Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat melakukan keperawatan diri
(Depkes, 2000).
Menurut World Health Organization (WHO), 25 % dari penduduk dunia pernah
mengalami masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya merupakan gangguan jiwa berat. Di
Indonesia rata-rata gangguan jiwa berat seperti halusinasi, ilusi, waham, kemampuan
berpikir, gangguan proses pikir serta tingkah laku yang aneh, misal nya agrevitas atau katonik
di setiap provinsi sebesar 14,3 % sedangkan di jawa tengah penderita gangguan berat sebesar
2,3 %. (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Berdasarkan laporan rekam medik (RM) Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta, di dapatkan data pada periode bulan Januari - Maret 2015 tercatat
jumlah pasien rawat inap yaitu dengan gangguan halusinasi berjumlah 4.021 klien, dengan
gangguan resiko perilaku kekerasan berjumlah 3.980 klien, dengan gangguan defisit
perawatan diri berjumlah 1.026 klien dan dengan gangguan waham berjumlah 401 klien. Dan
dengan kasus rawat inap berjumlah 9.428 klien yang berada di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta. Sedangkan dari data pada bulan januari - maret 2015, klien yang mengalami
gangguan defisit perawatan diri menduduki peringkat ketiga dengan jumlah pasien 1.026
klien.
Dari tingginya prevalensi orang yang mengalami gangguan jiwa khusus nya defisit
perawatan diri dan dari beberapa hasil penelitian yang membuktiakan bahwa ada dampak
negatif dari pasien yang mengalami defisit perawatan diri.maka penulis tertarik untuk
melakukan kajian asuhan keperawatandi rumah sakit jiwa prof.dr.ildrem medan provinsi
sumatra utara.

1.2 tujuan penulisan


1.2.1 tujuan umum
Mengerti tentang defisit perawatan diri dan memahami apa yang harus di lakukan
seorang perawat untuk menangani defisit perawatan diri pada gangguan jiwa.
1.2.2 tujuan umum
a. mampu melakukan pengkajian dengan masalah utama resiko perilaku
kekerasan
b. mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
utama resiko perilaku kekerasan
c. mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah
utama resiko perilaku kekerasan
d. mampu melasanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan
dengan masalah utama resiko perilaku kekerasan
e. mampu mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada pasien dengan
masalah utama resiko perilaku kekerasan

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan Asuhan Keperawatan ini dengan menggambarkan masalah yang
terjadi dan didapat pada saat melaksanakan asuhan keperawatan. Adapun tehnik
pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab langsung ke klien, perawat dan dokter serta tim
kesehatan lainnya.
2. Observasi partisipasi aktif
Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap klien serta melakukan
asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
3. Studi kepustakaan
Mempelajari literatur yang berhubungan dengan defisit perawatan diri
4. Studi dokumentasi
Pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan hasil
pemeriksaan klien.

1.4 sistematika penulisan


untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada penulisan ini penulis menggunakan
sistematika yaitu sebagai berikut :
BAB I :pendahuluan ;meliputi :latar belakang masalah,tujuan penulisan,ruang
lingkup,dan sistematika penulisan
BAB II :konsep medis meliputi :pengertian,etiologi,mansifestasi
penatalaksanaan dan konsep asuhan kepewatan meliputi
pengkajian,pohon masalah,diagnosa,intervensi keperawatan
BAB III :tinjauan kasus berisi tentang pengakajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi dari kasus.
BAB IV :berisi tentang pembahasan dari pengkajian, intervensi, implemnatsi
dan evaluasi anatara kasus dan teori.
Daftar pustaka
Bab 2
Tinjauan Teoritis

2.1 konsep medis


2.1.2 Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat melakukan keperawatan diri
(Depkes, 2000).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan
jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara
mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
2.1.2 etilogi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
a. factor predisposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Menurut Depkes (2000) Faktor faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah
a. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
g. kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya

2.1.3 dampak yang ditimbulkan


1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah:
gangguan intleglitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012)
2.1.4 Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari
1) Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri
2) Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri.
3) Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri
4) Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
4. Rentang respon
Adatif maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


Seimbang diri kadang tidak perawatan diri pada saat
stres

1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan


mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade, 2011)

2.1.5 Tanda dan gejala


Tanda dan gejala defisit dar menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai berikut:
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan pakian,
menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
c. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapat makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanandari wadah lalu memasukan ke mulut, melengkapi
makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman
d. Eliminasi
Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian toileting, membersihkan
diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Social
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut

a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

b. Membimbing dan menolong klien merawat diri


c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Defenisi (Diagnosa yang diangkat)
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting (BAK/BAB) (Afnuhaji, 2015).

2.2.2 Pohon Masalah (Diagnosa yang diangkat)

Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Defiist perawatan diri

Cause Harga diri rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efekti


2.2.3 Gambaran Klinis (Diagnosa yang diangkat)
1. Gejala Subjektif:
a. Menyatakan malas mandi
b. Tidak tahu cara makan yang baik
c. Tidak tahu cara dandan yang baik
d. Tidak tahu cara eliminasi yang baik
e. Merasa tidak berguna
f. Merasa tidak perlu mengubah penampilan
g. Merasa tidak ada yang peduli

2. Gejala objektif:
a. Badan kotor
b. Dandanan tidak rapi
c. Makan berantakan
d. Bab/ bak sembarang tempat
e. Tidak tersedia alat kesehatan
f. Tidak tersedia alat makan
g. Tidak tersedia alat toileting
(Fitria, 2009)

2.2.4 Penatalaksanaan Keperawatan (Diagnosa yang diangkat)


TAK SP: DPD
TAK Orientasi Realitas
Terapi lingkungan

2.2.4.1 Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. pola kebersihan tubuh
b. perlengkapan personal hygiene yang dipakai
c. faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
2. Alasan masuk rumah sakit
Defisit dalam merawat diri, dari perawatan diri yang dilakukan, dan sekarang jarang
dilakukan dengan diawali masalah seperti senang menyendiri, idak mau banyak bicara
dengan orag lain dan terlihat murung.
3. Faktor yang mempengaruhi
a. Faktor predisposisi
1) Biologis
Penyakit kronis yang menyebakan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Riwayat kesehatan struktur di lobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh pada
proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan
sistem llibic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen
serta glukkosa terganggu.
2) Genetika
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkunagn termasuk perawatan diri
3) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari lingkungan
a. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi perawatan diri adalah kurang penrunan motivasi, kerusakan kognisi
perceptual, cemas, lelah atau lemah, ;yang dialamai individu. Cara klien menilai maslah
merupakan awal terbentuknya sumber koping. Jika sumber koping adekuat, bahkan jika
ada namun mekanisme koping maladaptif maka akan menimbulkan permasalahan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Rambut: keadaan kesuburan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang kusam
dan tidak ada tekstur
b. Kepala: adanya botak, ketombe, berkutu, kebersihan
c. Mata: periksa kebersihan mata, mata gatal atau merah
d. Hidung: lihat kebersihan hidung, membran mukosa
e. Mulut: lihat keadaan mukosa mulut, kelembapan dan kebersihannya
f. Gigi: lihat apakah ada karang gigi, karies dan kelengkapan gigi
g. Telinga: lihat ada kotoran, adakah lesi dan infeksi
h. Kulit: lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu
i. Genitalia: lihat kebersihan, adakah lesi, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan
skrotum, testis pada ptia, ciaran yang dikeluarkan
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah:
1. Data subyektif
klien mengtakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak
mau meotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi/kebersihan diri,
pasien merasa lemah, malas untuk beraktivitas, merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
(Afnuhaji, 2015)

2.2.4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
2.2.4.3 Intervensi Keperawatan
SP 1 Melatih pasien secara perawatan kebersihan dengan cara:
Mnjeaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
Menjeaskan aat-aat untuk enjaga kebersihan
Menjeaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.

SP 2 Membantu pasien latihan berhias


Latihan berhias pada pria berhias harus dibedakan dengan wanita. Pada pasien laki-laki,
latihan meiputi latihan berpakaian, menyisiir rambut dan bercukur sedangkan pada pasien
perepuan latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut dan berdandan.

SP 3 Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara:


Menjeaskan cara mempersiapkan makan
Menjeaskan cara akan yang tertib
Menjeaskan cara merapikan peraatan makan setelah makan
Mempraktikkan cara akan yang baik.

SP 4 Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri


Menjeaskan tepat BAB/BAK yang sesuai
Menjeaskan cara mebersihkan diri setaah BAB/BAK
Menjeaskan cara mebersihkan tepat BAB/BAK
(Afnuhaji, 2015)
2.2.4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus diperhatikan ketika
melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan yag akan dilakukan implementasi
pada klien dengan defisit perawatan diri dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan
tindakan keperawatan (Afnuhaji, 2015).

2.2.4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi 2 yaitu evaluasi proses dan formatif, dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dengan membandingkan respon klien pada
tujuan yang telah ditentukan (Afnuhaji, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Ade, Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Afnuhaji, Ridhyalla. 2015. Komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Asmadi, Anwar. 2008. Buku Ajar Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Aziz, Abdullah. 2009. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Damaiyanti, Mukhripah. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Dokumentasi RSJ provinsi sumut, 2016
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak. 2007. Konsep Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

25

Anda mungkin juga menyukai