Anda di halaman 1dari 7

RESUSITASI PADA PASIEN DEWASA

RSUD dr. SOESELO


SLAWI KABUPATEN No. Dokumen : No. Revisi : Halaman 1 dari 7
TEGAL 445/ /2015
Jl. Dr. Sutomo No. 63
Telp. 63 Telp. (0283)
491016
491761, Fax. 491016
Slawi 52419

Ditetapkan,

Tanggal terbit : Direktur RSUD dr. SoeseloSlawi


31 Desember 2015 Kabupaten Tegal
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Widodo Joko Mulyono,M.Kes,MMR
NIP.I9630919 19901 1 001
PENGERTIAN Cardiac Arrest (henti jantung) adalah suatu keadaan di mana
sirkulasi darah berhenti akibat kegagalan jantung untuk
berkontraksi secara efektif yang secara klinis ditandai dengan
tidak adanya nadi dan tanda-tanda sirkulasi lainnya

TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melakukan penanganan henti


jantung pada pasien dewasa.
2. Melakukan usaha penyelamatan nyawa pasien
3. Mengatur agar pelaksanaan tindakan penyelamatan jiwa
dapat terkoordinasi dengan baik
KEBIJAKAN 1. Pelayanan penanganan henti jantung (Resusitasi) adalah
pelayanan yang dilakukan sebagai upaya life saving dalam
kondisi pasien tiba-tiba kolaps, henti napas (respiatory
arrest) maupun henti jantung (cardiac arrest).
2. Undang-Undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Algoritme henti jantung (AHA guidelines for
cardiopulmonary resuscitation, 2010)

PROSEDUR 1. Perawat segera menilai respon pasien dengan cara


menepuk-nepuk, menggoyangkan pasien sambil berteriak
memanggil pasien, jika menemukan pasien dalam kondisi
tidak sadar.

1
RESUSITASI PADA PASIEN DEWASA

RSUD dr. SOESELO No. Dokumen : No Revisi : Halaman 2 dari 7


SLAWI KABUPATEN 445/ /2015
TEGAL
Jl. Dr. Sutomo No. 63
Telp. 63 Telp. (0283)
491016
491761, Fax. 491016
Slawi 52410
PROSEDUR 2. Pasien dianggap mengalami cardiac arrest, apabila respon
tidak ada, tidak bernapas atau bernapas tidak normal
(gasping).
3. Perawat segera meminta pertolongan telp ke operator atau
no 0 (nol) untuk mengaktifkan sistem emergensi. Apabila
terjadi di luar IGD, ICU/ICCU/NICU/PICU dalam rumah
sakit, dilakukan prosedur Code Blue.
4. Operator melakukan paging bahwa ada code blue di
ruangan yang saat itu tejadi code blue
5. Perawat mengecek nadi karotis pada batas antara trakea
dan otot samping leher tidak lebih dari 10 detik, apabila
nadi teraba dengan jelas, perawat memberikan ventilasi
sekali setiap 5-6 detik, cek ulang nadi setelah 2 menit.
6. Apabila nadi tidak teraba, perawat segera memulai
kompresi dada berkualitas tinggi dengan meletakkan
telapak tangan yang telah saling berkaitan disetengah
bawah sternum dengan rasio 30 kali disertai ventilasi 2
kali, selama defibrilator belum datang dan belum
terintubasi
7. Selama dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP), Perawat
yang lain melakukan :
a. Memasang monitor pulse oximetry
b. Menyiapkan defibrilator
c. Mengambil trolley emergency
d. Memasang IV line
e. Membantu Dokter pada waktu melakukan intubasi
f. Melakukan read back instruksi Dokter, melakukan
pemberian obat-obatan, serta mencatatnya dalam
rekam medis dengan lengkap (waktu, dosis, cara
pemberian, nama pemberi, paraf)
g. Membantu memberikan O2, suction, DC shock, dll

2
RESUSITASI PADA PASIEN DEWASA

RSUD dr. SOESELO


SLAWI KABUPATEN
TEGAL
Jl. Dr. Sutomo No. 63
Telp. 63 Telp. (0283) No. Dokumen : No Revisi : Halaman 3 dari 7
491016 445/ /2015
491761, Fax. 491016
Slawi 52410

8. Perawat mengecek irama jantung, shockable atau tidak,


setelah 5 siklus (lihat Algoritme Henti Jantung).
9. Defibrilasi harus dilakukan secepat mungkin, dengan
minimal interupsi sebelum dan sesudah defibrilasi, RJP
segera dilanjutkan setelah setiap defibrilasi
10. Penanganan VT/VF tanpa nadi (shockable), perawat
melakukan :
a. DC shock 360 joule
b. Segera dilanjutkan dengan RJP 5 siklus (2 menit)
c. Cek irama kembali, bila masih VT/VF tanpa nadi
ulangi langkah a, b, c
d. Epinefrin 1mg IV setiap 3-5 menit selang seling tiap 5
siklus RJP dengan Amiodarone pertama 300 mg IV, jika
irama tetap lanjut a,b,c,d dengan dosis Amiodarone
kedua 150 mg IV, selanjutnya hanya menggunakan
Epinefrin 1 mg IV.
e. Obat lain yang dapat diberikan :
1) Vasopresin 40 U IV/IO sekali saja sampai RJP
selesai
2) Lidokain dosis awal 1-1.5 mg/kgBB IV/IO
dilanjutkan 0.5-0.75 mg/kgBB IV/IO, dosis
maksimal 3 mg/kgBB, bila tidak terdapat
Amiodaron
3) MgSO4 1-2 g IV/IO bila irama Torsade de Pointes
f. Pertimbangkan pemasangan alat bantuan napas lanjut
g. Atasi penyebab yang reversibel
11. Penanganan Asistol/PEA (unshockable) :
a. Apabila irama asistol, perawat memastikan terlebih
dahulu :
1) Apakah sandapan/elektroda terpasang dengan baik?
2) Apakah sambungan sandapan elektroda dengan
konektor alat kejut listrik terpasang baik?

3
RESUSITASI PADA PASIEN DEWASA

RSUD dr. SOESELO


SLAWI KABUPATEN No. Dokumen : No. Revisi : Halaman 4 dari 7
TEGAL 445/ /2015
Jl. Dr. Sutomo No. 63
Telp. 63 Telp. (0283)
491016
491761, Fax. 491016
Slawi 52410

3) Apakah batere DC terpasang?


4) Apakah kabel listrik alat DC tersambung baik?
5) Apakah aliran listrik ada?
6) Apakah sudah dicoba memindahkan lead I, II, III
secara bergantian?
7) Apakah sudah dicoba menaikkan amplitudo pada
alat DC supaya g gelombang terlihat lebih jelas?
b. Perawat segera melakukan RJP 5 siklus (2 menit)
c. Perawat mengecek irama asistol kembali setiap 2 menit,
bila tetap sama, ulangi langkah a, b
d. Obat yang dipakai Epinefrin 1 mg IV setiap 3-5 menit
e. Obat lain yang dapat digunakan Vasopresin 40 U IV/IO
sekali saja sampai RJP selesai
f. Perawat mempertimbangkan pemasangan alat bantu
napas lanjut
g. Perawat mengatasi penyebab yang reversibel
Bila irama jantung berubah, prosedur selanjutnya
sesuai algoritme penanganan pasien dengan irama
tersebut.
12. Perawat baru menghentikan RJP bila :
a. Terdapat tanda-tanda ROSC berupa adanya batuk,
napas spontan, pergerakan, nadi teraba, dan tekanan
darah terukur. Dilanjutkan dengan prosedur
penanganan ROSC pasca henti jantung.
b. Setelah dilakukan RJPO dengan baik dan benar selama
30 menit pada pasien asistol/ PEA, tidak
terdapat respon ROSC, terdapat tanda-tanda
kematian biologis yang jelas, kelelahan penolong.
Catatan khusus :

1. Syarat kompresi dada berkualitas tinggi :


a. Frekuensi minimal 100 kali per menit
b. Kedalaman minimal 4-5 cm (2 inches)

4
RESUSITASI PADA PASIEN DEWASA

RSUD dr. SOESELO


SLAWI KABUPATEN
TEGAL No. Revisi : Halaman 5 dari 7
Jl. Dr. Sutomo No. 63 No.Dokumen :
Telp. 63 Telp. (0283) 445/ /2015
491016
491761, Fax. 491016
Slawi 52410

c. Dinding dada harus kembali ke posisi semula di antara


kompresi dada (complete recoil)
d. Minimal interupsi pada saat kompresi dada (< 10 detik)
e. Hindari ventilasi berlebihan
2. RJP yang direkomendasikan sebelum berhasil dilakukan
pemasangan salurannapas lanjut :
a. Pada RJP dengan 2 penolong, ratio 30 kali kompresi
dada banding 2 kali ventilasi
b. Pertukaran posisi antara 2 penolong setiap 5 siklus (2
menit), tidak lebih dari 5 detik
3. Siklus RJP setelah berhasil dipasang alat bantunapas
lanjut :
a. Kompresi dada tanpa putus dengan kecepatan minimal
100 kali permenit
b. Ventilasi bantuannapas 1 kali tiap 6-8 detik (8-10 kali
per menit).
4. Metode membuka jalannapas :
a. Head tilt chin lift maneuver (dorong kepala ke belakang
sambil mengangkat dagu), bila tidak dicurigai ada
trauma tulang leher
b. Jaw thrust (menekan rahang bawah ke arah belakang,
bila dicurigai ada trauma tulang leher)
5. Melakukan ventilasi kantung pernafasan (ambu bag),
dengan cara :
a. Sambungkan alat dengan sumber oksigen 12 liter per
menit
b. Letakkan sungkup menutupi muka dengan teknik E-C
Clamp (jari ke-3,4,5 membentuk huruf E dan
diletakkan di bawah rahang bawah untuk mengekstensi
dagu dan rahang bawah, ibu jari dan telunjuk penolong
membentuk huruf C untuk mempertahankan posisi
sungkup di muka pasien untuk mencegah terjadi
kebocoran di sekitar sungkup dan mulut).

5
RESUSITASI PADA PASIEN DEWASA

RSUD dr. SOESELO


SLAWI KABUPATEN Halaman 6 dari 7
No. Dokumen : No. Revisi :
TEGAL
Jl. Dr. Sutomo No. 63 445/ /2015
Telp. 63 Telp. (0283)
491016
491761, Fax. 491016
Slawi 52410

Tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang faring


dan membuka jalan napas.

c. Memompa kantungnapas dapat dilakukan oleh Perawat


B atau Perawat lain sementara Perawat B melakukan
teknik E-C Clamp
d. Ventilasi dilakukan setelah 30 kali kompresi dada,
sebanyak 2 kali dalam waktu 1 detik setiap hembusan,
pengangkatan dinding dada saat dipompa menandakan
sudah sesuai dengan kapasitas volume tidal.
6. Cara melakukan defibrilasi pada VT/VF tanpa nadi :
a. Nyalakan defibrilator, gunakan energi 360 Joule.
b. Set lead select ganti ke paddles (atau lead I, II, atau
III apabila monitor leads digunakan)
c. Berikan gel secukupnya pada kedua paddle, pastikan
kabel sudah tersambung pada defibrilator
d. Posisikan paddle pada dada pasien : satu di atas
dinding dada depan dan satu lagi pada posisi aksilaris
kiri. Apabila pasien menggunakan alat pacu jantung,
pastikan paddle tidak terletak persis di atasnya.
Pastikan selang oksigen tidak melintang di antara dada
dan paddle, apabila pasien dalam kondisi terintubasi,
selang oksigen harus dilepas sementara dan
dikembalikan segera setelah tindakan.
e. Beritahukan dengan jelas, Defibrilator diisi!
f. Tekan tombol charge pada paddle apex
g. Saat defibrilator terisi penuh, umumkan dengan
jelas,Saya akan melakukan DC syok dengan aba-aba
atas bebas, depan bebas, bawah bebas, saya bebas
(RJP tetap dilakukan sampai pengumuman berakhir)

6
RESUSITASI PADA PASIEN DEWASA

RSUD dr. SOESELO


SLAWI KABUPATEN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman 7 dari 7
TEGAL
Jl. Dr. Sutomo No. 63 445/ /2015
Telp. 63 Telp. (0283)
491016
491761, Fax. 491016
Slawi 52410

h. Setelah penolong lain menjawab, Shock! dan


dipastikan tidak ada penolong yang terhubung ke
pasien, baru kedua tombol discharge pada paddle
ditekan secara bersamaan.
i. Segera dilanjutkan dengan RJP sebanyak 5 siklus (2
menit) baru cek irama jantung kembali, dst. Interupsi
terhadap RJP dilakukan seminimal mungkin.

UNIT TERKAIT Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, Intensive, IBS

Anda mungkin juga menyukai