Percobaan 2 Asam Basa
Percobaan 2 Asam Basa
PENDAHULUAN
1.2.1 Indikator
Hln H+ + ln-
[ln ] Kln
= +
[Hln] [H ]
b. Titrasi asam lemah dengan basa kuat atau asam kuat dengan basa
lemah.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Bahan-bahan
1. Asam oksalat 0.05 N
2. Larutan HCl
3. Larutan NaOH
4. Indikator fenolftalein
2.2 Alat-alat
1. Labu ukur
3. Gelas piala
4. Buret dan statif
5. Pipet volum
6. Erlenmeyer
7. Batang pengaduk
8. Corong
NNaOH 0.06
NNaOH 0.06
3.2 Pembahasan
NNaOH 0.06
NNaOH = 0.0588
NNaOH 0.06
4.1 Kesimpulan
1. Volume NaOH yang digunakan pada standarisasi larutan NaOH dengan
asam oksalat sebanyak 8.4 ml, sehingga Normalitas NaOH adalah 0.06 N.
2. Pada percobaan standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat, terjadi
titrasi antara asam lemah dengan basa kuat.
3. Volume NaOH yang digunakan pada percobaan menentukan konsentrasi
larutan HCl sebanyak 9.8 ml, sehingga Normalitas HCl adalah 0.06 N.
4. Pada percobaan menentukan konsentrasi HCl mrupakan titrasi antara asam
kuat dengan basa kuat.
4.2 Saran
1. Hati-hati dalam merangkai buret dan statif, agar buret tidak mengalami
keretakan.
2. Molalitas dari senyawa larutan haruslah seimbang, agar lebih praktis
dalam percobaan dan perhitungan.
BAB V
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan indikator asam basa, titik ekivalen dan titik
akhir titrasi.
Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik
lemah yang mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda,
pada titrasi asam basa indikator yang digunakan adalah asam kedua
yang merupakan asam yang lebih lemah dan konsentrasi indikator
berada pada tingkat kecil.
Titik ekivalen adalah saat jumlah mol H+ sama dengan jumlah mol
OH-. Biasanya ditunjukkan dengan harga pH.
Titik akhir titrasi merupakan saat dimana indikator (pencampuran)
yang dicampurkan dengan suatu larutan mengalami perubahan warna.
2. Apa syarat suatu indikator yang dapat dipakai dalam suatu titrasi.
Indikator yang akan dipakai dalam suatu titrasi harus mempunyai
perubahan warna yang besar pada sekitar titik ekivalen.
3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer dan larutan standar
sekunder.
Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui secara
tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri.
Larutan standar sekunder adalah lerutan yang konsentrasinya
ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan standar
primer, biasanya melalui titrimetri.
4. Apa syarat senyawa yang dapat dipakai sebagai lerutan standar primer.
Mudah diperoleh, dimurnikan dikeringkan, dan disimpan dalam
keadan murni.
Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam
penimbangan di udara.
Dapat diuji zat pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan.
Massa relatif dan massa ekivalen yang besar.
Mudah larut.
Reaksi yang berlangsung harus stoikiometrik dan langsung, kesalahan
titrasi harus dapat diabaikan.
5. Sebutkan dua contoh zat yang dapat dipakai larutan standar primer.
HCl dan K2Cr2O4.
6. Dapatkah larutan NaOH dipakai sebagai larutan standar primer, beri alasan.
Tidak dapat, karena NaOH bersifat higroskopis oleh kerena itu NaOH
harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dipakai sebagai larutan
standar primer.
7. Apa yang dimaksud dengan daerah perubahan warna indikator.
Daerah perubahan indikator merupakan daerah perubahan warna pada
rentang pH tertentu, nilai pH titik ekivalen bergantung pada
kombinasi asam dan basa. Dengan melihat perubahan warnanya, dapat
ditentukan dalam asam atau basa suatu larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Utami, dkk. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program IPA.
Oleh:
Kelompok 2:
Fakultas Teknik
Universitas Riau
Pekanbaru
2012