Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KESEHATAN DAN GIZI AUD

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5
FITRI ARFIKA LATIFSAN
NURRAHMAH
RIFKAFIL ARDILLA
SUHAILA

DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Fitriana

Jurusan Pendidikan Guru PAUD


Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala
Tahun Akademik 2015/2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan mengucapkan Alhamdulilah Hirabbil Alamin kami mengucapkan rasa puji


syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga
atas izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai "Status Penilaian Gizi
Secara Tidak Langsung" ini.
Shalawat dan salam tak lupa kami haturkan kepada nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan.Terima
kasih kami ucapkan kepada Ibu Dra. Fitriana selaku dosen pembimbing dan terima kasih
pula kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya makalah ini tak pernah luput dari kesalahan dan kekurangan baik itu di
segi penulisan ataupun penyusunan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini di kemudian.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Banda Aceh, 10 Mei 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 1
BAB 2................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 2
2.1. Pengertian Status Gizi ............................................................................................................. 2
2.2. Metode Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung ........................................................... 2
2.3 Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Penilaian........................... 13
BAB 3........................................................................................................................................... 14
LAMPIRAN ..................................................................................................................................... 14
3.1 Daftar Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Di Indonesia .............................................. 14
BAB 4............................................................................................................................................... 16
PENUTUP ........................................................................................................................................ 16
4.1 KESIMPULAN ...................................................................................................................... 16
4.2 KRITIK DAN SARAN .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifactor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sector terkait.
Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,
pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada
kasus tertentu seperti dalam keadaan krisis seperti bencana, perang, krisis ekonomi, dll,
masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu
kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari
akan hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya.
Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga
masalah kemiskinan, pemerataan dan masalah kesempatan kerja. Oleh karena itu
dibutuhkan beberapa pengetahuan untuk memahami bagaimana pemerolehan gizi yang
cukup bagi kehidupan, yaitu dengan status penilaian gizi.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apakah pengertian dari pengertian status gizi?
b) Apa sajakah jenis penilaian status gizi secara tidak langsung
c) Hal-hal apa sajakah yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian
gizi secara tidak langsung?

1.3 Tujuan Penulisan


a) Memahami arti dari status gizi
b) Mengetahui beberapa jenis penilaian status gizi secara tidak langsung
c) Mengetahui hal-hal apa sajakah yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
metode penilaian gizi secara tidak langsung

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Status Gizi
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penilaian status gizi, ada baiknya terlebih
dahulu kita memahami arti dari status gizi itu sendiri. Beberapa ahli telah mengemukakan
pendapatnya mengenai arti dari status gizi (dalam Supariasa, 2002), antara lain:
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh: Gondok merupakan
keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa.
2002). Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu
dalam suatu variabel (Hadi, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil
akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya
(Gibson, 1990). Sedangkan Riyadi (1995) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan
kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan (absorpsi) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan yang ditentukan
berdasarkan ukuran tertentu.
Jadi, dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi merupakan
ekpresi dari keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh zat-zat gizi tertentu.

2.2. Metode Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu Survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan
diuraikan sebagai berikut:

A. Survei konsumsi makanan


Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data
konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survei dapat mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan zat gizi. Banyak pegalaman membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian
konsumsi makanan banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Oleh karena itu
diperlukan pemahaman yang baik tentang cara-cara melakukan survey konsumsi makanan,
baik untuk individu, kelompok maupun rumah tangga.

2
Secara umum tujuan survey ini adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat perorangan,
kelompok maupun rumah tangga serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi
makanan tersebut. Sedangkan secara khusus, survey ini bertujuan untuk :
a) menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok
masyarakat
b) menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu
c) menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan
d) sebagai dasar pengembangan dan program pengembangan gizi
e) sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang beresiko
tinggi mengalami kekurangan gizi
f) menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan dan
gizi masyarakat

Metode Pengukuran Survei Makanan Berdasarkan Sasaran Pengamatan Atau Pengguna

1. Tingkat Nasional
Untuk menghitung tingkat konsumsi masyarakat dan perkiraan kecukupan
persediann makanan secara nasional pada suatu wilayah atau negara dilakukan dengan
Food Balance Sheet (FBS).
Langkah-langkah perhitungan FBS:
Menghitung kapasitas produksi makanan dalam satu tahun (berasal dari
persediaan/cadangan, produksi dan impor bahan makanan dari negara atau wilayah
lain)
Dikurangi dengan pengeluaran untuk bibit, ekspor, kerusakan pascapanen dan
transportasi, diberikan untuk makanan ternak dan untuk cadangan
Jumlah makanan yang ada tersebut dibagi dengan jumlah penduduk
Diketahui ketersediaan makanan per kapita pertahun secara nasional

Data Food Balance Sheet tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari
makanan yang tersedia tersebut untuk berbagai daerah, apalagi gambaran distribusi di
tingkat rumah tangga atau perorangan. Selain itu juga tidak menggambarkan perkiraan
konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaan

3
musim dan sebaginya. Oleh karena itu metode ini tidak dapat dipakai untuk menentukan
status gizi masyarakat suatu negara atau wilayah

Data dari Food Balance Sheet hanya dapat dipakai untuk menentukan kebijakan di
bidang pertanian seperti produksi bahan makanan dan distribusi, memperkirakan pola
konsumsi masyarakat, dan mengetahui perubahan pola konsumsi masyarakat

2. Tingkat Rumah Tangga


Konsumsi makanan rumah tangga merupakan makanan dan minuman yang tersedia
untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga atau institusi. Metode yang dapat dilakukan antara
lain:
a) Metode Pencatatan (Food Account)
Metode ini dilakukan dengan cara keluarga mencatat setiap hari semua makanan
yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun dari hasil produksi sendiri. Jumlah makanan
dicatat dalam URT (Ukuran Rumah Tangga), termasuk harga eceran bahan makanan
tersebut. Cara ini tidak memperhitungkan makanan cadangan yang ada di rumah tangga
dan juga tidak memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi di luar rumah
ataupun rusak, terbuang/tersisa atau diberikan kepada binatang piaraan.

b) Metode Pencatatan Makanan (Food List Method)


Metode ini dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan
yang digunakan keluarga selama periode survey dilakukan (biasanya !-7 hari). Pencatatan
dilakukan berdasarkan jumlah bahan makanan yang dibeli, harga dan nilai pembeliannya,
termasuk makanan yang dimakan anggota keluarga diluar rumah. Jadi data yang diperoleh
merupakan taksiran/perkiraan dari responden. Metode ini tidak memperhitungkan bahan
makanan yang terbuang, rusak atau diberikan pada binatang peliharaan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan formulir
yang telah dipersiapkan, yaitu kuisioner terstruktur yang membuat daftra bahan makanan
utama yang digunakan kelurga.

c) Metode Inventaris (Inventory Method)


Metode inventari ini digunakan dengan cara menghitung atau mengukur semua
persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir

4
survey. Semua makanan yang diterima, dibeli dan dari produksi sendiri dicatat dan
dihitung. Semua makanan terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan
pada orang lain atau binatang peliharaan semua diperhitungkan

d) Pencatatan Makanan Rumah Tangga (Household Food Record)


Pengukuran dengan metode ini dilakukan sedikitnya dalam periode satu minggu oleh
responden sendiri. Dilaksanakan dengan menimbang dan mengukur seluruh makanan yang
ada di rumah, termasuk cara pengolahannya. Biasanya tidak memperhitungkan sisa
makanan yang terbuang dan dimakan oleh binatan peliharaan. Metode ini dianjurkan untuk
tempat/daerah, dimana tidak banyak variasi penggunaan bahan makanan dalam keluarga
dan masyarakatnya.

e) Metode Telepon
Dewasa ini survey konsumsi dengan metode telepon semakin banyak digunakan
terutama untuk daerah perkotaan dimana sarana komunikasi telepon sudah cukup tersedia.
Untuk negara berkembang metode ini belum banyak dipergunakan karena membutuhkan
biaya yang cukup mahal untuk jasa telepon

3. Tingkat Individu atau Perorangan


Pengukuran konsumsi makanan untuk individu dapat dilakukan dengan beberapa
metode berikut, antara lain:
a) Metode Food Recall 24 Jam
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden biasanya diminta
untuk menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Biasanya
dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat atau dapat juga dimulai dari
waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh.
Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam:
Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi responden dalam URT selama kurun waktu 24 jam yang
lalu.

5
Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia

b) Estimated Food Records


Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang digunakan untuk
mencatat jumlah makanan yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk
mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali dalam URT atau menimbang dalam
ukuran berat dalam periode tertentu, termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan
tersebut. Kemudian dibandingkan dengan AKG. Metode ini dapat memberikan informasi
konsumsi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah energi dan gizi yang dikonsumsi
oleh individu.

c) Penimbangan Makanan (Food Weighing)


Pada metode ini, rsponden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan
yang dikonsumsi responden selama survei. Penimbangan makanan ini biasanya
berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia.
Perlu diperhatikan bahwa, bila terdapat sisa makanan setelah makan, maka perlu juga
ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang
dikonsumsi.

d) Metode Riwayat Makan (Dietary History Method)


Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi
berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan atau 1
tahun). Burke (dalam Supariasa) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari 3 komponen,
yaitu:
Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang
mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam
terakhir

6
Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan
makanan dengan memberikan daftar check list yang sudah disiapkan, untuk
mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi
Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang

e) Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)


Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu setiap hari,
minggu, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode ini dapat memperoleh gambaran pola
konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama
dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka
cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epideminologi gizi.
Masing-masing metode diatas memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing,
sehingga tidak ada satu metode pun yang paling sempurna untuk satu tujuan survey. Oleh
karena dalam memilih metode sebaiknya sesuai dengan tujuan akhir dari survey tersebut.

Dalam melakukan survey makanan, sering terjadi kesalahan atau bias terhadap hasil
yang diperoleh. Macam bias ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Bias Acak, terjadi karena kesalahan pengukuran tapi hasilnya tidak mempengaruhi
nilai rata-rata.
2. Bias Sistematik, dapat terjadi karena kesalahan dari kuesioner, kesalahan
pewawancara, kesalahan alat yang digunakan dan kesalahan dari Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM)

Perencanaan dan Pengorganisasian Survei Konsumsi Makanan


Untuk menjamin ketepatan dan kebenaran data hasil survey konsumsi makanan,
maka diperlukan suatu perencanaan dan pengorganisasian yang baik dalam menentukan
metode, teknik pelaksanaan, pengolahan dan analisa data serta interpretasinya. Langkah-
langkah yang perlu dilakukan antara lain (Supariasa, 2002):
a. Penentuan Tenaga Pelaksana, kriteria yang perlu diperhatikan yaitu:
Mempunyai latar belakang dan pengalaman dalam bidang perencanaan menu
dan penyelenggaraan makanan

7
Memiliki sikap yang menyenangkan, mempunyai integritas tinggi, sifatnya
selalu gembira dan memahami adat istiadat dan bahasa responden
Tenaga wanita lebih cocok untuk mengumpulkan data konsumsi makanan
karean bisa lebih dekat dengan ibu rumah tangga.
b. Pelatihan Tenaga, tenaga pengumpul data juga perlu diberikan latihan yang
menyangkut beberapa hal berikut, diantaranya:
Kemampuan menjelaskan maksud dan tujuan survey kepada responden
Seni dan teknik berwawancara
Cara melakukan cek dan menyempurnakan data
Pemahaman tentang adat istiadat dan bahasa orang lain
c. Penentuan Sasaran dan Besar Sampel Penelitian,
d. Pemilihan Alat dan Bahan, yang akan dipakai untuk survey makanan tergantung
dari metode yang akan digunakan
e. Periode Waktu Penelitian, untuk memperoleh gambaran yag menyeluruh dari
keadaan konsumsi makanan, maka survey dilakukan pada tiap musim tertentu
dalam setahun. Untuk mengetahui kebiasaan makan dan tingkat konsumsi
masyarakat, amak variasi menu dari kehari dan siklus menu keluarga akan
menentukan periode waktu penelitian, dimana penelitian perlu dilakukan selama
periode tersebut
f. Persiapan Masyarakat. Sebelum melakukan survey, maka hal yang penting
dilakukan adalah pemberitahuan kepada masyarakat. Khususnya pimpinan
masyarakat yang akan menjadi lokasi penelitian. Pemberitahuan ini akan
memperlancar pelaksanaan penelitian.

B. Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa beberapa
statistik kesehatan seperti angka kesakitan, angka kematian, pelayanan kesehatan dan
penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi.
Di negara berkembanng angka kematian bayi dan anak balita relative tinggi jika
dibandingkan dengan negara maju. Penyebab utamannya dalah penyakit infeksi dan
parasit, serta banyak di antaranya berhubungan dengan kekurangan gizi.

8
1. Angka Kematian Berdasarkan Umur
Angka kematian berdasarkan umur adalah jumlah kematian pada kelompok umur
tertentu terhadap jumlah rata-rata penduduk pada umut tersebut. Biasanya disajikan
sebagai per 1000 penduduk. Manfaat data ini adalah untuk mengetahui tingkat dan pola
kematian menurut golonganumur beserta penyebabnya.
Beberapa keadaan kurang gizi mempunyai insiden yang tinggi pada umur tertentu,
sehingga tingginya angka kematian pada umur tersebut dapat dihubungkan dengan
kemugnkinan tingginya angka keadaan kurang gizi.dengan demikian dapat diketahui
bahwa pada umur yang sama terdapat kejadian tertinggi dari penyakit tertentu.

2. Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Penyebab Tertentu


Angka penyebab penyakit dan kematian pada umur 1-4 tahun merupakan informasi
yang penting untuk menggambarkan keadaan gizi di suatu masyarakat. Perlu disadari
bahwa angka tersebut kadang kurang menggambarkan masalah gizi yang sebenarnya.
Besarnya proporsi kematian balita dapat disebabkan oleh penyakit diare, parasit,
pneumonia atau penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti campak dan batuk rejan.
Dengan mengetahui penyebab suatu penyakit tertentu, dapat dilakukan intervensi
yang lebih komprehensif. Intervensi tidak hanya dilakukan pada penyebab utama tetapi
juga terhadap penyakit penyerta.

3. Statistik Layanan Kesehatan


Berbagai statistik layanan kesehatan dapat dilihat dari tempat layanan kesehatan itu
berada. Tempat layanan kesehatan yang bisa dijangkau antara lain, Posyandu, Puskesmas
dan Rumah Sakit.
a. Puskesmas
Meningkatnya kasus keadaan gizi kurang yang dihadapi Puskesmas dapat
merupakan isyarat tentang insiden keadaan kekurangan gizi di suatu daerah. Informasi ini
mempunyai bias, karena pasien yang datang adalah pasien yang merasa sakit, sehingga
belum tentu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya di masyarakat. Pengalaman
membuktikan bahwa penjaringan kasus gizi kurang dilapangan relative sulit. Selain
masyarakat tidak mau dikatakan anaknya kurang gizi, hal itu juga disebabkan keadaan

9
geografis, dalam hal ini tempat masyarakat yang mengalami gizi buruk sulit dijangkau oleh
petugas Puskesmas.
Data mengenai angka kesakitan dan penyebabnya yang tersedia di Puskesmas dapat
juga dijadikan isyarat tentang kondisi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
Kadang-kadang penyebab kematian kurang tepat menggambarkan penyebab kematian
yang sebenarnya. Data kejadian gizi kurang umumnya lebih rendah dari yang sebenarnya.
Kejadian ini ibarat gunung es, yang sebenarnya jauh lebih banyak dan serius.

b. Rumah Sakit
Statistik layanan kesehatan yang juga penting adalah rumah sakit. Meningkatnya
kunjungan kasus gizi kurang yang dihadapi oleh rumah sakit juga meningkatkan isyarat
adanya kekurangan gizi masyarakat. Data mengenai meningkatnya kunjungan kasus gizi
itu data dihubungkan dengan berbagai faktor, seperti masalah kemiskinan, harga-harga
yang meningkat dan kejadian-kejadian alam seperti kekeringan.
Data-data dari rumash sakit itu dapat memberikan gambaran tentang keadaan gizi
di dlaam masyarakat, baik dari segi angka kematian maupun penyebabnya. Apabila
masalah pencatatan dan pelaporan rumash sakit kurang baik, data ini tidak dapat
memberikan gambaran yang sebenarnya. Oleh karena itu pencatatan angka kematian dan
penyebabnya di rumah sakit harus dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.

C. Faktor ekologi
Bengoa (dalam Supariasa, 2002) mengungkapkan malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergtantung dari keadaan ekologi seperti iklim,
tanah, irigasi, dll. Faktor ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi
dalam lima kelompok, yaitu:
1. Keadaan Infeksi
Scrimshaw, 1959 (dalam Supariasa, 2002) menyatakan bahwa ada hubungan yang
sangat erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan manultrisi. Mereka
menekankan interaksi yang sinergi antara manultrisi dengan penyakit infeksi dan juga
infeksi anakan mempengaruhi status gizi dan mempercepat manultrisi.

10
Mekanisme patologinya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan, yaitu:
1. Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorpsi dan
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit.
2. Peningkatan kehilangan cairan/zat akibat penyakit diare, mual/muntah dan
pendarahan yang terus-menerus
3. Meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit (human
host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh.

2. Konsumsi Makanan
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk megetahui kenyataan apa
yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan
menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.

3. Pengaruh Budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap
makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak dan produksi pangan. Dala hal sikap terhadap
makanan masih banyak terhadap pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang
menyebabkan konsumsi makanan menjadi mentah. Konsumsi makanan yang rendah juga
disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Di
samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak
akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang
rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan
karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.

4. Sosial Ekonomi
Data Sosial yang perlu dipertimbangkan adalah:
a) Keadaan penduduk di suatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi seks dan
geografis)
b) Keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran)
c) Pendidikan (tingkat pendidikan ibu/bapak, keberadaan buku-buku, usia anak
sekolah

11
d) Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumlah,
kamar, pemilikan, dll)
e) Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan bakar, alat masak, pembuangan
sampah)
f) Penyimpanan makanan (ukuran, isi, penutup serangga)
g) Air (sumber, jarak dari rumah)
h) Kakus
Data Ekonomi meliputi:
a) Pekerjaan (pekerjaan utama, mialnya pekerjaan pertanian, dan pekerjaan
tambahan, misalnya pekerjaan musiman)
b) Pendapatan keluarga (gaji, industry rumah tangga, pertanian pangan/non
pangan, utang)
c) Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit,
kendaraan, radio, TV, dll)
d) Pengeluaran/anggaran (pengeluaran untuk makan, pakaian, bahan bakar,
listrik, pendidikan, sewa, transportasi, rekreasi, hadiah, dll)
e) Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim

5. Produksi Pangan
Data yang relevan untuk produksi pangan adalah:
a) Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli, barter, dll)
b) Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan
serangga dan penyuluhan pertanian)
c) Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga, kecocokan tanah, tanah yang
digunakan, jumlah tenaga kerja)
d) Perternakan dan perikanan (jumlah ternak seperti kambing, bebek, dll) dan alat
penangkap ikan, dll
e) Keuangan (modal yang tersedia dan fasilitas untuk kredit)

Pengukuran faktor ekologi sangatlah kompleks. Hal ini tergantung pada tipe dan
jumlah staf, waktu yang tersedia dan tujuan survey. Yang terpenting dalah data yang
dikumpulkan dapat menggambarkan situasi sekarang dan berguna untuk pengembangan

12
program. Meskipun demikian untuk mendapatkan gambaran prevalensi malnutrisi secara
langsung, dapat dilakukan dengan metode klinis dan antropometri.

2.3 Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Penilaian


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih metode penilaian gizi,
antara lain:

1. Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih sebuah metode dalam
melakukan penilaian status gizi. Karena setiap metode memiliki fungsinya masing-masing.
2. Unit Smpel yang Akan Diukur
Berbagai jenis unit sampelyang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode
penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individual, rumah tangga
dan kelompok rawan gizi.
3. Jenis Informasi yang Dibutuhkan
Pemilihan metode penilaian status gizi juga sangat tergantung pada jenis informasi
yang dibutuhkan. apabila menginginkan jenis informasi tentang asupan makanan, maka
jenis metode yang tepat digunakan adlah survey konsumsi makanan.
4. Tingkat Reliabilitas dan Akurasi yang Dibutuhkan
5. Tersedianya Fasilitas dan Peralatan
6. Tenaga
Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi penggunaan
metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan data status
gizi antara lain, ahli gizi, dokter, ahli kimia, dll
7. Waktu
Pemilihan waktu juga sangat menentukan penilaian. Waktu tersebut dapat berupa
tahunan, bulanan, mingguan ataupun harian. Pemilihan waktu tersebut sebaiknya
disesuaikan.
8. Dana
Selain beberapa hal diatas, dana juga merupakan hal yang mempengaruhi penilaian.
Pasalnya setiap metode membutuhkan alat penilaian yang berbeda harganya. Ada yang
murah dan ada pula yang relative mahal. Untuk itu sebaiknya untuk memilih sebuah
metode penilaian, kita juga harus menyiapkan anggaran dana yang diperlukan

13
BAB 3
LAMPIRAN

3.1 Daftar Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Di Indonesia


(Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan No 75 Tahun 2013)

14
15
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang
yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan penggunaan (utilization)
zat gizi makanan yang ditentukan berdasarkan ukuran tertentu. Penilaian status gizi
salah satunya dapat dilakukan dengan cara tidak langsung yang meliputi survey konsumsi
makanan, statistik vital maupun penilaian dari faktor ekologi.
Selain itu dalam melakukan penilaian terhadap status gizi ada hal-hal tertentu yang
harus diperhatikan, diantaranya, tujuan, unit sampel yang akan diukur, jenis informasi yang
dibutuhkan, tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan, tersedianya fasilitas dan
peralatan, tenaga, waktu dan dana

4.2 KRITIK DAN SARAN


Demikian makalah ini kami buat. Selaku penulis kami menyadari akan banyaknya
kesalahan maupun kekurangan, untuk itu kami membutuhkan kritik maupun saran dari
pembaca agar penulisan makalah kami di lain waktu dapat lebih baik lagi . Terima kasih
juga kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. (2011). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta: Kementrian
Perencanaan Pembangunan Nasional.

Dep. Kesehatan RI, 1999. Pedoman Pemantauan Konsumsi Gizi. Jakarta: Direktorat Bina Gizi
Masyarakat

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013. Angka Kecukupan Gizi
yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Mentri Kesehatan Republik Indonesia

Supariasa, I. D. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai