Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOSPADIA

1. ANATOMI FISIOLOGI
Genetalia ekstrena pria terdiri daripenis dan skrotum. Penis terdiri
dariglans dan korpus. Korpus penis dibentuk terutama oleh jaringan
erektil. Glans penis adalah struktur yang terbentuk seperti kerucut pada ujung
penis dan mengandung jaringan sensori dan jaringan erektil. Korona adalah area
seperti mahkota dimana glans menonjol dari korpus penis. Kulit ini dipotong
pada saat sirkumsisi. Uretra terletak didalamkorpus penis, dengan meatus uretra
yang terletak ditengah ujung glans Penis. Anatomi normal penis terdiri dari
sepasang korpora kavernosa yang dibungkus oleh tunika albugenia yang tebal
dan fibrous dengan septum dibagian tengahnya. Uretra melintasi penis di dalam
korpus spongiosum yang terletak dalam posisi ventral pada alur diantara kedua
korpora kavernosa. Uretra muncul pada ujung distal dari glan penis yang
berbentuk konus. Fascia spermatika atau tunika dartos adalah suatu lapisan
longgar penis yang terletak pada fascia tersebut. Dibawah tunika dartos terdapat
fascia Bucks yang mengelilingi korpora kavernosa dan kemudian memisah untuk
menutupi korpus spongiosum secara terpisah. Berkas neurovaskuler dorsal
terletak dalam fascia Bucks diantara kedua kavernosa.
a. Skrotum merupakan kantung yang longgar dan berkerut yang terletak
di dasar penis. Skrotum mempunyai dua kompartemen, setiap kompartemen
berisi testis, epididimis, dan bagian vas deferens merupakan organ-organ
seks internal pria.
b. Testis berbentuk seperti telur dan seperti karet. Panjang testis pada
bayi adalah1,5 cm. panjang testis ini tetap tidak berubah secara nyata sampai
masa pubertas. Kemudian testis membesar secara bertahap panjang testis
orang dewasa, yaitu 4-5 cm. testis kiri agak lebih rendah dari pada testis
kanan. Fungsi utama dari testis adalah menghasilkan sperma dan hormone.
Selama ejakulasi sperma mengalir ke dalam epididimis, dan kemudian ke
dalam vas deferens sebelum melewati uretra.
c. Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium
uretra interna dibagian buli-bulisampai orifisium uretra eksterna glans penis,
dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior dibagi uretra pars
prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi
meatus uretra pendulare uretra dan bulbus uretra.
d. Uretra bagian anterior Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-
10 inchi). Saluran ini dimulai dari meatus uretra, pendulans uretra dan
bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa tabung yang lurus, terletak bebas
diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif mudah.
e. Uretra bagian posterior Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2
inchi). Uretra yang dkelilingi kelenjar prostate dinamakan prostatika. Bagian
selanjutnya adalah uretra membransea yang memiliki panjang terpendek dari
semua bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada bagian ini terdapat otot
yang membentuk sfingter. Sfingter ini bersifat volunter sehingga kita dapat
menahan kemih dan berhenti pada waktu berkemih. Uretra membransea
terdapat dibawah dan dibelakang simpisis pubis, sehingga trauma pada
simpisis pubis dapat mencederai uretra membransea.

2. PENGERTIAN
Hipospadia, berasal dari istilah yunani, hipo (dibawah) dan spadon (celah).
Hipospadia merupakan anomali kongenital pada genitalia eksterna laki-laki yang
sering terjadi. Sekitar 80% kasus hipospadia adalah isolated hypospadias, yaitu
hipospadia tanpa disertai kelainan kongenital lainnya.
Pada sebagian besar kasus, hipospadia dihubungkan dengan tiga anomali
penis: (1) meatus urethra yang terletak di sisi ventral penis, (2) deviasi ventral
penis (korda), dan (3) prepuce hood dorsal yang dihubungkan dengan sebuah
defisit ventral prepusium. Diagnosis hipospadia biasanya menggunakan anomali
jenis pertama yaitu letak anatomis meatus urethra yang berada disisi ventral
penis. Sekitar 9,5% pasien yang mengalami hipospadia berat yang disertai
kelainan kongenital lainnya, ditemukan adanya perubahan kromosom. Pada
individu dengan hipospadia anterior, pemeriksaan klinis saja biasanya cukup.
Meskipun dekskripsi hipospadia harus meliputi beberapa hal yaitu : posisi,
bentuk orificium, ukuran orificium, ada tidaknya atresia urethra dan pembagian
corpus spongiosum, tampilan preputial hood dan scrotum, kelengkungan penis
ketika ereksi, serta ukuran penis juga harus diperiksa secara tepat dan teliti.
Hipospadia disebabkan oleh gangguan perkembangan urethra yang terjadi
pada minggu ke-9 dan ke-14 usia kehamilan. Hal tersebut menyebabkan anomali
letak orificium urethra externa di sisi ventral penis, yaitu antara perineum dan
glands penis. Selain itu, disrupsi perkembangan urethra juga berdampak pada
prepusium, corpus penis, dan raphe. Kulit pada ventral penis pada pasien
hipospadia dapat mengalami distrofi, inelastis, dan kadang-kadang tertempel
pada fascia penis profunda (fascia Buck) dan corpus spongiosum. Deviasi
persisten pada kulit penis hingga usia dewasa dapat disebabkan oleh tiga faktor:
(1) pendeknya urethral plate, (2) jaringan mesenkim fibrosis/ rudimenter corpus
spongiosum di distal hingga meatus, dan (3) disproporsional corpus spongiosum
atau diferensiasi pertumbuhan normal dari jaringan corpus cavernosus bagian
dorsal dan jaringan corpus abnormal yang terletak di ventral. 26
Hipospadia diduga disebabkan oleh multifaktorial.28 Meskipun banyak
penelitian bahwa defek genetik dan gangguan keseimbangan androgen atau
respetor androgen didapatkan pada <5% pasien.

3. KLASIFIKASI
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
1. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis,
kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila
meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil/ Tipe Middle
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum.
Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit
prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau
glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi
tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium
tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa
kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3. Tipe Posterior
Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang
disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya
testis tidak turun.
4. ETIOLOGI
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh
para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
a. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang
mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor
hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada.
Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan
tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu
efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone
androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
b. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi
karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga
ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
c. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan
dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

5. PATOFISIOLOGI
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus
uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak
meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian
disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada
pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita
jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan
kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.

6. MANIFESTASI KLINIS
a. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di
bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
b. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di
bagian punggung penis.
c. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar
d. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
e. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
f. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans
penis.
g. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi
bengkok.
h. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung
skrotum).
i. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostic dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir atau bayi.
Karena kelainan ini dapat menyertai hipospadia, dianjurkan pemeriksaan yang
menyeluruh, termasuk pemeriksaan kromosom (corwin, 2009 dalam NANDA
2015).
1. Rontgen
2. USG sistem kemih kelamin
3. BNO-IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan
kelainan congenital ginjal
4. Kultur urine (anak-hipospadia)

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan
prosedur pembedahan pada hipospadia :
1. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee
2. Membuat uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis
(uretroplasti)
3. Untuk mengembalikan askep normal dari genitalia eksterna (kosmetik)
Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada hipospadia
glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa recurvatum,
bentuk seperti ini dapat direkontruksi dengan flap local (misalnya, prosedur
santanelli, flip, flap, MAGP (meatal advance and glanuloplasty) termasuk
preputium plasty
9. KOMPLIKASI
Komplikasi dari hypospadia yaitu :
1. Infertility
2. Resiko hernia inguinalis
3. Gangguan psikososial

10. PROGNOSIS
Dengan perbaikan pada prosedur anastesi, alat jahitan, balutan, dan antibiotik
yang ada sekarang, operasi hipospadia telah menjadi operasi yang cukup sukses
dilakukan. Hasil yang fungsional dari koreksi hipospadia secara keseluruhan
sukses diperoleh, insidens fistula atau stenosis berkurang, dan lama perawatan
rumah sakit serta prognosis juga lebih baik untuk perbaikan hipospadia.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Usia : Ditemukan saat lahir
Jenis kelamin : hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling
sering terjadi pada laki-laki dengan angka kemunculan 1:250 dari
kelahiran hidup. (Brough, 2007: 130)
B. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau
didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung
karena adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus
duduk (Muslihatum, 2010:163).
C. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang
kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan
pasti penyebabnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak
lahir.
D. Riwayat Kongenital
Penyebab yang jelas belum diketahui.
Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
Lingkungan polutan teratogenik.
E. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis
pada kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
F. Activity Daily Life
a. Nutrisi
Tidak ada gangguan
b. Eliminasi
Anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam
mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali,
penderita mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk.
Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan
disertai oleh peningkatan insiden ISK.
c. Hygiene Personal
Dibantu oleh perawat dan keluarga
d. Istirahat dan Tidur
Tidak ada gangguan
G. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler
Tidak ditemukan kelainan
b. Sistem neurologi
Tidak ditemukan kelainan
c. Sistem pernapasan
Tidak ditemukan kelainan
d. Sistem integument
Tidak ditemukan kelainan
e. Sistem muskuloskletal
Tidak ditemukan kelainan
f. Sistem Perkemihan
Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau
pembesaran pada ginjal.
Kaji fungsi perkemihan
Dysuria setelah operasi
g. Sistem Reproduksi
Adanya lekukan pada ujung penis
Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
Terbukanya uretra pada ventral
Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis,
perdarahan, drinage.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Gangguan rasa nyaman
Post Operasi
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, H.A, Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis. NANDA NIC-NOC. Mediaction : Jogja.
Suriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Fajar
Interpratama
Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai