PEMBAHASAN
1. Pengertian
Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari
peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan
lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti
lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga
berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya.
Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media
komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi
kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai,
sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya. Departemen
Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya
yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat
sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah
dalam upaya upaya kesehatan.
Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur
pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi,
kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan
tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi
Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling
terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat
nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan sistem informasi yang
saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang
dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan di
kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi
kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan
mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya
yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat
dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam
sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu
dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.
2.3 Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem.
Terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di Indonesia:
a. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam
sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak
manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasi keperawatan
di Indonesia, sebagai contoh pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat,
sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim
keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil kebijakan.
Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan apakah SIM
keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan
kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
b. Ketidaksiapan SDM keperawatan, kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak
sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem
komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan
mereka terhadap sistem informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang
kurang tentang manfaat SIM menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM
keperawatan.
c. Faktor sumber dana, sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi
manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya
yang cukup besar . Masalahnya sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana
operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan
karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek keempat adalah kurangnya fasilitas
Information technology yang mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya
membutuhkan banyak perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan
program tersebut.
1. Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit dengan
tim keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di rumah sakit
yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana yang memadai untuk implementasi
SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat tentang pelaksanaan SIM
keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi yang memadai.
Menurut Jasun (2006) hal-hal yang harus dipersiapkan dalam penerapan SIM
Keperawatan ialah :
1. Hard Ware
2. Soft Ware
3. Brain Ware
Pembentukan Mind Set bukan sesuatu yang mudah bagi perawat. Istilah
gagap teknologi, tidak percaya diri dengan membawa Note Book ke hadapan pasien,
merasa repot dan lain-lain akan menjadi faktor penentu yang cukup signifikan bagi
keberhasilan penerapan SIM Keperawatan.
4. Skill