Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT

BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN


MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

Retno Widiastuti1, Dian Eko Hari Purnomo2, Adhitya Nur M. 13


1,2,3
Teknik Industri Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Adhityasevenfoldism2@gmail.com

ABSTRACT
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit lingkungan kerja, yang
memiliki kecenderungan tingkat beban kerja tinggi. Hal ini dimungkinkan
karena perawat ruang Gawat Darurat dihadapkan pada pasien dengan kondisi
jiwa yang terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan
keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat.
Instalasi Gawat Darurat memiliki peran sebagai gerbang utama jalan masuknya
penderita gawat darurat. Perawat IGD harus selalu siap selama 24 jam karena
pasien bisa datang kapanpun dan dengan kondisi yang berbeda. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja mental yang dirasakan perawat
berdasarkan shift kerja dan jenis kelamin perawat di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah NASA-TLX. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul pada Instalasi
Gawat Darurat, tingkat beban kerja mental yang dirasakan perawat
berdasarkan shift kerja adalah 69,7% pada shift pagi, 76,7% pada shift sore,
dan 83% pada shift malam. Sedangkan beban kerja mental perawat berdasarkan
jenis kelamin adalah 77,7% untuk perawat laki-laki dan 75,9% untuk perawat
perempuan.

Kata Kunci: Beban kerja, shift kerja, jenis kelamin, NASA-TLX, perawat,
Instalasi Gawat Darurat.

A. PENDAHULUAN utama jalan masuknya penderita gawat


Rumah Sakit Nur Hidayah berada di darurat. Perawat IGD harus selalu siap
Jalan Imogri Timur km. 11,5 Trimulyo selama 24 jam karena pasien bisa datang
Jetis Bantul Yogyakarta. Setiap hari, kapanpun dan dengan kondisi yang
rumah sakit selalu melakukan aktifitas berbeda. Kemampuan suatu fasilitas
pelayanan kesehatan terhadap pasien kesehatan secara keseluruhan dalam
khususnya pada Instalasi Gawat Darurat kualitas dan kesiapan dalam perannya
(IGD). Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat rujukan penderita dari pra
merupakan salah satu unit lingkungan rumah sakit tercermin dari kemampuan
kerja, yang memiliki kecenderungan instalasi gawat darurat.
tingkat beban kerja tinggi. Hal ini Tenaga kesehatan khususnya
dimungkinkan karena perawat ruang perawat, dimana analisa beban kerjanya
Gawat Darurat dihadapkan pada pasien dapat dilihat dari aspek-aspek seperti
dengan kondisi jiwa yang terancam, tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan
sehingga membutuhkan perhatian, fungsi utamanya, begitupun tugas
pengetahuan dan keterampilan khusus tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien
untuk dapat memberikan tindakan dengan yang harus dirawat, kapasitas kerjanya
cepat dan tepat. Instalasi Gawat Darurat sesuai dengan pendidikan yang diperoleh,
(IGD) memiliki peran sebagai gerbang waktu kerja yang digunakan untuk

Jurnal Science Tech Vol. 3, No. 2, Agustus 2017 113


mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam Research Center dan Lowell E. Staveland
kerja yang berlangsung setiap hari, serta dari San Jose State University pada tahun
kelengkapan fasilitas yang dapat 1981 (Hancock dan Meshkati, 1988).
membantu perawat menyelesaikan Metode ini berupa kuesioner yang
kerjanya dengan baik (Gaffar, 1999). dikembangkan berdasarkan munculnya
Sedangkan pembagian shift umumnya kebutuhan pengukuran subjektif yang
dibagi menjadi tiga, yaitu shift pagi lebih mudah namun lebih sensitif pada
(08.00-14.00), sore (14.00-20.00), dan pengukuran beban kerja.
shift malam (20.00-08.00), dengan Hancock dan Meshkati (1988)
jumlah perawat laki-laki maupun menjelaskan langkah-langkah dalam
perempuan per shift sesuai dengan pengukuran beban kerja mental dengan
perhitungan kebutuhan perawat dengan menggunakan metode NASA-TLX,
tingkat ketergantungan pasien. yaitu:
Dari latar belakang di atas maka 1. Penjelasan Indikator Beban Mental
tujuan dalam artikel ini adalah (1) untuk yang akan diukur dibagi menjadi 6
mengetahui tingkat beban kerja mental yaitu mental demand, physical
berdasarkan shift kerja perawat dan (2) demand, temporal demand,
untuk mengetahui tingkat beban kerja performance, effort, dan frustration
mental berdasarkan jenis kelamin perwat. dimension. Output yang dihasilkan
dari pengukuran dengan NASA-TLX
B. LANDASAN TEORI ini berupa tingkat beban kerja mental
Ergonomi adalah ilmu teknologi, yang dialami oleh pekerja.
dan seni untuk menyerasikan alat, cara 2. Pembobotan
kerja dilakukan pada kemampuan, Pada bagian pembobotan responden
kebolehan dan keterbatasan manusia diminta untuk memilih salah satu dari
sehingga diperoleh kondisi kerja dan dua indikator yang dirasakan lebih
lingkungan yang sehat, aman, nyaman dominan menimbulkan beban kerja
dan efisien sehingga tercapai mental terhadap pekerjaan tersebut.
produktivitas yang setinggi-tingginya Kuesioner NASA-TLX yang diberikan
(Tarwaka, 2004). berbentuk perbandingan berpasangan
Pekerjaan yang bersifat mental sulit yang terdiri dari 15 perbandingan
diukur melalui perubahan fungsi faal berpasangan. (Paired Comparison). Dari
tubuh. Secara fisiologis, aktivitas mental kuesioner ini dihitung jumlah tally dari
terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan setiap indikator yang dirasakan paling
yang ringan sehingga kebutuhan kalori berpengaruh. Berikut ini adalah bentuk
untuk aktivitas mental juga lebih rendah. kuisioner untuk pembobotan:
Padahal secara moral dan tanggung PD / MD TD / PD TD / FR
jawab, aktivitas mental jelas lebih berat TD / MD OP / PD TD / EF
dibandingkan dengan aktivitas fisik OP / MD FR / PD OP / FR
karena lebih melibatkan kerja otak FR / MD EF / PD OP / EF
daripada kerja otot. EF / MD TD / OP EF / FR
Kerja mental yang tidak dirancang Jumlah tally ini kemudian akan menjadi
dengan baik dapat menyebabkan bobot untuk tiap indikator beban mental.
terjadinya sejumlah efek buruk, seperti 3. Pemberian Rating
perasaan lelah, kebosanan, serta Pada bagian ini responden diminta
berkurangnya kehati-hatian dan memberi rating terhadap keenam
kesadaran dalam melakukan suatu indikator beban mental (Event Scoring).
pekerjaan. Rating yang diberikan adalah subjektif
Metode NASA-TLX dikembangkan tergantung pada beban mental yang
oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames dirasakan oleh responden tersebut. Rating

114 Penentuan Beban Kerja Mental Perawat Berdasarkan Shift Kerja


Dan Jenis Kelamin Menggunakan Metode National
yang diberikan adalah subjektif Berikut ini adalah tabel pemberian rating
tergantung pada beban mental yang pada kuisioner NASA-TLX:
dirasakan oleh responden tersebut.

Tabel 1. Indikator beban kerja mental


Skala Rating Pertanyaan
Seberapa besar usaha mental yang
MD (Kebutuhan Mental) Rendah, Tinggi diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini?
Seberapa besar usaha fisik yang
PD (Kebutuhan Fisik) Rendah, Tinggi diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini?
Seberapa besar tekanan berkaitan
TD (Kebutuhan Waktu) Rendah, Tinggi dengan waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan ini?
Seberapa besar tingkat
keberhasilan yang dibutuhkan
OP (Performance) Tidak Tepat, Sempurna
untuk menyelesaikan pekejaan
ini?
Seberapa besar kerja fisik dan
EF (Tingkat Usaha) Rendah, Tinggi mental untuk menyelesaikan
pekerjaan ini?
Seberapa besar kecemasan,
perasaan tertekan, dan stress yang
FR (Tingkat Frustasi) Rendah, Tinggi
dirasakan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini?

Untuk mengetahui bobot untuk Nilai Skor 50-80 menyatakan beban


setiap indikator beban kerja mental, pekerjaan sedang.
dihitung menggunakan rumus: Nilai Skor <50 menyatakan pekerjaan
WWL = Bobot x agak ringan.
Rating............................(2.1)
C. PENGOLAHAN DATA &
Untuk mendapatkan skor beban PEMBAHASAN
mental NASA-TLX, bobot dan rating Setelah melakukan pengumpulan
untuk setiap indikator dikalikan data dari kuesioner, maka selanjutnya
kemudian dijumlahkan dan dibagi 15 dilakukan perhitungan nilai dari beban
(jumlah perbandingan berpasangan) atau kerja mental atau weighted workload
bisa ditulis dalam rumus : (WWL) dengan rumus 2.1 . Setelah
Rata-rata WWL = ...................(2.2) menghitung beban kerja mental atau
weighted workload (WWL), selanjutnya
4. Interpretasi Hasil Nilai Skor dilakukan perhitungan rata-rata beban
Berdasarkan penjelasan Hart dan kerja mental (WWL) yang dialami
Staveland (1981) dalam teori Nasa-TLX, perawat dengan rumus 2.2. Hasil
skor beban kerja yang diperoleh dapat perhitungan rata-rata WWL ini kemudian
diintepretasikan sebagai berikut: dikonversikan kedalam tiga kategori yaitu
Nilai Skor > 80 menyatakan beban kategori rendah jika rata-rata WWL
pekerjaan berat. menunjukkan nilai lebih kecil dari 50,
kategori sedang jika rata-rata WWL

Jurnal Science Tech Vol. 3, No. 2, Agustus 2017 115


menunjukkan nilai 50-80 dan kategori WWL (MD) = 3 x 70 = 210
tinggi jika rata-rata WWL menunjukkan WWL (OP) = 3 x 80 = 240
nilai lebih besar dari 80. WWL (PD) = 2 x 75 = 150
WWL (EF) = 2 x 80 = 160
Perhitungan weighted workload (WWL) WWL (TD) = 3 x 85 = 255
perawat 1 bernama Hari. WWL (FR) = 2 x 80 = 160
Shift pagi
WWL (MD) = 2 x 65 = 130 Shift malam
WWL (OP) = 2 x 65 = 130 WWL (MD) = 2 x 75 = 150
WWL (PD) = 3 x 65 = 195 WWL (OP) = 3 x 85 = 255
WWL (EF) = 3 x 70 = 210 WWL (PD) = 3 x 75 = 225
WWL (TD) = 2 x 70 = 195 WWL (EF) = 2 x 80 = 160
WWL (FR) = 3 x 80 = 240 WWL (TD) = 1 x 85 = 85
WWL (FR) = 4 x 85 = 340
Shift sore

Tabel 2. Rata-rata weighted workload (WWL) Perawat 1


Shift
NO Indikator Pagi Siang Sore
Bobot WWL Bobot WWL Bobot WWL
1. MD 2 130 3 210 2 150
2. PD 3 195 2 150 3 225
3. TD 2 140 3 255 1 85
4. OP 2 130 3 240 3 255
5. EF 3 210 2 160 2 160
6. FR 3 240 2 160 4 340
Jumlah 15 1045 15 1165 15 1215
Rata-rata WWL = 69,7% 78,3% 81%

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 50 orang. Sebagian besar perawat


yang dilaksanakan untuk mengetahui menyatakan usaha fisik, beban kerja
beban kerja mental yang dialami perawat mental, dan perasaan tertekan cenderung
IGD di Rumah Sakit Nur Hidayah meningkat. Adapun tingkat beban kerja
Bantul, diperoleh gambaran beban kerja mental yang dialami perawat berdasarkan
mental perawat dari 14 Responden dalam shift kerja dan jenis kelamin perawat
kategori sedang dan tinggi. Dari hasil sebagai berikut:
observasi yang dilakukan, IGD di Rumah
Sakit Nur Hidayah juga digunakan Beban Kerja Mental Perawat
sebagai Poli umum sehingga jumlah Berdasarkan Shift Kerja
kedatangan pasien selalu tinggi, baik Dari hasil pengolahan data diatas,
pasien IGD maupun pasien umum. rata-rata WWL berdasarkan shift kerja
Berdasarkan wawancara dengan beberapa seluruh perawat dapat dilihat pada tabel
perawat IGD, dalam sehari rata-rata dibawah ini:
kedatangan pasien IGD mencapai lebih

116 Penentuan Beban Kerja Mental Perawat Berdasarkan Shift Kerja


Dan Jenis Kelamin Menggunakan Metode National
Tabel 3 Rata-Rata WWL Seluruh Parawat Berdasarkan Shift
Rata-rata beban kerja mental (MWL)
NO Responden
Shif Pagi Shift sore Shift malam
1 Perawat 1 69,7% 78,3% 81%
2 Perawat 2 72,7% 76,3% 80,7%
3 Perawat 3 70,7% 78,7% 82,3%
4 Perawat 4 70,7% 79% 82,3%
5 Perawat 5 70% 81,3% 83%
6 Perawat 6 73,3% 76,3% 81,7%
7 Perawat 7 68% 79,7% 86,7%
8 Perawat 8 68,3% 74,3% 84,3%
9 Perawat 9 69% 72,3% 85%
10 Perawat 10 66,3% 73,3% 81%
11 Perawat 11 66% 74,3% 83,7%
12 Perawat 12 67,7% 75,3% 86,3%
13 Perawat 13 74% 76,3% 81,7%
14 Perawat 14 69,3% 77,7% 82%
Rata-rata 69,7% 76,7% 83%

Berdasarkan tabel rata-rata beban menyesuaikan diri dengan kondisi fisik


kerja mental diatas, terdapat perbadaan karena pada siang hari kondisi fisik lebih
yang signifikan tingkat beban kerja lelah. Selain itu, berdasarkan observasi
mental yang dirasakan perawat IGD pada yang dilakukan sebelum penelitian,
setiap shift kerja. Beban kerja mental jumlah kedatangan pasien cenderung
yang dirasakan cenderung meningkat dari meningkat. Meskipun jumlah perawat
shift pagi, sore, maupun malam. Pada pada shift sore lebih banyak
shift pagi, tingkat beban kerja mental dibandingkan shift pagi dan malam, tetapi
perawat IGD menunjukan nilai 69,7%, pasien yang datang ke IGD mulai
termasuk dalam kategori beban kerja meningkat pada saat shift sore sampai
sedang. Pada shift sore, tingkat beban dengan shift malam.
kerja mental perawat sebesar 76,7%, Shift malam paling dominan
termasuk dalam kategori beban kerja terhadap beban kerja mental yang dialami
sedang. Pada shift malam, tingkat beban perawat. Rata-rata WWL pada shift
kerja mental perawat sebesar 83%, malam sebesar 83%, termasuk dalam
termasuk dalam kategori beban kerja kategori beban kerja mental tinggi. Faktor
mental tinggi. psikologis sangat berpengaruh terhadap
Secara teoritis keadaan pada waktu tingginya beban kerja mental yang
bekerja pagi hari kondisi badan jauh lebih dialami perawat pada shift malam. Pada
bugar pada waktu bekerja malam. umumnya fungsi tubuh meningkat pada
Perawat shift pagi tidak perlu siang hari dan melemah pada sore hari
menyesuaikan diri karena kondisi tubuh dan menurun pada malam hari. Pada saat
manusia paling baik untuk bekerja pagi. bekerja shift malam mereka merasa
Selain itu, berdasarkan observasi sebelum kurang beristirahat dengan baik dan
melakukan penelitian, jumlah kedatangan merasa cukup kesulitan untuk tidur
pasien pada pagi hari cenderung lebih karena dituntut untuk selalu siap apabila
sedikit. Pada shift sore, tingkat beban ada pasien masuk dalam kondisi apapun.
kerja mental lebih tinggi dibandingkan Selain itu, setelah pulang bekerja, mereka
shift pagi, terbukti, rata-rata WWL pada dituntut untuk meluangkan waktu untuk
shift sore sebesar 76,7%. Hal ini kehidupan keluarga dan sosial.
disebabkan karena perawat harus

Jurnal Science Tech Vol. 3, No. 2, Agustus 2017 117


Beban Kerja Mental Perawat mendapatkan hasil kerja yang sesuai,
Berdasarkan Jenis Kelamin maka harus diusahakan pembagian tugas
Menurut Tarwaka (2010), secara antara laki-laki dan perempuan.
umum wanita hanya mempunyai Dari pengolahan data diatas, dapat
kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik dilihat tingkat beban kerja mental yang
atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam dialami perawat IGD pada tabel dibawah
hal tertentu wanita lebih teliti dari laki- ini.
laki. Dengan demikian untuk

Tabel 4. Rata-Rata WWL Perawat Laki-Laki


Rata-rata beban kerja mental (MWL)
NO Responden
Shif Pagi Shift sore Shift malam
1 Perawat 1 69,7% 78,3% 81%
2 Perawat 2 72,7% 76,3% 80,7%
3 Perawat 3 70,7% 78,7% 82,3%
4 Perawat 4 70,7% 79% 82,3%
5 Perawat 5 70% 81,3% 83%
6 Perawat 6 73,3% 76,3% 81,7%
Jumlah 427,1 469,9 491
Rata-rata 71,2% 78,3% 81,8%
77,10%

Tabel 5. Rata-Rata WWL Perawat perempuan


Rata-rata beban kerja mental (MWL)
NO Responden
Shif Pagi Shift sore Shift malam
1 Perawat 7 68% 79,7% 86,7%
2 Perawat 8 68,3% 74,3% 84,3%
3 Perawat 9 69% 72,3% 85%
4 Perawat 10 66,3% 73,3% 81%
5 Perawat 11 66% 74,3% 83,7%
6 Perawat 12 67,7% 75,3% 86,3%
7 Perawat 13 74% 76,3% 81,7%
8 Perawat 14 69,3% 77,7% 82%
Jumlah 548,6 603,2 670
Rata-rata 68,6% 75,4% 83,8%
75,9%

Berdasarkan hasil pengolahan data disebabkan karena perawat laki-laki pada


diatas, jenis kelamin perawat setiap shift hanya berjumlah satu orang,
berpengaruh terhadap beban kerja mental, berbeda dengan perawat perempuan yang
tetapi tidak signifikan. Beban kerja berjumlah 2 sampai 3 orang setiap shift.
mental yang dirasakan perawat laki-laki Berikut ini adalah tabel potensi beban
adalah 77,1% sedangkan perawat kerja mental yang dialami perawat laki-
perempuan adalah 75,9%. Hal ini laki maupun perempun:

118 Penentuan Beban Kerja Mental Perawat Berdasarkan Shift Kerja


Dan Jenis Kelamin Menggunakan Metode National
Tabel 12 Potensi Beban Kerja Perawat
No. Uraian Tugas L P Potensi Beban Kerja
1. Register Pasien Mental
2. Menyiapkan administrasi tindakan Fisik dan Mental
keperawatan/medis
3. Asuhan keperawatan komplek pasien IGD Mental
seperti memberi O2, Memasang infuse,
perawatan luka, pemasangan khateter,
EKG dll.
4. Melakukan pertolongan pertama kepada Mental
pasien IGD secara tepat dan cepat .
5. Dokumentasi tindakan keperawatan Mental
6. Merubah posisi pasien dan memindahkan Fisik dan Mental
pasien antar ruangan

Perawat laki-laki di IGD Rumah D. PENUTUP


Sakit Nur Hidayah lebih cenderung Dari hasil pembahasan yang telah
melakukan kontak langsung dengan dilakukan, dapat diambil kesimpulan
pasien, seperti mengangkat pasien, sebagai berikut:
memindahkan pasien dari IGD ke bangsal 1. Beban kerja mental perawat IGD
rawat inap, ataupun ambulance. Hal ini Rumah Sakit Nur Hidayah
menyebabkan tingkat kelelahan fisik berdasarkan Shift kerja adalah 69,7%
tinggi sehingga berpengaruh terhadap pada shift pagi, 76,7% pada shift sore,
kondisi psikologis perawat laki-laki termasuk dalam kategori beban kerja
seperti stress, menurunnya konsentrasi, mental sedang. Sedangkan pada shift
dan perasaan tertekan sehingga malam adalah 83%, termasuk dalam
menyebabkan tingkat beban kerja mental kategori beban kerja mental tinggi.
yang dialami perawat laki-laki cenderung 2. Beban kerja mental perawat IGD
lebih tinggi. Rumah Sakit Nur Hidayah
Sedangkan untuk perawat berdasarkan jenis kelamin adalah
perempuan, rata-rata WWL yang dialami 77,1% untuk perawat laki-laki dan
sebesar 75,9%, lebih rendah 75,9% untuk perawat perempuan,
dibandingkan rata-rata WWL yang termasuk dalam kategori beban kerja
dialami perawat laki-laki. Selain mental sedang.
melakukan tugas utamanya sebagai
perawat, kegiatan yang biasanya DAFTAR PUSTAKA
dilakukan berhubungan dengan Astuty, M.S, Dkk, (2013) Tingkat Beban
dokumentasi kegiatan keperawatan, Kerja Mental Masinis berdasarkan
misalnya entri data pasien, pencatatan NASA-TLX (Task Load Index) di
tindakan dan sebagainya. Tindakan ini PT. KAI Daop. II Bandung, Juruan
membutuhkan tingkat ketelitian dan Teknik Industri ITENAS Bandung.
konsentrasi yang tinggi. Hal ini
menyebabkan tingkat beban kerja mental Budiono, Dkk (2015), Konsep Dasar
yang dialami perawat perempuan juga Perawat. Jakarta: Bumi Medika.
cenderung tinggi dan tidak ada perbedaan
signifikan dengan tingkat beban kerja Cooper, C.L. dan Payne, R. (1988).
mental yang dialami perawat laki-laki. Causes, Coping and Consequences
of Stress at Work. New York,
Wiley.

Jurnal Science Tech Vol. 3, No. 2, Agustus 2017 119


Gaffar, L.O.J. (1999). Pengantar Sumamur, P.K, (2009), Higiene
Keperawatan Profesional. Jakarta: Perusahaan dan Keselamatan
EGC. Kerja. Jakarta, Sagung Seto.
Hancock, Peter A., dan Meshakti,
Najmedin (1988). Human Mental Susilowati. (1999), Analisis Beban
Workload. Nort-Holand, Kerja Mental dengan menggunakan
Amsterdam, Netherland Metode NASA-TLX.

Hendrawan, Bambang, Dkk, Tarwaka,dkk., (2004). Ergonomi Untuk


Pengukuran dan Analisis Beban Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Kerja Pegawai Bandara Hang Produktivitas. Surakarta: UNIBA
Nadim, Jurusan Manajemen Bisnis Press.
Politeknik Negeri Batam.
Tayyari, F. And Smith, J.L. (1997).
Herkuanto. (2007). Aspek Medikolegal Occupational Ergonomics :
Pelayanan Gawat darurat, Majalah Pronciples and Aplications,
Kedokteran Indonesia, Volume: 57, London: Chapman & Hall.
No: 2.

Iridiastadi, (2014). Ergonomi Suatu


Pengantar. Remaja Rosdakarya.
Bandung.

Kuswadji, S.(1997). Pengaturan Tidur


Pekerja Shift, Cermin Dunia
Kedokteran. No. 116/1997, 52-48.

Mutia, Mega, (2014), Pengukuran


Beban Kerja Fisiologis Dan
Psikologis Pada Operator pemetik
Teh dan Operator Produksi Teh
Hijau PT. Mitra Kerinci, Jurusan
Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Andalas, Padang.

Ramadhan, Ramadhan, Dkk, (2010),


Analisa Beban Kerja Dengan
Menggunakan Work Sampling Dan
Nasa-TLX Untuk Menentukan
Jumlah Operator (Studi Kasus: PT.
XYZ, Jurusan Teknik Industri
Universitas Brawijaya.

Sitorus, S.W, (2014), Analisis Beban


Kerja Menggunakan Metode Nasa
TLX Untuk Menentukan Jumlah
Karyawan Yang Optimal Pada
Bank BNI Cabang USU, Fakultas
Teknik Universitas Sumatra Utara.

120 Penentuan Beban Kerja Mental Perawat Berdasarkan Shift Kerja


Dan Jenis Kelamin Menggunakan Metode National

Anda mungkin juga menyukai