DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
FITRI ARFIKA LATIFSAN
NURRAHMAH
RIFKAFIL ARDILLA
SUHAILA
DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Fitriana
Assalamualaikum Wr.Wb
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifactor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sector terkait.
Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,
pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada
kasus tertentu seperti dalam keadaan krisis seperti bencana, perang, krisis ekonomi, dll,
masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu
kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari
akan hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya.
Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga
masalah kemiskinan, pemerataan dan masalah kesempatan kerja. Oleh karena itu
dibutuhkan beberapa pengetahuan untuk memahami bagaimana pemerolehan gizi yang
cukup bagi kehidupan, yaitu dengan status penilaian gizi.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Status Gizi
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penilaian status gizi, ada baiknya terlebih
dahulu kita memahami arti dari status gizi itu sendiri. Beberapa ahli telah mengemukakan
pendapatnya mengenai arti dari status gizi (dalam Supariasa, 2002), antara lain:
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh: Gondok merupakan
keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa.
2002). Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu
dalam suatu variabel (Hadi, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil
akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya
(Gibson, 1990). Sedangkan Riyadi (1995) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan
kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan (absorpsi) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan yang ditentukan
berdasarkan ukuran tertentu.
Jadi, dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi merupakan
ekpresi dari keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh zat-zat gizi tertentu.
2
Secara umum tujuan survey ini adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat perorangan,
kelompok maupun rumah tangga serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi
makanan tersebut. Sedangkan secara khusus, survey ini bertujuan untuk :
a) menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok
masyarakat
b) menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu
c) menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan
d) sebagai dasar pengembangan dan program pengembangan gizi
e) sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang beresiko
tinggi mengalami kekurangan gizi
f) menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan dan
gizi masyarakat
1. Tingkat Nasional
Untuk menghitung tingkat konsumsi masyarakat dan perkiraan kecukupan
persediann makanan secara nasional pada suatu wilayah atau negara dilakukan dengan
Food Balance Sheet (FBS).
Langkah-langkah perhitungan FBS:
Menghitung kapasitas produksi makanan dalam satu tahun (berasal dari
persediaan/cadangan, produksi dan impor bahan makanan dari negara atau wilayah
lain)
Dikurangi dengan pengeluaran untuk bibit, ekspor, kerusakan pascapanen dan
transportasi, diberikan untuk makanan ternak dan untuk cadangan
Jumlah makanan yang ada tersebut dibagi dengan jumlah penduduk
Diketahui ketersediaan makanan per kapita pertahun secara nasional
Data Food Balance Sheet tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari
makanan yang tersedia tersebut untuk berbagai daerah, apalagi gambaran distribusi di
tingkat rumah tangga atau perorangan. Selain itu juga tidak menggambarkan perkiraan
konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaan
3
musim dan sebaginya. Oleh karena itu metode ini tidak dapat dipakai untuk menentukan
status gizi masyarakat suatu negara atau wilayah
Data dari Food Balance Sheet hanya dapat dipakai untuk menentukan kebijakan di
bidang pertanian seperti produksi bahan makanan dan distribusi, memperkirakan pola
konsumsi masyarakat, dan mengetahui perubahan pola konsumsi masyarakat
4
survey. Semua makanan yang diterima, dibeli dan dari produksi sendiri dicatat dan
dihitung. Semua makanan terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan
pada orang lain atau binatang peliharaan semua diperhitungkan
e) Metode Telepon
Dewasa ini survey konsumsi dengan metode telepon semakin banyak digunakan
terutama untuk daerah perkotaan dimana sarana komunikasi telepon sudah cukup tersedia.
Untuk negara berkembang metode ini belum banyak dipergunakan karena membutuhkan
biaya yang cukup mahal untuk jasa telepon
5
Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia
6
Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan
makanan dengan memberikan daftar check list yang sudah disiapkan, untuk
mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi
Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang
Dalam melakukan survey makanan, sering terjadi kesalahan atau bias terhadap hasil
yang diperoleh. Macam bias ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Bias Acak, terjadi karena kesalahan pengukuran tapi hasilnya tidak mempengaruhi
nilai rata-rata.
2. Bias Sistematik, dapat terjadi karena kesalahan dari kuesioner, kesalahan
pewawancara, kesalahan alat yang digunakan dan kesalahan dari Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM)
7
Memiliki sikap yang menyenangkan, mempunyai integritas tinggi, sifatnya
selalu gembira dan memahami adat istiadat dan bahasa responden
Tenaga wanita lebih cocok untuk mengumpulkan data konsumsi makanan
karean bisa lebih dekat dengan ibu rumah tangga.
b. Pelatihan Tenaga, tenaga pengumpul data juga perlu diberikan latihan yang
menyangkut beberapa hal berikut, diantaranya:
Kemampuan menjelaskan maksud dan tujuan survey kepada responden
Seni dan teknik berwawancara
Cara melakukan cek dan menyempurnakan data
Pemahaman tentang adat istiadat dan bahasa orang lain
c. Penentuan Sasaran dan Besar Sampel Penelitian,
d. Pemilihan Alat dan Bahan, yang akan dipakai untuk survey makanan tergantung
dari metode yang akan digunakan
e. Periode Waktu Penelitian, untuk memperoleh gambaran yag menyeluruh dari
keadaan konsumsi makanan, maka survey dilakukan pada tiap musim tertentu
dalam setahun. Untuk mengetahui kebiasaan makan dan tingkat konsumsi
masyarakat, amak variasi menu dari kehari dan siklus menu keluarga akan
menentukan periode waktu penelitian, dimana penelitian perlu dilakukan selama
periode tersebut
f. Persiapan Masyarakat. Sebelum melakukan survey, maka hal yang penting
dilakukan adalah pemberitahuan kepada masyarakat. Khususnya pimpinan
masyarakat yang akan menjadi lokasi penelitian. Pemberitahuan ini akan
memperlancar pelaksanaan penelitian.
B. Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa beberapa
statistik kesehatan seperti angka kesakitan, angka kematian, pelayanan kesehatan dan
penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi.
Di negara berkembanng angka kematian bayi dan anak balita relative tinggi jika
dibandingkan dengan negara maju. Penyebab utamannya dalah penyakit infeksi dan
parasit, serta banyak di antaranya berhubungan dengan kekurangan gizi.
8
1. Angka Kematian Berdasarkan Umur
Angka kematian berdasarkan umur adalah jumlah kematian pada kelompok umur
tertentu terhadap jumlah rata-rata penduduk pada umut tersebut. Biasanya disajikan
sebagai per 1000 penduduk. Manfaat data ini adalah untuk mengetahui tingkat dan pola
kematian menurut golonganumur beserta penyebabnya.
Beberapa keadaan kurang gizi mempunyai insiden yang tinggi pada umur tertentu,
sehingga tingginya angka kematian pada umur tersebut dapat dihubungkan dengan
kemugnkinan tingginya angka keadaan kurang gizi.dengan demikian dapat diketahui
bahwa pada umur yang sama terdapat kejadian tertinggi dari penyakit tertentu.
9
geografis, dalam hal ini tempat masyarakat yang mengalami gizi buruk sulit dijangkau oleh
petugas Puskesmas.
Data mengenai angka kesakitan dan penyebabnya yang tersedia di Puskesmas dapat
juga dijadikan isyarat tentang kondisi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
Kadang-kadang penyebab kematian kurang tepat menggambarkan penyebab kematian
yang sebenarnya. Data kejadian gizi kurang umumnya lebih rendah dari yang sebenarnya.
Kejadian ini ibarat gunung es, yang sebenarnya jauh lebih banyak dan serius.
b. Rumah Sakit
Statistik layanan kesehatan yang juga penting adalah rumah sakit. Meningkatnya
kunjungan kasus gizi kurang yang dihadapi oleh rumah sakit juga meningkatkan isyarat
adanya kekurangan gizi masyarakat. Data mengenai meningkatnya kunjungan kasus gizi
itu data dihubungkan dengan berbagai faktor, seperti masalah kemiskinan, harga-harga
yang meningkat dan kejadian-kejadian alam seperti kekeringan.
Data-data dari rumash sakit itu dapat memberikan gambaran tentang keadaan gizi
di dlaam masyarakat, baik dari segi angka kematian maupun penyebabnya. Apabila
masalah pencatatan dan pelaporan rumash sakit kurang baik, data ini tidak dapat
memberikan gambaran yang sebenarnya. Oleh karena itu pencatatan angka kematian dan
penyebabnya di rumah sakit harus dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
C. Faktor ekologi
Bengoa (dalam Supariasa, 2002) mengungkapkan malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergtantung dari keadaan ekologi seperti iklim,
tanah, irigasi, dll. Faktor ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi
dalam lima kelompok, yaitu:
1. Keadaan Infeksi
Scrimshaw, 1959 (dalam Supariasa, 2002) menyatakan bahwa ada hubungan yang
sangat erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan manultrisi. Mereka
menekankan interaksi yang sinergi antara manultrisi dengan penyakit infeksi dan juga
infeksi anakan mempengaruhi status gizi dan mempercepat manultrisi.
10
Mekanisme patologinya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan, yaitu:
1. Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorpsi dan
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit.
2. Peningkatan kehilangan cairan/zat akibat penyakit diare, mual/muntah dan
pendarahan yang terus-menerus
3. Meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit (human
host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh.
2. Konsumsi Makanan
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk megetahui kenyataan apa
yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan
menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
3. Pengaruh Budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap
makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak dan produksi pangan. Dala hal sikap terhadap
makanan masih banyak terhadap pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang
menyebabkan konsumsi makanan menjadi mentah. Konsumsi makanan yang rendah juga
disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Di
samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak
akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang
rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan
karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.
4. Sosial Ekonomi
Data Sosial yang perlu dipertimbangkan adalah:
a) Keadaan penduduk di suatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi seks dan
geografis)
b) Keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran)
c) Pendidikan (tingkat pendidikan ibu/bapak, keberadaan buku-buku, usia anak
sekolah
11
d) Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumlah,
kamar, pemilikan, dll)
e) Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan bakar, alat masak, pembuangan
sampah)
f) Penyimpanan makanan (ukuran, isi, penutup serangga)
g) Air (sumber, jarak dari rumah)
h) Kakus
Data Ekonomi meliputi:
a) Pekerjaan (pekerjaan utama, mialnya pekerjaan pertanian, dan pekerjaan
tambahan, misalnya pekerjaan musiman)
b) Pendapatan keluarga (gaji, industry rumah tangga, pertanian pangan/non
pangan, utang)
c) Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit,
kendaraan, radio, TV, dll)
d) Pengeluaran/anggaran (pengeluaran untuk makan, pakaian, bahan bakar,
listrik, pendidikan, sewa, transportasi, rekreasi, hadiah, dll)
e) Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim
5. Produksi Pangan
Data yang relevan untuk produksi pangan adalah:
a) Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli, barter, dll)
b) Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan
serangga dan penyuluhan pertanian)
c) Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga, kecocokan tanah, tanah yang
digunakan, jumlah tenaga kerja)
d) Perternakan dan perikanan (jumlah ternak seperti kambing, bebek, dll) dan alat
penangkap ikan, dll
e) Keuangan (modal yang tersedia dan fasilitas untuk kredit)
Pengukuran faktor ekologi sangatlah kompleks. Hal ini tergantung pada tipe dan
jumlah staf, waktu yang tersedia dan tujuan survey. Yang terpenting dalah data yang
dikumpulkan dapat menggambarkan situasi sekarang dan berguna untuk pengembangan
12
program. Meskipun demikian untuk mendapatkan gambaran prevalensi malnutrisi secara
langsung, dapat dilakukan dengan metode klinis dan antropometri.
1. Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih sebuah metode dalam
melakukan penilaian status gizi. Karena setiap metode memiliki fungsinya masing-masing.
2. Unit Smpel yang Akan Diukur
Berbagai jenis unit sampelyang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode
penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individual, rumah tangga
dan kelompok rawan gizi.
3. Jenis Informasi yang Dibutuhkan
Pemilihan metode penilaian status gizi juga sangat tergantung pada jenis informasi
yang dibutuhkan. apabila menginginkan jenis informasi tentang asupan makanan, maka
jenis metode yang tepat digunakan adlah survey konsumsi makanan.
4. Tingkat Reliabilitas dan Akurasi yang Dibutuhkan
5. Tersedianya Fasilitas dan Peralatan
6. Tenaga
Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi penggunaan
metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan data status
gizi antara lain, ahli gizi, dokter, ahli kimia, dll
7. Waktu
Pemilihan waktu juga sangat menentukan penilaian. Waktu tersebut dapat berupa
tahunan, bulanan, mingguan ataupun harian. Pemilihan waktu tersebut sebaiknya
disesuaikan.
8. Dana
Selain beberapa hal diatas, dana juga merupakan hal yang mempengaruhi penilaian.
Pasalnya setiap metode membutuhkan alat penilaian yang berbeda harganya. Ada yang
murah dan ada pula yang relative mahal. Untuk itu sebaiknya untuk memilih sebuah
metode penilaian, kita juga harus menyiapkan anggaran dana yang diperlukan
13
BAB 3
LAMPIRAN
14
15
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang
yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan penggunaan (utilization)
zat gizi makanan yang ditentukan berdasarkan ukuran tertentu. Penilaian status gizi
salah satunya dapat dilakukan dengan cara tidak langsung yang meliputi survey konsumsi
makanan, statistik vital maupun penilaian dari faktor ekologi.
Selain itu dalam melakukan penilaian terhadap status gizi ada hal-hal tertentu yang
harus diperhatikan, diantaranya, tujuan, unit sampel yang akan diukur, jenis informasi yang
dibutuhkan, tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan, tersedianya fasilitas dan
peralatan, tenaga, waktu dan dana
16
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. (2011). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta: Kementrian
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dep. Kesehatan RI, 1999. Pedoman Pemantauan Konsumsi Gizi. Jakarta: Direktorat Bina Gizi
Masyarakat
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013. Angka Kecukupan Gizi
yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Supariasa, I. D. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
17