Oleh:
2016
KATA PENGANTAR
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Referat
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak yang membaca, agar penulis dapat mengkoreksi dan dapat
Demikianlah laporan referat ini dibuat sebagai tugas dari kegiatan klinis
distase Pediatri serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
0 1
A. Dalam paru-paru
Penyakit membran hialin
Wet lung syndrome / Transien tachypnoe neonatus
(TTN)
Sindrom aspirasi mekonium
Pneumonia
B. Luar paru-paru
Pneumothoraks
Gagal jantung
Hipotermi
Asidosis metabolik
Anemia
Polisitemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada PMH, sesak napas terjadi saat atau beberapa saat setelah
lahir. Lalu klinis memburuk selama 48 72 jam. Perbaikan klinis
terjadi setelah 48 72 jam dan oksigen dihentikan antara hari ke 5
10.
Diagnosis Klinis
Anamnesis
Bayi prematur atau cukup bulan dengan ibu diabetes
melitus tidak terkontrol
Pemeriksaan fisis
Sesak napas
Bayi tampak lemah, edema perifer
Pemeriksaan penunjang
- Dari pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Hb, Ht dan
gambaran darah tepi tidak menunjukan tanda-tanda infeksi.
Kultur darah tidak terdapat Streptokokus. Analisis gas darah
awalnya dapat ditemukan hipoksemia, dan pada keadaan lanjut
ditemukan hipoksemia progresif, hipercarbia dan asidosis
metabolik yang bervariasi.
- Foto toraks. Pada foto toraks, didapatkan:
Stadium PMH (Giedion, 1973):
1. Pola retikulogranular (PRG)
2. PRG dan bronkogram udara (BGU)
3. PRG + BGU + batas jantung kabur
4. Kolaps seluruh paru (white lung)
Berdasarkan gambaran rontgen, paru-paru dapat
memberikan gambaran yang karakteristik, tapi bukan
patognomonik, meliputi gambaran retikulogranular halus dari
parenkim dan gambaran air bronchogram tampak lebih jelas di
lobus kiri bawah karena superimposisi dengan bayangan jantung.
Awalnya gambaran rontgen normal, gambaran yang tipikal
muncul dalam 6-12 hari.
Gambaran rontgen HMD dapat dibagi jadi 4 tingkat:
Stage I : Gambaran reticulogranular
Stage II : Stage I disertai air bronchogram di luar bayangan
jantung
Stage III : Stage II disertai kesukaran menentukan batas
jantung.
Stage IV : Stage III disertai kesukaran menentukan batas
diafragma dan thymus.
Penatalaksanaan
Diagnosis dini
Risiko tinggi timbulnya PMH Bayi dilahirkan di RS yang
mempunyai NICU
Surfaktan ISEC approach
Penanganan suportif yang baik
Bila dapat hidup 72 jam setelah kelahiran sembuh sendiri
Epidemiologi
Angka kejadian sekitar 1-2 % kelahiran hidup. Kejadianya lebih
banyak pada bayi lahir dengan operasi Caesar dibandingkan dengan
lahir spontan. Bayi baru lahir dengan TTN umumnya gangguannya
terbatas tanpa morbiditas yang signifikan. Bayi dengan TTN baru
lahir yang mebaik selama periode 24-72-jam 2 . Tidak ada predileksi
ras telah dilaporkan. Risiko pria lebih banyak dibandingkan wanita.
Faktor Resiko:
Bedah sesar tanpa proses persalinan
Makrosomia
Jenis kelamin laki-laki
Partus lama
Sedasi ibu berlebihan
Skor Apgar rendah (1 menit: 7)
Patofisiologi
Segera setelah janin lahir dan mulai menarik napas terjadi inflasi
paru yang mengakibatkan peningkatan tekanan hidrolik yang
menyebabkan cairan berpindah ke interstitial. Volume darah paru
juga meningkat pada saat bayi menarik napas, tetapi cairan dalam
paru belum mulai berkurang sampai 30-60 menit post natal dan
lengkap diabsorbsi dalam 24 jam. Cairan dalam lumen paru
mengandung protein kurang dari 0,3 mg/ml, cairan dalam interstitial
paru mengandung protein kurang lebih 30 mg/ml. Perbedaan
kandungan protein ini menyebabkan perbedaan tekanan osmotic
lebih dari 10 cm H2O, yang mengakibatkan cairan berpindah dari
lumen ke interstitial. Peningkatan aktivitas Na-K, ATP ase epitel
paru selama proses persalinan menyebabkan peningkatan absorbsi
cairan ke interstitial. Masuknya udara ke paru saat menarik napas
tidak hanya mendorong cairan ke interstitial tetapi juga
mengakibatkan tekanan hidrostatistik dalam sirkulasi paru menurun
dan meningkatkan aliran darah paru sehingga secara keseluruhan
akan meningkatkan luas permukaan vascular yang efektif untuk
mendrainase cairan. Pernapasan spontan juga akan menurunkan
tekanan intra thorakal sehingga menurungkan tekanan vena sistemik
yang akhirnya meningkatkan drainase melalui system limfe.
Penyebab TTN beleum diketahui secara pasti namun dicurigai
melalui 3 proses yaitu penyerapan cairan paru janin terganggu
disebabkan oleh gangguan:
1. Penyerapan cairan paru janin dari sistem limfatik paru dan
gangguan mekanik, pada bayi yang lahir secara Caesar karena
kurangnya pemerasan toraks yang normal vagina, yang memaksa
cairan paru keluar. Volume cairan yang meningkat menyebabkan
penurunan fungsi paru-paru dan meningkatkan resistensi saluran
napas menyebabkan takipnea dan retraksi dinding dada.
2. Pulmonary immaturity. Beberapa penelitian mencatat bahwa
derajat ringan imaturitas paru merupakan faktor utama dalam
penyebab TTN. Para penulis menemukan rasio L-S matang tanpa
fosfatidilgliserol (Adanya fosfatidilgliserol mengindikasikan selesai
pematangan paru). Bayi yang lahir dengan usia kehamilan 36 minggu
resiko lebih tinggi kena TTN dibandingkan dengan usia 38 minggu.
3. Kekurangan surfaktan ringan. Salah satu penelitian kekurangan
surfaktan ringan merupakan penyebab terjadinya TTN.
Diagnosis
a. Gejala Klinis
Gejala klinis pada pasien TTN biasanya mirip dengan gejala
distress respiratory antara lain: Takipnea (>60 kali/menit), retraksi
pada dada, sianosis, merintih, terlihat nafas cuping hidung. Takipnu
ini bersifat sementara dimana penyembuhan biasa terjadi dalam 48-
72 jam setelah kelahiran.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien TTN dapat dilakukan
pemeriksaan lecithinsphingomyelin ratio (Rasio L-S mature),
tidak adanya fosfatidilgliserol dalam cairan ketuban dapat
membantu untuk menentukan kematangan paru, dan analisis
gas darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan.
Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya
ringan (PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat
jarang, namun jika terjadi, merupakan indikasi untuk mencari
penyebab lain. Differensial Count adalah normal pada TTN,
tapi sebaiknya dilakukan untuk menentukan apakah terdapat
proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan
polisitemia. Urine and serum antigen test dapat membantu
menyingkirkan infeksi bakteri.
c. Gambaran Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada pasien yang mengalami distres
pernapasan pada bayi lahir yaitu foto thoraks dan pemeriksaan
ultrasonografi. Pada pasien TTN biasanya dengan foto thorax
ditemukan berupa hiperinflasi kedua paru, garis prominen di
perihiler, pembesaran jantung ringan hingga sedang,
diafragma datar, dapat dilihat dari lateral, cairan di fisura
minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura.
Penatalaksanaan
Transient Tachypnea of the Newborn ini bersifat self limiting
disease, sehingga pengobatan yang ditujukan biasanya hanya berupa
pengobatan suportif, yaitu:
Pemberian oksigen
Pembatasan cairan
Status cairan tubuh dan elektrolit harus dimonitor dan
dipertahankan normal.
Pemberian asupan setelah takipnea membaik.
Jika pernafasan di atas 60 kali per menit, neonatus
sebaiknya tidak diperi makan per oral untuk menghindari
risiko aspirasi. Jika frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali
per menit, pemberian makanan per oreal dapat ditolerir. Jika
60-80 kali per menit, pemberian makanan harus melalui
NGT. Jika lebih dari 80 kali per menit, pemberian nutrisi
intravena diindikasikan.
Konfirmasi diagnosis dengan menyisihkan penyebab-
penyebab takipnea lain seperti pneumonia, penyakit jantung
kongenital dan hiperventilasi serebral.
Prognosis
Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko
kekambuhan atau disfungsi paru lebih lanjut. Gejala-gejala respirasi
membaik sejalan dengan mobilisasi cairan dan ini biasanya dikaitkan
dengan diuresis.
Etiologi
Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stres selama
proses persalinan berlangsung. Bayi seringkali merupakan bayi post-
matur (lebih dari 40 minggu). Selama persalinan berlangsung, bayi
bisa mengalami kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan
meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus, sehingga
mekonium dikeluarkan ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi
bayi di dalam rahim. Cairan ketuban dan mekoniuim becampur
membentuk cairan berwarna hijau dengan kekental yang bervariasi.
Jika selama masih berada di dalam rahim janin bernafas atau jika
bayi menghirup nafasnya yang pertama, maka campuran air ketuban
dan mekonium bisa terhirup ke dalam paru-paru. Mekonium yang
terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada
saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan
gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu, mekonium juga
menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara,
menyebabkan suatu pneumonia kimiawi.
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan disertai kemungkinan
terhirupnya cairan ini terjadi pada 5-10% kelahiran. Sekitar sepertiga
bayi yang menderita sindroma ini memerlukan bantuan alat
pernafasan.
Aspirasi mekonium merupakan penyebab utama dari penyakit
yang berat dan kematian pada bayi baru lahir.
Faktor resiko terjadinya sindroma aspirasi mekonium:
Kehamilan post-matur
Pre-eklamsi
Ibu yang menderita diabetes
Ibu yang menderita hipertensi
Persalinan yang sulit
Gawat janin
Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih
berada dalam rahim).
Patofisiologi
SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita
sebut fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres
akan menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam jaringan).
Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas
usus disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah
mekonium ke dalam cairan amnion.
Apa yang terjadi bila mekonium terhisap ke dalam saluran
pernafasan? Mekonium tersebut akan menyumbat (sebagian ataupun
seluruh) saluran pernafasan bayi.
Penatalaksanaan
Setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari
mulut bayi. Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin,
dimasukkan sebuah selang ke dalam trakea bayi dan dilakukan
pengisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai
di dalam lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium. Jika tidak ada
tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif serta kulitnya berwarna
kehijauan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak melakukan
pengisapan trakea yang terlalu dalam karena khawatir akan terjadi
pneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan
garam untuk mencuci saluran udara. Setelah lahir, bayi dimonitor
secara ketat. Pengobatan lainnya adalah:
Fisioterapi dada (menepuk-nepuk dada)
Antibiotik (untuk mengatasi infeksi)
Menempatkan bayi di ruang yang hangat (untuk menjaga suhu tubuh)
Ventilasi mekanik (untuk menjaga agar paru-paru tetap
mengembang).
Gangguan pernafasan biasanya akan membaik dalam waktu
2-4 hari, meskipun takipneu bisa menetap selama beberapa hari.
Hipoksia intra-uterin atau hipoksia akibat komplikasi aspirasi
mekonium bisa menyebabkan kerusakan otak. Aspirasi mekonium
jarang menyebabkan kerusakan paru-paru yang permananen.
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi
akan dikirim ke unit perawatan intensif neonatal (neonatal
intensive care unit [NICU]). Tata laksana yang dilakukan biasanya
meliputi :
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikoksigen.
2. Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa infeksi ventilasi
mekanik.
3. Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan
pada dada dengan maksud untuk melepaskan lendir yang kental.
Pada SAM berat dapat juga dilakukan:
Pemberian terapi surfaktan.
Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara
beroksigen tinggi ke dalam paru bayi.
Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen
yang terdapat di dalam ventilator. Penambahan ini berguna untuk
melebarkan pembuluh darah sehingga lebih banyak darah dan
oksigen yang sampai ke paru bayi. Bila salah satu atau kombinasi
dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut dipertimbangkan
untuk menggunakan extra corporeal membrane
oxygenation (ECMO). Pada terapi ini, jantung dan paru buatan
akan mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh bayi.
Sayangnya, alat ini memang cukup langka.
Prognosis
Angka kematian bisa tinggi mencapai 50%. Bayi yang bertahan
hidup mungkin menderita displasia bronkopulmoner dan sekuele
neurologis.
4. PNEUOMOTHORAKS
Definisi
Pneumotoraks adalah penimbunan udara di dalam rongga dada
disekeliling paru-paru yang menyebabkan paru-paru kolaps. Pada
bayi yang paru-parunya kaku, terutama jika pernafasannya dibantu
oleh ventilator, udara bisa merembes dari alveoli ke dalam jaringan
ikat di paru-paru dan kemudian ke dalam jaringan lunak diantara
paru-paru dan jantung (keadaan ini disebut pneumonediastinum).
Pneumomediastinum biasanya tidak mempengaruhi fungsi
pernafasan dan tidak perlu dilakukan pengobatan khsusus. Tetapi
pneumomediastinum bisa berkembang menjadi pneumotoraks.
Pneumotoraks terjadi jika udara merembes ke dalam rongga dada di
sekeliling paru-paru (rongga pleura), dimana bisa terjadi penekanan
terhadap paru-paru. Kolaps sebagain pada paru-paru bisa tidak
menimbulkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan. Tetapi jika
paru-paru yang kolaps sangat tertekan, bisa berakibat fatal, terutama
pada bayi yang menderita penyakit paru yang berat. Udara yang
terperangkap bisa menyebabkan kesulitan bernafas dan mengganggu
peredaran darah di rongga dada. Pada keadaan ini, udara di sekeliling
paru-paru harus segera dikeluarkan dengan bantuan sebuah jarum
atau selang.
Etiologi
Paru-paru dan dinding dada keduanya elastis. Ketika Anda menarik
napas dan menghembuskan napas, paru-paru Anda sementara
mengempis ke dalam ketika dinding dada mengembang ke luar.
Kedua kekuatan yang berlawanan membuat tekanan negatif dalam
ruang antara tulang rusuk dan paru-paru. Ketika udara masuk ruang
itu, baik dari dalam maupun di luar paru-paru, tekanan yang
diberikan dapat menyebabkan semua atau bagian dari paru-paru yang
terkena kolaps.
Jenis
1. Pneumotoraks spontan primer. Pneumotoraks spontan primer
diperkirakan berkembang ketika udara kecil menggelembung
(lepuh) pada bagian atas paru-paru yang pecah. Lepuh disebabkan
oleh kelemahan dalam jaringan paru-paru dan dapat pecah dari
perubahan tekanan udara ketika Anda melakukan scuba diving,
terbang, memanjat gunung atau, menurut beberapa laporan,
mendengarkan musik sangat keras. Selain itu, seorang
pneumotoraks spontan primer mungkin didapat ketika merokok
ganja, setelah napas dalam-dalam, diikuti oleh pernapasan lambat
melawan menutup sebagian bibir yang memaksa asap lebih dalam
ke dalam paru-paru. Tapi yang paling sering, gelembung pecah
tanpa alasan yang jelas.
Gejala
Tanda dan gejala dari pneumotoraks biasanya meliputi:
1. Nyeri dada tiba-tiba, tajam pada sisi yang sama paru-paru yang
terkena sakit ini tidak terjadi di tengah dada di bawah tulang dada
2. Sesak napas, yang mungkin lebih atau kurang berat, tergantung
pada berapa banyak paru-paru Anda rusak
3. Suatu perasaan sesak di dada
4. Detak jantung yang cepat
Jika hanya sejumlah kecil memasuki ruang udara antara paru-paru dan
dinding dada Anda (rongga pleura), Anda mungkin memiliki sedikit
tanda-tanda atau gejala. Namun, bahkan paru-paru yang agak rusak
cenderung menyebabkan nyeri dada dan beberapa sesak napas yang
perlahan-lahan meningkat selama beberapa jam untuk satu hari atau
lebih, bahkan jika tidak berkurang ukuran kerusakan.
Diagnosa
Sebuah pneumotoraks umumnya didiagnosis dengan menggunakan
sinar-X dada. Tes lain kadang-kadang dilakukan, termasuk:
1. Computerized tomography (CT) scan. CT adalah teknik sinar-X
yang menghasilkan gambar lebih-rinci dari sinar-X konvensional
lakukan. Hal ini dapat dilakukan jika dokter Anda mencurigai
pneumotoraks setelah pemeriksaan perut atau dada . CT scan dapat
membantu menentukan apakah penyakit yang mendasarinya
mungkin telah menyebabkan paru-paru Anda kolaps sesuatu yang
mungkin tidak muncul di X-ray biasa.
2. Tes darah. Ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat oksigen
dalam darah arteri.
Penatalaksanaan