Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN PROSEDURAL

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menguji aktivitas obat antidiare dan
pencahar/laksatif pada hewan percobaan dengan menggunakan metode transit
intestinal. Metode transit intestinal adalah metode yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi obat antidiare dan laksatif berdasarkan pengaruhnya pada rasio
jarak usus yang ditempuh marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus
seluruhnya pada hewan percobaan. Prinsip dari metode transit intestinal adalah
obat antidiare akan memperkecil rasio sedangkan obat pencahar akan
memperbesar rasio.

Marker yang digunakan dalam percobaan ini adalah tinta cina. Marker
digunakan untuk mewarnai dinding usus sehingga dapat dilihat panjang usus yang
dilalui oleh marker untuk melihat kerja obat. Tinta cina digunakan karena mudah
diperoleh, murah, stabil, tidak toksik serta tidak dapat diserap oleh dinding usus.

Pada percobaan ini digunakan mencit sebagai hewan percobaan karena


mencit mempunyai anatomi dan fisiologi yang hampir sama dengan
manusia.Mencit yang digunakan adalah mencit yang sehat dengan berat badan
20-30 gram, mata bersinar, bulu tidak berdiri, dan tingkah laku normal. Mencit
yang digunakan terlebih dahulu dipuasakan selama 18 jam karena apabila dalam
usus ada makanan maka akan mempengaruhi gerak peristaltik usus, Terdapat 4
kelompok yang masing-masing kelompok mempunyai 3 mencit. Pada kelompok
pertama sebagai lead diberikan zat uji loperamid dan bisakodil. Pada kelompok
kedua diberikan larutan PGA 2% sebagai kontrol negatif. Pada kelompok ketiga
diberikan kontrol bisakodil . Pada kelompok keempat diberikan kontrol
loperamid.

Pertama-tama mencit ditimbang dengan timbangan mencit lalu dihitung dosis


oral untuk PGA, loperamid dan bisakodil. Pada kelompok yang diberikan kontrol
negatif yaitu larutan PGA 2 % diberikan PGA secara oral. Mencit yang telah
diberikan PGA diletakkan di atas kertas lalu diamati frekuensi defekasi, waktu
munculnya defekasi dan bobot dari feses pada menit ke 45, 75, 105, dan 135.
Pada menit ke 45 mencit diberikan tinta cina secara oral dan bobot feses
ditimbang. Bobot feses ditimbang lagi setiap menit ke 75, 105 dan 135. Setelah
menit ke 135 mencit di dislokasi untuk melihat panjang usus yang dilalui marker.
Kemudian dihitung rasio jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus
seluruhnya.

Pada kontrol uji loperamid dan bisakodil dilakukan prosedur yang sama
dengan prosedur kontrol negatif hanya saja pada saat awal diberikan zat uji yang
telah disuspensikan menggunakan PGA. Loperamid digunakan sebagai obat
antidiare. Diare merupakan suatu keadaan dimana frekuensi defekasi melebihi
frekuensi normal dan konsistensi feses yang encer. Diare menyebabkan feses
mengandung lebih banyak cairan serta elektrolit sehingga penderita diare akan
merasa lemas. Loperamid merupakan obat antidiare golongan opiat dan termasuk
turunan difenoksilat. Loperamid bekerja dengan cara memperlambat motilitas
saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.
Loperamid sebagai antidiare disebabkan karena ikatannya dengan reseptor opioid.
Apabila reseptor opioid diaktifkan maka akan menghambat pelepasan asetilkolin
sehingga terjadi penurunan peristaltik usus dan diare dapat terhenti. Loperamid
tidak menimbulkan kecanduan karena tidak mempengaruhi SSP. Bisakodil
digunakan sebagai pencahar atau laksatif. Konstipasi adalah keaadan dimana
defekasi tidak berlangsung atau terhenti atau tidak lancar. Bisakodil dapat
merangsang sekresi cairan dan saraf pada mukosa sehingga terjadi kontraksi kolon
dan mengakibatkan peristaltik meningkat sehingga feses dapat dikeluarkan.
Dihitung rasio jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya.

Pada kelompok lead diberikan bisakodil terlebih dahulu sebanyak 1 ml


sebagai induksi diare. Pada menit ke 45 masing-masing mencit diberikan tinta
cina sebanyak 0,5 ml lalu setelah 30 menit mencit diberikan loperamid sebanyak 1
ml. Lalu dilakukan pengamatan frekuensi defekasi dan bobot feses pada rentang
waktu 45,75, 105, dan 135. Lalu di dislokasi untuk melihat panjang usus yang
dilalui marker. Kemudian dihitung rasio jarak yang ditempuh marker terhadap
panjang usus seluruhnya.
Selanjutnya dilakukan evaluasi hasil pengamatan dengan menggunakan
student t test dan ANAVA.

Anda mungkin juga menyukai