Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sterilisasi dan Desinfektan

2.1.1 Pengertian Sterilisasi

Steril (Suci Hama) artinya bebas dari segala mikroba baik pathogen maupun
tidak. Tindakan untuk membuat suatu benda menjadi steril disebut
sterilisasi. Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,
bahan, media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan
kehadirannya baik yang patogen maupun yang pathogen atau bisa juga
dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.

Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah


pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan
keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk
menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme dan di
dalam bidang bidang lain pun sterilisasi ini juga penting. Sterilisasi banyak
dilakukan di rumah asakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Steralisasi
juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau
kuman apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau
kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau
bahkan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas
kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:

a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan


masih berfungsi.

1|Sterilisasi dan Desinfeksi


b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi
label yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah,
dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.

c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.

d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum


waktu mensteril selesai.

e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang


steril

f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka


pembungkusnya, bila terbuka harus dilakukan steralisasi
ulang.

2.1.2 Pengertian Desinfeksi

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan


bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang
tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini
dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi
digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai
antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.

Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut


dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat
proses disinfeksi. Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen
pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh
beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat
membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat
membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.

2|Sterilisasi dan Desinfeksi


Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga
desinfektan seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk
mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan
diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila
permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.

Kriteria desinfeksi yang ideal:

a) Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme


pada suhu kamar
b) Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH,
temperatur dan kelembaban
c) Tidak toksik pada hewan dan manusia
d) Tidak bersifat korosif
e) Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f) Tidak berbau atau baunya disenangi
g) Bersifat biodegradable atau mudah diurai
h) Larutan stabil
i) Mudah digunakan dan ekonomis
j) Aktivitas berspektrum luas

2.2 Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi

Tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah:

a) Mencegah terjadinya infeksi


b) Mencegah makanan menjadi rusak
c) Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industry
d) Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam
melakukan biakan murni.

3|Sterilisasi dan Desinfeksi


2.3 Metode Sterilisasi

Metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu metode fisik dan metode kimia.
Metode sterilisasi kimia dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia,
sedangkan metode sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan cara panas baik
panas kering maupun panas basah, radiasi, dan filtrasi.

2.3.1 Metode Sterilisasi Fisik

a) Sterilisasi Panas

Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling dapat dipercaya


dan banyak digunakan. Metode sterilisasi ini digunakan untuk bahan
yang tahan panas. Metode sterilisasi panas tanpa kelembaban (tanpa
penggunaan uap air) disebut metode sterilisasi panas kering atau
sterilisasi kering.

Umumnya untuk bahan yang sensitif terhadap kelembaban digunakan


metode sterilisasi panas kering pada temperatur 160-180oC, sedangkan
untuk bahan yang resisten kelembaban digunakan metode sterilisasi
panas basah pada temperatur 115-134 oC.

Macam-macam cara sterilisasi dengan pemanasan

1. Pemanasan dengan Nyala Api Di laboratorium mikrobiologi


cara ini dipakai untuk membuat steril jarum inokulasi, pipet dan
sebagainya. Dalam kehidupan seharisehari, misalnya membakar
peniti sebelum dipakai mengeluarkan duri atau nanah. Cara ini
juga dapat digunakan untuk mensterilkan pisau operasi dalam
keadaan darurat.
2. Pemanasan dengan Udara Panas (Dry Heat Oven)/Panas Kering
Cara ini dipakai untuk membuat steril alat-alat dari gelas seperti
tabung reaksi, petridish, botol dan alat-alat dari katun. Dengan
cara ini pemanasan dilakukan sampai suhu 170oC selama 1 jam
atau 140oC selama dua jam. Bila ada bahan dari katun, suhu

4|Sterilisasi dan Desinfeksi


jangan lebih dari 180oC karena akan terbakar. Juga pada
pendinginannya, bila suhu belum mencapai 100oC, oven jangan
dibuka dulu sebab alat-alat dari gelas akan pecah karena
pendinginan yang mendadak (Indan Endjang, 2003: 43).
Kelebihan menggunakan sterilisasi ini diantaranya, hasil kering
dapat digunakan untuk bahan termostabil, seperti alat-alat gelas
dan mudah dilaksanakan. Kekurangan: waktu yang dihabiskan
cukup lama, penetrasi panas terbatas pada lapisan tertentu, dan
dibutuhkan tenaga listrik besar.
3. Merendam dalam Air Mendidih (Menggodok)
Merendam dalam air mendidih (menggodok) adalah cara yang
mudah, murah, dan cukup efektif sebagai tindakan desinfeksi.
Air mendidih pada tekanan 1 atmosfer, suhunya 100oC dengan
menggodok bentuk vegetatif akan mati dalam waktu 5-15 menit
sedangkan bentuk spora akan mati dalam waktu 1-6 jam. Cara
ini bayak digunakan untuk membuat steril jarum dan pompa
suntik atau alat-alat operasi asalkan dipastikan bahwa alat-alat
tersebut tidak berhubungan dengan sumber-sumber spora seperti
debu tanah. Lama penggodokan dengan cara ini adalah 15-30
menit dan akan lebih baik ita ditambahkan 1-3% Na2CO3 karena
mempunyai daya untuk menghancurkan dinding spora. Dengan
cara ini, mungkin masih terdapat spora. Dalam kehidupan
sehari-hari dipakai untuk desinfeksi botol susu dan dot bayi.
4. Sterilisasi dengan Uap Air yang Ditekan atau Sterilisasi Panas
Basah (Uap)
Proses sterilisasi termal meggunakan uap jenuh di bawah
tekanan berlangsung di suatu bejana yang disebut autoclave.
Metode yang paling sering digunakan. Suhu 1210C selama 15-
20 menit tergantung bahan/prosedur sterilisasi. Prinsip: Udara di
dalam bejana diganti dengan uap jenuh.
Fase Siklus Sterilisasi

5|Sterilisasi dan Desinfeksi


Pemanasan/Vakum (Conditioning)
Fase Pemaparan Uap (Exposure) 132C 2 121C 12 116C
30
Pembuangan Uap (Exhaust)
Fase Pengeringan (Drying)
Metode ini paling banyak digunakan karena hampir 80%
alat dan bahan dapat disterilkan dengan metode ini, seperti
karet. Biaya operasional cukup rendah dibanding metode
lain. Temperatur merata pada setiap tempat selama proses.
Cepat dan hasil kering (Indan Endjang, 2003: 44).
5. Pemanasan dengan Uap yang Mengalir Prinsipnya sama dengan
dandang untuk menanak nasi. Cara ini pertama kali dilakukan
oleh Robert Kock suhu uap air pada tekanan barometer 76 cm
Hg adalah 100o C. Dengan cara ini hanya membunuh bakteri
bentuk vegetatif. Di laboratorium cara ini dipakai untuk
mematikan mikroba pathogen, sebelum alat-alat tersebut dicuci
agar tidak membahayakan. Lamanya pemanasan adalah 1 jam,
sedangkan membunuh bentuk spora perlu waktu 2-16 jam (Indan
Endjang, 2003: 44).
6. Cara sterilisasi Benda-benda yang Tidak Tahan Suhu Tinggi
Pasteurisasi
Dengan pasteurisasi tidak membuat steril, tetapi hanya
membunuh mikroba tertentu saja. Pasteurisasi dilakukan
terhadap air susu juga pada pembuatan anggur. Suhu yang
diberikan bergantung pada mikroba yang akan dibunuhnya.
Tyndalisasi
Dengan pasteurisasi kita membuat steril suatu benda secara
fraksi (sebagian-sebagian). Cara ini dilakukan untuk
membuat steril benda-benda yang tidak tahan suhu lebih dari
100oC. Caranya:

6|Sterilisasi dan Desinfeksi


Hari pertama, benda yang akan disterilkan
dipanaskan dengan uap air yang mengalir dengan
100oC selama 30 menit. Kemudian, dimasukkan
inkubator (lemari pengeram) selama 24 jam.
Hari kedua, pemanasan dan pengeraman diulang
lagi. Hari ketiga diulangi untuk ketiga kalinya dan
sterilisasi dianggap selesai (Indan Endjang, 2003:
46).

b) Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi)

Metode sterilisasi dengan pengeringan digunakan untuk bahan yang


sensitif terhadap panas misalnya enzim. Pada proses ini digunakan
membran filter yang terbuat dari selulosa asetat. Kerugian prosedur ini
adalah biaya yang mahal serta filter yang mudah mampat akibat filtrat
tertinggal pada saringan sehingga harus sering diganti. Kerugian yang
lain adalah meskipun memiliki pori-pori yang halus, membram filter
tidak dapat digunakan untuk menyaring virus. Jenis filter yang sering
digunakan adalah filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) (Sylvia
T. Pratiwi, 2008: 140).

c) Dengan Pengeringan

Pengeringan akan menyebabkan larutan di sekeliling mikroba menjadi


hipertonis, sehingga air keluar dari sel mikroba dan mikroba mati.
Gangguan tekanan osmotik ini akan diperhebat bila ditambahkan garam
dan bumbu-bumbu, seperti halnya pada pembuatan ikan asin atau
dendeng. Cara ini bukanlah tindakan sterilisasi, melainkan pengawetan,
karena dengan pengeringan ini hanya menyebabkan berhentinya
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba (Indan Endjang, 2003:
47).

7|Sterilisasi dan Desinfeksi


d) Sterilisasi dengan Radiasi

Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi dilakukan dengan


menggunakan sinar UV ataupun dengan metode ionisasi. Sinar UV
dengan panjang gelomabang 260 nm memiliki daya penetrasi yang
rendah sehingga tidak mematikan mikroorganisme namun dapat
mempenetrasi gelas, air, dan substansi lainnya. Sinar UV ini bereaksi
dengan asam nukleat sel mikroorganisme dan menyebabkan ikatan
antara molekulmolekul timin yang bersebelahan dan menyebabkan
terbentuknya diimer timin. Dimer timin dapat menghalangi replikasi
DNA normal dengan menutup jalan enzim replikasi. Penggunaan
sterilisasi dengan sinar UV antara lain untuk sterilisasi kabinet dan
ruangan. Endospora bakteri resisten terhadap sinar UV. Metode
sterilisasi dengan ionisasi sebesar 2,5 Mrad dapat mempenetrasi jauh ke
dalam objek. Penggunaan teknik ini, misalnya dengan radiasi gamma
dari kobalt-60, lebih kuat daya tembusnya dibandingkan dengan cahaya
UV dan tidak dilakukan dalam laboratorium. Metode sterilisasi ini
ditujukan untuk merusak asam nukleat mikroorganisme dan digunakan
untuk bahan-bahan yang tidak dapat disterilisasi menggunakan panas,
contohnya bahan plastik sekali pakai (disposable plasticware),
antibiotik, hormon, dan jarum suntik (syrnge) (Sylvia T. Pratiwi, 2008:
140-141).

e) Pendinginan
Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroba terhenti. Cara ini dipakai untuk mengawetkan bahan makanan
yang mudah membusuk, misalnya daging, karena pada suhu rendah ini,
bahan makanan itu tidak akan dirombaknya. Pada suhu -20oC (minus
dua puluh derajat Celcius) (suhu lemari pendingin pada umumnya)
mikroba tidak bisa merombak makanan sehingga tidak terjadi
pembusukan. Beberapa bakteri mati pada suhu 0oC misalnya Neisseria
gonorrhoea, Treponema pallida (Indan Endjang, 2003: 41-42).

8|Sterilisasi dan Desinfeksi


2.3.2 Metode Sterlisasi Kimia

Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan-bahan rusak bila disterilkan


pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari plastik). Kekuatan agen
antimikroba kimiawi diklasifikasikan atas dasar efisiensinya dalam
membunuh mikroorganisme. Seluruh gremisida diklasifikasikan sebagai
kategori tingkat tinggi karena efektif terhadap seluruh bentuk kehidupan
termasuk endospora bakteri (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 141-142). Metode
sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas (dengan cara
fumigasi atau pengasapan) atau radiasi. Beberapa bahan kimia yang dapat
digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilen oksida, gas formaldehid, asam
parasetat, dan glurtaradehid alkalin. Sterilisasi kimia dapat juga dilakukan
dengan penggunaan cairan desinfektan berupa senyawa aldehid, hipoklorit,
fenolik, alkohol (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 142).

2.4 Macam-Macam Desinfeksi

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan


bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang
tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini
dinamakan antiseptik.

Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan


mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda
mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya.

Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut


dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat
proses disinfeksi. Macam-macam desinfektan yang digunakan:

9|Sterilisasi dan Desinfeksi


a) Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi
kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang
kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak
menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh
karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
b) Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada
kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid
merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk
mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa
steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan
akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi
kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan
sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri
vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu
10- 20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
c) Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas
dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya
0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub),
0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan
antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai
desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+)
maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan
oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
d) Senyawa Halogen
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion
halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada
logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros,
Domestos, dan Betadine).

10 | S t e r i l i s a s i d a n D e s i n f e k s i
e) Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak
oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah.
Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak
digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
f) Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak
digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri
dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).

Desinfeksi permukaan

Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.


Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa
kelompok mikroorganisme, disinfektan tingkat tinggi dapat membunuh virus
seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio,
hepatitis B atau M. tuberculosis. Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai
salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit
:

Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan


baru setiap hari dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini
tetap efektif namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.

Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%)


dilarutkan dengan perbandingan 1: 32 dan larutan tersebut tetap stabil
untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah efek tinggal dan kurang
menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.

Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan


perbandingan 1:10 hingga 1: 100, harganya murah dan sangat efektif.
Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif,
terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu menyebabkan

11 | S t e r i l i s a s i d a n D e s i n f e k s i
pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam
renang. Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu
dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki
efektifitas tingkat menengah bila permukaan tersebut dibiarkan basah
untuk waktu 10 menit

2.5 Cara-Cara Sterilisasi

1. Rebus
Yaitu mensterilkan alat didalam air yang mendidih (!00 C) selama 15-
20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan karet.

2. Stoom
Yaitu mensterilkan alat dengan uap panas dalam autoclave dengan
waktu, suhu dan tekanan tertentu. Alat alat yang dapat disterilkan dengan
autoclave antara lain alat tenun.

3. Panas Kering: menggunakan oven dengan panas tinggi


Macam macam alat yang dapat disterilkan dengan cara ini adalah:
Alat-alat logam yang tajam.
Alat-alat dari kaca.
Obat-obat tertentu
Alat tenun dan karet tidak boleh memakai cara ini karena dapat
terbakar dan rusak.

4. Dengan Bahan Kimia


Cara ini hanya dapat digunakan untuk alat-alat yang cepat rusak bila kena
panas misalnya sarung tangan, kateter, dll.

Obat obatan yang dipakai misalnnya:


Alcohol 70 %
Sublimat 1/1000 untuk kapas yang direndam selam 24 jam.

12 | S t e r i l i s a s i d a n D e s i n f e k s i
Uap formalin untuk mensterilkan sarung tangan, kateter dan lain-
lain dalam tromol atau stoples tertutup selam 24 jam. Untuk satu
tromol / stoples ukuran 1 liter digunakan 4 tablet formalin 50 gram
dalam waktu 24 jam.

2.6 Macam-Macam Desinfektan dan Antiseptik Dari Sumber Lain


a) Garam Logar Berat

Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam
jumlah yangkecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal
ini mudahsekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari
logam berat itumudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam
dan lagipula mahalharganya. Meskipun demikian, orang masih biasa
menggunakan merkuroklorida(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk
tubuh manusia lazimnya kita pakaimerkurokrom, metafen atau mertiolat.

b) Zat Pewarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya
bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif,
walaupun beberapakhamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan,
bergantung pada konsentrasi zatpewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna
itu berkombinasi dengan protein ataumengganggu mekanisme reproduksi
sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain
yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau
cemerlang.
c) Klor dan Senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor
dengankapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak
dipakai untukmencuci alat-alat makan dan minum.
d) Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis Larutan fenol 2 4% berguna
sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baikkhasiatnya daripada
fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol;

13 | S t e r i l i s a s i d a n D e s i n f e k s i
lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektanyang lain.
Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-
bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
e) Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi
jugabeberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai
bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic.
Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan
oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati.
Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada
kulit, tetapi konsentrasiyang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.

f) Alkohol

Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan
benzylalcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama
karena efekpreservatifnya (sebagai pengawet).

g) Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas.
Agenini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida.
Dalamlarutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
h) Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen
pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting
yang membuatsenyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah
kemampuannya untukmenembus ke dalam dan melalui pada dasarnya
substansi yang manapun yangtidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini
telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah-
rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam
aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan
dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida

14 | S t e r i l i s a s i d a n D e s i n f e k s i
i) Hidogen Peroksida

Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena


kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering
digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di
dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.

j) Betapropiolakton

Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida.
Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih
besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif.
Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan cair
mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat,
sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.

k) Senyawa Amonium Kuaterner


Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya
mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen.

2.7 Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi


Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media,
dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik
yang pathogen maupun yang patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses
untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk
vegetative maupun bentuk spora. Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh
mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal
ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan,
jika sterilisasi dan desinfeksi memiliki perbedaan yang khas, walaupun tetap
memiliki tujuan yang sama. Namun sterilisasi memiliki guna yang lebih besar,
dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman penyebab penyakit.

15 | S t e r i l i s a s i d a n D e s i n f e k s i
2.8 Cara-Cara Desinfeksi
1. Dengan Cara Mencuci
a) Mencuci tangan dengan sabun, dibersihkan dan disiram dengan
alcohol 70%.
b) Mencuci luka lama dengan H2O2, bethadin dll.
c) Mendesinfeksi kulit yang akan di operasi dengan yodium tincture 3 %
dan dilanjutkan dengan alcohol 70%.
d) Mencuci vulva dengan sublimat 1/1000 atau PK 1/1000

2. Dengan Cara Mengoleskan


a) Mercurochroom (obat merah) pada luka.
b) Alcohol 70% bethadin dengan lain-lain pada luka bekas jahitan.

3. Cengan Cara Merendam


a) Merendam tangan dengan larutan Lysol %
b) Merendam alat-alat perawatan / kedokteran setelah dipakai dengan
larutan Lysol selama 3-5 % 2 jam atau lebih.
c) Alat tenun yang telah dipakai oleh klien berpenyakit menular
direndam dalam laarutan Lysol 3-5% 24 jam.

4. Dengan Cara Menjemur Dibawah Sinar Matahari.


a) Menjemur kasur, bantal, tempat tidur dan lain-lain selama 2 jam
atau lebih.
b) Menjemur alat-alat perawatan misalnya urinal, panic-panci dll.
2.9 Alat-alat Yang Disterilisasi dan Disinfeksi

A. Logam, misalnya pinset, gunting, specuhum, bak instrument dll


B. Kaca, misalnya semprit, tabung kima dll
C. Karet, misalnya kateter, sarung tangan, paipa lambung, drain, sonde dll
D. Ebonite, misalnya kanula rectum, kanula trachea, dll
E. Email, misalnya bengkok, sputum pot, labu kemih, dll

16 | S t e r i l i s a s i d a n D e s i n f e k s i
F. Porselen, misalnya mangkok, piring, cangkir, dllPlastic misalnya
selang infuse dll
G. Tenunan misalnya kain kassa, tampon, dock operasi, baju, sprei, sarung
bantal, dll.

17 | S t e r i l i s a s i d a n D e s i n f e k s i
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Agus. 2013. Sterilisasi dan Desinfeksi.


http://akpermalahayatimedan.blogspot.co.id/2013/05/v-sterillisasi-dan-
desinfeksi.html Diakses pada tanggal 16 Februari 2017

Rizki, Novita. 2015. Makalah Sterilisasi. http://dokumen.tips/documents/makalah-


sterilisasi-560437c647483.html Diakses pada tanggal 16 Februari 2017.

Thahir, Iphink. 2013. Sterilisasi dan Desinfeksi.


https://www.scribd.com/doc/186841219/Sterilisasi-Dan-Desinfeksi Diakses pada
tanggal 16 Februari 2017.

18 | S t e r i l i s a s i d a n D e s i n f e k s i

Anda mungkin juga menyukai