Anda di halaman 1dari 29

Referat

Demam Berdarah Dengue

Disampaikan oleh:
Vitrosa Yosepta Sera, S.Ked
FAB 116 022

Pembimbing:
dr. Dewi Klarita Furtuna, M.Ked. Klin., Sp.MK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
1 PALANGKA RAYA
2017
Pendahuluan
Penyakit virus dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue tipe I,II III dan IV golongan arthropod borne virus
group B (arbovirus) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albocpitus

Sampai saat ini masih sering dijumpai penderita Demam


Berdarah Dengue (DBD) yang semula tidak tampak berat
secara klinis dan laboratoris, namun mendadak syok sampai
meninggal dunia.

.Mengingat infeksi dengue termasuk dalam 10 jenis penyakit


infeksi akut endemis di Indonesia maka seharusnya tidak boleh
lagi dijumpai misdiagnosis atau kegagalan pengobatan
Menegakkan diagnosis DBD pada stadium dini sangatlah
sulit karena tidak adanya satupun pemeriksaan diagnostik
yang dapat memastikan diagnosis DBD dengan sekali
periksa, oleh sebab itu perlu dilakukan pengawasan
berkala baik klinis maupun laboratoris
Demam Berdarah Dengue
Definisi
Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok.2
Epidemiologi
insiden DBD meningkat setiap tahun. Insiden tertinggi
pada tahun 2007 yakni 71,78 per 100.000 pddk, namun
pada tahun 2008 menurun menjadi 59,02 per 100.000
penduduk. Walaupun angka kesakitan sudah dapat ditekan
namun belum mencapai target yang diinginkan yakni <20
per 100.000 penduduk.
Epidemiologi

Keterangan : Biru : area infestasi Aedes aegypti.Merah : area


infestasi Aedes aegypti dan epidemic dengue
Epidemiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan
penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu :
(1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi,
(2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali,
(3) Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di
daerah endemis, dan
(4) Peningkatan sarana transportasi.
Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan
oleh virus dengue, yang termasuk dalam group B arthropod
borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat
rantai tunggal dengan berat molekul 4x10
Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti
dan nyamuk Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti
merupakan nyamuk yang paling sering ditemukan.
Patogenesis
Patogenesis terjadinya syok pada DBD
Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
Demam atau riwayat demam akut, antara 2 7 hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
Hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma) sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan
jenis kelamin
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya
Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.
WHO membagi DBD menjadi 4 :
Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda
dan gejala klinis (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegali), tanpa
perdarahan spontan, trombositopenia dan hemokonsentrasi, uji
tourniquet positif.
Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain seperti mimisan, muntah darah dan berak darah.
Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah (hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah, sianosis
disekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tand adini renjatan).
Renjatan berat (DSS) / Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur
Manifestasi Klinis
Demam
Demam yang mendadak tanpa sebab yang jelas, continue,
bifasik.
Perdarahan
Perdarahan tanda lainnya ptekie, purpura, ekomosis, epitaksis
dan perdarahan gusi, hematemesisi melena.
Uji tourniquet positif jika terdapat lebih dari 20 ptekie dalam
diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian volar termasuk fossa
cubiti.
Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan
tanpa disertai ikterus. Umumnya bervariasi, dimulai dengan
hanya dapat diraba hingga 2-4 cm di bawah lengkungan iga
kanan
Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada
hari ke-3 dan ke-7 sakit.
Kegagalan sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi terasa cepat
dan lemah disertai penurunan tekanan nadi kurang dari 20
mmHg. Terjadi hipotensi dengan tekanan darah kurang dari 80
mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan pasien terlihat gelisah.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
Urine
Kadar albumine urine positif (albuminuria) (Vasanwala, Puvanendran,
Chong, Ng, Suhail, Lee, 2011).
Foto thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura.
Umumnya posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan)
lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi
berdiri apalagi berbaring.
USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan
sebagai pertimbangan karena tidak menggunakan system pengion
(Sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada
abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG
dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnose penyakit yang
mungkin muncul lebh berat misalnya dengan melihat ketebalan
dinding kandung empedu dan penebalan pancreas.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis Serologis
Uji hemaglutinasi inhibisi (Uji HI)
Uji komplemen fiksasi (uji CF)
Uji neutralisasi
IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Identifikasi Virus dengan PCR
Diagnosa banding
Demam tifoid,campak, influenza hepatitis, demam,
chikungunya, leptospirosis, dan malaria. Adanya
trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi
dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.
Demam berdarah dengue harus dibedakan dengan
demam chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh
anggota keluarga dapat terserang dan penularannya
mirip dengan influenza. Bila dibandingkan dengan DBD,
DC memperlihatkan serangan demam mendadak,
masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir
selalu disertai ruam makulopapular. Pada DC tidak
ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.
Diagnosa Banding
Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada
beberapa penyakit infeksi, misalnya sepsis, meningitis
meningokokus. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit
berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi.
Disamping itu jelas terdapat leukositosis disertai dominasi sel
polimorfonuklear (pergeseran kekiri pada hitung jenis)
pemeriksaan LED dapat dipergunakan untuk membedakan
infeksi bakteri dengan virus. Pada meningitis meningokokus,
jelas terdapat gejala rangsangan meningeal dan kelainan pada
pemeriksaan cairan serebrospinal
Tatalaksana DBD
Tatalaksana DBD
Tatalaksana DBD
Tatalaksana kasus
DBD derajat II
dengan peningkatan
hematokrit >20%[
Tatalaksana DBD
Tatalaksana kasus DBD derajat III dan IV (Sindrom
Syok Dengue/SSD)
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
Kegiatan pokok
Pengamatan dan penatalaksanaan penderita
Setiap penderita/tersangka DBD yang dirawat di rumah sakit/puskesmas
dilaporkan secepatnya ke Dinas Kesehatan Dati II. Penatalaksanaan
penderita dilakukan dengan cara rawat jalan dan rawat inap sesuai
dengan prosedur diagnosis, pengobatan dan sistem rujukan yang
berlaku.3
Pemberantasan vektor
Pemberantasan sebelum musim penularan meliputi perlindungan
perorangan, pemberantasan sarang nyamuk, dan pengasapan.
Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk bisa dilakukan
dengan meniadakan sarang nyamuk di dalam rumah dan memakai
kelambu pada waktu tidur siang, memasang kasa di lubang ventilasi dan
memakai penolak nyamuk. Juga bisa dilakukan penyemperotan dengan
obat yang dibeli di toko seperti mortein, baygon, raid, hit dll.3
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
Penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi
Penyuluhan perorangan dilakukan di rumah pada waktu
pemeriksaan jentik berkala oleh petugas kesehatan atau petugas
pemeriksa jentik dan di rumah sakit/puskesmas/praktik dokter
oleh dokter/perawat. Media yang digunakan adalah leaflet, flip
chart, slides, dll.
Penyuluhan kelompok dilakukan kepada warga di lokasi
sekitar rumah penderita, pengunjung rumah sakit/puskesmas/
posyandu, guru, pengelola tempat umum, dan organisasi sosial
kemasyarakatan lainnya.
Kesimpulan
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopeni, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok.

Peran dokter dalam program pemberantasan DBD adalah


penemuan, diagnosis, pengobatan dan perawatan penderita,
pelaporan kasus dan penyuluhan. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka pengetahuan patofisiologi, patogenesis,
manifestasi klinis/laboratoris DBD, pengenalan vektor dan
pemberantasannya adalah sangat penting
Daftar Pustaka
Hadinegoro S.R.H, Soegijanto S, dkk. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan.. Edisi 3. Jakarta. 2004.
Suhendro dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta, Juni 2006. Hal. 1731-5.
Sungkar S. Demam Berdarah Dengue. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ikatan Dokter
Indonesia.Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta, Agustus 2002.
Asih Y. S.Kp. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian.
World Health Organization. Edisi 2. Jakarta. 1998.
Gubler D.J. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. PubMed Central Journal List. Terdapat di:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1508601. Diakses pada: 2009,
Desember 29.
Gubler DJ, Clark GG. Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever:The Emergence of a Global Health
Problem. National Center for Infectious Diseases
Centers for Disease Control and Prevention
Fort Collins, Colorado, and San Juan, Puerto Rico, USA. 1996. Terdapat di:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8903160. Diakses pada: 2009, Desember 29.
Fernandes MDF. Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever. Infectious disease. Terdapat di:
http://www.medstudents.com.br/dip/dip1.htm. Diakses pada: 2009, Desember 29.
World Health Organization. Dengue and dengue haemorrhagic fever. Terdapat di:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/htm. Diakses pada: 2009, Desember 29.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai