Anda di halaman 1dari 106

SKRIPSI

PENGARUH DISTRAKSI : MENDENGARKAN AYAT AL-QURAN


TERHADAP INTENSITAS NYERI PASCA BEDAH DIGESTIF
DI IRNA BEDAH RSUP. DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG TAHUN 2012

Diajukan Oleh :

LIA HASRI

05.08.187

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2012
SKRIPSI

PENGARUH DISTRAKSI : MENDENGARKAN AYAT AL-QURAN


TERHADAP INTENSITAS NYERI PASCA BEDAH DIGESTIF
DI IRNA BEDAH RSUP. DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG TAHUN 2012

Diajukan sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan

Diajukan Oleh :

FITRIANI.W

05.08.187

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2012
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan Lembaga Pendidikan lainnya.

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum / tidak

diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Palembang, Maret 2012

Lia Hasri
0508187
PERNYATAAN PUBLIKASI

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat ini boleh dipublikasikan

oleh pihak STIKES Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Maret 2012

Lia Hasri
05.08.187
BIOGRAFI

I. IDENTITAS PENULIS

Nama : Lia Hasri

Tempat / Tanggal Lahir : Banyuasin, 21 September 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Nama Orang Tua : Haryadi Dan Sri Rahayu

Alamat : Desa Saleh Agung Jalur 8 Jembatan II

Blok C Rt/Rw : 13/04 Kecamatan Air Saleh

Kabupaten Banyuasin Palembang Sumatra

Selatan kode pos 30773

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

TK Budi utomo Buay Madang OKU Tahun 1993-1995

SD Negeri 2 Cempakan Banyuasin Tahun 1995-2001

SLTP Negeri 2 Makarti Jaya Tahun 2001-2004

Madrasah Aliyah Keagamaan Raudhatul Ulum Sakatiga Indralaya OI

Tahun 2004-2008

PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Tahun 2008-2012


MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:
Semua berawal dari mimpi, bersungguh-sungguh mewujudkan
impian adalah MIMPI yang menjadi NYATA. Man jadda wajada.

Kupersembahkan kepada:
1. Bapak dan Mamak, Terimakasih Mamakku (Sri Rahayu) Atas

keikhlasanmu dalam memperjuangkan hidupku tuk bisa hadir di

dunia ini, atas kasih sayangmu dalam mengajarkanku arti kasih

sayang tulus dalam hidup ini. Terimakasih Bapakku (Haryadi)

atas ketegaran dan arti perjuangan hidup yang telah kau ajarkan

pada anandamu ini. Kalian adalah tujuan hidupku. Ya Rabbul

Izzati, sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua

mengasihi dan menyayangiku di waktu kecil, AMIN.

2. Dua adikku, (ndok Rina Hasym dan Ndok restya

Ramadhani/totod ). Mbak lia akan dan selalu menyayangi kalian.

Kalian adalah motivasi mbak untuk dapat mencapai tujuan

hidupku,tetaplah menjadi saudari-saudari mbak yang bisa

dibanggakan, AMIN.

3. Sahabatku terkasih Fitriani. W ,Gita Arestya Ningrum, Sari fitri

Asih, Mirna Febtria, Hafizh Gani, Miftahudin, Andi Wahyudi,

Hikmah Pujiati. Kalian adalah cahaya dalam keremangan,

kesegaran dalam dahaga, ketetapan dalam kegalauan,

kesempurnaan dalam sebuah persahabatan. Terimakasih telah

hadir dan turut memberi warna indah dalam hidupku. I love you

all.

4. Teman-temanku seperjuangan anggota kelaz PSIK B Tercinta dan

seluruh perawat di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin

terimakasih atas bantuannya

5. Almamaterku tersayang
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Maret 2012

Lia Hasri

Pengaruh Distraksi : Mendengarkan Ayat Al-Quran Terhadap Intensitas


Nyeri Pasca Bedah Digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2012
( xviii + 74 halaman,14 tabel +10 lampiran)

ABSTRAK

Tindakan operasi merupakan ancaman potensial atau aktual terhadap integritas


seseorang baik biopsikososial dan spiritual yang dapat menimbulkan respon
berupa nyeri. Teknik nonfarmakologi yang sering digunakan untuk mengurangi
nyeri pada postoperasi adalah distraksi, salah satu distraksi yang efektif adalah
mendengarkan Ayat Al-Quran . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Pengaruh Distraksi : Mendengarkan Ayat Al-Quran Terhadap Intensitas Nyeri
Pasca bedah Digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2012. Desain Penelitian yang digunakan adalah Pra-eksperimental (one
group pre-post test design)secara kuantitatif. Pengambilan sampel digunakan
dengan metode nonprobability sampling melalui purposive sampling dengan
jumlah 34 responden. Dari seluruh responden didapatkan jenis kelamin laki-laki
(52,9%) dengan umur dewasa : 18-40 tahun (44,1%). Sebagian besar responden
dengan tingkat tingkat pendidikan SD (38,2) dan tidak bekerja (55,9)Responden
berasal dari suku jawa (50,0%) dengan jenis operasi laparatomi (41,2%) dan
seluruhnya beragama islam (100%). Intensitas nyeri responden sebelum diberikan
intervensi rata-rata merasakan nyeri berat (61,8%) dengan skala 7-9, dan dengan
skala 4-6 yaitu nyeri sedang sebanyak 23,5% Sedangkan intensitas nyeri
responden setelah diberikan intervensi rata-rata merasakan nyeri sedang dengan
skala 4-6 sebanyak 61,8%, intensitas nyeri dengan skala ringan 23,5%. Dari hasil
uji statistik dengan uji wilcoxon menunjukkan bahwa secara statistik ada
perbedaan bermakna antara intensitas nyeri responden sebelum dan setelah
diberikan intervensi ( value = 0,000) dengan pengertian yaitu dengan
mendengarkan Ayat Al-Quran mempunyai pengaruh yang efektif dalam
mengurangi intensitas nyeri pada pasien pasca bedah digestif. Mendengarkan
Ayat Al-Quran tidak membutuhkan latihan dan konsentrasi yang berat, sehingga
relatif mudah untuk diterapkan dan Rumah Sakit diharapkan untuk menerapkan
dan mengembangkannya sebagai proses dari penyembuhan.

Kata Kunci : Nyeri, Pascabedah Digestif, Mendengarkan


Ayat Al-Quran.
Daftar Pustaka : 25 (2001-2011)
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE (STIKes)
MUHAMMADIYAH PALEMBANG NURSING
STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCE
Thesis, Maret 2012

Lia Hasri

The influence of distraction : Listen of the Quran on the intensity of pain that Post
Surgical post surgical Digestive Patients at the surgical Ward of Mohammad
Hoesin Hospital Palembang in 2012.
( xviii + 75 pages, 14 tables + 10 attachments)

ABSTRACT

The surgery is a potential or actual threat to the integrity of both biopsychosocial


and spiritual person that can cause a pain response. Nonfarmakologi techniques
are often used to reduce postoperative pain is distraction, distraction is an
effective one is listening to the verse of the Quran. This study aims to determine
the effect of distraction: Listen the Quran against post-surgical pain intensity of
digestive disorders in the department of Surgery Dr IRNA. Mohammad Hoesin
Palembang 2012. The study design used is a pre-experimental (one group pre-post
test design) quantitatively. The sampling method used by nonprobability sampling
through purposive sampling by the number of 34 respondents. Of all respondents
found male gender (52.9%) with umurdewasa: 18-40 years (44.1%). Most
respondents to rate the level of primary education (38.2) and not working (55.9)
respondents were from the tribe of Java (50.0%) with the type of laparotomy
surgery (41.2%) and the whole religion of Islam (100%) . The intensity of pain
before the respondents provided an average intervention severe pain (61.8%) with
the scale of 7-9, and 4-6 with the pain scale was as much as 23.5% of respondents,
while the intensity of pain after the intervention given the average pain is a 4-6
scale as much as 61.8%, mild pain intensity with the scale of 23.5%. From the
results of statistical tests with the Wilcoxon test showed that there were
statistically significant differences between pain intensity just before and after a
given intervention ( value = 0.000) with the understanding that by listening to the
verse of the Quran have an effective impact in reducing pain intensity in patients
postoperative digestive disorders. Listen the Quran does not require practice and
concentration of heavy, making it relatively easy to apply and Hospitals are
expected to implement and develop it as a process of healing.

Keywords : Pain, Post Surgical digestive, Listen the Quran.

Refrences : 25 (2001-2011)
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

Pengaruh Distraksi : Mendengarkan Ayat Al-Quran Terhadap Intensitas

Nyeri Pasca Bedah Digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang Tahun 2012 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Palembang sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak

terdapat kekurangan dan kesalahan yang dikarenakan keterbatasan ilmu

pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Maka dari itu dengan

keikhlasan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini di

masa yang akan datang.

Penyusunan Skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan,

bimbingan serta saran dari beberapa pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini

penulis mengucapkan Terima Kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Ibu Sri Yulia,S.Kp., M.Kep. selaku Ketua STIKES Muhammadiyah

Palembang
2. Ibu Murbiah,S.Kep., Ns. sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

3. Ibu Nur Ariati, S.Kp., M.Kes sebagai Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan telah banyak memberikan saran, masukan,

bimbingan dan pengarahan dengan sabar dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Windy Astuti Cahya Ningrum, S.Kep., Ns. sebagai Pembimbing II

yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan dan bimbingan

dengan ikhlas selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Indah Nurmala, MHSM. ETN. selaku Penguji I yang telah banyak

memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Binarti Oktasia, S.pd., M.Kes. selaku Penguji II yang telah

memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES

Muhammadiyah Palembang.

8. Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta

hidayah_Nya dan menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhirnya semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan kesehatan serta bagi

semua yang membacanya, Amin.

Wassalamuallaikum Wr.Wb

Palembang, Maret 2012

Lia Hasri
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... v
PERNYATAAN PUBLIKASI ......................................................................... vi
BIOGRAFI ...................................................................................................... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................viii
ABSTRAK ......................................................................................................... x
ABSTRACK ..................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR .................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 6
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................... 6
1.4.1 Tujuan Khusus ........................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................ 7
1.5.1 Bagi Peneliti ............................................................... 7
1.5.2 Bagi Institusi ............................................................. 7
1.5.3 Bagi Rumah Sakit ..................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 8
2.1 Konsep Keperawatan Perioperatif ........................................ 8
2.1.1 Keperawatan Prabedah ............................................. 9
2.1.2 Keperawatan Intrabedah ........................................... 9
2.1.3 Keperawatan Pascabedah ....................................... 10
2.2 Konsep Nyeri ...................................................................... 12
2.2.1 . Definisi Nyeri ........................................................ 12
2.2.2 Fisiologi Nyeri ....................................................... 13
2.2.3 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Nyeri ........... 17
2.2.4 Pengukuran Skala Nyeri ......................................... 20
2.2.5 Nyeri Pascabedah ................................................... 23
2.2.6 Manajemen Nyeri Non-Farmakologi ..................... 24
2.3 Konsep Dasar Distraksi ....................................................... 27
2.3.1. Pengertian Distraksi ............................................... 27
2.3.2. Distraksi Pendengaran ............................................ 29
2.3.3. Manfaat Mendengarkan Al-Quran ........................ 30
2.3.4. Penurunan Nyeri Dengan Mendengarkan Al-Quran33
2.3.5. Penelitian Pengaruh Mendengarkan Al-Quran ..... 34
2.4 Kerangka Teori ..................................................................... 37

BAB III . KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


3.1. Kerangka Konsep ................................................................. 38
3.2. Definisi Operasional .............................................................. 39
3.3. Hipotesis ................................................................................ 40

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 41


4.1. Desain Penelitian .................................................................. 41
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 42
4.3.1 Lokasi Penelitian ....................................................... 42
4.3.2 Waktu Penelitian ...................................................... 44
4.3. Populasi dan sampel .............................................................. 42
4.3.1. Populasi ..................................................................... 42
4.3.2. Sampel Penelitian ....................................................... 42
4.4. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................... 44
4.4.1 Tehnik Pengumpulan Data ........................................ 44
4.4.2 Instrumen Pengumpulan Data ................................. 45
4.5. Etika Penelitian ..................................................................... 46
4.7.1 Informed Consent ..................................................... 46
4.7.2 Anonymity ............................................................... 47
4.7.3 Confidentiality ............................................................ 47
4.6. Pengolahan Data .................................................................... 47
4.5.1 Pengeditan Data ....................................................... 48
4.5.2 Pengkodean Data ..................................................... 48
4.5.3 Pemrosesan Data ..................................................... 48
4.5.4 Pembersihan Data ..................................................... 48
4.7. Analisa Data ......................................................................... 48
4.6.1 Analisa Univariat ..................................................... 49
4.6.2 Analisa Bivariat ....................................................... 49

BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................... 51


5.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang ....................................... 51
5.2. Karakteristik Ruang Bedah .................................................... 55
5.3. Hasil Penelitian ...................................................................... 56
5.3.1 Karakteristik Responden............................................... 57
5.3.2 Analisa Univariat .......................................................... 61
5.3.3 Analisa Bivariat ............................................................ 63

BAB VI PEMBAHASAN................................................................... 66
6.1 Karakteristik Responden........................................................ 66
6.2 Analisis Univariat .................................................................. 66
6.3 Analisis Bivariat .................................................................... 69
6.4 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 71

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................ 73


7.1 Simpulan ............................................................................... 73
7.2 Saran ..................................................................................... 74
7.2.1 Bagi Rumah Sakit ........................................................ 74
7.2.2 Bagi Institusi ................................................................ 75
7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................ 75

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skala Nyeri menurut Hayward dalam Mubarak(2008) ..... 21


Tabel 2.2 Skala Nyeri Berdasarkan Ekspresi Wajah ....................... 21
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional .............................................. 39
Tabel 5.1 Tabel Karakteristik ruangan penelitiandi IRNA Bedah
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012 ............. 56
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan berdasarkan
umur pada pasien pasca bedah digestif di IRNA Bedah
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012 ............. 57
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan berdasarkan
Jenis kelamin pada pasien pasca bedah digestif di IRNA
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012 .. 58
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan berdasarkan
Pendidikan pada pasien pasca bedah digestif di IRNA
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012 .. 58
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan berdasarkan
pekerjaan pada pasien pasca bedah digestif di IRNA
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012 .. 59
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan berdasarkan
Suku pada pasien pasca bedah digestif di IRNA Bedah
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012 ............. 60
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan berdasarkan
Jenis operasi pada pasien pasca bedah digestif di IRNA
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012 .. 60
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden sebelum mendengarkan
Ayat Al-Quran pada pasien pasca bedah digestif di IRNA
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012 . 61
Tabel 5.9 Distribusi frekuensi responden setelah mendengarkan
Ayat Al-Quran pada pasien pasca bedah digestif di IRNA
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012 . 62
Tabel 5.10 Distribusi statistik intensitas responden (n=34) sebelum
dan setelah mendengarkan Ayat Al-Quran pada pasien
pasca bedah digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang 2012 ................................................. 62
Tabel 5.11 Distribusi perbandingan intensitas responden (n=34)
menggunakan uji Wilcoxon sebelum dan setelah
mendengarkan Ayat Al-Quran pada pasien pasca bedah
digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang 2012 ............................................................. 64
DAFTAR BAGAN

Halaman

Tabel 2.1 Faktor factor yang mempengaruhi Nyeri ...................... 17


Tabel 3.1 Kerangka Konsep ............................................................. 38
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed consent responden


Lampiran 2 Lembar Instrumen Penelitian
Lampiran 3 Surat izin pengambilan data awal
Lampiran 4 Surat izin penelitian
Lampiran 5 Surat balasan izin pengambilan data awal dari rumah sakit
Lampiran 6 Surat balasan izin penelitian dari rumah sakit
Lampiran 7 Surat Keterangan selesai pengambilan data awal dari rumah sakit
Lampiran 8 Surat keterangan selesai penelitian dari rumah sakit
Lampiran 9 Lembar tabulasi I
Lampiran 10 Lembar hasil out put spss
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembedahan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan yang

dilakukan di kamar operasi dan memerlukan perawatan pascaoperatif di rumah

sakit. Indikasi tindakan pembedahan dilakukan untuk diagnostik, kuratif,

rekonstruktif, dan paliatif. Pembedahan dilakukan sesuai dengan tingkat

urgensinya seperti kedaruratan dan elektif. Kemajuan teknologi telah

mengubah prosedur pembedahan menjadi lebih kompleks dan perkembangan

alat pemantauan hemodinamik menjadi sangat sensitif, sehingga

meminimalkan komplikasi, akan tetapi peran sentuhan manusia masih sangat

diperlukan dalam perawatan pascaoperatif (Smeltzer dan Bare, 2002).

Terdapat berbagai macam jenis pembedahan, salah satunya adalah

tindakan bedah digestif. Pembedahan digestif dan organ aksesori, misalnya

limpa, pankreas, hati, kandung empedu, dan duktus serta stuktur penunjang di

abdomen. Bedah digestif dilakukan dengan tujuan untuk pendekatan

diagnostik: tujuan ablatif atau pengangkatan bagian tubuh yang mengalami

masalah atau penyakit seperti appendiktomi; intervensi paliatif,

menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit tetapi tidak

menyembuhkannya seperti pada kolostomi; serta rekonstruktif atau

mengembalikan fungsi dan penampilan jaringan mengalami malfungsi seperti

pada herniorafi ( Muttaqin, 2009).


Berdasarkan hasil rekam medik di ruang IRNA Bedah RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang, jumlah pasien yang mengalami pembedahan

digestif tahun 2010 adalah 410 pasien. Dan jenis pembedahan yang dilakukan

diantaranya laparatomi sebanyak 145 orang, herniotomi 110 orang,

appendiktomi 88 orang dan kolostomi 67 orang. Pada tanggal 1 Januari s.d 1

Mei tahun 2011 tercatat pembedahan digestif terbanyak dintaranya adalah

appendiktomi sebanyak 90 orang, laki-laki 53 orang, Perempuan 37 orang,

laparatomi sebanyak 129 orang, laki-laki 70 orang, perempuan 59 orang.

Herniotomi sebanyak 113 orang,laki-laki 111 orang, perempuan 2 orang.

kolostomi sebanyak 32 orang, laki-laki 14 orang, perempuan 18 orang

(RSMH, 2011).

Tindakan operasi merupakan ancaman potensial atau aktual terhadap

integritas seseorang baik biopsikososial dan spiritual yang dapat menimbulkan

respon berupa nyeri. Rasa nyeri tersebut dapat menimbulkan efek yang

membahayakan yang akan mengganggu proses penyembuhan (Sari, 2008).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di IRNA

Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, sehubungan dengan

tindakan pembedahan digestif 3 dari 5 orang menyatakan merasakan nyeri

berat (7-9).

Metode penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologis dan

non-farmakologis. Pendekatan yang biasa digunakan adalah analgetik

golongan opioid untuk nyeri yang hebat dan golongan non streroid untuk nyeri

sedang atau ringan. Secara farmakologi penggunaan obat-obatan secara terus-


menerus bisa menimbulkan efek samping, seperti penggunaan analgesic

opioid yang berlebihan bisa menyebabkan depresi pernapasan atau sedasi,

bahkan bisa membuat orang menjadi mual-muntah dan konstipasi. Jika terus-

menerus diberikan obat-obatan analgetik untuk mengatasin nyeri bisa

menimbulkan reaksi ketergantungan obat, dan nyeri bisa terjadi lagi setelah

reaksi obat habis. Pendekatan non-farmakologi antara lain stimulasi dan

massase kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi saraf elektris transkutan,

distraksi, tehnik relaksasi, dan hypnosis (Smeltzer dan Bare, 2002).

Metode penatalaksanaan nyeri secara non-farmakologi yang sering

digunakan pada pasien pascabedah adalah distraksi. Distraksi adalah

pengalihan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat menurunkan

kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

Salah satu distraksi yang efektif adalah musik, musik terbukti menunjukkan

efek yaitu menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan

depresi, menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu. (Potter &

Perry, 2006).

Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan Murottal:

mendengarkan bacaan Al-quran yang dapat menurunkan hormon-hormon

stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks,

dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki

sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat

pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju

pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik
menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan

metabolisme yang lebih baik (Heru, 2008).

Terapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah

dibuktikan oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad al Khadi,

direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di

Florida, Amerika Serikat. Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter

Amerika, wilayah missuori AS, Ahmad Al-Qadhi melakukan presentasi

tentang hasil penelitianya dengan tema pengaruh Al-Quran pada manusia

dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Hasil penelitian tersebut menunjukan

hasil positif bahwa mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh

yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini

tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat berbasis

computer (Remolda, 2009).

Al-Quran merupakan obat yang komplet untuk segala jenis penyakit,

baik penyakit hati maupun penyakit fisik, baik penyakit dunia maupun

penyakit akhirat (Ad-Dihami, 2005), sedangkan Yani Ahmad (2002)

menyatakan bahwa Al-Quran bermanfaat untuk menjadi obat, penawar dan

penyembuh dari berbagai persoalan hidup manusia.

Al-Qarni (2009) menyatakan bahwa bacaan surat Al-Quran yang

terbaik adalah Al-Faatihah, karena intisari dari Al-Quran adalah surat Al-

Faatihah, dan pemahaman terhadap Al-Quran diawali dengan pemahaman

terhadap Al-Faatihah. Surat tersebut juga dapat digunakan untuk mengurangi

/menurunkan kecemasan. Keseluruhan efeknya telah menjadikan Al-Faatihah


sangat selaras dengan nuansa sholat dan ibadah. Uraiannya yang singkat dan

jelas, serta kualitas nada hurufnya yang tinggi membuat Al-Faatihah mudah

dibaca dan dihafal semua orang dengan latar belakang apa pun. Al-Faatihah

merupakan surat yang paling banyak dibaca oleh umat manusia, karena Al-

Faatihah harus dibaca dalam setiap sholat (Mustamir, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Tindakan operasi merupakan ancaman potensial atau aktual terhadap

integritas seseorang baik biopsikospsial dan spiritual yang dapat menimbulkan

respon berupa nyeri (Sari, 2008). Metode pelaksanaan nyeri secara non-

farmakologi yang efektif yaitu distraksi pendengaran dengan

memperdengarkan Ayat Alquran. Berdasarkan hal tersebut, Belum diketahui

pengaruh manajemen nyeri secara nonfarmakologi dengan tehnik distraksi :

mendengarkan Ayat Al-Quran terhadap intensitas pascabedah digestif di

IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada Pengaruh Distraksi : Mendengarkan Ayat Al-Quran

terhadap Intensitas Nyeri Pascabedah Digestif Di Ruang IRNA Bedah RSUP

Dr. Mohammad Hoesin Palembang.


1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh

distraksi: terapi ayat Alquran terhadap intensitas nyeri pasien pascabedah

di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohamad Hoesin Palembang.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik Responden yang mengalami nyeri

pascabedah digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang.

2. Mengidentifikasi intensitas nyeri sebelum diberikan distraksi :

terapi ayat Alquran terhadap intensitas nyeri pascabedah digestif

di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3. Mengidentifikasi intensitas nyeri setelah diberikan distraksi :

terapi ayat Alquran terhadap intensitas nyeri pascabedah digestif

di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

4. Menganalisa pengaruh distraksi : terapi ayat Alquran terhadap

intensitas nyeri pasien pascabedah digestif di IRNA Bedah RSUP

Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Peneliti

Sebagai bahan pengetahuan dan menambah wawasan peneliti tentang

penatalaksanaan nyeri secara non-farmakologi dengan distraksi

pendengaran Ayat Al-Quran dan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi.

1.5.2 Institusi

Sebagai referensi bagi perpustakaan dan sebagai bahan acuan bagi

penelitian berikutnya dimasa yang akan datang khususnya tentang

penangan nyeri secara non-farmakologi : distraksi pendengaran.

1.5.3 Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit khususnya Instalasi Rawat Inap

Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang untuk menentukan

kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dalam

mengurangi rasa nyeri pada pasien pascabedah digestif..


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Perioperatif

Keperawatan perioperatif dilakukan berdasarkan proses keperawatan

dan perawat perlu menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu

selama periode perioperatif sehingga klien memperoleh kemudahan sejak

datang sampai klien sehat kembali. Asuhan keperawatan perioperatif meliputi

asuhan keperawatan yang diberikan sebelum (preoperatif ), selama (

intraoperatif ), dan setelah ( pascaoperatif ) (Potter & Perry, 2006).

Perawat harus melakukan tindakan aseptik bedah yang baik ;

membuat dokumentasi yang lengkap dan menyeluruh ; dan mengutamakan

keselamatan klien pada seluruh fase. Penyuluhan dan rencana pulang yang

efektif diperlukan untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya komplikasi

(Potter & Perry, 2006).

Pada bedah digestif, ada beberapa resiko intra dan pascaoperatif yang

perlu diperhatikan oleh perawat perioperatif. Proses keperawatan perioperatif

berupaya dan mempunyai peran untuk menurunkan resiko bedah digestif baik

intra dan pascabedah dengan upaya mengaplikasikan asuhan secara

komprehensif sejak fase praoperatif sampai pascaoperatif. Keperawatan

perioperatif berupaya menunjang pembedahan agar tujuan pembedahan dapat

terlaksana secara optimal ( Muttaqin, 2009 ).

2.1.1 Keperawatan Prabedah


Fase praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi

diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat

atau klasifikasi pembedahan. Pasien yang menjalani pembedahan digestif

secara laparatomi beresiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit yang berkaitan dengan persiapan usus praoperatif; resiko

mengalami hipotermia akibat penguapan air akibat terbukanya rongga

abdomen; serta gejala praoperatif misalnya muntah, diare, atau

pengeluaran cairan yang berkaitan dengan obstruksi (Sari, 2009 ).

Persiapan prabedah sangat penting untuk mengurangi faktor resiko,

karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian

keadaan penderita. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya

kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindak bedah, dan

ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan

(Sjamsuhiidajat, 2005 ).

Tindakan umum yang dilaksanakan setelah dilakukan pembedahan

adalah mempersiapkan pasien agar penyulit pascabedah dapat dicegah

sebanyak mungkin. Setelah tindakan tersebut dilakukan secara rutin,

seperti pembersihan kulit, persiapan di ruangan bedah pasien dan

persiapan fisik serta mental (Smeltzer & Bare, 2002 ).

2.1.2 Keperawatan Intrabedah

Fase intraoperatif adalah suatu masa dimana pasien sudah berada

di meja pembedahan sampai kee ruang pulih sadar. Asuhan keperawatan

intraoperatif merupakan salah satu fase asuhan yang dilewati pasien bedah
dan diarahkan pada peningkatan keefektifan hasil pembedahan. Pada fase

intraoperatif, pasien akan mengalami berbagai prosedur. Prosedur

pemberian anastesi, pengaturan posisi bedah, manajemen asepsis, dan

prosedur tindakan invasive akan memberikan implikasi pada masalah

keperawatan yang akan muncul. Pada pelaksanaannya, proses keperawatan

intraoperatif membutuhkan persiapan yang baik dan pengetahuan tentang

proses yang terjadi selama prosedur pembedahan dilaksanakan (Muttaqin,

2009).

Pada setiap pembedahan diperlukan upaya untuk menghilangkan

nyeri. Istilah anestetik dan analgetik mengacu pada kelompok obatnya.

Peranan anastesia pada pembedahan adalah melindungi penderita dari

akibat operasi yang memberi dampak jasmaniah maupun rohaniah.

Pembedahan berarti bahwa penderita dihilangkan kesadarannya, dilukai

dan dibuka (Sjamsuhidajat, 2005).

2.1.3 Keperawatan Pascabedah

Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks

akibat perubahan fisiologis yang mungkin terjadi. Klien yang mendapat

anestesi umum cenderung menghadapi komplikasi yang lebih besar

daripada klien yang hanya mendapat anestesi local. Klien yang

membutuhkan anestesi umum biasanya menjalani pembedahan yang luas.

Sebaliknya klien bedah sehari yang mendapat anestesi local tanpa sedatif

dan mempunyai tanda tanda vital yang stabil dapat segera pulang. Klien

yang mendapat anestesi regional atau umum dipindahkan ke unit


perawatan pascaanestesi ( UPPA ) untuk menstabilkan kondisi klien

sebelum pulang dan klien yang mendapat anestesi local dapat langsung ke

unit bedah (Potter & Perry, 2006).

Beberapa kelainan yang timbul pascabedah dapat terjadi akibat

tindakan bedahnya (luka bedah), akibat anestesinya, atau akibat faktor

lain. Faktor lain ini termasuk status imunologi, seperti komorbiditas atau

masalah psikologis. Pembedahan merupakan suatu kekerasan dan trauma

bagi penderita, sedangkan anestesia dapat menyebabkan kelainan yang

dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang

sering dikemukakan adalah nyeri, demam, takikardia, batuk atau sesak

nafas, kolaps dan memburuknya keadaan umum, mual dan muntah, serta

gangguan penyembuhan luka operasi (Jong, 2005).

Fase pascaoperatif merupakan suatu kondisi dimana pasien sudah

masuk di ruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk

di bawa ke ruang rawat inap. Pada bedah digestif, kondisi pascabedah

digestif area rectum dan anus akan meningkatkan resiko infeksi, karena

sifat saluran pencernaan bagian bawah yang tidak steril. Kondisi disfungsi

saluran pencernaan biasanya berkaitan dengan malnutrisi. Apabila terjadi

gangguan metabolisme, maka timbul masalah dalam penyembuhan luka

dan keseimbangan cairan. Kehilangan darah yang keluar pada intrabedah

abdomen biasanya masih, karena organ organ intraabdomen secara

anatomis memiliki tingkat vaskularisasi tinggi dan pembuluh darah

berukuran besar, sehingga adanya trauma prosedur bedah akan berdampak


pada kehilangan darah secara spontan dan mempengaruhi kondisi

hemodinamik (Sari, 2005).

Komplikasi pembedahan, menurut Rondhianto (2008) yaitu: syok (

tanda tanda: pucat, kulit dingin, basah, pernapasan cepat, sianosis pada

bibir, gusi dan lidah, nadi cepat, lemah dan bergetar, penurunan tekanan

darah, urin pekat), pendarahan thrombosis vena profunda ( komplikasi

serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmmonari dan

sindrromm pascaflebitis), retensi urin, infeksi luka operasi ( dehisiensi,

eviserasi, fistula, nekrose, abses), sepsis ( dapat menyebabkan kematian

bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ),

embolisme pulmonal( mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk

tusuk dan sesak nafas, cemas, dan sianosis), serta komplikasi

gastrointestinal, nyeri dan juga distensi abdomen).

2.2 Konsep Nyeri

2.2.1 Definisi Nyeri

Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri ( International

Association for the Study of Pain, IASP ) Mendefinisikan nyeri sebagai

"suatu sensori Subjektif dan pengalaman emosional yng tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau yang dirasakan dalam kejadian kejadian dimana terjadi

kerusakan" (IASP. 1979).Nyeri dapat merupakan faktor utama yang


menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu

penyakit (Potter & Perry, 2006).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

(Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Potter & Perry (2006) nyeri adalah

pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan

kondisi terjadinya kerusakan. Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang

tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu

keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila

seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

2.2.2 Fisiologi Nyeri

2.2.2.1 Stimulus

Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus ( rangsang nyeri )

dan reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung

ujung saraf bebas kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat.

Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus tersebut dapat berupa

biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik (Prasetyo, 2010).

2.2.2.2 Reseptor Nyeri

Reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi perubahan -

perubahan partikular di sekitarnya, kaitannya dengan proses terjadinya

nyeri maka resepto-reseptor inilah yang menangkap stimulus-stimulus

nyeri (Prasetyo, 2010).


Beberapa penggolongan reseptor sensori dalam Prasetyo (2010) :

1) Termoreseptor: reseptor yang menerima sensasi suhu (panas atau

dingin).

2) Mekanoreseptor; reseptor yang menerima stimulus-stimulus mekanik.

3) Nosiseptor: reseptor yang menerima stimulus-stimulus nyeri.

4) Kemoreseptor: reseptor yang menerima stimulus kimiawi.

Menurut Tamsuri (2007), berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat

dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh, yaitu :

1) Kulit (kutaneus)

Reseptor jarinagn kuit terbagi dalam dua komponen, yaitu:

a) Serabut A delta merupakan serabut komponen cepat ( kecepatan

transmisi 6-30m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam,

yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.

b) Serabut C merupakan komponen lambat 9kecepatan transmisi 0,5-

2m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri

biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.

2) Somatik Dalam

Stuktur reseptor nyeri somatic dalam meliputi reseptor nyeri yang

terdapat pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot, dan jaringan

penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya kompleks, nyeri yang

timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.

3) Viseral
Reseptor ini meliputi organ-organ visceral seperti jantung, hati, usus,

ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya

difus (terus-menerus) dan sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia,

dan inflamasi. Nyeri visceral dapat menyebabkan nyeri alih, yaitu

nyeri yang dapat timbul pada daerah yang berbeda/jauh dari organ asal

stimulus nyeri tersebut. Nyeri pindah ini dapat terjadi karena adanya

sinaps jaringan visceral pada medulla spinalis dengan serabut yang

berasal dari jaringan subkutan tubuh.

2.2.2.3 Alur Nyeri

Secara singkat proses terjadinya nyeri dapat dilihat pada gambar 2.2.

Stimulus nyeri: biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik.

Stimulus nyeri menstimulasi nosiseptor di perifer

Impuls nyeri diteruskan oleh serabut saraf afferen (A-delta & C) ke medulla
spinalis melalui dorsal horn

Impuls bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III)

Impuls melewati traktus spinothalamus.

Impuls masuk ke formation retikularis Impuls langsung


masuk ke thalamus

Sistem limbik Fast pain

Slow pain
Proses Terjadinya Nyeri
(Sumber: Prasetyo, 2010)
Menurut Prasetyo (2010), rangkaian proses terjadinya nyeri diawali

dengan tahap tranduksi, dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang

terletak pada bagian perifer tubuh distimulasi oleh berbagai stimulus,

seperti faktor biologis, mekanis, listrik, thermal, radiasi dan lainn-lain.

Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal 9 yaitu

serabut saraf A-Delta), sedangkan slow pain biasanya dicertuskan oleh

serabut saraf C. Serabut saraf A-Delta mempunyai karakteristik

menghantarkan nyeri dengan cepat serta bermielinasi, dan serabut saraf C

yang tiidak bermielinasi, berukuran sangat kecil dan bersifat lambat dalam

menghantarkkan nyeri. Serabut A mengirim sensasi yang tajam,

terlokalisasi dan jelas dalam melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi

intensitas nyeri. Serabut C menyampaikan impuls yang tidak terlokalisasi,

viseral dan terus-menerus.

Tahap selanjutnya adalah tranmisi, dimana impuls nyeri kemudian

ditranmisikanoleh serabut saraf efferen (A.-delta dan C) ke medulla

spinalis melalui dorsal horn, impuls akan bersinapsis di substansia

gelatinosa. Impuls kemudian menyeberang ke atas melewati traktus

sphinotalamus anterior dan lateral, kemudian diteruskkan langsung ke

thalamus tanpa singgah di formatio retikularis membawa impuls fast pain.

Dibagian thalamus inilah individu kemudian dapat mempersepsikan,

menggambarkan, melokalisasi, mengintrepetasikan dan mulai berespon

terhadap nyeri.
Beberapa impuls nyeri ditranmisikan melalui traktus

paleospinothalamus pada bagian tengah medulla spinalis. Impuls ini

memasuki formation retikularis dan sistem limbik yang mengatur perilaku

emosi dan kognitif, serta integrasi dari sistem otonom. Slow pain yang

terjadi akan membangkitkan emosi, sehinggatimbul respon terkejut,

marah, cemas, tekanan darah meningkat, keluar keringat dingin dan

jantung berdebar-debar.

2.2.3 Faktor faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Keluarga dan
dukungan sosial Usia
Gaya Koping

Pengalaman
Pengalaman Jenis kelamin
Nyeri
Terdahulu

Kebudayaan
Ansietas

Perhatian Makna Nyeri

Bagan 2.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri
(Sumber; Gil, 1990 dalam Potter & Perry, 2006)
1. Usia

Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak

diketahui secara luas. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang

banyak mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan


mengespresikan secara nyeri kepada orangtua atau perawat. Pada masa

orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan

mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007). Pada lansia, mereka lebih

untuk tidak melaporkan nyeri karena persepsi nyeri yang harus mereka

terima, menyangkal merasakan nyeri karena takut akan konsekuensi atau

tindakan media yang dilakukan dan takut akan penyakit dan rasa nyeri itu

(Smeltzer & Bare, 2002).

2. Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan

dalam berespon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi

subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi

terhadap nyeri dipengaruhi oleh factor-faktor biokimia dan merupakan hal

yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin (Potter

& Perry, 2006).

3. Budaya

Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana

seseorang berespons terhadap nyeri (bagaimana nyeri diuraikan atau

seseorang berperilaku dalam berespons terhadap nyeri). Pasien dengan

latar belakang budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti

diam seribu bahasa ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan bukan

perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien ke pasien yang lain

(Smeltzer & Bare, 2002).


4. Makna Nyeri

Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan

cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan

nyeri saat bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan

wanita lainnya yang nyeri karena dipukul oleh suaminya (Prasetyo, 2010).

5. Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mepengaruhi

persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan

meningkatkan respon nyeri sedangkan upaya pengalihan(distraksi0

dihubungkan dengan penurunan respon nyeri. Konsep inilah yang

mendasari berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi,

tehnik imajinasi terbimbing, dan massase atau pijatan (Prasetyo, 2010).

6. Pengalaman Sebelumnya

Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak

kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Efek yang tidak diinginkan

yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan pentingnya

perawat untuk waspada terhadap pengalaman masalalu pasien dengan

nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan tepat dan adekuat, individu mungkin

lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu

mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer & Bare, 2002).


7. Mekanisme Koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

seseorang menjadi kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan

perawatan kesehatan, klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal

yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan control terhadap

lingkungan atau hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Mekanisme koping empengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi

rasa nyeri (Potter & Perry, 2006).

8. Dukungan Keluarga dan Sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan

dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain, atau teman

terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang

terdekat akan meminimalkan kesepian adan ketakutan (Prasetyo, 2010).

2.2.4 Pengukuran Skala Nyeri

Cara mengukur intensitas nyeri, dengan mengembangkan sebuah

alat ukur nyeri (painometer) dengan skala longitudinal yang pada salah

satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan tanpa nyeri), dan ujung

lainnya nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat). Untuk mengukurnya,

penderita memilih salah satu bilangan yang menurutnya paling

menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia rasakan, dan nilai

ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu (Mubarak,

2008)
Tabel 2.1
Skala Nyeri menurut Hayward dalam Mubarak (2008).
Skala Keterangan

0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan
aktivitas yang biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol

a. Skala wajah ( face Pain Rating Scale)

Tabel 2.2
Skala Nyeri Berdasarkan Ekspresi Wajah Menurut Hayward
dalam Mubarak (2008)
Kategori Gambar Keterangan

Tidak nyeri

Sedikit Sakit

Sedikit lebih sakit

Lebih sakit lagi

Sangat Sakit

Sakit Hebat
b. Skala Deskriftif Verbal (Verbal Deskriptor Scale, VDS)

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri

Ada ringan sedang Hebat sangat paling


hebat
Nyeri
c. Skala Numerik (Numerikal Rating Scale, NRS)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Tidak ada nyeri nyeri sedang

nyeri hebat

d. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS)

Tidak ada nyeri nyeri sangat

hebat

VAS berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, dan ujungnya

mengidentifikasi nyeri yang berat. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada

garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi disepanjang rentang tersebut

(Smeltzer & Bare, 2002).

Perawat dapat menanyakan kepada klien tentang nilai nyerinya dengan

menggunakan skala 0 sampai 10 atau skala yang serupa lainnya yang

membantu menerangkkan bagaimana intensitas nyerinya. Nyeri yang


ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi nyeri untuk mengevaluasi keefektifannya. Jika klien mengerti

dalam penggunaan skala dan dapat menjawabnya serta gambaran-gambaran

yang diungkapkan atau ditunjukkan tersebut diseleksi dengan hati-hati, setiap

instrument tersebut dapat menjadi valid dan dapat dipercaya (Smeltzer &

Bare, 2002).

2.2.5 Nyeri Pascabedah

Tindakan operasi merupakan ancaman potensial atau aktual

terhadap inteegritas seseorang baik biopsikososial dan spiritual yang dapat

menimbulkan respon berupa nyeri. Rasa nyeri tersebut dapat timbul pada

setiap jenis tindakan operasi, bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek

yang membahayakan yang akan mengganggu proses penyembuhan (Sari,

2008).

Peredaan nyeri komplit pada daerah dari insisi bedah dapat tidak

terjadi selama beberapa minggu, tergantung pada letak dan sifat

pembedahan. Namun demikian, perubahan posisi pasien, penggunaan

distraksi dan pemijatan punggung dengan lotion yang menyegarkan dapat

sangat mmembantu dalam menghilangkan ketidaknyamanan temporer dan

meningkatkan medikasi lebih efektif ketika diberikan. Untuk mengetahui

rasa nyeri pascabedah bisa menggunakan obat-obatan secarafarmakologi

dan non-farmakologi (Smeltzer & Bare, 2002).


2.2.6 Manajemen Nyeri Non-farmakologi

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi nyeri, yaitu

salah satu nya dengan pemberian terapi nonfarmakologis. Terapi

nonfarmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni tanpa menggunakan

obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai tehnik yang setidaknya

dapat sedikit mengurangi rasa nyeri. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Distraksi

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu

selain nyeri. Ada empat tipe distraksi, yaitu distraksi visual, misalnya

membaca atau menonton televisi, Distraksi auditory, misalnya

mendengarkan musik, Distraksi taktil, misalnya menarik nafas dan

massase, Distraksi kognitif, misalnya bermain puzzle.

Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain

sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan

meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik distraksi dapat mengatasi

nyeri berdasarkan teori aktivasi retikuler, yaitu menghambat stimulus

nyeri ketika seseorang menerima masukan sensori yang cukup atau

berlebihan, sehingga menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak

(nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus sensori yang

menyenangkan akan merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri

yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang.

Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan Murottal

(mendengarkan bacaan Al-Quran), yang dapat menurunkan hormon-


hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan

perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan

tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan

darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan

aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih

lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,

pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik (Heru,

2008).

2. Stimulasi dan Massase kutaneus

Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan

untuk menghilangkan nyeri massase, mandi air hangat, kompres panas

atau dingin dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan

langkah-langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara

kerja khusus stimulasi kutaneus masih belum jelas. Salah satu pemikiran

adalah cara ini menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga memblog

transmisi stimulasi nyeri.

Teori Gate-kontrol mengatakan bahwa stimulasi kutaneus

mengaktifkan transmisi tersebut saraf sensori A-Beta yang lebih besar dan

lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut dan

delta-A berdiameterkecil. Gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri.

Bahwa keuntungan stimulasi kutaneus adalah tindakan ini dapat dilakkan

dirumah, sehingga memungkinkan klien dan keluarga melakukan upaya

kontrol gejala nyeri dan penanganannya. Penggunaan yang benar dapat


mengurangi persepsi nyeri dan membantu mengurangi ketegangan otot.

Stimulasi kutaneus jangan digunakan secara langsung pada daerah kulit

yang sensitif (Mander,2004).

3. Terapi es dan panas

Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi reseptor

tidak nyeri (non-nosiseptor). Terapi dingin dapat menurunkan

prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es

harus diletakkan di area sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat

meningkatkan aliran darah yang dapat mempercepat penyembuhan dan

penurunan nyeri (Smeltzer & Bare,2002).

4. Hipnosis

Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri melalui

pengaruh sugesti positif. Hypnosis-diri menggunakan sugesti dari

dankesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki

keadaan rileks dengan menggunakan bagian ide pikiran dan kemudian

kondisikondisi yang menghasilkan respons tertentu bagi mereka (Edelman

& Mandel, 1994).

Hypnosis-diri sama seperti dengan melamun. Konsentrasi yang

efektif mengurangi ketakutan dan sters karena individu berkonsentrasi

hanya pada satu pikiran. Selain itu juga mengurangi persepsi nyeri

merupakan salah satu sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah

membuang atau mencegah stimulasi nyeri. Hal ini terutama penting bagi
klien yang imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi

ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat dicegah dengan mengantisipasi

kejadian yang menyakitkan, misalnya seorang klien yang dibiarkan

mengalami konstipasi akan menderita distensi dan kram abdomen. Upaya

ini hanya klien alami dan sedikit waktu ekstra dalam upaya menghindari

situasi yang menenyebabkan nyeri (Mander, 2003).

5. Tehnik Relaksasi

Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajakan pada klien

bagaimana cara melakukan pernafasan, nafas lambat (menahan inspirasi

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.

Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi pernafasan juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah

(Smeltzer & Bare2002).

Menurut kegunaanya teknik relaksasi pernafasan dianggap mampu

meredakan nyeri, prosesnya menarik nafas lambat melalui hidung

(menahan inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas melalui

mulut secara perlahan-lahan.

2.3 Konsep Dasar Distraksi

2.3.1 Pengertian Distraksi.

Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap

nyeri ke stimulus yang lain. Stimulus yang menyenangkan dari luar juga
dapat merangsang sekresi endorphin, sehingga stimulus nyeri yang

dirasakan oleh klien menjadiberkurang. Peredaan nyeri secara umum

berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya

modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi,

oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin

akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera

saja (Tamsuri, 2007).

Salah satu distraksi yang efektif adalah musik, yang dapat

menurunkan nyeri fisiologis, stress dan kecemasan dengan mengalihkan

perhatian seseorang dari nyeri. Musik terbukti menunjukkan efek yaitu

menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan

depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah

persepsi waktu (Potter & Perry, 2006).

Psikoterapi dan para ahli menyusun terapi untuk pengobatan yang

disesuaikan dengan kepribadian klien, yaitu berusaha mengkombinasi

pengobatan medis dan psikoterapi secara bersamaan. Menurut Priharjo

(1996,hal.41)Terapi yang digunakan disini dengan mengunakan teknik

distraksi antara lain(1). distraksi visual, (2) distraksi pendengaran, (3)

distraksi pernafasan, (4) distraksi intelektual, (5) teknik pernafasan, (6)

imajinasi terbimbing. Untuk mengatasi rasa nyeri pascabedah digestif akan

digunakan tehnik distraksi pendengaran karena musik yang akan

diperdengarkan akan mengurangi tingkat ketegangan emosi.


Teknik distraksi pendengaran disini akan menggunakan salah satu

jenis perangsangan auditori yaitu: (1) pendengaran (perangsangan) lagu-

lagu, (2) pendengaran (perangsangan) Ayat suci Al-Quran.

2.3.2 Distraksi pendengaran

Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik

air. Klien dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang

tenang. Klien diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien

juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu,

seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki (Tamsuri, 2007).

Musik merupakan salah satu teknik distraksi yang efektif. Musik

dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan dengan

mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Musik terbukti menunjukkan

efek antara lain menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi

kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah,

dan mengubah persepsi waktu. Perawat dapat menggunakan musik dengan

kreatif di berbagai situasi klinik. Klien umumnya lebih menyukai

menampilkan suatu kegiatan (memainkan alat musik, menyanyikan lagu

atau mendengarkan musik) (Tamsuri, 2007).

Berdasarkan penelitian Moeloek (2005) dan A. Suci E., (2005),

musik dapat meningkatkan dan menstimulasi endorphin (hormon yang

berguna untuk menurunkan nyeri) serta mengatur hormon yang berkaitan


dengan stress yaitu adrenalin dan kortisol. Musik memberikan stimulasi

sensori yang menyenangkan sehingga menyebabkan pelepasan endorphin.

2.3.3 Manfaat Mendengarkan Al-quran

Terapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah

dibukikan oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukanal Al-Qodi,

direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di

Florida, Amerika Serikat. Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan

Dokter Amerika, melakukan presentasi tentang hasil penelitianya dengan

tema pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif fisiologi dan

psikologi. Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil positif bahwa

mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh yang signifikan

dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini tercatat dan

terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat berbasis computer

(Remolda, 2009).

Adapun pengaruh terapi pembacaan Al-Quran berupa, adanya

perubahan perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi

darah,perubahan detak jantung dan kadar darah pada kulit. Perubahan

tersebut menunjukan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat

saraf reflektif yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi

dan penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan

frekuensi detak jantung. Terapi murotal bekerja pada otak, dimana ketika

didorong oleh rangsangan dari luar (terapi Al-Quran), maka otak maka
memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul ini akan

menangkutkan kedalam reseptor reseptor mereka yang ada di dalam

tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau

kenyamanan (ORiordon, 2002).

Mendengarkan bacaan al-Quran ternyata memiliki banyak

manfaat bagi kita sebagai manusia, selain tentu saja karena melaksanakan

perintah Allah. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang dilaksakan di

Jurusan Fisika FMIPA UNPAD dari mulai 2006 2009, ternyata

mendengarkan al-Quran memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut:

1. Meredakan stress dan meningkatkan ketahanan terhadap stress

2. Meningkatkan relaksasi, ketenangan dan kenyamanan

3. Membantu mengatasi insomnia (penyakit susah tidur)

4. Meningkatkan imunitas (system kekebalan tubuh)

5. Meningkatkan kecerdasan Qalbu

Bahkan di Pakistan, mendengarkan al-Quran telah dijadikan salah

satu terapi pengobatan untuk berbagai penyakit. Karena itulah, marilah

mulai sekarang kita mulai mendengarkan al-Quran setiap pagi dan petang

( QS. al-Furqaan 25:5). Dengarkanlah dan perhatikanlah dengan tenang

agar kita mendapatkan rahmat yang dibawa oleh lantunan suara bacaan al-

Quran tersebut.

Al-Qur'an adalah wahyu Allah (7:2) yang berfungsi sebagai

mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw (17:88; 10:38) sebagai pedoman

hidup bagi setiap Muslim (4:105; 5:49,50; 45:20) dan sebagai korektor dan
penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya (5:48,15;

16:64), dan bernilai abadi. Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah

satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah

ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya

orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-masa yang akan

datang.

Bahasa Al-qur'an adalah mu'jizat besar sepanjang masa, keindahan

bahasa dan kerapihan susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-

buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti

adalah merupakan ciri dari gaya bahasa Al-Qur'an. Karena gaya bahasa

yang demikian itulah Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar

Al-Qur'an awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul

Walid, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu

mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan

Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya.

Al-Qarni (2009) menyatakan bahwa bacaan surat Al-Quran yang

terbaik adalah Al-Faatihah, karena intisari dari Al-Quran adalah surat Al-

Faatihah, dan pemahaman terhadap Al-Quran diawali dengan pemahaman

terhadap Al-Faatihah. Surat tersebut juga dapat digunakan untuk

mengurangi /menurunkan kecemasan. Keseluruhan efeknya telah

menjadikan Al-Faatihah sangat selaras dengan nuansa sholat dan ibadah.

Uraiannya yang singkat dan jelas, serta kualitas nada hurufnya yang tinggi

membuat Al-Faatihah mudah dibaca dan dihafal semua orang dengan latar
belakang apa pun. Al-Faatihah merupakan surat yang paling banyak

dibaca oleh umat manusia, karena Al-Faatihah harus dibaca dalam setiap

sholat (Mustamir, 2009).

Al-Faatihah adalah obat. Obatnya bersifat maknawi dan konkret

(nyata). Al-Faatihah menyembuhkan pikiran, hati, atheisme, kekufuran,

juga menyembuhkan berbagai penyakit lahiriah (Al-Qarni, 2009). Ketika

seseorang mendengar atau membaca surat Al-Faatihah, maka mata, telinga

dan otak akan memproses surat tersebut, sehingga mudah dipahami,

dihayati, dan disimpan dalam memori otak. Selanjutnya Al-Faatihah akan

dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.

Mendengarkan Al-Faatihah tanpa mengetahui maknanya juga

bermanfaat walaupun tidak sebesar bila mengetahui maknanya. Bacaan

Al-Faatihah yang didengarnya, impuls dari talamus akan tetap dikirim ke

amigdala, walaupun tidak ditransmisikan ke korteks. Apabila seseorang

mendengar bacaan Al-Fatihah secara tartil dan didengar dengan hati yang

ridha dan ikhlas, maka bacaan Al-Faatihah akan berpengaruh positif

terhadap mental (Mustamir, 2009).

2.3.4 Penurunan Nyeri dengan Mendengarkan Al-quran

Salah satu pendengaran atau perangsangan yang akan digunakan

yaitu perangsangan dengan menggunakan ayat Suci Al-Quran dipakai

terhadap intensitas nyeri pada pasien pascabedah digestif. Perangsangan

dengan menggunakan ayat suci Al-Quran juga bertujuan untuk

mengalihkan intensitas nyeri pada pasien pascabedah digestif dengan


memperdengarkan ayat-ayat Suci Al-Quran dicoba dengan memakai

teknik perangsangan selama 10-15 menit.

Ayat Suci Al-Quran melalui pemutaran kaset murotal. Menurut

Hawari (2009, hal.121) didalam Al-Quran surat Ar-Rad(13):28

mengandung arti Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tentram dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram, dan biasanya

orang yang sedang menderita sakit diliputi kecemasan dan kesedihan serta

keduanya dapat memperberat penyakit yang sedang dideritanya Oleh

karena itu pengobat rasa cemas hendaknya berdoa sebagaimana ayat dan

hadist berikut yang artinyaDan tidaklah Kami mengutus para Rasul

melainkan untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan

peringatan maka barang siapa yang beriman dan berbuat baik, bagi mereka

tidak ada kekhawatiran (kecemasan) dan tidak pula berduka cita dan

bersedih hati(Qs.Al-A`Nam(6):48).

2.3.5 Penelitian tentang Pengaruh Mendengarkan Al-quran

Seorang Al-Qodi, direktur utama Islamic medicine for education

and research yang berpusat di Amerika sekaligus konsultan ahli sebuah

klinik di panama city, Florida Amerika serikat telah melakukan penelitian

tentang pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif fisiologis dan

psikologis yang terbagi dalam 2 tahapan. Tahap pertama bertujuan untuk

menentukan kemungkinan adanya pengaruh Al-Quran pada fungsi organ

tubuh sekaligus mengukur intensitas pengaruhnya jika ada

(Mahmudi,2011).
Hasil eksperimen pertama ini membuktikan bahwa 97% responden,

baik muslim maupun non-muslim, baik yang mengerti bahasa arab

maupun tidak, mengalami beberapa perubahan fisiologis yang

menunjukkan tingkat ketengan urat syaraf reflektif. Hasilnya

membuktikan bahwa Al-Quran memiliki pengaruh yang mampu

merelaksasi ketegangan urat syaraf tersebut. Fakta ini secara tepat terekam

dalam system detector elektronik yang didukung computer guna mengukur

perubahan apapun dalam fisiologi(organ) tubuh (Mahmudi, 2011).

Dari penelitian tersebut juga diketahui, bahwa ketegangan urat

syaraf berpotensi mengurangi daya tahan tubuh yang disebabkan

terganngunya keseimbangan fungsi organ dalam tubuh untuk melawan

sakit atau membantu proses penyembuhan. Sementara itu, eksperimen

yang kedua diarahkan guna mengetahui efek relaksasi yang ditimbulkan

Al-Quran pada ketegangan syaraf beserta perubahan-perubahan fisiologis

yang mengirinya benar-benar disebabkan oleh kalimat-kalimat Al-Quran

sendiri secara definitif, tanpa memandang apakah kalimat-kalimat itu

dapat dipahami oleh pendengar atau tidak (Mahmudi,2011).

Penelitian Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang

dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian

yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara

pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan

ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.


Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian

Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek

penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2

wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan

mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah

Al-Quran.
1. Kerangka Teori
Manajemen nyeri secara
Bagan 2.1 Kerangka Teori farmakologi
(Smeltzer & Bare, 2002):
Pascabedah Digestif
(Muttaqin & Sari, 2007) Analgetik
1. Golongan opioid
2. Golongan non steroid

Manajemen nyeri secara non-


Nyeri
farmakologi
( Smeltzer 7 Bare,2002; Potter
(Smeltzer & Bare,2002; Potter
&Perry, 2006; Tamsuri, 2007;
& Perry, 2006; Tamsuri, 2007):
Prasetyo,2010)
1. Stimulasi dan massase
kutaneus
2. Terapi es dan panas
3. Stimulasi saraf elektris
transkutan
4. Distraksi
5. Tehnik Relaksasi
6. Hipnosis

Mendengarkan Ayat
Alquran

Distraksi
(Smeltzer & Bare,2002; Potter &
Perry, 2006;Tamsuri, 2007;
Prasetyo, 2010):
1. Distraksi visual
2. Distraksi Pendengaran:
Terapi mendengarkan
ayat Alquran
3. Distraksi intelektual
4. Imajinasi terbimbing
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep digunakan untuk

menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik

yang akan dibahas. Kerangka didapatkan dari konsep ilmu yang dipakai

sebagai landasan penelitian yang merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka

yang dihubungkan dengan garis sesuai dengan variable yang diteliti ( Setiadi,

2007 ).

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

ada pengaruh distraksi : mendengarkan ayat Al-quran terhadap intensitas

nyeri pada pasien pascabedah digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


Pengaruh Distraksi : Mendengarkan ayat Alquran terhadap intensitas nyeri
pasien pascabedah digestif

Distraksi: Mendengarkan
Ayat Alquran

Intensitas nyeri pasien Intensitas nyeri pasien


pascabedah digestif pascabedah digestif
sebelum
1. Definisi intervensi
Operasional saetelah diberikan
intervensi
3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Nursalam,

2009). Definisi operasional variable-variabel dalam penelitian ini dijelaskan

dalam table 3.1.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Intensitas Rasa tidak Numeric Wawancar Rentang nilai 0- Rasio
nyeri nyaman, Rating a dan 10
pasien sensasi yang Scale Observasi
pascabeda tidak (NRS)
h digestif menyenangka
sebelum n dan juga
dilakukan rasa sakit
distraksi : yang
mendenga dirasakan dan
rkan Ayat diungkapkan
Al-Quran. pasien

Intensitas Rasa tidak Numeric Wawancar Rentang nilai 0- Rasio


nyeri nyaman, Rating a dan 10
pasien sensasi yang Scale Observasi
pascabeda tidak (NRS)
h digestif menyenangka
setelah n dan juga
dilakukan rasa sakit
distraksi : yang
mendenga dirasakan dan
rkan Ayat diungkapkan
Al-Quran. pasien

3.3 Hipotesis

Ho: Tidak adanya pengaruh distraksi : mendenggarkan ayat Alquran terhadap

intensitas nyeri pada pasien pascabedah digestif.

Ha: Ada pengaruh distraksi : mendengarkan ayat Alquran terhadap intensitas

nyeri pada pasien pascabedah digestif.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan

rancangan penelitian Pra-eksperimental, dengan jenis penelitian One group

pra-post test design (pra-pascates dalam satu kelompok). Ciri tipe penelitian

ini adalah mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan

satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan

intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah diberikan intervensi (Nursalam,

2009; Notoatmodjo, 2010).

Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

Pretest Intervensi Postest

Intensitas nyeri Mendengarkan Ayat Alquran Intensitas nyeri


Pasien pascabedah surah Al-faatihah pasien pascabedah
Digestif sebelum digestif setelah
Intervensi intervensi

Intervensi yang diberikan adalah tehnik distraksi dengan

mendengarkan Ayat Alquran pada pascabedah digestif. Pada kelompok

subjek diawali dengan mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan skala

Numeric Rating Scale (NRS), skala yang digunakan adalah 0-10, dan setelah

dilakukan intervensi dengan memperdengarkan Ayat Alquran dilakukan

pengukuran kembali untuk mengetahui akibat dari intervensi. Pengujian


sebab-akibat dilakukan dengan cara membandingkan hasil pra-tes dan pasca-

tes.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang IRNA Bedah Kelas III RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan 16 Januari 20012 sampai 15 Februari

tahun 2012.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien

pascabedah digestif yang dirawat di Ruang IRNA Bedah Kelas III RSUP

Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang berjumlah 410 pasien.

4.3.2 Sampel Penelitian

Tekhnik sampling yang digunakan adalah Nonprobability sampling

dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu tehnik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya ( Notoatmodjo, 2010

).
Penentuan besar sampel : N
n=
1 + N(d)

n= 410/12
1 + 34,2(0,01)

n= 34,2
1 + 34,2(0,01)

n= 34,2
1 + 34,2(0,0001)

n= 34,2
1 + 0,00342

n= 34,2 = 34,08 34 Responden


1,00342
Keterangan:

n= Besar Sampel

N= Besar Populasi ( populasi setahun/12 bulan)

d= Presisi (0,01)

Kriteria inklusi yang ditentukan sebagai sampel penelitian ini adalah

1. Pasien pascabedah digestif dengan keluhan nyeri dengan keluhan nyeri

minimal 6 jam setelah pembedahan dan dirawat di Ruang IRNA Bedah

Kelas III RSUP Dr. Mohammad Hoesin

2. Pasien beragama Islam

3. Pasien kooperatif

4. kesadaran compos mentis dan mampu berkomunikasi dengan baik

5. Bersedia menjadi responden


6. Tidak mengalami gangguan pendengaran.

4.4 Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data

4.4.1 Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang

dikumpulkan dari hasil pengukuran skala intensitas nyeri pascabedah

digestif dengan Numeric Rating Scale (NRS), diobservasi langsung saat

meneliti pasien yang sudah dilakukan pembedahan digestif yang dirawat

di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011.

Data sekunder yaitu data yang didapat dari buku status klien untuk

mengetahui karakteristik responden, yaitu umur,jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, suku, dan jenis operasi responden.

Penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Peneliti datang ke ruang IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

2) Mengidentifikasi responden sesuai dengan kriteria, meminta izin dan

kesediaan untuk menjadi responden, serta mencatat identitas

responden.

3) Menjelaskan kepada responden tentang pemberian peryataan tentang

intensitas nyeri pada responden sebelum dan setelah dilakukannya

intervensi.
4) Peneliti melakukan pengukuran intensitas nyeri responden dengan

menggunakan Numeric Rating Scale dengan rentang nilai 0-10.

5) Peniliti menggunakan Mp3 Player dan headphone dengan tujuan agar

tidak mengganggu klien atau staff yang lain dan memmbantu klien

untuk berkonsentrasi pada terapi yang diberikan.

6) Mempersiapkan Mp3 Player yang akan digunakan, lalu peneliti

memasangkan headphone pada responden dan memperdengarkan

Surah Al-faatihah sebanyak 5x pengulangan surah Al-Fatihaah.

7) Sesuaikan volume yang digunakan dengan batas ambang normal

pendengaran klien.

8) Minta klien untuk rileks dalam mendengarkan surah Al-faatihah.

9) Tinggalkan klien sendirian ketika terapi sedang berlangsung.

10) Setelah terapi dihentikan (maksimal 5 menit), anjurkan responden

untuk lebih rileks dan peneliti mengukur kembali intensitas nyeri

responden. Musik mempengaruhi responden dalam berespon terhadap

nyeri, karena distraksi dengan music bekerja meberikan pengaruh

paling baik untuk jangka waktu yang singkat dan mengatasi nyeri

intensif yang hanya berlansung beberapa menit (Potter & Perry, 2006).

4.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Data responden didapatkan dengan cara observasi yaitu check list

terhadap responden, dan subjek penelitian adalah pasien pascabedah

digestif dengan kriteria inklusi di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad


Hoesin Palembang tahun 2011. Cara observasi dilakukan pada saat pasien

mengeluh nyeri minimal 6 jam setelah operasi pembedahan.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Daftar pertanyaan tentang identitas responden

Daftar pertanyaan tersusun dengan baik, sehingga responden mudah

untuk menjawab, member tanda silang atau check list pada pilihan

jawaban yang tersedia.

2) Skala pengukuran intensitas nyeri Visual Analog-Numeric Rating

Scale dengan rentang nilai 0-10, dimana responden hanya

menunjukkan skala tersebut sesuai dengan nyeri yang sedang dirasakan

saat itu.

3) Mp3 Player yang dilengkapi headphone

4.5 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa rekomendasi

dari institusi pendidikan STIKES Muhammadiyah Palembang dengan cara

mengajukan permohonan izin kepada direktur RSUP dr. Mohamamd Hoesin

Palembang setelah mendapat persetujuan, barulah peneliti menekankan

masalah etika yang meliputi :

4.7.1 Lembar persetujuan penelitian (Informed Consent)


Pasien harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam, 2009).

4.7.2 Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data. Peneliti

hanya mencantumkan inisial nama responden.

4.7.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti meyakinkan kepada responden bahwa partisipasi subjek

dalam penelitian ini hanya untuk penelitian dan informasi yang telah

diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

subjek dalam bentuk apapun. Kerahasiaan informasi responden dijamin

peneliti dan peneliti meyakinkan bahwa data atau informasi yang

diperoleh hanya untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

4.6 Pengolahan Data

Menurut Notoadmodjo, 2010 cara pengolahan data terdiri dari :

4.6.1 Editing (Pengeditan Data)

Hasil observasi dari lapangan harus dilakukan penyuntingan

(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan

untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau check list tersebut.
Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan

perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-

jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan

yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan

dalam pengolahan data missing (Notoatmodjo, 2010; Nursalam, 2009).

4.6.2 Codding ( Pengkodean )

Setelah dilakukan proses editing pada instrumen penelitian,

selanjutnya dilakukan proses pengkodean atau coding, yakni

mengubah data berbentuk kata atau huruf menjadi data angka atau

bilangan. Seperti; Umur (1=Dewasa, 2=Tua, 3=Lansia), Jenis kelamin

(1=Laki-laki, 2=Perempuan), Pendidikan (1=Tidak sekolah, 2=SD,

3.=SMP, 4=SMA, 5=Perguruan tinggi), dll. (Notoatmodjo, 2010).

4.6.3 Proccesing ( Pemrosesan Data )

Pada penelitian ini Data Entry, yakni jawaban hasil observasi dari

masing-masing responden yang dalam bentuk kode (huruf) dimasukkan

ke dalam program komputer.

4.6.4 Cleanning ( Pembersihan )

Pada penelitian ini Data Cleaning dilakukan untuk mengecek

kembali data yang telah dimasukkan, untuk untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.


4.7 Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua

macam analisa data, yaitu : analisa univariat dan analisa bivariat.

4.7.1 Analisa Univariat

Adalah metode statistik yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh gambaran distribusi dan frekuensi dari variabel yang diteliti

yaitu pengetahuan dan psikomotor. Analisa ini dimulai dengan

perhitungan frekuensi dan mempresentasikan nilai masing- masing

variabel. Untuk data numerik gunakan nilai mean, median, dan standar

deviasi. Hasil analisa univariat ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi,

frekuensi dan narasi (Haston, 2001).

4.7.2 Analisa Bivariat

Adalah metode statistik yang digunakan oleh peneliti intik

mengetahui pengaruh dari intervensi terhadap variabel penelitian yaitu

untuk mengetahui adakah pengaruh Distraksi : Mendengarkan Ayat Suci

Alquran terhadap Intensutas Nyeri Pascabedah Digestif dengan melihat

perbedaan mean (rata-rata) kelompok data yang Dependen dengan

menggunakan program komputer, analisa data dihitung dengan memakai

Uji Dua Kelompok Berhubungan (Paired Sample t test).

Uji t test termasuk dalam uji statistik parametrik yaitu uji yang

menggunakan asumsi-asumsi data berdistribusi normal dengan varians

homogen. Uji t test apabila untuk membandingkan rata-rata dari dua

kelompok. Sedangkan menggunakan paired t test, apabila data yang


dikumpulkan dari dua sampel yang saling berhubungan, artinya satu

sampel akan mempunyai dua data. Rancangan ini membandingkan rata-

rata nilai pre test dan rata-rata nilai post test dari satu sampel (Riwidikdo,

2010). Bila nilai value < (0,05), maka Ho ditolak yang artinya ada

hubungan antara dua variabel yang diuji dan apabila nilai value >

(0,05), maka Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara dua

variabel yang diuji dengan derajat kepercayaan 95%. Sebelum dilakukan

uji T, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut (Dahlan, 2009) :

1) Memeriksa syarat Uji T untuk keloompok berpasangan

a. Distribusi data harus normal (Wajib)

b. Varians data tidak perlu diuji karena kelompok data berpasangan.

2) Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal) maka dipilih uji T

berpasangan.

3) Jika tidak memenuhi syarat (data tidak berdistribusi normal) dilakukan

transformasi data terlebih dahulu.

4) Jika variabel baru hasil transformsi data berdistribusi normal, maka

dipakai Uji T berpasangan.

5) Jika variabel baru hasil transformasi data tidak berdistribusi normal,

maka dipakai Uji Wilcoxon.

Pada penelitian ini, analisis bivariat didapatkan distribusi

perbandingan intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi dengan

menggunakan Uji Wilcoxon sebagai Uji alternatif, Karena sebaran data

tidak terdistribusi normal.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang

1. Sejarah Perkembangan

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Mohammad Hoesin

Palembang terletak di pusat Kota Palembang. Pada mulanya RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang yang dibangun pada tahun 1953 yang

dibiayai oleh Pemerintah Pusat atas prakarsa Menteri Kesehatan Republik

Indonesia yang saat itu dijabat oleh Dr. Mohammad Ali (Lie Kiat Teng).

Pada tanggal 3 Januari 1957, rumah sakit ini mulai beroperasi yang dapat

melayani masyarakat se-Sumatera Bagian Selatan yang meliputi Provinsi

Sumatera Selatan, Lampung, Jambi dan Bangka Belitung.

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dahulu bernama Rumah

Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang resmi menggunakan nama RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang pada tanggal 4 Oktober 1997, berdasarkan SK Menteri

Kesehatan RI No : 1297 / Menkes / SK / XI / 1997. Tahun 2000 dengan PP

No.122/2000, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang ditetapkan menjadi

salah satu dari 13 Rumah Sakit Pemerintah menjadi Rumah Sakit

Perusahaan Jawatan di Indonesia dan operasionalnya dimulai tanggal 01

Januari 2002.
Pada tahun 2003 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah

menyediakan pelayanan rawat jalan tanpa antri, yaitu di Graha Spesialis,

yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan mulai

operasional berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama No.

KR.01.06.1.583. Graha Spesialis tersebut merupakan salah satu pelayanan

unggulan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Pada tanggal 27 Desember 2005 RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum (BLU) diatur dengan

permenkes RI No: 1680/Menkes/pek/XII/2005, sedangkan untuk fasilitas

patologi anatomi dan rehabilitas medis akan di tempat kan pada bangunan

lain setelah di renovasi pada tahun 2007, demikian juga pembuatan nya

akan di lengkapi sesuai dengan standar pelayanan.

Melalui berbagai persiapan dan pembinaan serta penilaian dari tim

survei komisi gabungan Akreditasi Rumah Sakit, maka dengan keputusan

Menteri Kesehatan sejak tanggal 12 September 2009 enam belas pelayanan

di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah memperoleh status

terakreditasi. Dan saat ini RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

menjadi Rumah Sakit tipe A dan menjadi rumah sakit terbesar dan

sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan se-Sumatera Selatan, Jambi,

Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung.

Direktur RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang adalah dr.

Yanuar Hamid,Sp.PD., MARS. (periode 2011 sampai sekarang)

2. Visi
Visi RSUP Dr. Mohammad Hoesinn Palembang yaitu : Menjadi

Rumah Sakit Pusat Pelayanan Kesehatan, Pendidikan, dan penelitian Yang

Terbaik dan Bermutu se-Sumatera Bagian Selatan.

3. Misi

Adapun misi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sebagai

berkut:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan

berkualitas tinggi

b. Menyelenggarakan jasa pendidikan dan penelitian dalam bidang

kedokteran dan kesehatan.

c. Menyelenggarakan promosi kesehatan.

4. Motto

Motto RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yaitu:

Kesembuhan dan Kepuasan Anda merupakan Kebahagiaan Kami.

5. Tujuan

Adapun tujuan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sebagai

berikut:

a. Meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi pada

kepentingan masyarakat.

b. Meningkatkan citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat dalam

bidang kesehatan.
c. Menghasilkan tenaga dokter, dokter spesialis dan keperawatan yang

berkualitas dan bermoral tinggi.

6. Fungsi

Adapun fungsi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sebagai

berikut:

a. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan

promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.

b. Pengembangan pelayanan, pendidikan dan penelitian dibidang

kegawatdaruratan, gastroentrologi, rehabilitasi medis, kardiovaskular,

stroke, reproduksi, transplantasi serta pelayanan penunjang.

c. Pelayanan kesehatan lainnya, seperti pendidikan, penelitian dan usaha

lain dalam bidang kesehatan.

7. Budaya

S : Senyum, Sapa, Santun Semua petugas Rumah Sakit dalam memberi

pelayanan kepada masyarakat harus bersikap ramah tamah dengan

menunjukkan air muka yang jernih dan ikhlas.

E: Efisien & Efektif Dalam melaksanakan semua aktifitas di rumah

sakit, petugas harus selalu melakukan efisiensi untuk mencapai

tujuan.
H: Harmonis Terdapat keserasian atau keharmonisan dalam kerjasama

antara petugas medis, paramedis dan non medis dengan pasien dan

keluarga pasien serta pengguna jasa rumah sakit yang lainnya.

A: Akuntabilitas Semua kegiatan pelayanan dan transaksi keuangan

harus dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan ilmiah

serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

T: Transparansi Ada keterbukaan di segenap aspek kegiatan.

B. Karakteristik Ruang Bedah

Instalasi Rawat Inap Bedah adalah organisasi fungsional di lingkungan

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang di bawah dan tanggung jawab

langsung kepada direktur medik dan keperawatan. Rumah sakit umum pusat

Dr. Mohammad Hoesin Palembang dibagi dalam beberapa instalasi rawat inap

dan rawat jalan, salah satunya adalah instalasi rawat inap bedah yang dikepalai

oleh kepala instalasi yang terdiri dari sembilan ruangan, yaitu ruangan kelas

bedah A, ruangan kelas bedah B, ruangan kelas bedah C, ruangan kelas bedah

D, ruangan kelas bedah E, ruangan kelas bedah F (mata), ruangan kelas bedah

G (ROW), ruang peduli kasih dan ruang THT.

1. Visi

Menjadi IRNA Bedah (Bedah THT dan Mata) yang terbaik dan

bermutu se-Sumatera Selatan dalam bidang pelayanan dan pendidikan

penelitian
2. Misi

1) Memberikan pelayanan rawat inap bedah (Bedah THT dan Mata) yang

komprehensif.

2) Mempersiapkan tenaga sumber daya manusia yang profesional.

3) Menyiapkan fasilitas kesehatan sesuai standar.

4) Melaksanakan promosi kesehatan rumah sakit.

3. Falsafah

Memberikan pelayanan terbaik bagi pasien bedah maupun

memberikan rasa nyaman pada pasien.

4. Motto

Mengutamakan kepuasan pasien dan keluarga dalam pelayanan

keperawatan bedah.

Tabel 5.1
Tabel karakteristik ruangan penelitian di IRNA Bedah RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011

Kelas Tempat Tidur Jumlah


Ruangan Cadangan
I A I B II A II B III Perawat
RBD 1 4 2 7 22 2 16
RBE - - - 8 22 5 22
RBF - - - 8 30 3 11
RBG - - - 5 16 3 14
RPK - - - - 50 5 18
Jumlah 1 4 2 28 140 18 81
C. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada pasien

Pascabedah Digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang dari tanggal 16 Januari - 15 Februari 2012, Penelitian ini tidak

dilakukan disemua ruang bedah dengan alasan ketentuan dari lapangan hanya

dilakukan di ruang RBD, RBE, RBF, RBG, dan RPK. Dari responden Yang

berjumlah 34 orang didapatkan hasil yang diuraikan dalam bentuk tabel dan

narasi, yaitu sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur pada
Pasien Pasca Bedah Digestif di RSUP Dr. Mohammad
Hoesin PalembangTahun 2012

Jumlah
Umur
F %
Dewasa 18-40 15 44,1 %
Tua 41-65 6 17,6 %
Lansia > 65 13 38,2 %
Jumlah 34 100%
*sumber penelitian 2012

Berdasarkan tabel 5.2 ditunjukkan bahwa sebagian besar umur

responden dengan Pasca Bedah Digestif di RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang yaitu dengan katagori Dewasa sebanyak 15 orang

responden (44,1%).
b. Jenis Kelamin

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada
Pasien Pasca Bedah Digestif di RSUP Dr. Mohammad
HoesinPalembang Tahun 2012
Jumlah
Jenis Kelamin
f %
Laki-laki 18 52,9 %
Perempuan 16 47,1 %
Jumlah 34 100
*sumber penelitian 2012

Berdasarkan tabel 5.3 ditunjukkan bahwa sebagian besar jenis

kelamin responden dengan post appendiktomi di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang yaitu dengan katagori berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 52,9 %.

c. Pendidikan

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan pada
Pasien Pasca Bedah di RSUP Dr. Mohammad
HoesinPalembang Tahun 2012

Pendidikan Jumlah
F %
Tidak Sekolah 2 5,9%
SD 13 38,2%
SMP 8 23,5%
SMA 8 23,5%
PT 3 8,8%
Jumlah 34 100%
*sumber penelitian 2012

Berdasarkan tabel 5.4 ditunjukkan bahwa sebagian besar

Pendidikan responden dengan pasca bedah digestif di RSUP Dr.


Mohammad Hoesin Palembang yaitu dengan katagori SD sebanyak

38,2%.

d. Pekerjaan

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan pada
Pasien Pasca Bedah Digestif di RSUP Dr. Mohammad
HoesinPalembangTahun 2012

Pekerjaan Jumlah
F %
Tidak Bekerja 19 55,9%
Wiraswasta 10 29,4%
Petani 5 14,7%
Jumlah 34 100%
*sumber penelitian 2012

Berdasarkan table 5.5 di tunjukkan bahwa sebagian besar

pekerjaan responden pasca bedah digestif di RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang yaitu dengan katagori Tidak Bekerja sebanyak

55,9%..

e. Suku

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri pada Pasien Pasca Bedah
Digestif di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2012

Suku Jumlah
f %
Jawa 17 50,0%
Palembang 14 41,2%
Sunda 2 5,9%
Batak 1 2,9%
Jumlah 34 100%
*sumber penelitian 2012
Berdasarkan tabel 5.6ditunjukkan bahwa Suku Pasien Pasca

Bedah digestif di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, diperoleh

sebagian besar responden dengan Suku Jawa 50,0%.

f. Jenis Operasi

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Operasi pada
Pasien Pasca Bedah Digestif di RSUP Dr. Mohammad
HoesinPalembang Tahun 2012

Jenis Operasi Jumlah


F %
Appendiktomi 6 17,6%
Laparatomi 14 41,2%
Herniotomi 9 26,5%
Kolostomi 5 14,7%
Jumlah 34 100%
*sumber penelitian 2012

Berdasarkan tabel 5.7 ditunjukkan bahwa sebagian besar Jenis

Operasi responden dengan pasca bedah digestif di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang yaitu dengan Laparatomi sebanyak

41,2%.
2. Analisis Univariat

a. Intensiitas Nyeri Sebelum Intervensi

Tabel 5.8
Distribusi frekuensi nyeri responden sebelum mendengarkan Ayat
Suci Alquran pada pasien pasca bedah digestif di IRNA Bedah
RSUP Dr. Mohhammad Hoesin Palembang Tahun 2012

Intensitas Nyeri Jumlah


Sebelum Intervensi f %
4 1 2,9 %
5 3 8,8 %
6 9 26,5%
7 7 20,6%
8 7 20,6%
9 7 20,6%
Jumlah 34 100%
*sumber penelitian 2012

Berdasarkkan tabel 5.8 di atas, didapatkan distribusi frekuensi dari

34 responden sebelum diberikan intervensi, sebagian responden

merasakan intensitas nyeri dengan skala 6 dan 9, yaitu sebanyak 26,5%.

Hal ini menunjukkan sebagian besar responden merasakan nyeri sedang

(skala 4-6) dan nyeri berat (7-9).


b. Intervensi Nyeri Setelah Intervensi

Tabel 5.9
Distribusi frekuensi nyeri responden setelah mendengarkan Ayat
Suci Alquran pada pasien pasca bedah digestif di IRNA Bedah
RSUP Dr. Mohhammad Hoesin Palembang Tahun 2012

Intensitas Nyeri Jumlah


Setelah Intervensi f %
2 2 5,9 %
3 11 32,4 %
4 7 20,0%
5 7 20,0%
6 7 20,0%
Jumlah 34 100%
*sumber penelitian 2012

Berdasarkan tabel 5.10 di atas, didapatkan distribusi frekuensi dari

34 responden setelah diberikan intervensi, sebagian besar responden

merasakan intervensi nyeri pada skala 3 (32,4%).

c. Intensitas Nyeri Sebelum dan Setelah Intervensi

Tabel 5.9
Distribusi statistik intensitas nyeri responden (n=34) sebelum dan
setelah mendengarkan Ayat Suci Alquran pada pasien pasca bedah
digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohhammad Hoesin
Palembang Tahun 2012

Median Min-Max 95% CI

Sebelum Intervensi 7,00 4-9 6,59-7,57

Setelah Intervensi 4,00 2-6 3,73-4,61

*sumber penelitian 2012

Dari hasil analisis didapatkan intensitas nyeri sebelum diberikan

intervensi dengan median 7,00 terlihat bahwa skala intensitas nyeri


sebelum diberikan intervensi nilai terendah 4 dan nilai tertinggi 9, dari

hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% rata-rata skala

intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi antara (6,59-7,57).

Sedangkan intensitas nyeri setelah diberikan intervensi dengan median

4,50 terlihat bahwa skala intensitas nyeri setelah diberikan intervensi nilai

terendah 2 dan tertinggi 6, dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan

bahwa 95% rata-rata skala intensitas nyeri setelah dilakukan intervensi

antara (3,73-4,61).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah untuk melihat pengaruh distraksi :

mendengarkan Ayat Suci Alquran terhadap intensitas nyeri dan melihat

adanya perbedaan antara nyeri sebelum dan nyeri setelah intervensi.

Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan terlebih dahulu uji sebaran

data, setelah didapatkan sebaran data tidak normal dilakukan tranformasi

data dan hasil sebaran data didapatkan tetap tidak normal, dan analisis

dilanjutkan dengan uji nonparametrik dengan uji statistik Wilcoxon Signed

Ranks Test dengan tingkat konfidiensi 95%.

a. Uji Normalitas Data

Hasil uji normalitas data menggunakan metode analisis Shapiro-

Wilk, karena sampel yang sedikit (kurang atau sama dengan dari 50),

yaitu berjumlah 34 responden sebelum dilakukan intervensi diperoleh

nilai =0,016, setelah diberikan intervensi =0,002 dan nilai p value

yang didapatkan <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata skala


intensitas nyeri sebelum dan setelah diberikan intervensi pada pasien

pasca bedah digestif tidak terdistribusi normal.

Setelah didapatkan data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan

transformasi data terlebih dahulu. Variabel baru hasil transformasi

menunjukkan nilai probabilitas sebelum intervensi sebesar =0,009,

setelah diberikan intervensi =0,002. Karena nilai <0,05, maka

diambil kesimpulan bahwa variabel baru hasil transformasi tidak

terdistribusi normal, dan digunakan uji Wilcoxon sebagai uji alternatif.

b. Uji Wilcoxon Signed Ranks Test

Tabel 5.10
Distribusi perbandingan intensitas nyeri responden (n=34)
menggunakan uji Wilcoxon sebelum dan setelah mendengarkan
Ayat Suci Alquran pada pasien pasca bedah digestif di IRNA
BedahRSUP Dr. Mohhammad HoesinPalembang Tahun 2012

Ringan Sedang Berat P value*


(%) (%) (%)
Nyeri 13(38,2) 21(61,8)
SebelumIntervensi
Nyeri 13(38,2) 21(61,8) 0,000
Setelah Intervensi
*Uji Wilcoxon

Berdasarkan tabel 5.10 diatas, didapatkan distribusi frekuensi dari

34 responden sebelum diberikan intervensi yang mengalami nyeri berat

sebanyak 61,8%, dan nyeri sedang sebanyak 38,2%. Setelah diberikan

intervensi, dapat diketahui bahwa dari 34 responden yang mengalami nyeri

sedang sebanyak 61,8% dan nyeri ringan sebanyak 38,2%.


Dengan Uji Wilcoxon, diperoleh nilai value= 0,000 ( <0,05),

hal ini menunjukkan hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima, dengan

demikian terdapat perbedaan antara intensitas nyeri sebelum dan setelah

diberikan intervensi, artinya terdapat pengaruh Distraksi: Mendengarkan

Ayat Alqur;an terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca bedah digestif.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden yang mengalami nyeri pascabedah digestif di IRNA Bedah

RSUP Dr. Mohammad Hoesin berjumlah orang, mayoritas responden berjenis

kelamin laki-laki (52,9%) dan perempuan (47,1%).

Responden dengan tingkat pendidikan SD merupakan responden

terbanyak yaitu 38,2%, dan responden dengan pendidikan tidak sekolah adalah

responden paling sedikit, yaitu 5,9%. Mayoritas responden adalah tidak bekerja,

yaitu sebanyak 55,9%, dan sebagian besar bearsal dari suku jawa sebanyak

50,0%.

Responden dengan usia dewasa adalah responden terbanyak yaitu 44,1%,

dan dengan usia tua sebanyak 17,6%. Responden yang mengalami operasi

Laparatomi adalah responden terbanyak yaitu sebanyak 41,2%.

B. Analisis Univariat

1. Intensitas Nyeri Sebelum Intervensi

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan distribusi frekuensi dari 34

responden, sebagian responden merasakan nyeri dengan skala 6 dan 9,

yaitu 26,5% dan 20,6%. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden

merasakan nyeri berat (skala 7-9) dan skala sedang (3-6). Tidak ada

responden dengan keluhan nyeri sangat berat (skala 10), dan responden

dengan tidak ada keluhan nyeri (skala 0). Hasil perhitungan intensitas
nyeri dengan skala Numerik Rating Scale sebelum diintervensikan dengan

mendengarkan Ayat Suci Alquran menunjukkan nilai median 7,00 terlihat

bahwa intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi dengan skala terendah

adalah 4 dan tertinggi 9, dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan

bahwa 95% rata-rata skala intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi

antara (6,59-7,57).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Sari (2008) di IRNA Bedah Rumah Sakit Dr. H.M Rabain Muara Enim,

dari hasil penelitiannya pada 30 pasien pascabedah abdomen dinyatakan

bahwa 6 (20%) mengalami nyeri ringan, nyeri sedang 8 (60%), sedangkan

yang mengalami nyeri pada skala berat adalah 6 (20%). Peneliti

berpendapat bahwa intensitas nyeri pada pasien pascabedah tidak

semuanya berada pada skala 7-9 atau pada tingkat nyeri berat. Hal ini

lebih disebabkan oleh besar kecilnya tingkat kerusakan jaringan dan juga

kesiapan mental pasien terhadap penerimaan nyeri itu sendiri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Saragih (2011) di RSUP H.Adam Malik Medan, dari hasil penelitian

nya pada 26 pasien kanker nyeri kronis dinyatakan bahwa 69,25

menyatakan nyeri berat. Hal ini sesuai dengan teori menurut

Potter&Perryy(2006), tidak semua orang mempunyai persepsi nyeri yang

sama. Hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor yang bisa

mempengaruhi intensitas nyeri seseorang seperti pengalaman masa lalu

dengan nyeri, budaya, jenis kelamin dan usia seseorang.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua responden

pascabedah digestif mengeluh dan menyatakan nyeri pada tingkat berat (7-

9), hal ini disebabkan karena setiap orang mempunyai persepsi yang

beerbeda-beda dan respon fisiologis yang beerbeda satu sama lain saat

mengalami pengalaman nyerinya.

2. Intensitas Nyeri Setelah Intervensi

Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan distribusi frekuensi dari 34

responden setelah diberikan intervensi, mayoritas responden merasakan

intensitas nyeri pada skala 3(32,4%). Data ini menunjukkan bahwa

sebagian responden merasakan nyeri ringan (skala 1-3) dan tidak ada yang

mengeluh nyeri berat setelah diberikan intervensi. Intensitas nyeri setelah

diberikan intervensi dengan nilai median 4,00 terlihat bahwa intensitas

nyeri setelah diberikan intervensi terendah adalah 2 dan tertinggi 6, dari

hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% rata-rata intensitas

nyeri setelah dilakukan intervensi antara (3,73-4,61).

Setelah dilakukan intervensi tidak terdapat responden yang

mengeluh tidak nyeri (skala 0), nyeri berat (skala 7-9), dan nyeri sangat

berat (skala 10). Responden yang mengeluh nyeri berat (skala7-9) sebelum

diberikan intervensi menjadi berkurang setelah diberikan intervensi.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Permana (2010) di

Puskesmas Mergansan Yogyakarta, dengan fokus responden 15 responden

dengan tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif padda Primipara sebagai

kelompok perlakuan dengan mendengarkan Ayat Suci Alquran dan


didapatkan skala nyeri berat sebelum diberikan intervensi ada 10 reponden

(66,7%), dan setelah diberikan intervensi jumlah responden dengan skala

nyeri berat berkurang menjadi 7 responden (46,7%). Hal ini menjelaskan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara responden sebelum dan

setelah diberikan intervensi dengan mendengarkan Ayat Suci Alquran

terhadap intensitas nyeri.

Berdasarkan hal tersebut di atas, mendengarkan Ayat Suci

Alquran dilihat dari penurunan intensitas nyeri sebelum dan setelah

diberikan intervensi mempunyai pengaruh yang efektif terhadap intensitas

nyeri pada pasien pascabedah digestif dengan mengalihkan perhatian

seseorang dari nyeri. Bacaan Ayat Suci Alquran mengarahkan perhatian

seseorang bukan pada rasa sakit yang dideritanya, sehingga seseorang

akan beradaptasi untuk berada dalam kondisi sakitnya, namun kondisi

sakit yang berupa nyeri rasa tidak nyamannya tersebut tidak lagi dirasakan

mengganggu dirinya karena telah diatasi dengan mendengarkan Ayat Suci

Alquran. Dalam hal ini, dengan mendengarkan Ayat Suci Alquran

berfungsi menurunkan nyeri fisiologis, meredakan stres, meningkatkan

relaksasi, kecemasan dan membuat pasien rileks serta nyaman.

C. Analisis Bivariat

Pada bagian test statistics dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai

signifikan value = 0,000 artinya nilai p value < 0,05. Hal ini menunjukkan

bahwa hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima, secara statistik ada perbedaan

bermakna antara intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi.


Artinyamendengarkan Ayat Alquran mempunyai pengaruh yang efektif

dalam mengurangi intensitas nyeri pada pasien pasca bedah digestif.

Hal ini sejalan dengan penelitian Permana (2010), dalam penelitiannya

dengan jumlah sampel kelompok intervensi 15 responden yang mengalami

nyeri kronis di Puskesmas Mergansan Yogyakarta. Data yang sudah

dikumpulkan dianalisa dengan uji t(t-test) dengan tingkat kemaknaan <0,05,

pada kelompok intervensi mendengarkan Ayat Suci Alquran mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap intensitas nyeri yaitu = 0,001 ( <

0,05).

Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang dikutip oleh Oriordon

(2002) Adapun pengaruh terapi pembacaan Al-Quran berupa, adanya

perubahan perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi darah,perubahan

detak jantung dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukan

adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang

mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan penambahan kadar

darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan frekuensi detak jantung. Terapi

murotal bekerja pada otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan dari luar

(terapi Al-Quran), maka otak maka memproduksi zat kimia yang disebut

neuropeptide. Molekul ini akan menangkutkan kedalam reseptor reseptor

mereka yang ada di dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa

kenikmatan atau kenyamanan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan

di Jurusan Fisika FMIPA UNPAD dari mulai 2006-2009, yaitu ternyata


dengan mendengarkan Ayat Suci Alquran memiliki manfaat-manfaat

diantaranya : Meredakan stress dan meningkatkan ketahanan terhadap stress,

Meningkatkan relaksasi, ketenangan dan kenyamanan, Membantu mengatasi

insomnia (penyakit susah tidur), Meningkatkan imunitas (sistem kekebalan

tubuh), dan Meningkatkan kecerdasan Qalbu

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa dengan

mendengarkan Ayat Suci Alquran mempunyai pengaruh yang efektif dalam

mengurangi nyeri, dengan mendengarkan Ayat Suci Alquran akan membantu

melepaskan endofrin yang ada dalam tubuh, sehingga dapat menghambat

transmissi nyeri pada pasien yang disebabkan oleh nyeri pascabedah digestif.

Mendengarkan Ayat Suci Alquran tidak membutuhkan latihan atau

konsentrasi oleh klien sehingga relatif mudah digunakan.

D. Keterbatasan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian One Group Pretest Posttest, sedangkan rancangan penelitian

tersebut mempunyyai beberapa kelemahan antara lain tidak ada jaminan

bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen karena intervensi atau

perlakuan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini tidak melibatkan kelompok

kontrol dan temuan penelitian sangat ditentukan oleh karakteristik subjek.

Apabila ditemukan atau tidak ditemukan perbedaan antara pre-tes dan pasca-

tes, maka tidak dapat dipastikan apakah perbedaan itu memang disebabkan

oleh perlakuan yang diberikan ataukah tidak (Nursalam, 2009).


Dalam penelitian ini, peneliti menemukan keterbatasan antara lain

yaitu sampel yang diambil pasien pascabedah digestif terbatas hanyya pada

satu wilayah ; IRNA Bedag RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang,

sehingga hanya sedikit jumlah pasien yang dilakukan operasi terencana. Selain

itu terdapat juga pasien yang menolak untuk menjadi responden.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama satu bulan pada

tanggal 16 Januari s.d 15 Februari tahun 2012 di IRNA Bedah RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Responden yang mengalami nyeri pasca bedah digestif di IRNA Bedah

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2012 berjumlah 34

orang, distribusi frekuensi umur didapatkan responden berumur dewasa

44,1%, dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 52,9%,

Sebanyak 50,05 responden berasal dari suku Jawa, responde dengan

pendidikan SD 38,25, responden dengan tidak bekerja sebanyak 55,9%.

Jenis operasi yang paling banyak terjadi pada responden adalah dengan

laparatomi yaitu 41,2%.

2. Intensitas nyeri responden sebelum diberikan intervensi mendengarkan

Ayat Suci Alquran di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang merasakan nyeri berat dengan skala 7-9 sebanyak 61,8%, dan

nyeri sedang dengan skala 4-6 sebanyak 38,2%.

3. Intensitas nyeri setelah diberikan intervensi mendengarkan Ayat Suci

Alquran di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

merasakan nyeri sedang dengan skala 4-6 sebanyak 61,7 %, dan nyeri

ringan dengan skala 2-3 sebanyak 38,3 %.


4. Secara statistik ada perbedaan bermakna antara intensitas nyeri sebelum

dan setelah diberikan intervensi. value = 0,000, artinya mendengarkan

Ayat Suci Alquran mempunyai pengaruh yang efektif dalam mengurangi

intensitas nyeri pasca bedah digestif.\

B. Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak Rumah

Sakit, institusi pendidikan maupun bagi penelitian selanjutnya, berdasarkan

kesimpulan di atas, peneliti mengajukan saran-saran antara lain :

1. Bagi Rumah Sakit

Kebutuhan terhadap pengembangan pengaruh distraksi : mendengarkan

Ayat Suci Alquran di Indonesia sudah waktunya untuk diberi perhatian

yang lebih. Hendaknya hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran

sehingga pasien mengetahuui metode meminimalkan rasa nyeri, yang

dapat didengarkan Ayat Suci Alquran. Rumah Sakit diharapkan dapat

mengembangkan terapi distraksi : mendengarkan Ayat Suci Alquran

sebagai salah satu penatalaksanaan nonfarmakologis sebagai bagian dari

sebuah proses penyembuhan. Dan perawat dapat memberikan intervensi

terapi distraksi : mendengarkan Ayat Al-Quran sebagai salah satu

penatalaksanaan nonfarmakalogi pada pasien pasca bedah digestif.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Penelitian mengenai Keperawatan Medikal Bedah merupakan

bagian yang sangat penting dari ilmu keperawatan.nyeri secara

nonfarmakologis pada pasien pasca bedah dengan teknik distraksi yaitu

mendengarkan Ayat Suci Alquran mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukkan penelitian lanjutan dengan menggunakan teknik

penelitian secara kualitatif, melakukan intervensi mendengarkan Ayat Al-

Quran kepada pasien tidak sadar/koma dengan mengukur respon yang

terjadi pada sebelum dan setelah diberikan intervensi tersebut dan dengan

jumlah sampel yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil intensitas nyeri

yang lebih akurat. Selain itu perlu adanya penelitian lanjutan mengenai

studi komparatif antara mendengarkan Ayat Suci Alquran dalam

mengurangi inte Diharapkan pada mahasiswa yang itas nyeri dengan

menggunakan kelompok kontrol.


DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., Drayit, M. W., dan Siswandi, Y. S. (2009). Prinsip & Praktek
Keperawatan Perioperatif, Jakarta: EGC.

Brooker, C. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC.

Dahlan, M.S. (2009). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:


Salemba
Medika.

Fhatoni, A. (2011). Sembuh Dari Berbagai Penyakit Dengan Al-


Fatihah.Yogyakarta:
Mutiara Media.

Harsono. (2009). Tesis Faktor-faktor yang mempengaruhi Intensitas Nyeri Pasca


Bedah Abdomen Dalam Konteks Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Umum
Daerah Ade Mohammad Djoen Sintang. (online)
http:/eprints.ui.ac.id/71240/4/124910-TESIS0605%20Har520N09f-Faktor-
faktor-lampira.pdf. diakses tanggal 21 november 2011.

Hamid, A. Y. S. (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika, &


Instrumentasi. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi Konsep


Dan
Proses Keperawatan, edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.

.(2007). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika.

. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2. Jakarta:


Salemba Medika.

Mahmudi, A. (2011). Dahsyatnya Berobat Dengan Al-Quran. Yogyakarta: Lafal


Indonesia.

Muttaqin, A & Sari, K. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep,


Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.

. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nursalam. (2009). Konsep Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman


Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta:EGC.

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta: Graha


Ilmu.

Riwidikdo, H. (2010). Statistik Untuk Penelitian Kesehatan Dengan Aplikasi


Program R dan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Sari, K. S. (2008). Skripsi Efektifitas Tehnik Relaksasi Terhadap Tingkat Nyeri


Pada Pasien Pascabedah Abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr. H. M Rabain
Muara Enim Tahun 2008. Palembang: Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Palembang.

Saryono & Widianto, A. T. (2010). Catatan Kuliah: Kebutuhan Dasar Manusia


(KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Sjamsuhidajat, R & Jong, W. D. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke 2.


Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth, Edisi 8. Vol 1. Jakarta:EGC.

Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Tamsuri, A. (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.


Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan ddi bawah ini, memberikan izin dan siap

berpartisipasi serta berperan dalam pengisian instrumen penelitian tentang

Pengaruh Distraksi : Mendengarkan Ayat Suci Alquran Terhadap

Intensitas Nyeri Pasca Bedah Digestif di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang Tahun 2012 Yang diteliti oleh :

Nama : Lia Hasri

Nim : 0508187

Saya mengerti bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan tanpa ada maksud lain, dan

semua penjelasan yang telah saya berikan akan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat degan sebenarnya, dan tidak ada unsur

pengaruh atau paksaan dari pihak manapun.

Palembang, Januari 2012


Responden

( )
Lampiran 2
Pretest

INSTRUMEN PENELITIAN

PENGARUH DISTRAKSI : MENDENGARKAN AYAT ALQURAN


TERHADAP INTENSITAS NYERI PASCA BEDAH DIGESTIF
DI IRNA BEDAH RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG TAHUN 2012

Petunjuk Pengisian:
Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi pertanyaan yang telah disediakan dan
berilah tanda Chek List () pada salah satu pilihan yang dianggap sesuai.
1. Biodata / Biografi Responden

a. Nama (Inisial) :

b. Kode :

c. Umur :

d. Pekerjaan : Bekerja Tidak Bekerja

e. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

f. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Tidak Sekolah

g. Jenis Operasi : Laparatomi Appendiktomi Kolostomi

Herniotomi Illeustomi Dan Lain-lain


Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menyebutkan salah satu angka yang
menunjukkan intensitas nyeri yang dialami dengan skala 1 sampai 10.
2. Nyeri

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :
0 = Tidak ada keluhan nyeri
1-3 = Nyeri ringan
4-6 = Nyeri Sedang
7-9 = Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang
biasa dilakukan
10 = Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol.
Posttest

INSTRUMEN PENELITIAN

PENGARUH DISTRAKSI : MENDENGARKAN AYAT ALQURAN


TERHADAP INTENSITAS NYERI PASCA BEDAH DIGESTIF
DI IRNA BEDAH RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG TAHUN 2012

Petunjuk Pengisian:
Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menyebutkan salah satu angka yang
menunjukkan intensitas nyeri yang dialami dengan skala 1 sampai 10.
Intensitas Nyeri

Numerik Rating Scale ( NRS)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 3

OUTPUT KARAKTERISTIK RESPONDEN

Statistics

Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Suku Jenis Operasi

N Valid 34 34 34 34 34 34

Missing 0 0 0 0 0 0

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Dewasa 15 44.1 44.1 44.1

Lansia 6 17.6 17.6 61.8

Tua 13 38.2 38.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur 34 100.0% 0 .0% 34 100.0%


Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Mean 42.8824 2.85876

95% Confidence Interval for Lower Bound 37.0662


Mean
Upper Bound 48.6985

5% Trimmed Mean 42.3856

Median 42.0000

Variance 277.865

Std. Deviation 1.66693E1

Minimum 19.00

Maximum 79.00

Range 60.00

Interquartile Range 25.75

Skewness .401 .403

Kurtosis -.773 .788

Jenis Kelamin Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LK 18 52.9 52.9 52.9

PR 16 47.1 47.1 100.0

Total 34 100.0 100.0


Pendidikan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perguruan
3 8.8 8.8 8.8
Tinggi

SD 13 38.2 38.2 47.1

SMA 8 23.5 23.5 70.6

SMP 8 23.5 23.5 94.1

Tidak Sekolah 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

Pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Petani 5 14.7 14.7 14.7

TB 19 55.9 55.9 70.6

Wiraswasta 10 29.4 29.4 100.0

Total 34 100.0 100.0

Suku Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Batak 1 2.9 2.9 2.9

Jawa 17 50.0 50.0 52.9

Palembang 14 41.2 41.2 94.1

Sunda 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0


Jenis Operasi Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Appendiktomi 6 17.6 17.6 17.6

Herniotomi 9 26.5 26.5 44.1

Kolostomi 5 14.7 14.7 58.8

Laparatomi 14 41.2 41.2 100.0

Total 34 100.0 100.0


OUTPUT INTENSITAS NYERI SEBELUM DAN SETELAH INTERVENSI

Statistics

Nyeri Sebelum Nyeri Sesudah

N Valid 34 34

Missing 0 0

Intensitas Nyeri Sebelum Intervensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 4 1 2.9 2.9 2.9

5 3 8.8 8.8 11.8

6 9 26.5 26.5 38.2

7 7 20.6 20.6 58.8

8 7 20.6 20.6 79.4

9 7 20.6 20.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

Intensitas Nyeri Sesudah Intervensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 2 5.9 5.9 5.9

3 11 32.4 32.4 38.2

4 7 20.6 20.6 58.8

5 7 20.6 20.6 79.4

6 7 20.6 20.6 100.0

Total 34 100.0 100.0


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Intensitas Nyeri
34 100.0% 0 .0% 34 100.0%
Sebelum Intervensi

Intensitas Nyeri
34 100.0% 0 .0% 34 100.0%
Sesudah Intervensi

Statistics

Intensitas Intensitas
Nyeri Sebelum Nyeri Setelah
Intervensi Intervensi

N Valid 34 34

Missing 0 0

Intensitas Nyeri Sebelum Intervensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sedang 13 38.2 38.2 38.2

Berat 21 61.8 61.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

Intensitas Nyeri Sesudah Intervensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 13 38.2 38.2 38.2

Sedang 21 61.8 61.8 100.0

Total 34 100.0 100.0


Descriptives

Statistic Std. Error

Nyeri Sebelum Mean 7.0882 .24020

95% Confidence Interval Lower Bound 6.5995


for Mean
Upper Bound 7.5769

5% Trimmed Mean 7.1307

Median 7.0000

Variance 1.962

Std. Deviation 1.40060

Minimum 4.00

Maximum 9.00

Range 5.00

Interquartile Range 2.00

Skewness -.166 .403

Kurtosis -.847 .788

Nyeri Sesudah Mean 4.1765 .21722

95% Confidence Interval Lower Bound 3.7345


for Mean Upper Bound 4.6184

5% Trimmed Mean 4.1961

Median 4.0000

Variance 1.604

Std. Deviation 1.26660

Minimum 2.00

Maximum 6.00

Range 4.00

Interquartile Range 2.00

Skewness .123 .403

Kurtosis -1.223 .788


OUTPUT UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Intensitas Nyeri
.164 34 .021 .920 34 .016
Sebelum Intervensi

Intensitas Nyeri
.206 34 .001 .887 34 .002
Sesudah Intervensi

a. Lilliefors Significance Correction

OUTPUT HASIL TRANSFORMASI

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Trans_Pretest .163 34 .023 .911 34 .009

Trans_Posttest .195 34 .002 .889 34 .002

a. Lilliefors Significance Correction


OUTPUT UJI WILCOXON

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Intensitas Nyeri Setelah Negative Ranks 34a 17.50 595.00


Intensitas Nyeri Sebelum
Positive Ranks 0b .00 .00
Intervensi
Ties 0c

Total 34

a. Nyeri Sesudah < Nyeri Sebelum

b. Nyeri Sesudah > Nyeri Sebelum

c. Nyeri Sesudah = Nyeri Sebelum

Test Statisticsb

Nyeri Sesudah -
Nyeri Sebelum

Z -5.211a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Anda mungkin juga menyukai