
dengan asbes semen dan lapisan plafond bambu tutul sangat efisien untuk bentuk bangunan
yang dinamis, missal bentuk kapel dome yang melingkar. Asbes semen yang ditata seperti
sisik bahkan menjadi dinding luar bangunan, juga lapisan bambu tutul menjadi lapisan
dinding dalam kapel. Modul 15x15 asbes dan bambu tutul memudahkan pemasangan dari
commit to user
bangun yang berbentuk dinamis.
II - 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.17. Plafond bambu tutul geprek menjadi material plafond dominan yang
menciptakan suasana sejuk dan mampu memantulkan cahaya dengan lembut.
Terdapat ornamentasi dengan sistem cetak yang khas di Wisma Salam yaitu
dinding dengan ornamentasi flora fauna. Ornamentasi ini menurut tafsiran saya dibuat
saat plesteran dinding belum kering sempurna dan direkatkan cetakan dengan bentuk
flora fauna dan dikeringkan. Ornamentasi menjadi guratan yang indah dengan
permainan warna cat. Ornamentasi ini dominan digunakan di Gereja St. Theresia yang
terletak di daerah depan kompleks wisma.
commit to user
Gambar 2.18. Guratan dinding berupa ornamentasi flora dan fauna menjadi artikulasi ruang
yang penuh makna.
II - 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II - 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II - 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 19