Anda di halaman 1dari 16

ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG KOPLING GESEK

3.1. Analisa Dan Perhitungan Komponen Utama


3.1.1. Data Perancangan :

Data Sumber
Daya maksimum (N) = 146 Hp Brosur
Putaran Maksimum (n) = 6300 rpm Brosur

3.1.2. Perhitungan Torsi Maksimum (MH)


Penetuan torsi maksimum didapat dari persamaan:
N
M H 71620
n
146
71620
6300
1659.76 kgf .cm 17 kgf .m

dimana : MH = torsi maksimum (kgf.m)


N = daya maksimum (PS)
n = putaran pada daya maksimum (rpm)
3.1.3. Penentuan Torsi Gesek (MR)
M R C. M H
dimana : MR = torsi gesek (kgf.cm)
MH = torsi maksimum (kgf.m)
C = konstanta, dari tabel 2 untuk automobile berharga 2 3 dan
diambil nilai C = 2,5
maka :
M R 2.5 17
42.5 kgf .m 4250 kgf .cm
3.1.4. Penentuan Kerja Gesek (AR) dan Daya Gesek (NR)
M R. n . t R
AR
1910
dimana : AR = kerja gesek (kgf.cm)
MR = torsi gesek (kgf.cm)
n = putaran pada daya maksimum (rpm)
tR = waktu slip (detik)
Dengan mengasumsikan tR = 0,5 detik ( waktu terjadinya slip sampai
putaran dari kopling menjadi maksimum ), maka besarnya kerja gesek yaitu :
4250 6300 0,5
AR
1910
7009.16 kgf .cm

Dari kerja gesek ini, dengan mengasumsikan pemakaian kopling rata-rata


pada kondisi jalan apapun adalah 80 kali tiap jam, besarnya daya gesek:
AR . Z
NR 4
27 10
dimana : NR = daya gesek (Hp)
AR = kerja gesek (kgf.cm)
Z = frekuensi penekanan kopling per jam

7009.16 80
N R 4
27 10
2.076 Hp

3.1.5. Penentuan Diameter Rata-Rata (d) dan Lebar Pelat Gesek (b)
Diameter rata-rata dari plat gesek dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
0.4
NR

d 71.5
K b 0.5
T d jn
dimana :
d = diameter rata-rata (cm)
b/d = rasio antara lebar dan diameter rata-rata pelat
dari tabel 3 harga b/d berkisar antara 0,15-0,3 untuk cluthes, maka
diambil harga b/d = 0,25
KT = koefisien gesek, untuk cluthes KT berharga 1,0-1,6 dan diambil nilai
KT sama dengan 1,3
j = jumlah pasangan permukaan gesek untuk cluthes : shoe, band, cone:
j sama dengan 1 hingga 2, dipilih j = 2
n = putaran kopling (rpm)
0, 4
2.076
d 71,5
0,5
1,3.0,25.2. 6300
19.77 cm 20 cm

Jadi b/d = 0,25 maka b = 0,25 . 20 cm


b = 5 cm
sehingga bisa didapatkan diameter luar (do) dan diameter dalam (di) :
do = d + b = (20 + 5) = 25 cm
di = d b = (20 5 ) = 15 cm

3.1.6. Pengujian Harga KT dan KU


Untuk memeriksa apakah harga KT dan KU masih dalam batas-batas yang
di izinkan, terlebih dahulu ditentukan besarnya kecepatan tangensial pelat gesek
dari persamaan 3.7 yaitu:
. d . n

60
. 20. 6300
v
60
v 6594 cm / s 65.94 m / s
sehingga nilai KT dapat dihitung persamaan:
3
N R 10
Kt 0.5
bdjv
2.076 .1000
KT 0,5
5.20.2 .65.94
1.27 kgf / cm 2
Ternyata harga KT tidak jauh berbeda dengan pemilihan harga awal, maka
harga KT dapat diterima. Selanjutnya dilakukan pengecekan harga KU. Dari
persamaan didapat :
2 M R
Ku 2
bd j
2 4250
KU
5. 20 2
2

2.125 kgf / cm 2

Harga KU dapat diterima karena masih mendekati harga dalam batas yang di
izinkan ( Tabel 3) yaitu berkisar antara 2 - 8.

3.1.7. Perhitungan Luas Bidang Tekan (F) Dan Tekanan Permukaan (P)
Dengan mengasumsikan Y yaitu faktor koreksi luas permukaan akibat
adanya alur-alur untuk mengalirkan aus atau pengurangan luas akibat pemasangan
paku keling sebesar 0,8 maka besarnya luas bidang tekan :
F . b. d . j. y
F .5 . 20 . 2 . 0,8
2
502.4 cm
dengan mengasumsikan bahan pelat gesek dibuat dari Asbestos Pabrik With
Plastic dengan 0.4 (dari tabel) tekanan rata-rata dapat dihitung dari
persamaan (3.8):
2 M R
P
.d . F

dimana : P = tekanan permukaan rata-rata (kgf/cm2)

= koefisien gesekan, dari tabel 1 koefisien gesek untuk kopling pelat

kering dengan bahan asbestos fabric with plastic berharga 0,3-0,5

diambil = 0,4

2 . 4250
P
0,4 . 20 . 502.4
2
2.11 kgf / cm
3.1.8. Perhitungan Tekanan Maksimum Permukaan (Pmaks)
Tekanan permukaan maksimum terjadi pada diameter terkecil dari bidang
tekan. Diameter terkecil adalah diameter dalam yaitu di (diameter dalam).
Persamaan untuk tekanan maksimum:
d
Pmaks P
di
20
Pmak 2.11
15
2.81

3.1.9. Perhitungan Umur Pelat Gesek (LB)


Umur pelat gesek ditentukan dari hubungan antara volume keausan spesifik
dan daya gesek. Sv adalah wearable thickness of lining (batas keausan) = 0.3 cm
(asumsi). Umur kopling ditentukan dari hubungan :
VV = F . S v

dimana : Vv = volume keausan spesifik cm3

F = luas bidang tekan (cm2)

Sv = batas keausan (cm)

maka :
VV 502.4 0.3
3
150.75 cm
Setelah mendapatkan volume keausan, maka umur pelat gesek dapat ditentukan :
VV
LB
qVNR
dimana :
LB = umur pelat gesek (jam)
Vv = volume keausan (cm3)
NR = daya gesek (Hp)
qv = keausan spesifik
dari tabel 1 untuk group I qv berharga 0,125-0,2, diasumsikan
qv = 0,125
maka :
150.75
LB
0.125 2.076
580.92 jam

3.1.10. Perhitungan Temperatur Kerja Pelat dan Kopling


Temperatur yang terjadi pada pelat gesek dipengaruhi oleh besarnya daya
gesek ( NR ) yang bekerja pada pelat tersebut. Makin besar daya gesek, makin
tinggi temperatur yang terjadi makin cepat terjadinya keusan pada pelat, sehingga
dalam pemilihan bahan haruslah bahan yang mempunyai ketahanan yang baik
terhadap temperatur tinggi, atau temperatur yang terjadi tidak melebihi jangkauan
yang diizinkan untuk pelat tersebut. Dengan mengasumsikan temperatur

lingkungan adalah 30 C , maka;
dk ( diameter rumah kopling ) dihitung dengan :
d k d 0 2 2,5 cm
25 2 2.5
30 cm
Keterangan : angka 2,5 pada persamaan rumus itu merupakan jarak dari badan
kopling kerumah kopling .
bk ( lebar rumah kopling ) dihitung dengan :
b k = ( j + 1)/2 + 10
= ( 2 + 1)/2 + 10 = 11,5 cm
Kemudian dapat ditentukan luas permukaan pendingin (Fk) ( untuk mengurangi
panas pada pelat ) yaitu :
2
F K . d K . bK
4
do di 2
. 252 152
FK . 30 11,5
4

1086.44 cm 2
1086.44 10 4 m 2
Kecepatan tangensial pada rumah kopling adalah:
dK
V
n
K
1910
30 6300
vk
1910
98.95 m / s

Koefisien perpindahan panas dari rumah kiopling yaitu :


K 4.5 6 0.75

VK
0,75
4,5 ( 6 98.95 )
192.72 kkal / mC.jam

Kenaikan temperatur dari rumah kopling:


632 N R
T
FK K
632 2.076
4
1086.4410 192.97
62.58C
Maka temperatur kerja dari kopling ini adalah:

T 30 C 62.58 C
92.58 C

3.2. Analisa Dan Perhitungan Tegangan Komponen Pendukung

3.2.1. Analisa dan Perhitungan Tegangan Pada Poros


Poros transmisi yang digunakan pada kopling HONDA CR-V adalah
poros gerigi, berdasarkan pengukuran secara langsung diperoleh data-data berikut
Data-data hasil pengukuran:
jumlah gigi (Z) : 21 buah.
diameter luar (do ) : 3 cm
diameter dalam ( di ) : 2,5 cm
lebar gigi hubung (L ) : 3,2 cm

Berdasarkan hasil pengukuran


diameter rata-rata (df ) : yaitu tempat bekerjanya gaya tangensial pada
poros
d 0 d 1
df
2
3 2,5
2,75 cm
2
lebar gigi pada lingkaran dasar (b):
. d f
b
Z
. 27,5
4,1mm
21
tinggi gigi ( h ) :
(d 0 d1 )
h
2
30 25
2,5 mm
2
faktor bentuk poros gerigi (y ) : 0,327
Catatan : Besarnya faktor bentuk poros gerigi ini tergantung pada jumlah gigi
seperti yang terdapat dalam Tabel 4 .
Pada lingkaran dengan diameter rata-rata ( df ) bekerja gaya tangensial Ft, sebesar :
2.M R
Ft
Z.df
2 4250
Ft
21 27,5
14.72 kgf

b L
Ft
di d h
f do

Gambar 3.1 Gaya tangensial yang bekerja pada gigi


4.1 m m
32 m m
14.72 kgf
2.5 m m
A

Gambar 3.2 Diagram Benda Bebas Gaya tangensial yang bekerja pada gigi

Tegangan-tegangan yang mungkin terjadi adalah:


a. Tegangan normal akibat momen dari gaya tangensial yang bekerja pada
dasar gigi.
b. Tegangan geser pada dasar gigi.
c. Tegangan permukaan yang bekerja pada permukaan gigi.

a. Tegangan Normal
Kecepatan tangensial poros gerigi pada lingkaran dengan diameter df :
.n.d f
v
60
6300

2,75
60
906.675 cm / s
9.06675 m / s

Kemudian dari Tabel 5, untuk kecepatannya sebesar 9.06675 m/s, nilai kecepatan
ini termasuk kepada kecepatan sedang, jadi dengan harga kecepatan ini harga
faktor kecepatan dinamis ( fv ) :
6
fv
6v
6

6 9.06675
0.398
Besarnya tegangan normal dari poros gerigi dalam gambar 3.1 adalah :
h b
Ft . .
2 2

L
b 3 .fv.y
12
25 4.1
14.72
2 2
3
4,1 32
.0.398.0.327
12
15.77 kgf / mm 2
b. Tegangan Geser
Tebal bidang geser ( t ), dalam hal ini sama dengan lebar gigi ( L ) yaitu
sebesar 3,2 cm dan gaya geser ( V ) yang bekerja pada gigi adalah sama dengan
gaya tangensial ( Ft ) yaitu sebesar 21,21 kgf. Kemudian besarnya luas momen
( Q ) tempat bekerjanya gaya tangensial dapat dihitung dengan rumus:
2
Q(b xL)/8
2
(4,1 x 32 ) / 8
2
67,24 mm
Dan besarnya momen inersia tempat bekerjanya gaya tangensial tersebut adalah :
3
I ( b L ) / 12
3
( 4,1 x 32 ) / 12
4
183,78 mm

Kemudian dengan memasukan harga di atas, maka akan diperoleh nilai tegangan
geser yang bekerja pada poros gerigi ini yaitu :

V.
QI
.t

dimana :
= Tegangan geser (kgf/mm2)
V = Gaya tangensial = Ft
t = Tebal bidang geser = L
Q = Momen area statis
14.72 67,24

183.78 32
0.168 kgf / mm 2

2
15.77kgf/mm

2
0.168 kgf/mm

Gambar 3.3 Gaya dalam pada titik A

c. Tegangan Permukaan
Tegangan ini bekerja pada permukaan gigi, tegangan ini dipengaruhi oleh
gaya tekan yang bekerja pada poros transmisi ( P ) itu dan luas permukaan atau
luas bidang tekan ( A ) dari gaya tekan itu. Disini gaya tekan yang bekerja sama
dengan gaya tangensial yaitu sebesar 14.72 kgf dan luas permukaan bidang tekan
dihitung dengan persamaan berikut :
A= hxL
= 25 x 32
= 800 mm 2

s 14.72
800
0.0184 kgf / mm 2

Jika harga-harga tegangan geser tegangan normal dan tegangan permukaan


dikoreksi dengan faktor kecepatan dinamis dan faktor bentuk poros gerigi, maka
harga-harganya menjadi:


fv y
15.77

0.33 0.327
2
146.14 kgf / mm


fvy
0.168

0.33 0.327
2
1.55 kgf / mm
s
s
fvy
0.0184

0.33 0.327
2
0.17 kgf / mm

Jadi secara keseluruhan beban yang paling kritis yang harus diterima poros
adalah beban tegangan normal akibat momen dari gaya tangensial. Jadi pemilihan
bahan untuk poros gerigi ini harus didasarkan atas beban tegangan normal ini.

3.2.2. Perhitungan Paku Keling


Terdapat tiga jenis paku keling yang digunakan pada kopling HONDA
CR-V, yaitu:
- Paku keling I, pada pelat gesek sebanyak 16 buah
- Paku keling II, pada pelat penghubung sebanyak 16 buah
- Paku keling III, pada pelat penghubung sebanyak 4 buah

3.2.2.1. Perhitungan Paku Keling I


Dimensi yang diperoleh adalah :
- d ( diameter paku keling ) = 8 mm
- D ( diameter jarak bagi ) = 170 mm
- z ( jumlah paku keling ) = 16 buah
- t ( tebal pelat ) = 8 mm

Gaya yang diterima masing-masing paku keling :


2 M R
Fk1
Dz
2 4250
3.125 kgf

170 16
Luas penampang paku keling adalah:
A d / 4
2

8 /4
2

2
50.24 mm
Tegangan geser yang diterima paku keling :
Fk1
k1
A1
3.125

50.24
0.06 kgf / mm 2


K1
FS
K1.FS
asumsi FS = 2
0.06 2 0.12 kgf / mm2

3.2.2.2. Perhitungan Paku Keling II


Dimensi yang diperoleh adalah :
- d ( diameter paku keling ) = 8 mm
- D ( lingkaran jarak ) = 128 mm
- z ( jumlah paku keling ) = 16 buah
- t ( tebal pelat ) = 2 mm
Denga cara yang sama seperti pada paku keling I, maka untuk paku keling II
diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
2 M R
Fk1
Dz
2 4250
4.15 kgf
128 16
Luas penampang paku keling adalah:
A d / 4
2

8 /4
2

2
50.24 mm
Tegangan geser yang diterima paku keling :
Fk 1
k1
A1
4.15

50.24
2
0.083 kgf / mm

K1
FS
= k1 . FS
asumsi FS = 2
0.083 2 0.166 kgf / mm

3.2.2.3. Perhitungan Paku Keling III


Dimensi yang diperoleh adalah :
- d ( diameter paku keling ) = 8 mm
- D ( lingkaran jarak ) = 104 mm
- z ( jumlah paku keling ) = 4 buah
- t ( tebal pelat ) = 1,5mm
Dengan cara yang sama seperti pada dua cara I dan cara II tersebut, maka
akan diperoleh hasil perhitungan paku keling III sebagai berikut:
2 M R
Fk1
Dz
2 4250
5.1 kgf
104 16
Luas penampang paku keling adalah:
A d / 4
2

8 /4
2

2
50.24 mm
Tegangan geser yang diterima paku keling :
Fk 1
k1
A1
5.1

50.24
2
0.1 kgf .mm

K1
FS
= k1 . FS
asumsi FS = 2
K1 . FS
2
0.1 2 0.02 kgf / mm

Anda mungkin juga menyukai