Satuan Acara Penyuluhan Difteri
Satuan Acara Penyuluhan Difteri
Oleh :
Khuswatun Khasanah
14901.04.17021
PROBOLINGGO
2018
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh :
Khuswatun Khasanah
14901.04.17021
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
( ) ( )
Kepala Ruang
( )
AML (Acute Myeloid Leukemia)
1.1 Pengertian AML
Leukemia adalah suatu keadaan di mana terjadi pertumbuhan yang bersifat irreversibel
pada sel induk dari darah. Pertumbuhan dimulai dari mana sel itu berasal. Sel-sel tesebut,
pada berbagai stadium akan berada di aliran darah. Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel
darah putih tidak merespon pada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang
berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan
di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila
berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti
ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi,
anemia dan perdarahan (Bakta, 2010). Acute Myeloid Leukemia merupakan suatu bentuk
kelainan sel hematopoetik yang dikarakteristikkan dengan adanya proliferasi berlebihan dari
sel myeloid. Istilah myeloid merupakan tipe sel asal seperti sel-sl myeloid imatur (sel darah
putih selain limfosit, sel darah merah, atau trombosit). Leukemia adalah golongan penyakit
yang ditandai oleh penimbunan sel darah putih abnormal dalam sumsum tulang. Sel
abnormal ini dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang. Leukimia adalah proliferasi sel
darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani,
2001 : 175).
Akut Myeloid Leukimia (AML) adalah suatu penyakit yang di tandai dengan
transformaasi neoplastik dan gangguan diferensi sel-sel progenitor dari sel mieloid
(sifat kemiripan dengan sumsum tulang belakang) (Kurniandra, 2007).
Akut Myeloid Leukimia (AML) adalah kegagalan sumsum tulang akibat di
gantinya elemen normal sumsum tulang oleh blas (sel darah yang masih muda)
leukemik (Robbins, 2007).
1.4 Patofisiologi
terlampir
1.5 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis AML tidak spesifik dan biasanya terkait dengan infiltrasi
leukemik ke sumsum tulang dengan hasil akhir sitopenia. Pada pasien dapat dijumpai lelah,
perdarahan, atau infeksi dan demam karena penurunan sel darah merah, trombosit, atau sel
darah putih. Gejala umumnya adalah pucat, lelah, dan sesak napas saat beraktivitas dapat pula
dijumpai nyeri tulang atau sendi, pembengkakan abdomen, ruam kulit, gejala saraf pusat
seperti kejang, muntah, kesemutan, penglihatan kabur. Hiperleukositosis (> 100.000 sel darah
putih/ mm3 ) dapat menyebabkan gejala leukostasis, misalnya disfungsi atau perdarahan
okuler dan serebrovaskular yang termasuk kegawatdaruratan medis, walaupun jarang.
Menurut Safitri (2010), Gejala leukemia akut biasanya terjadi setelah beberapa minggu
dan dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu
1) Gejala kegagalan sumsum tulang
Gejala kegagalan sumsum tulang merupakan keluhan umum yang paling sering.leukemia
menekan fungsi sumsun tulang sehingga menyebabkan kombinasi dari anemia,leucopenia
dan trombositopenia. Gejala yang khas adalah lelah dan sesak nafas (akibat darianemia),
infeksi bakteri (akibat dari leucopenia) dan perdarahan (akibat dari trombositopenia atau
terkadang akibat dari koagulasi intravaskuler diseminata). Pemeriksaan fisik juga sering
ditemukan kulit pucat, memar, dan perdarahan serta demam sebagai tanda infeksi.
Perdahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau ptekie yang sering dijumpai di
eksermitas bawah atau berupa epitaksis, perdarahan gusi, dan retina.
2) Gejala sistemik
Gejala sistemik yang ditemukan dapat berupa malaise, penurunan berat badan,
berkeringat, dan penurunan nafsu makan, serta kelainan metabolic seperti hiperkalsemia
(sangat jarang).
3) Gejala local
Gejala local yang terkadang ditemukan berupa tanda infiltrasi leukemia sel blast di kulit,
gusi atau sistem saraf pusat. Infiltrasi sel-sel blast dikulit akan menyebabkan leukemia
yaitu berupa benjolan yang tidak berpigmen dan tanpa rasa sakit. Infiltrasi sel-sel blast di
jaringan lunak akan menyebabkan nodul dibawah kulit. Infiltrasi sel-sel blast di dalam
tulang akan menimbulkan nyeri tulang yang spontan atau dnegan stimulasi ringan.
Infiltrasi sel-sel blast kedalam gusi akan menyebabkan pembengkakan pada gusi. Selain
itu dapat terjadi hepatomegali dan splenomegali akibat infiltrasi sel-sel blast dihati dan
limpa.
1.7 Penatalaksanaan
Perbaiki keadaan umum yaitu : anemia diberikan tranfusi darah dengan PCR (Packed red
cell) atau darah lengkap. Trombositopeni yang mengancam diatasi dengan transfusi konsetrat
trombosit. Apabila ada infeksi diberikan antibiotika yang adekuat. Terapi spesifik seperti
terapi leukemia pada umumnya dimulai dengan tahap induksi dengan : Doxorubicin 40
mg/mm2 berat badan hari 1-5. Dilanjutkan denagan Ara C 100 mg IV, tiap 12 jam hari 1-7.
Untuk pasien usia di atas 50 tahun dosis dikurangi dengan Adriamycin hanya 3 hari dan Ara
C 5 hari. Obat pengganti adriamycin adalah Farmorubicin. Dilakukan evaluasi klinis dan
hematologis. Pemeriksaan sumsum tulang pada akhir mimggu ketiga. Apabila tidak terjadi
remisi atau remisi hanya bersifat parsial maka terapi harus diganti dengan regimen lain.
Apabila terjadi remisi lengkap (klinis dan hematologis) maka dimulai tahap konsolidasi.
Pada tahap ini diberikan doxorubicin 40 mg/mm 2 hari 1-2 dan Ara C 1-5. Refimen ini
diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu. Apabila keadaan memungkinkan maka diberikan
cangkok sumsum tulang pada saat terjadi remisi lengkap.
Terapi standar adalah kemoterapi induksi dengan regimen sitarabin dan daunorubisin
dengan protokol sitarabin 100 mg/m2 diberikan secara infus kontinyu selama 7 hari dan
daunorubisin 45-60 mg/m2/hari iv selama 3 hari. Sekitar 30-40% pasien mengalami remisi
komplit dengan terapi sitarabin dan dounorubisin yang diberikan sebagai obat tunggal,
sedangkan bila diberikan sebagai obat kombinasi remisi komplit dicapai oleh lebih dari 60%
pasien.
1.8 Komplikasi
Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang laintertekan
karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadigranulositopenia,
trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang disekelilingnya yang
menyebabkan nyeri tulang. Proliferasi sel leukemia dalam organmengakibatkan pembesaran
limpa atau hepar. Kegagalan sumsum tulang merupakan hipofungsi sumsum tulang primer
sehingga terjadi penurunan produksi semua unsur sel hemopoietik (pansitopeni). Kegagalan
susmsum tulang merupakan ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah.
Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel mengakibatkan anemia,
leukopenia dan trombositopenia
a. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka
anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses
terapi LGK juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
b. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia)
pada keadaan LGK dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat
menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan
hematom.
c. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan ini
disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang berkembang
pesat.
d. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat
keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah
besar, bahkan beresiko untuk pecah.
e. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus
LGK memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar
trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang
abnormal dan mengakibatkan stroke.