Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Di dalam peraturan pemerintah RI no.46 tahun 2014 tentang sistem informasi


kesehatan, disebutkan bahwa suatu sistem informasi kesehatan adalah seperangkat tatanan
yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi dan sumber daya
manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan
atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan. Dan untuk
mendukung penyelenggaran pembangunan kesehatan tersebut, diperlukan data, informasi
dan indikator kesehatan yang dikelola dalam sistem informasi kesehatan.

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh


seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan
kepada masyarakat. Peraturan perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi
kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan
strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan
informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung
kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut
padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi
serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan
komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat
dan tidak tepat waktu.

Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer


Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80an.
Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk
mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan
proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah
Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM.
Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang perrumahsakitan kurang mendapatkan
hasil yang cukup memuaskan semua pihak. Ketidakberhasilan dalam pengembangan
sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik,
dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam
implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan
dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal
ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang
lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi
sistem yang lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor
mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan.

Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari
peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan
lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti
lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga
berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya.
Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media
komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi
kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai,
sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya. Departemen
Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya
yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat
sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah
dalam upaya upaya kesehatan.

Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur
pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi,
kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan
tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi
Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling
terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat
nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan sistem informasi yang
saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang
dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan di
kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi
kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan
mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya
yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat
dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam
sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu
dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.

Sistem informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau komponen


pengumpulan data yang satu sama lain berkaitan dalam mengolah data kemudian diproses
menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang akurat, cepat dan
bermutu (Hafizurachman, 2000). Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari
komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan
pengaliran informasi. Sistem informasi mempunyai komponen-komponen yaitu proses,
prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier dan
rekanan (Eko, 2001).
Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan komputer
untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang mampu
menunjang aktivitas/fungsi perawat.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar yaitu dari mulai pengkajian
sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya di lapangan, asuhan keperawatan
yang dilakukan belum disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik, sehingga
perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan
bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih
baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Kelompok ad hoc the Nursing Information systems National Study Group (1982)
di USA menghasilkan konsep Sistem Informasi Keperawatan : Suatu sistem komputer
yang digunakan untuk membantu dalam administrasi pelayanan keperawatan, pemindahan
pasien dan mendukung pendidikan dan penelitian keperawatan. Sistem Informasi
Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan komputer untuk memproses data
keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang mampu menunjang aktivitas/fungsi
perawat.

2. Konsep Konsep Pengembangan Sistem Informasi Keperawatan

Untuk mengatasi kekurangan dan ketidakkompakan dari badan kesehatan di


Indonesia maka dibentuklah sistem informasi kesehatan. Dalam melakukan pengembangan
sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para
pembuat rancang bangun sistem informasi, yaitu antara lain :

2.1 Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.

Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung pada penggunaan teknologi


komputer. Sistem informasi yang dimaksud disini adalah sistem informasi yang
berbasis komputer. Hal-hal yang penting dalam pemanfaatan teknologi
komputer/informasi dalam suatu sistem informasi suatu organisasi adalah :

1. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.


2. Informasi yang tersedia tidak relevan.
3. Informasi yang ada tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
4. Informasi yang ada tidak tepat waktu.
5. Terlalu banyak informasi.
6. Informasi yang tersedia tidak akurat.
7. Adanya duplikasi data (redundancy).
8. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2.2 Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.

Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh


dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.

2.3 Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem.

Sistem informasi memiliki umur layak guna, maksudnya panjang pendeknya


umur layak guna sistem informasi ditentukan oleh :

a. Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga


akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang
digunakan sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
b. Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras
maupun perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya
sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini
disebabkan karena :
a) Perangkat keras yang digunakan sudah tidak diproduksi lagi, karena
teknologinya ketinggalan zaman, sehingga layanan pemeliharaan perangkat
keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan pemasok perangkat keras.
b) Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah
mengeluarkan versi baru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai feature
yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi sebelumnya dan
memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang juga telah
berkembang. Jadi mengingat perkembangan teknologi informasi yang
berlangsung dengan cepat, maka pengguna harus sigap dalam
memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.

Yang dimaksud dengan perangkat keras (hardware) adalah peralatan yang


digunakan dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data serta untuk
komunikasi data. Perangkat keras tersebut berupa perangkat elektronik dan/atau
nonelektronik, antara lain berupa kartu, buku register, formulir laporan, jaringan
komputer, dan media koneksi.

Sedangkan yang dimaksud perangkat lunak (software) adalah kumpulan


program komputer yang berisi instruksi atau perintah untuk menjalankan proses
pengelolaan data. Perangkat lunak meliputi perangkat lunak untuk sistem operasi,
perangkat lunak untuk aplikasi, dan perangkat lunak pabrikan yang dapat terintegrasi
dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan fasilitas pelayanan kesehatan

3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan sistem informasi


Keperawatan di Indonesia

Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya,


namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Ada beberapa
faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia yaitu:
a. Saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi keperawatan) yang
menawarkan produk SIM keperawatan yang siap pakai untuk diterapkan di rumah sakit.
Sekalipun memiliki harga yang cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat
mendukung pelaksanaan SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki dana
cukup untuk membeli produk tersebut.
b. Adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang
berupa lembaran kertas. Undang-undang ini merupakan bentuk perlindungan hukum atas
dokumen yang dimiliki pusat pelayanan kesehatan, perusahaan atau organisasi.
c. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung karena sistem ini semaksimal
mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Hanya orang-orang tertentu
saja yang boleh mengakses data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.

Terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di Indonesia:
a. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam
sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak
manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasi keperawatan
di Indonesia, sebagai contoh pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat,
sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim
keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil kebijakan.
Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan apakah SIM
keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan
kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
b. Ketidaksiapan SDM keperawatan, kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak
sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem
komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan
mereka terhadap sistem informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang
kurang tentang manfaat SIM menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM
keperawatan.
c. Faktor sumber dana, sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi
manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya
yang cukup besar . Masalahnya sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana
operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan
karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek keempat adalah kurangnya fasilitas
Information technology yang mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya
membutuhkan banyak perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan
program tersebut.

d. Alternatif Pemecahan Masalah dalam Penerapan sistem informasi Keperawatan di


Indonesia

Ada beberapa alternatif pemecahan masalah dalam penerapan SIM keperawatan di


Indonesia diantaranya;

1. Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit dengan
tim keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di rumah sakit
yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana yang memadai untuk implementasi
SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat tentang pelaksanaan SIM
keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi yang memadai.

2. Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan keperawatan.


3. Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar memiliki pemahaman yang
tepat tentang teknologi informasi dalam keperawatan.
4. Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan
5. Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan aplikasi SIM di Indonesia

e. Trik dan Tips dalam implementasi sistem informasi keperawatan

Menurut Jasun (2006) hal-hal yang harus dipersiapkan dalam penerapan SIM
Keperawatan ialah :

1. Hard Ware

a. Perangkat keras berupa PC / CPU pada masing-masing ruang implementasi,


yang terhubung dengan jaringan.
b. Printer digunakan untuk mencetak dokumen yang telah dibuat..
c. Note Book atau Laptop digunakan untuk memasukan data-data saat penglkajian
di samping pasien. Dengan menggunakan Note Book diharapkan pengkajian
menjadi valid.
d. WiFi adalah perangkat keras untuk menghubungkan Note Book dengan
jaringan, sehingga tidak mengunakan kabe, tapi dengan wireless.

2. Soft Ware

Program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan perawat.

3. Brain Ware

Pembentukan Mind Set bukan sesuatu yang mudah bagi perawat. Istilah
gagap teknologi, tidak percaya diri dengan membawa Note Book ke hadapan pasien,
merasa repot dan lain-lain akan menjadi faktor penentu yang cukup signifikan bagi
keberhasilan penerapan SIM Keperawatan.

4. Skill

Ketrampilan perawat juga merupakan factor penting yang tidak bisa


diabaikan, mengingat standar yang dipakai adalah standar internasional. Bahasa label
dalam NIC adalah sesuatu yang baru, belum popular disamping membutuhkan
pemahaman yang cukup mendalam.

Pendokumentasian keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan dengan


berbasis komputer, walaupun perawat umumnya masih menggunakan
pendokumentasian tertulis. Padahal pendokumentasian tertulis ini sering membebani
perawat karena perawat harus menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia
dan membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering
muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form
pendokumentasian tidak tersedia. Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga
mempunyai kelemahan yaitu sering hilang. Selain itu pendokumentasian secara
tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk
pencarian kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan.

Oleh karena itu pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem


Informasi Manajemen Keperawatan perlu diterapkan, dimana fasilitas yang dibuat
menjadi lebih lengkap, karena memuat berbagai aspek pendokumentasian yaitu
standart operating procedure (SOP), discharge planning, jadwal dinas perawat,
penghitungan angka kredit perawat, daftar diagnosa keperawatan terbanyak, daftar
NIC terbanyak, laporan implementasi, laporan statistik, resume perawatan, daftar
SAK, presentasi kasus on line, mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan
perawat & monitoring aktifitas perawat laporan shift dan monitoring pasien oleh PN
atau kepala ruang saat sedang rapat

Namun dalam penerapan sistem pendokumentasian manajemen keperawatan


ini perlu mempertimbangkan kendala yang ada. Menurut Jasun (2006) kendala yang
dapat muncul antara lain : Pengadaan hardware membutuhkan dana yang cukup
banyak. Dengan seperangkat hardware untuk satu ruang (PC, Notebook, WiFi,
Printerdan PDA) minimal membutuhkan dana yang cukup besar. Maka solusi yang
dapat diambil adalah dengan pengadaan secara bertahap. Kemudian masalah system
baru dimana software yang dibuat relative baru dan sangat teoritis. Dengan demikian
membutuhkan sosialisasi yang terus menerus dan komunikasi yang
berkesinambungan. Disamping itu, dorongan secara psikologis juga diperlukan, agar
perawat percaya diri menggunakan notebook di hadapan pasien.

Dengan memperhatikan hal-hal yang terkait dengan penerapan SIM


Keperawatan, maka Komunitas Perawatan menjadi kelompok yang sangat
berperan dan merupakan motor penggerak profesi keperawatan di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Riwayat Hidup
    Daftar Riwayat Hidup
    Dokumen1 halaman
    Daftar Riwayat Hidup
    Yudith Rezki Noviensyah
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen3 halaman
    Bab III
    Yudith Rezki Noviensyah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen10 halaman
    Bab Ii
    Yudith Rezki Noviensyah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen10 halaman
    Bab Ii
    Yudith Rezki Noviensyah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Yudith Rezki Noviensyah
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Pendidikan Keperawatan
    Sejarah Pendidikan Keperawatan
    Dokumen19 halaman
    Sejarah Pendidikan Keperawatan
    Yudith Rezki Noviensyah
    100% (2)