DISUSUN OLEH :
Angghiya Difadyaputra
1610221127
PEMBIMBING :
RSUD AMBARAWA
2017
PENGESAHAN
NRP : 1610221127
Pembimbing
Ditetapkan di : Ambarawa
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : An. Abid Aqil
Umur : 2 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Gempol 05/02 Pojoksari Ambarawa
Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2017
II. Anamnesis
3
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat pengobatan
Tidak ada
Riwayat Imunisasi
Nama Dasar
BCG 1x (1 bulan)
Campak 1x (9 bulan)
Riwayat Pengobatan
- Tidak ada
4
b. Varicella
c. Herpes Zooster
d. Demam Berdarah Dengue
- Stomatitis
Thoraks
Pulmo : simetris ka-ki, retraksi (-), sonor (+), vocal
Fremitus (+/+), whezing (-/-), rhonki (-/-)
Cor : ictus cordis tidak terlihat, batas jantung dalam
Batas normal, ictus cordis tidak kuat angkat,
S1 S2 reguler (+), S3 (-), S4 (-), gallop (-),
5
Mur-mur (-)
Abdomen : cembung , lesi (-), bising usus (+) normal,
timpani (+), edema (-)
Nyeri tekan (-), supel (+)
Ekstremitas : ptekie (-/-/-/-), akral hangat (+), CRT <2 detik,
Edema ekstremitas superior (-/-)
Edema ekstremitas inferior (+/+)
Status Lokalis : Palmar manus dan palmar pedis sinistra dan dextra
vesikel, eritema, berbatas tegas, multiple, diameter 0,5-0,7 cm.
6
V. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Lengkap
HEMATOLOGI
BASOFIL 0 0-0,2
7
V. DIAGNOSA AKHIR
Hand Mouth and Foot Disease
VI. PENATALAKSAAN
Infus RL 10 tpm
Paracetamol 100 mg/8 jam
Triamcinolon Acetonid Topikal 3x1
8
VII. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
30 Oktober Demam terus N : 98 HMFD -Infus RL 10 tpm
2017 menerus, RR : 28 -Paracetamol 100 mg / 8
sariawan, malaise S : 37,7 jam
Bintik merah - TAC topical 3x1 oles
pada telapak
tangan dan
kaki
31 Oktober Demam sudah N : 87 HMFD -Inf RL 10 tpm
2017 berkurang, RR : 26 -Paracetamol 100 mg/8
malaise + , S : 37,4 jam
sariawan, bibir -TAC topical 3x1 oles
kering Bintik merah
pada telapak
tangan dan
kaki
1 November Demam (-), N : 86 HMFD -inf RL 10 tpm
2017 malaise -, RR : 24 -Paracetamol 100 mg/8
sariawan S : 36,7 jam
-TAC topical 3x1 oles
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai "Flu
Singapura". Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth
Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ). KTM adalah
penyakit yang disebabkan oleh sekelompok enterovirus yang disebut
coxsackievirus, anggota dari famili Picornaviridae; dengan gejala klinis berupa
lepuhan di mulut, tangan , dan kaki, terutama di bagian telapak, terkadang di
bokong. Lepuhan di mulut segera pecah dan membentuk ulser yang dirasakan
sangat nyeri dan perih oleh penderitanya sedangkan lepuhan di telapak kaki,
tangan, dan beberapa bagian tubuh lain tidak terasa sakit atau gatal, tapi sedikit
nyeri jika ditekan.(10,16)
Epidemiologi(2,19,25)
HFMD terkait dengan EV71 telah lebih sering di Asia Tenggara dalam
beberapa tahun terakhir. Faktor resiko dalam epidemi penyakit ini termasuk
kehadiran pusat penitipan anak, seringnya berkontak dengan penderita HFMD,
jumlah anggota keluarga yang besar, dan tempat tinggal di pedesaan.
Menurut laporan, HFMD menunjukkan tidak memiliki predileksi seksual.
Beberapa data epidemi mengamati rasio laki-laki dan perempuan dominasi sedikit
1.2-1.3:1.
Baru-baru ini (Juli 2012), di Asia (terutama Kamboja), anak-anak yang
diduga terinfeksi Enterovirus 71 memiliki angka kematian 90%. Ini epidemi
(terutama pada bayi, balita, dan anak di bawah 2 tahun) masih dalam penyelidikan
intensif dan itu adalah peneliti kemungkinan akan memiliki pemahaman yang
lebih baik dari angka kematian yang tinggi terkait dengan enterovirus 71. Jika
10
Enterovirus 71 yang pada akhirnya ditemukan bertanggung jawab atas kematian,
kemungkinan virus telah mengembangkan kemampuan mematikan baru untuk
cepat menginfeksi dan merusak jaringan paru-paru anak-anak. Namun, penelitian
yang sedang berlangsung dan beberapa peneliti menunjukkan bahwa anak-anak
mati dari kombinasi enterovirus 71, suis Streptococcus, dan koinfeksi virus
dengue.
Etiologi(25)
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
RNA yang masuk dalam family Picornaviridae, Genus Enterovirus. Genus yang
lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus
terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus. Penyebab KTM yang paling
sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering
memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai
meninggal adalah Enterovirus 71.
Coxsackie virus yang dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu A dan B,
yang didasarkan pada pengaruhnya terhadap tikus yang baru lahir (Coxsackie A
menyebabkan cedera otot, kelumpuhan, dan kematian,. Coxsackie B
mengakibatkan kerusakan organ, tetapi hasil kurang parah). Ada lebih dari 24
berbeda serotipe virus dimana masing-masing virus memiliki protein yang
berbeda pada permukaannya. Virus Coxsackie menginfeksi sel inang dan
menyebabkan sel inang menjadi lisis.
11
menyebabkan sebagian besar infeksi. HFMD di AS Ini biasanya terjadi pada
anak-anak (usia 10 dan di bawah), tetapi orang dewasa juga dapat
mengembangkan kondisi. Ini penyakit anak-anak tidak harus bingung dengan
"penyakit kaki dan mulut" biasanya ditemukan pada hewan dengan kuku
(misalnya, pada sapi, babi, dan rusa). Tipe A juga menyebabkan konjungtivitis
(peradangan pada kelopak mata dan area putihmata).
Tipe B menyebabkan epidemi virus pleurodynia (demam, paru-paru, dan
nyeri perut dengan sakit kepala yang berlangsung sekitar dua sampai 12 hari dan
resolve). Pleurodynia juga disebut penyakit Bornholm. Ada enam serotipe dari
Coxsackie B (1-6, dengan B 4 dianggap oleh beberapa peneliti sebagai
kemungkinan penyebab diabetes di sejumlah individu).
Kedua jenis virus (A dan B) dapat menyebabkan meningitis, miokarditis,
dan perikarditis, tetapi ini jarang terjadi dari infeksi Coxsackie. Beberapa peneliti
menyarankan virus Coxsackie (terutama Coxsackie B4) memiliki peran dalam
pengembangan tipe onset akut I (sebelumnya dikenal sebagai juvenile) diabetes,
namun hubungan ini masih dalam penyelidikan.
Virus Coxsackie dan enterovirus lainnya dapat menyebabkan penyakit
anak dari tangan, kaki, dan penyakit mulut. Namun, sebagian besar anak-anak
dengan infeksi virus Coxsackie sepenuhnya menyelesaikan gejala dan infeksi
dalam waktu sekitar 10-12 hari.
12
dilaporkan adanya perbedaan reaksi pada jenis kelamin dan ras penderita yang
berbeda (4,5,6,8,9).
Patofisiologi
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM
adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang sangat
padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun. Orang dewasa
umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari
manusia ke manusia yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau
ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, pakaian,
peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekret tersebut. Tidak
ada vektor tetapi ada pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.
Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat
terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Penyakit tangan, kaki dan
mulut adalah penyakit umum dan penyebarannya dapat terjadi di antara kelompok
anak, misalnya di sekolah atau di tempat penitipan anak. Penyakit tangan, kaki
dan mulut biasanya tersebar melalui hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar
melalui fekal-oral pada tangan yang tercemar, namun bisa juga disebarkan melalui
lendir mulut atau sistem pernapasan dan kontak langsung dengan cairan di dalam
lepuhnya. Sesudah berhubungan dengan orang yang terkena, biasanya di antara 3-
5 hari lepuh baru akan timbul. Selama masih ada cairannya, lepuh ini bisa
menular dan virus ini juga bisa berminggu-minggu berada di dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa
epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain
atau dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Virus menular melalui kontak
langsung dengan sekresi hidung dan mulut, tinja, maupun virus yang terhisap dari
udara. Implantasi dari virus di dalam bukal dan mukosa ileum segera diikuti
dengan penyebaran menuju nodus-nodus limfatik selama 24 jam. Setelah itu
segera timbul reaksi berupa bintik merah yang kemudian membentuk lepuhan
kecil mirip dengan cacar air di bagian mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.
13
Selama 7 hari kemudian kadar antibodi penetral akan mencapai puncak dan virus
tereliminasi (8,9,10).
14
Gambar 1 : Lepuhan pada bibir dan lidah
Lepuhan atau vesikel di kaki dan tangan dijumpai pada 2/3 penderita, yang
terutama tumbuh di bagian dorsal dan sisi-sisi jari serta telapak tangan seperti
(19)
ditunjukkan pada gambar 2 . Lepuhan/vesikel yang dikenal dalam istilah
kedokteran sebagai erythema multiforma (14) ini secara khas berbentuk bulat atau
elips yang akan mengering sendiri selama 3-7 hari.
15
laboratorium diagnostik khusus virus yang menggunakan RT-PCR dan sering
memakan waktu sekitar dua minggu untuk mendapatkan hasilnya. Pengujian ini
hampir tidak pernah dilakukan karena sebagian besar infeksi diri terbatas dan
biasanya ringan, tapi situasi ini bisa berubah karena wabah di Alabama (38 anak,
12% dirawat di rumah sakit namun tidak ada kematian pada tahun 2011-2012) dan
Enterovirus 71 epidemi terbaru (sekitar 905 anak-anak dirawat di rumah sakit
telah meninggal) di Kamboja. RT-PCR pengujian dapat membedakan antara
genera virus banyak, spesies, dan subtipe. Strain virus Coxsackie Membedakan
dari adenovirus, jenis enterovirus lainnya, virus gema, dan lain-lain dapat menjadi
diperlukan di masa depan.
Virus dapat diisolasi dan diidentifikasi melalui media kultur dan
immunoassay dari lesi kulit, lesi mukosa, atau sampel tinja. Spesimen oral
memiliki tingkat isolasi tertinggi. Pada pasien dengan vesikel, penyeka vesikel
juga merupakan sumber yang baik untuk koleksi virus. Pada pasien tanpa vesikel,
penyeka dubur dapat dikumpulkan. Untuk isolasi virus, 2 swab koleksi yang
direkomendasikan dari tenggorokan dan lainnya baik dari vesikel atau rektum.
Uji serologi (misalnya, akut dan tingkat antibodi sembuh) dapat diperoleh.
Membedakan coxsackie-terkait dari EV-71-terkait HFMD mungkin memiliki
makna prognostik. Polymerase chain reaction (PCR) dan teknologi microarray
antara berbagai cara untuk mengidentifikasi virus penyebab. Tes spesifik
bervariasi antara rumah sakit.(19,25)
Diagnosis Banding
- Herpes Simplex
- Herpes Zoster
- Stomatitis
- Varicella
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
16
- Dehidrasi pada anak-anak dan balita, harus dirawat di rumah sakit dan
diinfus dengan cairan elektrolit dan nutrisi. Sebagai pencegahan banyak
diberikan cairan elektrolit, misalnya oralit.
- Infeksi pada kulit atau ulser di mulut oleh bakteri dan/atau jamur.
- Kasus komplikasi yang jarang: meningoensefalitis, miokarditis, edema
paru. (18,19).
Pengobatan
Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik,
biasanya tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh
penderita dilakukan dengan pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam
jumlah banyak dan dengan kualitas gizi yang tinggi, serta diberikan tambahan
vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati terjadinya gejala superinfeksi akibat
bakteri maka diperlukan antibiotika atau diberikan antibiotika dosis rendah
sebagai pencegahan.
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka
di mulut dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan
golongan analgetika dan antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk
diperhatikan dalam pengobatan penyakit KTM adalah bahwa beberapa golongan
obat dapat menimbulkan sindroma Stenven-Johnson yang menunjukkan gejala
mirip dengan penyakit KTM dan dapat memperparah ulser. Golongan obat
tersebut adalah : barbiturat, karbamazepin, diflusinal, hidantoin, ibuprofen,
penisilin, fenoftalein, fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida,
sulfonilurea, sulindac, dan tiazida (20).
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat jamur
atau bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa lambung juga
digunakan untuk mengatasi ulkus di saluran cerna dan lambung. Berikut adalah
daftar obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengatasi simptomatik Penyakit
Kaki Tangan dan Mulut (20,21,22,23,24).
17
Inflammatory Drugs) dapat menimbulkan gejala sindrom Stenven-Johnson yang
menunjukkan gejala mirip dengan penyakit ini dan dapat memperparah ulser
sehingga disarankan untuk digunakan dengan golongan antasida, atau jika ada
dipilih golongan antipiretika/analgetika yang lain.
2. Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti : betadine, rebusan daun
sirih, dan tablet hisap, seperti SP troches, FG troches, dsb.
3. Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau mengatasi
infeksi karena mikroba pada ulser di mulut dan kulit, ditentukan oleh dokter,
seperti : neosporin (lokal), klindamisin, eritromisin,dsb.
4. Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut ditabelkan
sebagai berikut:
Nama Obat Dyclonine(Dyclone) dengan resep
dokter : anestetika lokal yang tersedia
dalam bentuk larutan, semprot, lozenge.
Mencegah permeabilitas sel dan
memblokir impuls pada ujung sarap
perifer di kulit.
Dosis dewasa Oleskan 0,5 atau 1% larutan pada luka,
tak boleh lebih dari 200 mg atau 40 mL
dari 0,5% larutan atau 20 mL larutan 1%
Dosis anak-anak Seperti dosis dewasa, disesuaikan
dengan bobot badan.
Kontra Indikasi Riwayat hipersensitivitas
Interaksi Tidak dilaporkan
Kehamilan Golongan resiko C keamanan
penggunaan selama kehamilan belum
ditetapkan
Perhatian Overdosis dapat menyebabkan depresi
atau eksitasi, syok miokardiak
18
permeabilitas terhadap ion natrium pada
membran saraf dan menghasilkan
inhibisi depolarisasi, blokir transmisi
impuls saraf.
Cara pemakaian (dewasa) Dioleskan dengan kapas pada ulser di
mulut.
Dosis anak Disesuaikan dengan bobot badan.
Kontra Indikasi Riwayat hipersensitivitas, sindrom
Adam-Stokes, simdrom Wolfgang-
Parkinson-White, gangguan sinoatrial,
AV, atau blok intraventikular (jika tidak
digunakan alat pacu jantung).
Interaksi Pemberian dengan simetidin dan beta
bloker meningkatkan toksisitas.
Pemberian bersama dengan
prokainamida dan tokainida
meningkatkan aksi kardiodepresan,
meningkatkan suksinilkolin.
Kehamilan Resiko B biasanya aman, perlu
diperhitungkan manfaat dengan
resikonya.
Perhatian Anestesia di seluruh wilayah mulut dan
faring kemungkinan dapat
menyebabkan tak terasanya makanan,
gangguan terhadap pernafasan, rasa
menggigit di lidah dan mukosa bukal,
overdosis data menyebabkan toksisitas
(kepala berat, euforia, tinitus, nausea,
mual, koma, brakikardi, hipotensi,
lemah jantung).
19
5. Antihistamin: Inhibisi antihistamin pada reseptor H1 menyebabkan kontriksi
bronkus, sekresi mukosa, kontraksi otot halus, edema, hipotensi, depresi sususan
saraf pusat, dan aritmia jantung.
Nama Obat Difenhidramin (Benadryl, Benylin,
Diphen, AllerMax) kelas
etanolamina, bloker reseptor histamin
tipe 1. Memiliki sifat sedatif dan
antikolinergik penting dapat
menimbulkan efek anestetika lokal
dengan menahan transmisi dari implus
saraf.
Penggunaan pada penderita dewasa Untuk menahan simptom ulser oral :
dikombinasikan dengan alukol dan
magnesium hidroksida (Mylanta),
cairan lidokain dan/atau gerusan tablet
sukralfat (Carafate). Kumur dan
keluarkan lagi.
Dosis anak Disesuaikan dengan bobot badan,
penggunaan sama dengan penderita
dewasa.
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas, MAO
Inhibitor.
Interaksi Potensi efek depresi sistem saraf pusat,
jangan diberikan dengan sirup yang
dapat menimbulkan gejala seperti reaksi
disulfiram (yang mengandung alkohol),
berinteraksi dengan antidepresan
trisiklik, Inhibitor MAO,
antimuskarinik, amantadin, dan
prokainamida.
Kehamilan Golongan Resiko C keamanan selama
kehamilan belum ditetapkan.
20
Perhatian Xerostomia, glaucoma,
hipertiroidismus, ulser usus, gangguan
saluran kemih, gangguan saluran
pencernaan, penyakit hati, hipertrofi
prostat.
21
pada penderita dewasa.
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas.
Interaksi Menurunkan efek
ketokonazol,ciprofloxacin, tetrasiklin,
fenitoin, warfarin, kuinidin, teofilin,
norfoxacin; antasida, bloker H2,
digoksin, lansoprazole, levotiroksin,
fenitoin, dan absorpsi teofilin.
Kehamilan B- Biasanya aman, perlu
dipertimbangkan manfaat dibandingkan
resiko.
Perhatian Bisa menyebabkan gagal ginjal jika
terjadi absorpsi berlebihan dari
aluminium
22
kortikosteroid, benzodiazepin,
fenotiazin, efek alumunium dan
magnesium terhadap asam valproat,
sulfonil urea,kuinidin dan
Kehamilan C keamanan selama kehamilan belum
ditetapkan.
Perhatian Dapat menyebabkan gangguan dan
gagal ginjal dan kesulitan b.a.b.
sehingga menyebabkan
wasir/hemorrhage.
Prognosis
Prognosis pada HFMD sangat baik. Dan sebagian besar pasien dengan
penyakit ini dapat sembuh sepenuhnya.(19)
23
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit KTM adalah penyakit yang disebabkan oleh virus coxsackie A19
dan enterovirus 71. Pencegahan utama yang dilakukan adalah pemutusan rantai
penularan penyakit dengan mencegah kontak dari satu penderita ke penderita yang
lain. Pengobatan secara simptomatik terutama dilakukan untuk menekan rasa
nyeri di mulut, mempercepat penyembuhan ulser di mulut, penekan demam, dan
pencegahan infeksi skunder. Golongan obat yang bisa diberikan : antipiretik,
antasida, antihistamin non steroid, analgetik, dan antiseptik. Di samping itu bisa
diberikan vitamin dan mineral tambahan bagi penderita atau kerabat penderita
untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
9. Centers for Disease Control and Prevention National Center for Infectious
Diseases. Available from URL :
http://www.cdc.gov./ncidod/dvrd/revb/enterovirus/hfhf.htm. Accessed
October 10 2012..
10. Cherry JD. Enteroviruses: polioviruses, coxsackieviruses, echoviruses and
enteroviruses. In: Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed.
2005:2007.
11. Chang LY, Tsao KC, Hsia SH, et al. In : Transmission and clinical
features of enterovirus 71 infections in household contacts in Taiwan.
JAMA ; 2004. p.222-7.
12. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Viral infections of skin and mucosa.
In: Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 5th ed.
New York, NY: McGraw-Hill; 2005.p.790-92.
13. Chen KT, Chang HL, Wang ST, Cheng YT, Yang JY. In : Epidemiologic
features of hand-foot-mouth disease and herpangina caused by enterovirus
71 in Taiwan, 1998-2005. Pediatrics ; 2007. p.244-52.
14. Wang CY, Li Lu F, Wu MH, et al. Fatal coxsackievirus A16 infection.
Pediatr Infect Dis J ;2004.p.275-6.
15. Dyne, P., MD, Pediatrics, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-
Medicine.com, last up date 5 January 2005, diakses 10 Oktober 2012.
16. Graham, B.S., MD, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-Medicine.com, last
up date 6 January 2005, diakses 10 Oktober 2012.
17. Departemen of Dermatology Univ. Iowa College of Medicine,
Available from URL : http://tray.dermatology.uiowa.edu/Coxsack01.htm.
Accessed October 10 2012.
18. Goksugur N. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm0910628.Accessed
October 10, 2012.
19. Nervi SJ. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/218402-overview#a0199. Accessed
October 10, 2012.
26
20. Di Piro, J.T., et.al. Pharmacotherapy, 3th ed. Appleton & Lange.
Stamford; 1997. p.1842-1844.
21. Tjay, T. H., & Kirana, R. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo.
Jakarta; 2002.
22. Harfindal, E.T., Gourley, D.R.Textbook of Theurapeutics Drug and
Disease Management. Lippincott Williams & Wilson, 7th ed. Philadelphia
; 2000. P.973-1046.
23. Chavis, L.M., R.Ph. Ask Your Pharmacist.St. MartinsGriffin. New York
;2002.
24. American Soc. of Health System Pharmacist. AHFS Drug Information.
;2003.
25. Mersch J. Hand Foot and Mouth Syndrome. Available from URL :
http://www.medicinenet.com/hand-foot-and-mouth_syndrome/page3.htm.
Accessed October 10, 2012.
I.
27